SPV OPERASI
SPV HAR MEKANIK SPV OPCAH SPV LOGISTIK SPV LAKDAN
A,B,C,D
- Main steam
pH = 9,2-9,5
Conductivity,SC = < 00 mikro mho/cm
Silika (SiO2) = < 0,015 ppm
2.2.2.4 Utilitas
2.2.2.4.1 Batubara
Batubara yang digunakan termasuk dalam jenis batubara sub bituminus
dengan kadungan moisture yang diizinkan sangat tinggi, yaitu 30% (1/3
dari masa batubara). Peralatan utama pada alur batubara adalah coal silo,
crusher, dan hopper
2.2.2.4.2 Boiler
a. Fungsi Boiler
Boiler berfungsi untuk merubah air menjadi uap superheat yang bertemperatur
dan bertekanan tinggi. Proses memproduksi uap ini disebut Steam Raising
(Pembuat Uap). Unit/alat yang digunakan untuk membuat uap disebut
Boiler (Boiler) atau lebih tepat steam Generator (Pembangkit Uap).
Klasifikasi Boiler secara umum dibagi dua yaitu, Boiler pipa api dan Boiler
pipa air. Jenis Boiler pipa api banyak digunakan oleh industri yang
memerlukan tekanan uap yang relatif rendah, misalnya pabrik-pabrik gula.
Sedangkan jenis pipa air digunakan oleh industri/pembangkit listrik yang
memerlukan tekanan uap yang tinggi, misalnya pada pusat-pusat listrik tenaga
uap.
b. Jenis-Jenis Boiler
Boiler Pipa Api
Pada jenis Boiler pipa api, gas panas hasil pembakaran (flue gas) mengalir
melalui pipa-pipa yang dibagian luarnya diselimuti air sehingga terjadi
perpindahan panas dari gas panas ke air dan air berubah menjadi uap.
d. Efesiensi Boiler
Pengertian Efisiensi
Energi tidak dapat dibuat maupun di musnahkan, akan tetapi diubah
bentuknya dari salah satu bentuk ke bentuk lain, misalnya energi kimia
dalam bahan bakar diubah menjadi energi listrik yang dihasilkan oleh
generator. Proses ini terjadi di PLTU. Idialnya, selama terjadi perubahan
bentuk dari satu jenis energi ke energi lain, jumlah energi semula dengan
jumlah energi akhir akan sama besar. Akan tetapi tidak disengaja maupun
yang disengaja. Kehilangan kehilangan ini lajim disebut LOSSES.
Kehilangan energi panas yang terjadi di PLTU, sebagian besar terjadi
diKondensor, yaitu terbuangnya panas akibat dibawa oleh air pendingin
kondensor ke laut, sungai ataupun ke udara luar pada kondensor yang
dilengkapi menara pendingin ( Cooling tower ). Semakin besar losses akan
semakin kecil efisiensi dan pada akhirnya biaya produksi energi listrik per
KWH akan semakin tinggi.
Dengan memahami masalah efisiensi, diharapkan para operator dapat
mengambil tindakan seperlunya agar unit PLTU yang di operasikan
memiliki efisiensi tinggi dalam batas batas operasi yang tetap aman.
Efisiensi merupakan istilah yang bayak di gunakan di berbagai bidang.
Namun dalam bahasa ini pengertian efisiensi adalah khusus mengenai
efisiensi unit PLTU atau bagian dari sistem dalam unit PLTU.
Efisiensi akan menyatakan hubungan antara INPUT dan OUTPUT.
Karena adanya
LOSSES yang tidak dapat di hindarkan dalam proses perubahan energi
di PLTU maka :
2. Kadar Sox dan Nox yang rendah sebab Kadar Sox dan Nox tinggi karena tidak
menggunakan Limestone menggunakan Limestone.
3. Ukuran batu bara yang masuk ke Ukuran batubara yang masuk ke furnace
Furnace ( 6 mm) dalam bentuk serbuk halus.
1. Proximate Analysis.
Merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap sampel batubara
untuk menentukan kandungan air (moisture), zat terbang (volatile
matter), abu serta Carbon tetap (fixed Carbon).
b. Inherent Moisture.
Diukur dengan mengukur kehilangan berat jika 1 Kg
sampel dipanaskan dalam oven sampai 105 0C - 110 0C selama
5 - 6 jam dalam aliran udara lambat.
c. Air - Dry Moisture.
Untuk menetapkan kandungan air dari sampel laborat
untuk analisis umum, dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
dengan mengeringkan 1 gram sampel dalam sampel dalam
suatu oven vakum dengan cara yang sama dan terakhir
penimbangan langsung terhadap air yang diserap oleh
absorbent (alat penyerap) dari gas Nitrogen kering yang
dilewatkan pada batubara yang ditempatkan dalam tabung
pemanas.
Jika batubara dipanaskan di udara pada suhu lebih dari
100 0C tetapi dibawah titik nyalanya maka akan terjadi perubahan
lain selain hilangnya uap air yang meliputi :
Kehilangan berat sehubungan dengan evolusi gas-gas serta
terurainya batubara.
Bertambahnya berat sehubungan dengan pembentukan
peroksida padat. Pemakaian Nitrogen untuk mengeluarkan
Oksigen dapat mencegah terjadinya hal ini.
(vi). Sulfur
Penetuan sulfur adalah bagian dari analisis ultimate
batubara tetapi hal ini dibicarakan secara terpisah karena sangat
menentukan harga. Sulfur dalam batubara ditemukan dalam tiga
macam bentuk.
a. Sulfur Sulfat (tak berarti/bisa diabaikan).
b. Sulfur Organik (rata - rata 0,8%).
c. Sulfur Pyritik (rata - rata 0,8%).
Sulfur Sulfat terdapat dalam jumlah kecil Ferrous
Sulphate (Fe SO4 7 H20) yang berasal dai oksida pyrite besi
(iron pyrites) (FeS) dan batu kapur/gips (Ca SO4 2H2O).
Bahan-bahan tersebut terbentuk lapisan tipis dalam batubara
ketika larutan telah menguap.
Sulfur organik berkombinasi dengan Carbon dan
Nitrogen untuk membentuk batubara. Konsekwensinya bahan
tersebut tidak bisa dihilangkan dengan pencucian dan
cenderung agak konstan. Pyrites adalah besi belerang (FeS).
Bahan ini berbentuk bongkah-bongkah padat dan lapisan yang
berbentuk pita (band) tipis. Yang berbentuk partikel padat
dihilangkan oleh proses pencucian. Jumlah kandungan pyrite
amat bervariasi.
b. Proses Pembakaran
Segitiga Api
Pembakaran adalah reaksi kimia yang terjadi jika material mudah
terbakar (combustible) berreaksi dengan oksigen sehingga menghasilkan
sejumlah panas yang besar. Untuk mendukung terjadinya pembakaran
diperlukan tiga kondisi yang harus dipenuhi secara bersamaan, yaitu :
a. Adanya Oksigen
Di dalam kimia pembakaran kita memerlukan bercampurnya bahan bakar
dengan oksigen. Tanpa oksigen pembakaran tidak akan terjadi. Didalam
praktek, oksigen diperoleh dari udara
b. Bahan bakar
Bahan bakar hanya akan menyala apabila temperaturnya naik hingga sesuai
dengan temperatur oksigen. Temperatur ini disebut sebagai temperatur
penyalaan (ignition temperature). Semua material combustible mempunyai
temperatur penyalaan sendiri-sendiri.
c. Sumber penyalaan
Proses pembakaran hanya dapat terjadi bila bahan bakar dan oksigen yang
berada atau diatas temperatur penyalaan atau dinyalakan oleh sumber
penyalaan. Sumber ini dapat berupa percikan api, api, bara atau metal yang
membara.
Ketiga unsur tersebut biasa disebut dengan segitiga api. Pada kondisi
tertentu bahan bakar dapat terbakar dengan sendirinya tanpa bantuan sumber
penyalaan. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran spontan.
Pembakaran spontan dapat terjadi apabila terdapat oksigen yang kontak
langsung dengan bahan bakar serta temperatur bahan bakar disebabkan oleh
tekanan atau reaksi kimia yang menghasilkan panas. Kenaikan temperatur
material combustible dapat disebabkan oleh tekanan atau reaksi kimia yang
menghasilkan panas. Laju pembakaran dan efisiensi pembakaran tergantung
pada :
( i ) Waktu (time)
Setiap reaksi kimia memerlukan waktu tertentu untuk terjadinya dan
dalam hal pembakaran, bubuk batubara (pf) harus berada dalam zona
pembakaran didalam ruang bakar cukup lama agar terbakar semuanya.
Kurangnya turbulensi atau ukuran partikel pf yang terlalu besar akan
menyebabkan pembakaran masih terjadi di bagian atas ruang bakar dan
laluan gas.
( ii ) Temperatur
Agar memungkinkan terjadinya pembakaran suatu zat, temperatur zat
tersebut harus berada atau diatas tingkat tertentu untuk mendukung
terjadinya reaksi pembakaran. Temperatur ini tergantung pada
peningkatan kimia zat tersebut atau temperatur penyalaan. Kegagalan
mencapai temperatur penyalaan akan menyebabkan masuknya bahan
bakar yang bercampur dengan udara di ruang bakar sehingga dapat
menimbulkan berbagai masalah nantinya.
( iii ) Turbulensi
Oksigen yang dipasok udara ke ruang bakar mungkin melintas langsung
tanpa kontak dengan bahan bakar. Turbulensi secara umum mencampur
udara dan bahan bakar agar terjadi pembakaran yang sempurna.Pertikel
pf yang lebih berat cenderung mengendap didalam pipa menuju burner.
Untuk mencegah hal ini, maka aliran campuran udara/pf di pusar
(swirled) didalam burner. Selanjutnya turbulensi dilakukan dengan
memusar aliran udara sekunder.
Penyalaan
Penyalaan dapat dilakukan apabila purging telah selesai. Untuk
melakukan penyalaan, maka katup bahan bakar penyala dibuka sehingga
bahan bakar siap hingga didepan igniter tinggal menunggu sumber api dan
udara.
Begitu tombol start igniter ditekan, maka urutan penyalaannya adalah sebagai
berikut :
1. Igniter gun masuk keruang bakar.
2. Katup uap atau udara atomisasi terbuka
3. Busi mengeluarkan bunga api (igniter on)
4. Katup bahan bakar penyala terbuka
Jika nyala api yang ditangkap oleh flame detector memuaskan, artinya
terjadi pembakaran yang baik, maka penyalaan berlangsung terus dan busi
akan mati setelah memberi penyalaan. Tetapi jika nyala api yang ditangkap
flame detector tidak memuaskan, maka igniter trip (katup bahan bakar penyala
dan uap atau udara atomisasi tertutup, dan busi mati). Pada saat pembakaran
awal pastikan bahwa pembakaran terjadi dengan baik, tidak ada bahan bakar
yang tidak terbakar masuk ke ruang bakar. Bentuk nyala api harus
diperhatikan melalui kaca intip, yaitu tidak terlalu panjang tetapi juga tidak
terlalu lebar sehingga menyentuh dinding ruang bakar.
Penaikan Temperatur
Proses pemanasan pada ketel harus dilakukan bertahap dengan
kenaikan temperatur uap yang terkontrol. Temperatur metal ketel
(superheater) harus dipantau dan dijaga pada batas yang diijinkan. Temperatur
metal reheater juga harus diamati terus menerus karena belum ada aliran uap
masuk turbin. Buka katup resirkulasi ekonomiser agar air dapat bersirkulasi
dari drum ke pipa pipa ke ekonomiser dan kembali ke drum. Pada saat ini
belum ada penguapan dan belum terjadi sirkulasi sehingga kenaikan
temperatur harus diatur dengan hati-hati agar tidak terjadi overheating pada
pipa-pipa ketel.
Penaikan Tekanan
Atur laju kenaikan temperatur dan tekanan uap dengan mengatur
banyaknya igniter yang beroperasi. Periksa temperatur gas keluar ruang bakar
dengan menggunakan thermoprobe, jaga agar temperatur ini tidak melebihi
batas yang telah ditentukan. Apabila telah terjadi pemanasan yang cukup dan
timbul tekanan yang cukup, pembakaran dapat dilanjutkan dengan
menggunakan bahan bakar minyak residu. Laju kenaikan temperatur tetap
harus dibatasi demikian pula temperatur pipa-pipa ketel juga harus terus
dipantau. Pengaturan kenaikan temperatur dapat dilakukan dengan mengatur
aliran bahan bakar dan udara pembakaran, serta drain dan katup blow down.
Fenomena pengoperasian ketel tersebut diatas yang terdiri dari :
1. Pengisian air ke ketel
2. Pengoperasian sistem udara dan gas
3. Purging
4. Penyalaan, penaikan temperatur dan penaikan tekanan
Papat dilihat (diperagakan) atau dipraktekkan di simulator PLTU dengan
prosedur seperti tercantum dalam lampiran.
2.1.2.5.5 Revegetasi
Revegetasi bertujuan memulihkan lahan yang sudah final akibat
penambangan. Manfaatnya, antara lain, merehabilitas lahan yang
rusak/gundul, menghindari kelongsoran pada lereng-lereng bekas
galian atau timbunan, mencegah erosi oleh air permukaan,
mengembalikan fungsi lahan daerah yang telah terganggu, dan
menampilkan bukti bahwa kegiatan penambangan ramah dengan alam.
Ada sejumlah lokasi bekas aktivitas penambangan yang harus
dilakukan kegiatan revegetasi. Lokasi-lokasi itu meliputi daerah galian
(mined out pit) yang sudah final, daerah timbunan yang belum final
tapi ditinggalkan sampai dua tahun berpotensi terjadi erosi, serta area
kegiatan penunjang yang ditinggalkan. Agar proses revegetasi berjalan
dengan baik, maka harus disediakan bibit yang baik melalui proses
pembibitan. Penanaman dilakukan pada daerah yang sudah ditata dan
dihamparkan dengan tanah pucuk yang terdiri atas tanah humus dan
tanah merah yang merupakan hasil pelapukan tanah induk.
Sebelum penanaman, dilakukan kajian tentang kriteria tanaman yang
cocok untuk lahan yang akan direvegetasi dengan memperhatikan
rekomendasi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) atau
sesuai dengan dokumen amdal. Jenis-jenis tanaman harus memenuhi
persyaratan untuk reklamasi. Persyaratan itu adalah sesuai dengan
kegunaan reklamasi, mudah diperbanyak secara generatif, toleran
terhadap pemangkasan, mampu memberikan unsur-unsur kesuburan
tanah, tahan terhadap kekeringan dan perawatan minim, mempunyai
daya adaptasi yang tinggi, tahan terhadap hama, mampu
mengendalikan gulma, dan tidak mempunyai sifat yang tida k
menyenangkan seperti berduri atau banyak sulur yang membelit.