Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM KONTROL ALIRAN BATU BARA


PADA COAL FEEDER PLTU UP SURALAYA UNIT 5-7

Oleh:
Nama : Azis Muhajar
NPM : 167002081

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

SISTEM KONTROL ALIRAN BATU BARA


PADA COAL FEEDER PLTU UP SURALAYA UNIT 5-7

KERJA PRAKEK
Oleh:
AZIS MUHAJAR
NPM. 167002081

Menyetujui
Tasikmalaya, 2 Agustus 2019

Pembimbing KP Pembimbing Lapangan

Ridwan
H. Abdul Chobir, Drs., MT NIP. 6990006K3
NIDN. 427125701

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknik Elektro

Nurul Hiron, M.Eng


NIDN. 419087504
2
DAFTAR ISI

PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

HALAMAN PENGESAHAN II

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................ 1

FORM ISIAN KERJA PRAKTEK ................................................................ 2

LOGBOOK KERJA PRAKTEK..................................................................... 3

LANDASAN TEORI......................................................................................... 35

KESIMPULAN.................................................................................................. 47

SARAN ............................................................................................................... 49

DOKUMENTASI ............................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT., yang karena anugerah dari-Nya penulis

dapat menyelesaikan laporan kerja praktek. Shalawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan besar kita,yakni Nabi Muhammad SAW yang telah

menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupaa ajaran Islam yang sempurna dan

menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib di Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Siliwangi, dengan adanya Kerja Praktek mahasiswa

bisa mendapatkan ilmu yang ada dilapangan sehingga teori yang didapatkan

diperkuliahan bisa diterapkan dan dibuktikan di lapangan, sehingga penguasaan

teori mahasiswa menjadi lebih paham lagi, juga dengan adanya Kerja Praktek

mahasiswa jadi lebih tahu kondisi pekerjaan di lapangan.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan laporan Kerja Praktek yang

menjadi pelengkap dari Kerja Praktek yang telah dilaksanakan di PT. Indonesia

Power Pembangkit Listrik Tenaga Uap Unit Pembangkitan Suralaya dengan judul

”SISTEM KONTROL ALIRAN BATU BARA PADA COAL FEEDER PLTU

UP SURALAYA UNIT 5-7”.

Dengan selesainya Laporan Kerja Praktek ini tidak lepas dari banyak pihak

yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan Kerja Praktek hingga mampu

menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga besar penulis yang selalu mendukung dan mendoakan

penulis dalam pelaksanaan kerja praktek.

ii
2. Bapak Nurul Hiron, S.T., M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro.

3. Bapak H. Abdul Chobir, Drs., M.T. selaku pembimbing akademik.

4. Bapak Dayat, Bapak Meggi serta Staff Humas PLTU UP Suralaya yang telah

membantu memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan

Kerja Praktek di PT Indonesia Power UP Suralaya.

5. Bapak Ridwan, selaku Supervisor Senior Pemeliharaan Kontrol dan Instrument

unit 5-7.

6. Bapak Eko selaku supervisor dibagian boiler, Bapak Sukron selaku supervisor

dibagian turbin, Bapak Harry selaku supervisor dibagian Distribution Control

System, dan Bapak Ismail selaku supervisor dibagian desalination.

7. Semua jajaran teknisi pemeliharaan Kontrol dan Instrument di unit 5-7.

8. Serta teman Kerja Praktek lainnya yang membuat suasana kerja praktek

menjadi lebih berkesan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Laporan Kerja

Praktek ini. Baik dalam bentuk materi maunpun teknik penyajiannya, mengingat

kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Dalam penulisan ini penulis

mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak agar dapat lebih baik

di masa yang akan datang.

Tasikmalaya, 2 Agustus 2019

Penulis

iii
ABSTRAK

Kerja praktek dilakukan di PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya,


berlokasi di Desa Suralaya, Kecamatan Pulau Merak, Banten. Tema kerja praktek
adalah Pemeliharaan Kontrol dan Instrument. PT. Indonesia Power Unit
Pembangkitan Suralaya menghasilkan daya listrik sebesar 3400 MW, dengan
jumlah pembangkit listrik sebanyak 7 unit, dimana unit 1-4 menghasilkan daya
listrik sebesar 4 x 400MW dan unit 5-7 menghasilkan daya listrik sebesar 3 x
600MW. Perubahan beban listrik konsumen akan mempengaruhi pada kinerja
pembangkit, jika beban listrik konsumen naik maka putaran generator cenderung
turun, juga saat kondisi beban listrik konsumen turun putaran generator cenderung
naik, karena generator akan mempertahankan frekuensi beban, perubahan putaran
generator dipengaruhi jumlah steam yang mendorong sudu-sudu turbin agar turbin
berputar, banyaknya steam yang mendorong sudu-sudu turbin dipengaruhi oleh
intensitas pembakaran di boiler, pengaturan banyaknnya batubara yang masuk ke
boiler akan berpengaruh pada suhu furnace serta steam yang dihasilkan. Alat yang
digunakan untuk mengatur banyaknya batu bara yang dibutuhkan untuk
pembakaran yaitu coal feeder. Coal feeder yang digunakan di PLTU UP Suralaya
unit 5-7 merupakan coal feeder jenis gravimetric yang beroperasi dengan mengukur
berat batubara dan kecepatan penggerak motor belt feeder, perhitungan untuk
mengetahui aliran batubara pada coal feeder menggunakan metode perhitungan
pulse/length yaitu menghitung jumlah pulsa yang dihasilkan oleh tachogenerator
dalam satuan panjang tertentu pada coal feeder yang sudah ditentukan.

1
Judul Kerja Praktek :

SISTEM KONTROL ALIRAN BATUBARA


PADA COAL FEEDER PLTU UP SURALAYA UNIT 5-7

Tema Kerja Praktek :

Pemeliharaan Kontrol dan Instrument di Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Unit Pembangkitan Suralaya Unit 5-7

Tempat dan Lokasi Kerja Praktek :

Kerja Praktek dilaksanakan di PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan


Suralaya, beralamat di Desa Suralaya, Kecamatan Pulau Merak, Banten

Dosen Pembimbing Kerja Praktek : H. Abdul Chobir, Drs., M.T.

Pembimbing Lapangan Kerja Praktek : Ridwan

2
LOGBOOK KERJA PRAKTEK
Judul: Sistem kontrol Aliran Batu Bara pada Coal Feeder PLTU UP
Suralaya unit 5-7
Nama: Azis Muhajar
NPM: 167002081
Prodi: Teknik Elektro
TTD
Hari Hari /
Item Kegiatan Pembimbing
ke Tanggal
lapangan
- Perkenalan profil perusahaan PLTU

Unit Pembangkitan Suralaya

- Perkenalan komponen yang

digunakan pada pembangkit listrik


Selasa tenaga uap yang di PLTU unit
1.
02/07/2019 pembangkitan Suralaya

- Penyampaian materi K3 yang

diterapkan di PLTU unit

pembangkitan Suralaya

- Penempatan divisi

Kesimpulan :

PLTU unit pembangkitan Suralaya menghasilkan daya listrik sebesar 3400 MW,

memiliki 7 unit pembangkitan diantaranya unit 1 - 4 menghasilkan daya listrik sebesar 4

x 400 MW, unit 5 - 7 menghasilkan daya listrik sebesar 3 x 600 MW. Produksi daya

listrik pertahunnya sebesar 23.000 GWh/tahun, menghabiskan bahan bakar batu bara

3
sebanyak 12.5 juta ton/tahun. Steam turbin yang digunakan yaitu dirancang oleh

Mitsubishi Heavy Industries, Generator yang digunakan yaitu dirancang oleh Mitsubishi

Electric Company, Boiler yang digunakan yaitu dirancang oleh Babcock & Wilcox dan

Main Control System untuk unit 1 – 4 menggunakan DCS Yokogawa dan unit 5 – 7

menggunakan DCIS Bailey.

Komponen utama pembangkit listrik tenaga uap yaitu Generator, Steam Turbin, Boiler,

Pompa Fed Water, Condenser, Pulverizer.

Proses pembangkitan listrik tenaga uap di PLTU UP Suralaya :

Batubara dimasukkan ke mesin Pulverizer untuk dihaluskan sampai 200 mesh,

kemudian serbuk batu bara ini akan di dorong naik dengan udara sehingga masuk ke pipa

pembakaran dengan trigger awal mengguakan solar sehingga serbuk batu bara yang

sudah dihaluskan tadi akan terbakar dan akan memanaskan pipa-pipa air yang ada

didalam boiler dengan suhu pembakaran 1500˚C dan suhu uap yang dihasilkan dari

boiler sebesar 540˚C-169Kg/c𝑚2 untuk menggerakkan turbin High Pressure,uap

keluaran dari turbin High-Pressure sebesar 43Kg/c𝑚2 350˚C kemudian uap sisa dari

turbin High-Pressure akan dilakukan proses Re-Heating untuk menggerakkan Turbin

Intermediate Pressure, setelah proses Re-Heating suhu uap menjadi 530˚C 40Kg/c𝑚2 ,

dan uap keluaran dari Turbine Intermediate-Pressure yaitu 330˚C-10Kg/c𝑚2 untuk

menggerakkan Turbine Low-Pressure, uap dari turbin Low-Pressure akan turun masuk

pipa-pipa kecil kondensor untuk didinginkan, proses pendinginannya menggunakan air

laut, sehingga uap panas berubah menjadi air kembali, dan akan di sedot oleh pompa fed

water untuk dimasukkan kembali ke boiler untuk dipanaskan kembali.

4
Putaran turbin yang dihasilkan sebesar 3000 Rpm, dicouple ke genetaor sehingga

menghasilkan energi listrik.

Agar debu hasil pembakaran batu bara tidak mencemari lingkungan, maka asap hasil

pembakaran disaring dengan Electrostatic Precipitator, konsep nya debu hasil

pembakaran dilewatkan pada sebuah plat katoda, dan debu nya jadi positif sehingga debu

akan menempel pada pelat katoda, kemudian pelat nya dipukul sehingga debu yang

menempel akan jatuh, debu ini disebut Fly ash, yang nantinya bisa diolah lagi seperti

jadi paping block, bahan campuran semen, dll.

K3 yang diterapkan di PLTU Unit Pembangkitan Suralaya yaitu diwajibkan

menggunakan sepatu safety, menggunakan helm pelindung yang sudah disediakan oleh

pihak perusahaan, tidak boleh berkeliling dilingkungan PLTU tanpa arahan pembimbing.

Selama proses kerja praktek di PLTU UP Suralaya saya ditempatkan dibagian

Pemeliharan Kontrol dan Instrument Unit 5-7.

- Penyampaian tata cara penulisan

laporan akhir
Kamis
2. - Teknis persentasi laporan akhir
04/07/2019
- Penyemapaian materi selama PKL

- Pemeberian helm safety

Kesimpulan :

Laporan akhir di wajibkan dibuat untuk dijadikan sebagai syarat pengambilan

sertifikat, untuk tingkat perguruan tinggi terdiri dari 5 bab, kemudian hasil laporan

5
akhir ini di persentasikan ke mentor. Untuk tata cara penulisan bisa dilihat di laporan

akhir yang sudah di buat dan di simpan di perpustakaan PLTU UP Suralaya.

- Senam pagi

- Pendistribusian ke divisi kontrol dan

instrumentasi

- Perkenalan
Jum’at
3. - Materi pembukaan untuk peserta
05/07/2019
kerja praktek di kontrol dan

intrumentasi

- Diskusi materi mengenai konsep

pembangkit listrik tenaga uap

Kesimpulan :

Selama proses kerja praktek saya di tempatkan di divisi Pemeliharaan Kontrol dan

Instrumentasi PLTU UP Suralaya unit 5 – 7.

Struktur organisasi PLTU UP Suralaya unit 5 – 7 yaitu meliputi :

A. Manager pemliharaan unit 5 - 7

1. Perencanaan pemelliharaan unit

2. Perencanaan outage unit

3. Pemeliharaan mekanik Boiler

4. Pemeliharaan meknaik Turbin

5. Pemeliharaan BOP

6. Pemeliharaan Listrik

6
7. Pemeliharaan Kontrol dan Instrumentasi

Pemeliharaan kontrol dan instrument, dibagi lagi menjadi 4 bagian divisi, yaitu :

1. Pemeliharaan kontrol instrument Boiler

- Pemeliharaan kontrol boiler system

- Pemeliharaan kontrol pulverizer system

- Pemeliharaan kontrol fan system

2. Pemelihraan kontrol instrument BOP ( Balance of Plant )

- Pemeliharaan kontrol Circulating Water Pump system (CWP)

- Pemeliharaan kontrol desalination system

- Pemeliharaan water treatment system

3. Pemelihraan kontrol instrument DCIS

- Pemeliharaan kontrol OIS system

- Pemeliharaan kontrol PCU DCS system

- Pemeliharaan kontrol coal feeder dan O2 analizer system

4. Pemelihraan kontrol instrument Turbin

- Pemeliharaan kontrol turbin system

- Pemeliharaan kontrol heater system

- Pemeliharaan kontrol DEHC system

Divisi pemeliharaan kontrol dan instrument terdiri dari 15 orang pegawai, terdiri dari 1

orang super visor senior, 4 orang super visor tiap kontrol instrument, 5 orang teknisi

senior, dan 5 orang teknisi.

7
Pada diskusi ini dibimbing oleh pak Eko wahyu, beliau adalah supervisor kontrol

intrument boiler. Penjelasan prinsip kerja PLTU dijelaskan lebih detail dari penjelasan

pas hari pertama.

Air laut yang di pompa digunakan untuk mendinginkan uap panas di kondensor,

juga dipompa ke desalination system untuk di hilangkan kadar garamnya, kemudian

dimasukkan ke water treatment sehingga air nya benar-benar murni, setelah itu masuk

ke Daerator untuk di hilangkan kadar oksigen,dan gas-gas lainnya,sehingga air tidak

mengandung unsur-unsur kimia lainnya lagi dan akan dipanaskan di boiler untuk

diuapkan kembali, proses pemanasan air yang sudah di saring ini di lakukan secara

bertahap melalui Low Pressure Heater,High Pressure Heater,Economizer, dan di boiler,

uap yang dihasilkan dari proses pemanasan di boiler masih berupa uap basah, uap basah

ini akan di panaskan lagi di super heater sehingga menjadi uap yang digunakan untuk

menggerakkan turbin yaitu uap kering,setelah digunakan menggerakkan turbin uap akan

di rubah lagi menajadi air di kondensor, dan di pompa lagi ke boiler untuk di panaskan

lagi untuk menghasilkan uap lagi, begitu pun seterusnya prosesnya sama.

8
- mengambil barang ke gudang

untuk keperluan overhoul

instrument unit 7

- Penyampaian materi
4. Senin 08/07/2019
Instrumentasi “pengukuran

tekanan” dan aktuator

- Diskusi kendali dan

instrumentasi

Kesimpulan :

Yang dikendalikan dalam instrumentasi yaitu Pressure, Level, Flow, Temperature,

dimana dalam suatu plant instrumentasi proses industri ketiga elemen ini pasti selalu

ada. Ada beberapa tipe sensor elemen yang digunakan pada tiap jenis sensor untuk proses

industri yaitu indikator, transmitter, dan switch. Karakter dari tipe indikator yaitu akan

membeikan informasi besaran yang diukur, contoh Pressure indikator akan memberikan

informasi besarnya tekanan yang melewati Pressure indikator. Karakter dari Transmitter

akan menghasilkan sinyal analog, sedangkan karakter dari Switch yaitu akan

menghasilkan sinyal digital.

Tipe-tipe sensor ini digunakan berdasarkan kebutuhan plant yang akan dikendalikan,

contoh buka tutup sebuah valve di kendalikan berdasarkan perubahan nilai level, itu

artinya tipe sensor yang digunakan yaitu transmitter karena perubahan level 1% pun akan

merubah besarnya bukaan valve.

Macam-macam sensor yang digunakan pada instrumentasi :

9
1. Sensor Tekanan

- Pressure Indikator

- Pressure Transmitter

- Pressure Switch

- Differential Pressure

- Pressure Differential Switch

2. Sensor Level

- Level Indikator

- Level Transmitter

- Level Switch

3. Sensor Flow

- Flow Indikator

- Flow Transmitter

4. Sensor Suhu

- Temperature Indikator

- Temperature Transmitter

5. Sensor Posisi

- Limit Switch

- Pressure Transmitter

- LVDT ( Linear Variable Differential Transformer )

- RPM

- Vibration

10
Macam – macam aktuator yang digunakan pada plant kontrol dn instrumentasi :

1. Relay

2. Kontaktor

3. Selenoid

4. Motor

Supaya nilai pembacaan sensor akurat dan sesuai dengan yang dikehendaki, maka perlu

yang nama nya kalibrasi, untuk Transmitter sensor kalibrasi dilakukan dengan

membandingkan nilai sensor yang akan dikalibrasi dengan nilai alat ukur yang telah

memiliki nilai pembacaan yang sangat akurat dan telah memenuhi standarisasi

instrumentasi, sedangkan untuk kalibrasi sensor digital yaitu dengan menyetel mau

dinilai berapa switch pada sensor akan aktif, dengan memutar adjust yang terdapat pada

sensor.

- Penyampaian materi Instrumentasi

“ Pengukuran Level “
Selasa
5. - Ikut maintenance Tapping point
09/07/2019
furnace pressure instrument boiler

unit 7

Kesimpulan :

PENGUKURAN LEVEL

Prinsip pengukuran dilakukan dengan cara mengukur ketinggian level dari permukaan,

mengukur tekanan air dalam bejana, dan menghitung berat.

11
Banyak jenis-jenis sensor untuk mengukur level, diantaranya :

- Weight dan cable

- Float dan Tape

- Glass Gauge

- Reflex gage

- Magnetic gage

- Hidrastep

- Load cells

Tapping point merupakan area untuk pengambilan titik Pressure untuk dikirimkan ke

Pressure Transmitter / Pressure Switch, yang nantinya nilai pembacaan yang diukur oleh

sensor akan dikirimkan ke controller PLC / DCS. Perawatan dilakaukan dengan cara

membersihkan pipa-pipa dari sisa arang batu bara yang menempel, karena akan

mempengaruhi nilai pembacaan pada sensor.

- Penyampaian materi instrumentasi

lanjutan “Pengukuran level” dan

Pengukuran Flow
Rabu - Ikut overhaul instrument di Force
6.
10/07/2019 Drive Fan unit 7

- Ikut ke Control Room

- Penyampaian materi instrumentasi

“Pengukuran Temperature”

12
- Penyampaian materi konsep proses

Desalination secara umum

Kesimpulan :

Pada Force Drive Fan terdapat elemen yang perlu di pantau diantaranya suhu minyak

pada motor FD fan, keolengan bearing motor FD fan, pada proses overhaul yang

dilakaukan yaitu melepas sensor yang terpasang di motor FD fan yaitu sensor vibration

untuk mendeteksi getaran pada bearing, dan sensor Thermocouple untuk mendeteksi

suhu minyak pada motor, yang mengindikasikan suhu kerja yang dialami oleh motor saat

proses berjalan. Tipe Thermocouple yang digunakan pada motor FD fan unit 7 yaitu

Thermocouple tipe T, dapat dilihat dari warna kabelnya yaitu merah-biru dengan

menggunakan standar ANSI ( American National Standard Institute ), tipe ini memiliki

range pembacaan -200 samapi 400 ˚C.

Nilai pembacaan nilai sensor yang terpasang di FD fan kemudian dikirimkan ke

controller dan nilai pembacaan sensor dapat dimonitor di HMI yang tedapat di control

room, di control room ada ruangan yang namanya Engineer work station dimana

ruanagan ini berfungsi sebagai tempat server, semua proses kendali yang terdapat di

PLTU UP Suralaya unit 5-7 dapat dimonitoring di ruangan ini, proses pemberian

perintah dari control room ke lokal dapat dimonitor proses kerjanya di EWS.

Proses perubahan air laut menjadi air tawar dilakukan pada Desalination system, air laut

dipompa kemudian dipanaskan pada pipa nya dengan menggunakan uap sisa dari turbin,

suhu yang digunakan untuk memanaskan air laut yaitu 70 ˚C,air yang sudah di panaskan

13
tadi alirkan ke stack, kenapa bisa menguap dengan uap segitu sebab udara di dalam stage

dibuat vakum sehingga dengan suhu yang rendah dapat menguapkan air laut. uap air laut

berubah menjadi air tawar dan di masukkan ke tangki penyimpanan sementara. Level air

yang terdapat didalam stage harus dijaga supaya nilai kevakuman didalam tabung stage

tetap terjaga dan tidak berkurang, karena akan mempengaruhi pada proses penguapan.

- Penyampaian materi furnace dan

electric precipitator

- Ikut overhaul instrumentasi di

pulverizer
Kamis
7. - Melihat ke local Induced Draft Fan
11/07/2019
- Penyampaian materi Speed sensor

dan Actuator

- Belajar alat instrumentasi di bengkel

instrument boiler

Kesimpulan :

Fan yang digunakan di PLTU UP Suralaya ada 3 macam, Primary air fan, Force

draft fan, Induced draft fan.

• PA fan digunakan untuk mendorong serbuk batu bara dari pulverizer ke furnace (

ruang pembakarran ).

• FD fan digunakan untuk menyuplai udara untuk proses pembakaran batu bara di

furnace.

14
• ID fan digunakan untuk menyedot fly ash dari sisa pembakaran kemudian di alirkan

ke electric precipitator untuk di saring debu hasil pembakarannya, itu sebabnya

udara di dalam furnace vakum, karena udara disedot oelh ID fan.

Debu yang tersaring di electric precipitator akan turun dan langsung di bawa oleh truck,

debu yang lolos dari electric precipitator akan di buang ke udara luar melalui stack (

cerobong ).

Penegendalian ID fan dilakukan oleh piston positioner , dimana positioner mendapat

perintah dari control room oleh operator, kemudian perintah itu akan dirubah oleh

controller berupa sinyal analog elektrik dengan besar sinyal 4 – 20 mA, kemudian

besarnya sinyal elektrik ini akan dikonversi menjadi sinyal pneumatik oleh I/P converter

di positioner dengan besar sinyal pneumatik yaitu 3 – 15 Psi, besarnya sinyal pneumatik

akan linier dengan besarnya nilai elektrik. Sinyal pneumatik digunakan oleh positioner

untuk menggerakkan piston yang dikopel dengan tuas penggerak damper di ID fan.

Sehingga pergerakkan piston akan mengubah bukaan damper di ID fan.

Udara yang digunakan oleh positioner, piston, dikendalikan oleh regualtor, karena

ssupply tekanan sebesar 7 kg/c𝑚2 sedangkan kebutuhan tekanan di elemen positioner

dan psiton tidak selalu membutuhkan sebesr itu, sehingga tekanannya di atur, dan apabila

tekanan udaranya mengandung air, airnya akan dialirkan ke Drain Trap , karena

positioner , piston tidak boleh terkena air, itu akan menyebabkan kerusakan pada alat.

Proses pengolahan batu bara :

• Batu bara dari kapal tongkang dibawa ke stock yard

• Dari stock yard kemudian dibawa ke coal bunker menggunakan conveyor

15
• Dari coal banker, batu bara dibawa ke coal feeder, coal feeder ini berfungsi untuk

mengatur banyaknya batu bara yang dibutuhkan untuk di masukkan ke pulverizer

• Di dalam pulverizer batu bara dihaluskan samapi 200 mesh

• Kemudian batu bara yang kehalusannya mencapai 200 mesh akan di masukkan ke

furnace dengan cara di dorong oleh udara yang dihasilkan oleh PA fan.

• Batu bara yang masuk ke furnace akan dibakar dan memanaskan air.

Sensor kecepatan digunakan untuk mendeteksi putaran motor, terdapat beberapa

macam sensor kecepatan , diantaranya :

1. Magnetic pick-up

2. Tachometer optik

3. Tachometer DC

4. Tachometer AC

5. Inductive Tachometer

6. Hall sensor

Aktuator merupakan perlatan yang mengubah sinyal elektrik menjadi gerak mekanik,

aktuator juga serig disebut sebagai output plant , contoh aktuator adalah :

1. Relay

2. Kontaktor

3. Breaker

4. Motor

5. Solenoid

6. Positioner

16
7. Control valve

8. Control damper

- Senam dan olahraga pagi

- Diskusi konsep desalination

- Diskusi instrumentasi di bengkel


Jum’at
8. instrument boiler
12/07/2019
- Melihat pemasangan instalasi

intrument box pada PA fan ,

pemasangan tubing

Kesimpulan :

Prinsip kerja positioner yaitu mengubah besaran sinyal elektrik 4 – 20 mA menjadi sinyal

pneumatik 3 – 15 psi, supaya sinyal output dari kontroler dapat linier dengan kerja

actuator, salah satu contohnya untuk menggerakan ID fan. Positioner yang digunakan di

PLTU UP Suralaya unit 7 yaitu positioner merk ABB.

I/P Converter ada dua jenis, yaitu ada yang langsung sepaket dengan aktuator, dan ada

yang terpisah, prinsip kerjanya sama. I/P Converter yang langsung sepaket dengan

aktuator digunakan ditempat yang tidak memiliki pengaruh suhu yang tinggi, karena

elemen elektronik akan terpengaruh oleh perubahan suhu. Sedangkan I/P Converter yang

terpisah digunakan apabila aktuatornya ditempatkan diarea yang memiliki perubahan

suhu yang lumayan tinggi, sehingga I/P Converter bisa di tempatkan jauh dari area

aktuatornya.

17
- Melihat ke area Seal Air Fan
Senin - Melihat dan mengamati pemasangan
9.
15/07/2019 tubing di instrument Primary Air Fan

- Ke area Condensate Storage Tank

Kesimpulan :

Seal Air Fan digunakan untuk melindungi elemen-elemen mekanik yang terdapat di

pulverizer, agar serbuk batu bara tidak masuk ke bagian mekanik yang sensitif terhadap

kotoran contohnya bearing, karena akan menyebabkan rusaknya elemen mekanik itu,

juga digunakan untuk melindungi elemen mekanik pada coal feeder, dan untuk menjaga

agar serbuk batu bara yang ada di pulverizer tidak berhamburan tidak beraturan saat

didorong masuk ke coal pipe. Tekanan udara seal air fan harus lebih tinggi dari tekanan

udara primary air fan, itu supaya seal air fan dapat mencegah serbuk batu bara masuk

ke elemen mekanik pulverizer dan coal feeder. Seal air fan setiap pulverizer terdapat 2

unit, yaitu SAF A dan SAF B, yang berkerja secara bergantian sesuai dengan kebutuhan,

dan juga dapat beroperasi secara bersamaan.

Primary air fan digunakan untuk mendorong batu bara yang sudah dihaluskan pulverizer

agar masuk ke coal pipe untuk masuk ke ruang pembakaran (furnace), banyaknya

pressure yang dikeluarkan oleh primary air fan tergantung dari bukaan dampernya,

berapa persen damper itu terbuka, bukaan damper dinyatakan dalam 0 – 100%.

Condensate storage tank merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air

cadangan untuk siklus penguapan diboiler, air CST ini merupakan air yang sudah melalui

proses destilasi sehingga yaitu air tawar, yang disuplay dari demind tank, level CST ini

18
harus dijaga. Pada CST elemen instrumentasi yang digunakan antara lain : Pressure

transmitter, dan Pressure switch, dimana pressure transmitter yang digunakan sebanyak

dua buah untuk mengukur level air, cara pengukurannya dengan membandingkan

pressure dari kedua sensor pressure transmitter itu, sedangkan pressure switch

digunakan sebagai proteksi apabila level melebihi dari yang dikehendaki, sehingga valve

akan tertutup dan air tidak akan mengalir ke tangki.

- Penyampaian materi coal feeder

oleh pak harry SP DCS

- Melihat ke area coal feeder


Selasa
10. - Membaca buku manual perawatan
16/07/2019
coal feeder

- Mencari referensi laporan di

perpustakaan PLTU UP Suralaya

Kesimpulan :

Coal feeder merupakan alat yang digunakan untuk mengatur banyaknya batu bara yang

masuk ke mill ( pulverizer ) untuk dihaluskan. Banyak sedikitnya batu bara yang

dialirkan ke mill berdasarkan besarnya daya listrik yang ingin di bangkitkan oleh suatu

plant PLTU. Untuk mengukur banyaknya aliran batu bara, pada coal feeder terdapat 2

sensor yaitu sensor berat dan sensor kecepatan, dimana hasil perkalian nilai dari kedua

nilai sensor ini akan didapat berapa jumlah aliran batu bara yang dibutuhkan dalam

satuan (kg/h). setiap unit pembangkit terdapat 6 pulverizer dengan unit yang beroperasi

pada kondisi normal yaitu 5 unit, dengan satu pulverizer dalam keadaan standby.

19
Sistem proteksi pada coal feeder dianataranya adalah :

1. Discharge plugg sensor

Untuk mendeteksi plugging yang menempel pada saluran batu bara pada outlet coal

feeder, plugging menempel diakibatkan batu bara yang basah atau ada material yang

mengganjal saluran, jika sensor plugg aktif maka coal feeder akan trip/ mati, sehingga

unit tidak bekerja. Untuk membersihkan plugg yang menempel dilakukan secara manual

dengan membuka main hole pada coal feeder. Dan supaya coal burner tetap terjaga

pasokan batu baranya maka pulverizer yang standby akan dijalankan.

2. No coal at belt sensor

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya batu bara pada belt conveyor pada coal feeder,

sensor akan terdorong oleh batu bara, dan jika batu bara tidak ada pada belt conveyor

coal feeder maka sensor akan kembali ke posisi awal yang menandakan sensor aktif, jika

ini terjadi maka coal feeder akan trip, dan coal feeder yang standby akan dijalankan.

Penyebab tidak adanya batu bara pada belt coal feeder, dikarenakan saluran pada outlet

gate bunker terdapat plugg atau ada batu bara yang mengganjal. Untuk pembersihan

plugg dilakukan dengan secara manual oleh operator dengan membuka main hole.

3. Coal silo level sensor

Untuk mendeteksi level batu bara yang terdapat pada coal bunker, penempatannya di

letakan dipinggir-pinggir coal bunker, sensor yang digunakan adalah 2 buah atau lebih

sensor load cell, nilai pembacaan dari load cell posisi bawah akan dibandingkan dengan

20
pembacaan nilai sensor load cell paling atas , dan dikonversi menjadi level. Level batu

bara pada coal bunker harus dijaga supaya tidak mengalami kekosongan batu bara di

coal bunker, karena akan menyebabkan temperature naik pada pulverizer akibat tidak

adanya batu bara yang masuk ke mill, tapi mill beroperasi terus. Jika batu bara pada coal

bunker kosong, maka coal feeder dan pulverizer akan trip.

4. Coal flow indicator

Untuk mendeteksi aliran batu bara yang masuk ke coal bunker. Sensor ini menggunakan

sensor nuklir, tapi di unit 5-7 sekarang sudah tidak dipakai lagi.

5. Pulverizer current sensor

Untuk mendeteksi arus listrik pada motor pulverizer, jika batu bara yang masuk ke

pulverizer berlebihan maka akan menyebabkan putaran motor pada pulverizer berat, dan

penghalusan batu bara akan lama, juga akan menimbulkan plugg pada pulverizer, jika

hal ini terjadi maka coal feeder harus trip.

Cleanout conveyor pada coal feeder berfungsi untuk membersihkan batu bara yang jatuh

ke bawah belt conveyor, jika tidak dibersihkan maka akan terjadi penumpukan batu bara

di bawah belt conveyor dan itu akan menyebabkan terhambatnya putaran pada belt

conveyor coal feeder.

Pada outlet bunker terdapat alat yang namanya vibrator, fungsi dari vibrator adalah untuk

menghilangkan plugg yang menempel pada outlet bunker, pengoperasiannya dilakukan

21
secara manual di lokal dengan mengaktifkan selektor atau bahkan dilakukan dengan cara

memukul-mukul case outlet bunkernya.

Prosedur penyimpanan Coal Feeder :

1. Area penyimpanan harus dipastikan bersih

2. Setelah unit disimpan di lokal, pastikan area tertutup dengan aman

3. Unit harus dismpan ditempat yang memudahkan untuk melakukan pengecekan

dan perawatan

4. Lokasi penyimpanan unit harus memiliki temeprature ruangan minimum 5˚C dan

maksimum 50˚C

Prosedur perawatan coal feeder :

1. Setiap 1 bulan sekali lakukan pengecekan pelindung feeder dan control

2. Setiap 3 bulan sekali lakukan pengecekan belt conveyor, pelumasan bearing, dll

3. Setiap 1 tahun sekali lakukan penggantian oli gear reduces.

Untuk mendapatkan keakuratan dalam pembacaan berat batu bara pada coal feeder,

faktor-faktor yang perlu di perhatikan yaitu :

1. Ketegangan belt conveyor yang tepat

2. Tekanan minimum dalam feeder

3. Dan kalibrasi elemen pada coal feeder

22
- Pengerjaan laporan kerja praktik
Rabu - Penyampaian materi tentang coal
11.
17/07/2019 feeder lanjutan oleh mas Wisnu

teknisi DCS

Kesimpulan :

Syarat – syarat untuk mengoperasikan coal feeder diantaranya :

1. Coal feeder harus sudah dikalibrasi

2. System kontrol coal feeder harus sudah dalam keadaan termonitor (remote)

Tahapan pengoperasian coal feeder saling berhubungan dengan unit yang lainnya,

seperti pulverizer,coal burner. Saat unit start.

Bagian – bagian coal feeder :

1. Feeder inlet

Berfungsi sebagai tempat masuknya batu bara dari coal bunker.

2. Adjusting screw

Berfungsi untuk mengatur posisi belt feeder supaya berada pada posisi tengah-

tengah coal feeder.

3. Tension roll indicator

Berfungsi untuk memberikan informasi ketagangan belt conveyor.

4. Belt conveyor

Berfungsi untuk mengalirkan batu bara pada coal feeder.

5. Tension roll door frame

Berfungsi untuk mengatur ketegangan belt conveyor.

23
6. Level bar

7. Outlet feeder

Berfungsi untuk mengalirkan batu bara dari coal feeder ke pulverizer.

8. Clean out conveyor

Berfungsi untuk membersihkan batu bara yang jatuh dari belt conveyor.

- Baca manual book coal feeder


Kamis
12. - Konsultasi mengenai materi coal
18/07/2019
feeder

Kesimpulan :

Variabel yang dikendalikan pada pengendalian coal feeder yaitu kecepatan aliran batu

bara, dimana parameter yang dapat mengubah kecepatan ini yaitu berat batu bara (kg/m)

dan kecepatan motor conveyor karena metode perhitungan yang digunakan pada coal

feeder unit 5 -7 yaitu gravimetric sehingga yang menjadi parameter perhitungannya yaitu

berat dan kecepatan motor, berat batu bara yang dapat dialirkan diatur secara manual

dilokal, yaitu dengan mengatur luas penampang dan ketinggian pembatas pada level bar,

sehingga nilai berat ini akan tetap konstan, dan pengaturan ini tidak akan berubah meski

unit bekerja lama, karena pengaturan dibuat paten, aliran batu bara dari coal bunker ke

coal feeder juga alirannya selalu konstan karena gate valve dari outlet bunkernya bekerja

secara full open atau full close. Unutk memenuhi kebutuhan batu bara yang dibutuhkan

yaitu dengan mengatur kecepatan motor konveyornya, semakin banyak kebutuhan batu

bara maka kecepatan motor akan semakin cepat, begitu pun sebaliknya jika kebutuhan

batu bara berkurang maka kecepatan motor juga akan berkurang, sehingga didapat nilai

24
flow batu bara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, banyaknya batu bara yang masuk

ke mill harus selalu sesuai dengan perbandingan antara flow udara FD fan dan Flow batu

baranya.

Karena coal feeder di unit 5-7 yaitu memakai jenis gravimetric sehingga ketegangan belt

feeder harus diperhatikan, karena jika ketegangan belt feeder tidak sesuai, maka

pembacaan nilai berat juga tidak akan akurat, sehingga aliran flow batu bara tidak sesuai.

Pengecekan ketegangan belt feeder dilakukan setiap 3000 jam unit beroperasi, dilakuka

pengecekan ketegangan, dan keruskan pada belt feeder. Gejala kerusakan yang sering

terjadi pada belt feeder yaitu posisi belt feeder tidak seimbang pada posisi tengah-tengah,

sehingga terjadi ketidakseimbangan pergerakkan belt feeder yang akan menyebabkan

banyaknya batu bara yang jatuh ke bawah belt feeder, juga terjadi belt yang sobek karena

terdapat benda asing masuk seperti batu.

Gejala lain yang sering muncul pada coal feeder yaitu adanya plugging yang menempel

pada outlet feeder, akibat dari material batu bara yang basah.

- Senam pagi
Jum’at - Video conferences
13.
19/07/2019 - Ikut dan mengamati proses kalibrasi

thermocouple

Kesimpulan :

Senam pagi setiap hari jum’at merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh karyawan

PLTU UP Suralaya, agenda di mulai pukul 07.00 pagi sampai pukul 08.00, kemudian

dilanjut dengan acara video conference dengan kantor pusat Indonesia Power serta

25
cabang unit pembangkit diseluruh Indonesia. Agenda membahas perkenalan Direktur

utama baru Indonesia Power yang baru, kontrak manajemen, sosialisasi program ISRS

K3 di Indonesia Power.

Alat yang digunakan untuk kalibrasi thermocouple yaitu Temperature Calibration dan

multimeter, temperaure calibration berfungsi untuk menghasilkan suhu yang akan

digunakan sebagai suhu uji untuk thermocouple, ujung elemen thermocouple yang akan

dikalibrasi dimasukkan ke temperature calibration yang sudah diset nilai suhu nya,

contoh 60˚C , kemudian ukur terminal pada thermocouple untuk mnegetahui hasil

pembacaan menggunakan multimeter yang bisa membaca besaran suhu juga, kemudian

amati hasil pembacaan pada multimeter dan bandingkan dengan nilai suhu yang sudah

diset pada temperature calibration, jika hasil ukur pada multimeter sama maka

thermocouple masih dalam kondisi bagus.

Kemudian hasil pembacaan pada thermocouple juga dibandingkan dengan pembacaan

di control room dengan cara menyambungkan kabel output thermocouple ke kabel input

controller, sehingga controller akan mengirim data ke control room, jika hasil

pembacaan sama dengan yang muncul pada control room artinya wiring sensor

thermocouple ke controller aman.

Gejala nilai pembacaan yang muncul di control room tidak sesuai dengan hasil

pengukuran dengan multimeter, disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Kabel positif dan negatif terbalik pemasangannya

Akan menyebabkan nilai pembacaan yang muncul akan lebih kecil dari nilai yang

sebenarnya.

26
2. Kabel pada terminal thermocouple longgar

Akan menyebabkan nilai pembacaan yang muncul tidak stabil, kadang muncul

kadang juga tidak muncul hasil pebacaannya.

3. Kabel/wiring putus atau thermocouple rusak

Akan menyebabkan nilai yang muncul pad ahasil pembacaan lebih besar berkali

lipat, contoh nilai suhu sebenarnya 60˚C tetapi nilai yang muncul pada multimeter

1000˚C itu berarti sensor rusak, tapi jika nilai bacaan pada multimeter sama dengan

nilai suhu sebenarnya, tetapi nilai yang muncul di control room yang berbeda itu

artinya kabel nya ada yang putus.

Senin - Kalibrasi Pressure Indikator


14.
22/07/2019 - Baca manual book coal feeder

Kesimpulan :

Pressure indikator merupakan alat instrumen untuk mengukur tekanan, tekanan yang

terbaca akan langsung ditampilkan pada alat ukurnya. Supaya pembacaan yang terukur

oleh pressure indikator tepat, maka perlu dilakukan kalibrasi, alat yang digunakan untuk

kalibrasi pressure indikator adalah dead weight tester, kalibrasi dilakukan dengan

membandingkan hasil pembacaan pada pressure indikator yang digunakan pada plant

dengan pressure indikator yang memiliki nilai pembacaan dengan nilai ketelitian yang

akurat. jika nilai pembacaan pressure indikator yang dipakai berbeda jauh dari nilai

pembacaan pressure indikator yang presisi, maka jarum indikator di lepas dan geserkan

pemasangannya agar pembacaan sama dengan yang pembandingnya.

27
Selasa - Bimbingan penjelasan loop control
15.
23/07/2019 kendali coal feeder

Kesimpulan :

Ketika operator mengirim set point jumlah batu bara (Ton/jam) yang dibutuhkan, maka

sinyal akan di kirimkan ke kontroler kemudian data akan diolah dan akan dihasilkan

berapa kecepatan putaran motor yang dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan jumlah

batu bara, karena nilai berat sudah dibuat konstan, sinyal keluaran dari kontroller (4-

20mA) akan di kirimkan ke speed control card untuk mengkonversi besaran sinyal dari

kontroler menjadi besaran tegangan (0-120 VDC) yang dibutuhkan untuk menggerakkan

eddy current clutch dengan besar keluaran sinyal proporsional dengan besarnya sinyal

dari kontroler, besarnya putaran yang dihasilkan oleh eddy current clutch akan dibaca

oleh tachometer untuk dijadikan sinyal feedback sehingga error putaran akan dikoreksi

terus sampai kecepatan putaran mencapai atau mendekati yang dikehendaki.

28
Rabu - Ikut penggantian module card ke
16.
24/07/2019 server room

Kesimpulan :

Module card merupakan modul yang digunakan untuk menerima sinyal keluaran dari

controller, setiap module card memiliki address masing-masing yang menunjukkan

alamat untuk menggendalikan aktuator yang berbeda, setiap sinyal keluaran yang

dihasilkan controller memiliki address. Ketika controller mengeluarkan sinyal keluaran

maka semua module card dapat menerima sinyal tersebut tapi tidak dapat membaca atau

mengeksekusi perintah sinyal tersebut, hanya module card yang memiliki address yang

sesuai yang dapat membaca dan menjalankan perintah sinyal keluaran controller

tersebut. Contoh Module card FD fan yang dapat menjalankan perintah sinyal dari

controller ini kemudian akan mengaktifkan relay 25 VDC kemudian akan

menghubungkan tegangan AC 220 V, kemudian tegangan AC ini akan mengaktifkan

kontaktor 3.3 KV dan motor FD fan akan running.

- Ikut pemeliharaan pemasangan

thermocouple pada mill outlet


Kamis
17. - Melihat dan mengamati steam drum
25/07/2019
dan komponen instrumennya yang

terpasang

Kesimpulan:

Thermocouple pada outlet mill berfungsi sebagai pengukur suhu outlet batu bara yang
telah halus dan akan disalurkan menuju burner.

29
Tata cara menghitung suhu terukur thermocouple melalui mv tegangan:

1. Ketahu tipe thermocouple yang digunakan

2. ketahui temperatur ambien.

3. lihat pada tabel spesifikasi thermocouple.

4. konversikan tegangan ke suhu menggunakan tabel tersebut

5. Jumlahkan temperatur yang diketahui melalui tabel dengan temperatur ambien

Contoh: Jika diketahui tegangan terukur thermocouple sebesar 12 mV dengan tipe

thermocouple tipe E dan temperatur ambien adalah 26ºC maka berapakah suhu

sebenarnya yang terukur oleh thermocouple ?

Jawab: Konversi dengan tabel thermocouple tipe E, 12 mv= 180ºC, maka suhu

sebenarnya adalah: 180ºC + 26ºC = 206ºC

Steam drum adalah salah satu komponen penting pada boiler yang berfungsi sebagai

pemisah fase uap dengan fase air, instrumentasi yang digunakan pada steam drum

diantaranya yaitu pressure transmitter sebanyak 3 buah, level transmitter 3 buah, dan

hidrastep. pressure dan level transmitter dipasang dengan jumlah lebih dari satu

bertujuan untuk mencegah tripnya boiler jika salah satu transmitter terjadi kegagalan saat

memberikan signal pada DCIS.

- Senam Pagi
Jum’at
18. - Ikut pemeliharaan Pressure control
26/07/2019
valve

30
Kesimpulan:

Setiap hari jum’at pagi agenda rutinnya adalah senam pagi, setelah senam biasanya

diadakan evaluasi dari Divisi humas. pada hari jum’at ini evaluasi membahas tentang

kehadiran peserta PKL dan pebahasana tentang teknis pada saat closing di hari rabu dan

penentuan waktu closing.

Setelah shalat jum’at kami ikut pemeliharaan pressure control valve di soot blower,

pressure control valve sendiri digunakan untuk mengontrol tekananan untuk digunakan

oleh sootblower.

- Mengurus administrasi laporan KP


Senin
19. - Ikut ke control room Desalination
29/07/2019
plant

Kesimpulan :

➢ Desalinasi Brine Recirculation MSF evaporator terdiri atas dua bagian flash

evaporator, yaitu heat rejection section dan heat recovery section.

31
➢ Air laut (sea water) yang dipasok dari Desal Supply Pump (DSP) ke heat rejection

section evaporator dari stage 20, diteruskan ke stage 19 dan 18 selanjutnya

dibuang.

➢ Sebagian air laut (sea water) yang akan dibuang dikembalikan ke ruangan

evaporator stage 20 (last stage) sebagai make up water yang digunakan sebagai

umpan heat recovery section.

➢ Dari ruang evaporator stage 20 air laut (sea water) dipompa dengan menggunakan

brine recirculation pump menuju pipa-pipa condenser heat recovery section

evaporator mulai dari stage 17 dan seterusnya mengalir sampai stage 1 (first

stage).

➢ Selanjutnya air laut (sea water) menuju brine heater, dan dipanaskan oleh bantuan

auxiliary steam.

➢ Dari brine heater air laut yang sudah panas masuk ke ruangan evaporator stage 1

(first stage) dan mengalir sampai stage 20 (last stage).

➢ Pada setiap stage evaporator air laut mengalami penguapan dan kondensasi, air

kondensate yang terjadi ditampung di dalam distillate tray sebagai produk

desalination.

➢ Air distillate (product water) yang dihasilkan akan ditransfer menggunakan pompa

distillate (product pump) menuju mixed-bed demineralization atau menuju fresh

water tank.

➢ Untuk menjaga supaya air tetap mendidih sehingga diperoleh tingkat penguapan

yang sama pada setiap tingkat evaporator, maka dilakukan pengurangan tekanan

(vacuum) permukaan air di dalam masing-masing evaporator secara proporsional.

32
- Ikut pemasangan PCV pada pipa
Selasa
20. sootblower unit 7
30/07/2019
- Persentasi laporan KP

Kesimpulan :

PCV digunakan untuk mengatur aliran steam pada sootblower , saat pemasangan PCV

perlu dilakukan pengetesan kelinearan PCV dari inputan dari control rom dengan bukaan

pada PCV. Kalibrasi dilakukan dengan cara memberi sinyal kontrol dengan alat kalibrasi

yaitu memberi sinyal 25%, 50%, 75%, dan 100% kemudian lakukan komunikasi dengan

bagian control room untuk membandingkan nilai kerja PCV yang ada dilokal dengan

yang terbaca oleh Human machine Interface.

Pukul 14.30 wib diadakan persentasi laporan selama kerja praktik di PLTU UP Suralaya,

pada proses persentasi ini kami menjelaskan tentang materi yang jadi topik pembahasan

pada laporan, jika ada pemahan yang kurang tepat kita diluruskan oleh mentor.

- Ikut melihat kalibrasi kontrol valve


Rabu di kontrol kabinet turbin
21.
31/07/2019 - Closing PKL periode juli di display

room dengan divisi HUMAS

Kesimpulan :

Kegiatan penutupan PKL diadakan diruang display room dimulai pukul 14.00 WIB,

agenda kegiatan penutupan penymapaian pesan-pesan dari divisi HUMAS kepada

33
peserta PKL mengenai hal-hal selama proses PKL, pengumpulan laporan PKL untuk

ditukar dengan sertfikat, dan foto bersama.

34
LANDASAN TEORI

No Teori

1 Sistem Kontrol

Sistem kontrol merupakan suatu sistem yang terdiri suatu device,

mekanisme atau algoritma tertentu yang bertujuan untuk mengendalikan

suatu proses agar sistem tersebut dapat bekerja secara teratur dan

menghindari terjadinya kesalahan proses yang akan mengakibatkan

gagalnya suatu objek yang diharapkan. Didalam pengendalian suatu

proses terdapat empat langkah yang terjadi, yaitu : mengukur

(measurement), membandingkan (comparation), menghitung

(judgement), dan mengoreksi (correction). Pengendalian proses dapat

berupa kendali manual dan kendali otomatis, pengendalian manual suatu

proses dilakuakan oleh manusia sebagai pengendali beroperasinya suatu

plant, contohnya pengendalian kran air pada bak mandi, sedangkan

pengendalian otomatis yaitu suatu pengendalian yang proses kerjanya

dikendalikan oleh suatu perangkat elektronik controller, sistem

pengendalian otomatis digunakan pada plant yang kompleks dan

memiliki beberapa loop pengaturan.

Dalam sistem kendali terdapat dua sistem loop pengaturan, yaitu :

1. Loop Terbuka

Loop terbuka adalah suatu sistem kendali dimana keluaran suatu

sistem tidak akan mempengaruhi suatu aksi pengendalian, dengan

35
demikian pada sistem kendali ini niali keluaran tidak diumpan balikkan

ke parameter pengendalian.

Gambar 3.1 Sistem Loop Terbuka

Keterangan :

Input : sinyal atau masukkan bagi sistem kontrol

Set point : nilai yang diinginkan

Controller : sebagai otaknya sistem

Manipulated variable : nilai input yang dapat dimanipulasi atau

dirubah besarnya agar controlled variable

besarnya sama dengan set point.

Controlled variable : nilai atau besaran yang dikendalikan,

contoh : level, laju aliran, suhu, dll

Final Control Element : peralatan yang digunakan untuk

memproses sinyal kontrol output yang

dikirim controller.

2. Loop Tertutup

Loop tertutup adalah suatu sistem kendali yang sinyal keluaran dari

sistem akan dijadikan sebagai parameter pengendalian, sinyal error

36
merupakan selisih dari sinyal masukan dan sinyal umpan balik, lalu

diumpankan pada komponen pengendali (controller) untuk dikoreksi,

sehingga kesalahan sinyal keluaran sistem akan diperbaiki sampai nilai

keluaran mendekati harga yang diinginkan.

Gambar 3.2 Sistem Loop Tertutup

Input : sinyal atau masukkan bagi sistem kontrol

Set point : nilai yang diinginkan

Error : nilai selisih antara set point dan process

variable

Controller : sebagai otaknya sistem

Manipulated variable : nilai input yang dapat dimanipulasi atau

dirubah besarnya agar controlled

variable besarnya sama dengan set point.

Controlled variable : nilai atau besaran yang dikendalikan,

contoh : level, laju aliran, suhu, dll

Feedback : nilai keluaran yang diumpanbalikan ke

input untuk dibandingkan dengan nilai

set point.

37
Final Control Element : peralatan yang digunakan untuk

memproses sinyal kontrol output yang

telah dikirim controller.

2 Instrument Sistem Kontrol

1. Sensor

Sensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala

atau sinyal-sinyal dari perubahan suatu energi seperti energi panas,

energi listrik, energi kimia, energi mekanik, dan sebagainya. Contoh :

Speed sensor untuk mendeteksi putaran, Load cell untuk mendeteksi

berat, dan sebagainya.

2. Transmitter

Transmitter adalah alat yang digunakan untuk menerjemahkan besaran

sinyal yang dihasilkan oleh sensor menjadi sinyal yang dapat dibaca

oleh controller. Contoh : Level Transmitter sebagai penerjemah

besaran sinyal yang dideteksi oleh sensor level.

3. Switch

Switch merupakan jenis saklar yang berfungsi sebagai pemutus dan

penghubung, terdapat dua jenis saklar yang sering digunakan pada

elemen insrument yaitu Normally Open (NO) dan Normally Close

(NC). Contoh : Limit Switch, apabila suatu benda menekan tuas atau

katupnya maka akan bekerja sesuai jenis saklarnya.

38
4. Indikator

Indikator merupakan alat yang digunakan untuk memberikan

informasi besaran yang terukur, besaran yang terukur hanya akan

ditampilkan oleh alat ukurnya saja dan tidak dikirim sebagai sinyal ke

controller. Contoh : Pressure Indikator, memberikan informasi

besaran tekanan yang terbaca oleh alat ukur tekanan.

5. Controller

Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap

langkah pengendalian, yaitu membandingkan set point dengan

measurement variable, menghitung berapa banyak koreksi yang perlu

dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil

perhitungan. Contoh : PLC (Programmable Logic Controller), DCIS (

Distributed Control and Information System).

6. Actuator
Aktuator adalah elemen akhir dari suatu sistem kendali, dimana

aktuator ini akan menjalankan sinyal yang dikirimkan oleh controller

dari sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan. Contoh : Motor

listrik, besarnya putaran motor akan disesuaikan dengan besarnya

sinyal yang dikirim oleh controller, dimana sinyal dari controller akan

masuk ke converter terlebih dahulu agar dapat menyesuaikan dengan

besarnya listrik yang dibutuhkan oleh motor.

3 Coal Feeder

39
Coal feeder merupakan sistem yang digunakan untuk mengatur

aliran batu bara dari coal bunker masuk ke pulverizer sesuai dengan

kebutuhan pembakaran. Coal feeder memonitor berat batu bara pada belt

dan mengontrol penyaluran batu bara dengan cara mengukur berat dan

mengatur kecepatan pada belt. Kecepatan belt akan menjadi parameter

banyak atau sedikitnya batu bara yang masuk ke pulverizer. Coal feeder

yang terdapat pada PLTU Suralaya unit 5 – 7 merupakan jenis gravimetric

yang beroperasi dengan cara bulk density yaitu mengukur berat batu bara

dan kecepatan motor belt.

Gambar 3.3 Coal Feeder Gravimetric


Sumber : The babcock & wilcox company, STEAM its generation and use
edition 41

Gambar 3.4 bagian-bagian coal feeder

40
Sumber : Soal Uji Tulis KTL. PH. 20.110.02 Memelihara Coal Feeder dan
Pulverizer Level 1 UJIKOM UBP Suralaya 2012.
Bagian-bagian Coal Feeder antara lain :

1. Belt feeder berfungsi sebagai belt yang menerima batu bara dari

coal inlet dan mengarahkannya ke coal discharge menuju mill.

2. Motor head pulley berfungsi untuk motor yang menggerakkan belt

3. Take up screw berfungsi untuk adjust kekencangan belt

4. Clean out conveyor berfungsi untuk membersihkan batu bara yang

tumpah menuju ke coal discharge

5. Weight roller untuk menyalurkan sinyal berat batu bara diatas belt

6. Weight span roller membantu sensor sinyal berat batu bara

7. Load cell sebagai sensor berat batu bara

8. Belt scrapper berfungsi membersihkan belt dari batu bara yang

melekat

9. Seal air valve berfungsi sebagai valve seal udara yang digunakan

untuk membantu mendorong batu bara yang tumpah.

10. Coal inlet merupakan saluran masuk batubara dari coal bunker.

Komponen Utama Coal Feeder

Komponen utama coal feeder terdiri dari :

1. Feeder body

Desain feeder mendekati kebutuhan standar yang ada pada NFPA

Code 8503 yang dapat menahan ledakan (exploison pressure) sebesar 3.5

kg/c𝑚2 . Semua strukturnya terbuat dari baja tahan karat 304. Pintu tahan

41
debu (dust-tight doors) terpasang pada kedua ujung coal feeder sebagai

akses. Kaca intip (viewing port) juga terpasanag pada kedua pintu untuk

melihat interior feeder selama pengoperasian. Sebuah lampu penerang

interior terpasang pada bagian atas feeder yang dapat dihanti dari luar.

2. Cleanout conveyor

Cleanout conveyor pada feeder berfungsi untuk memebersihkan

bagian bawah pada feeder. Pembersih ini untuk menghindari gangguan

yang dapat terjadi pada belt dan menghilangkan sisa batu bara yang

terjebak pada bagian bawah feeder sehingga dapat menyebabkan bahaya

ledakan.

Material atau batu bara yang terjebak dalam feeder dapat disebabkan hal

– hal sebagai berikut :

- Material yang jatuh dari belt scraper

- Penumpukan debu

- Material yang jatuh dari self take-up pulley

- Material yang tertiup oleh seal air akibat penyetelan yang kurang

tepat

Cleanout conveyor digerakkan oleh motor listrik dengan kapasitas 0.246

KW dan perbandingan dengan motor penggerak belt feeder sebesar 5:1

dengan kecepatan 0.6 meter/menit.

42
Pengoperasian clean out conveyor secara continue dapat mencegah

pembenntukan korosi pada bagian penghubung atau penggerak pada

feeder yang dapat terjadi dalam jangka waktu yang lama.

3. Belt dan drive system

Coal feeder dilengkapi dengan vulcanized endless style belt. Belt jenis

ini di suppoert oleh machined drive pulley pada sisi outletnya. Sebuah

counter weighted scraper dengan replaceable rubber blade

membersihkan permukaan belt secara kontinyu setelah belt menyalurkan

batu bara menuju outlet. Sistem penggerak feeder terdiri dari motor

induksi 3 Fasa, 3.13 KW, 1500 Rpm, 24 kutub. Putaran motor dan putaran

belt dilengkap dengan reducer dengan perbandingan 53.14 : 1. Untuk

mencegah power loss pada clutch maka pada feeder ini terdapat kecepatan

minimum pada belt output shaft sebesar 100 Rpm.

Motor penggerak belt feeder merupakan motor induksi 3 fasa yang

dicouple dengan eddy current clutch, putaran motor induksi akan berputar

secara konstan pada kecepatan optimalnya yaitu 1500 Rpm, kecepatan

belt feeder dikendalikan dengan mengatur arus DC yang masuk ke

kumparan clutch, arus yang masuk ke kumparan akan menghasilkan gaya

elektromagnetik dan menginduksi ke drum yang menyatu dengan poros

motor induksi, pada drum terjadi aliran arus eddy yang mengalir secara

tertutup, dan terbentuk kutub magnet pada drum. Medan magnet pada

kumparan dan drum akan tertatik satu sama lain sehingga output dari eddy

43
current clutch akan berputar. Semakin besar arus yang mengalir ke

kumparan maka medan elektromagnet akan semakin besar dan puataran

output akan berputar lebih cepat.

Gambar 3.5 Konstruksi Eddy Current Clutch


Sumber : https://www.mecholic.com/2016/01/eddy-current-clutch-working-
application-advantages-and-disadvantages.html
4. Coal flow indicator
Coal flow indicator merupakan sensor yang mendeteksi aliran batu

bara dari coal bunker yang masuk ke coal feeder, sensor yang digunakan

biasanya dari nuklir, tapi sensor ini sudah tidak digunakan lagi di coal

bunker unit 5-7.

5. Seal air connection


Coal feeder beroperasi pada kondisi tekanan positif, dimana udara

penyekat dibutuhkan untuk mencegah gas atau udara panas masuk ke

dalam feeder. Jumlah udara penyekat yang dibutuhkan sebanding dengan

udara yang hilang kedalam bunker, ditambah dengan sejumlah udara

dengan tekanan 6 – 25 mmWC sebagai perbedaan tekanan antara feeder

dan pulverizer inlet. Aliran udara yang kurang serta kerugian perbedaan

44
tekanan akan mengakibatkan masuknya udara panas dan debu dari

pulverizer ke dalam feeder.

3.2 Jenis - Jenis Coal Feeder


Coal feeder dibedakan berdasarkan metode perhitungan aliran batu
baranya yaitu :
1. Coal feeder Gravimetric
Coal feeder ini akan mengatur jumlah aliran batu bara berdasarkan

berat batu bara dan kecepatan putar motor belt.

Untuk menggunakan metode ini perhitungannya adalah :

Flow Rate = Lcell x V

Dimana :

Lcell : berat yang dideteksi oleh sensor load cell (kg/m)

V : kecepatan putar motor belt (m/s)

Dalam penggunaan metode ini hal yang perlu diperhatikan adalah

kondisi belt feeder yaitu tingkat ketegangan beltnya, karena kondisi belt

yang longgar akan menyebabkan tidak akuratnya pada pembacaan sensor

load cell, sehingga aliran batu bara tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Coal feeder Volumetric


Coal feeder akan mengatur jumlah aliran batu bara berdasarkan

density, luas penampang, dan kecepatan motor belt.

Untuk menggunakan metode ini perhitungannya adalah :

Flow Rate = SD x A x V

Dimana :

SD : density batu bara ( kg/𝑚3 )

45
A : luas penampang ( 𝑚2 )

V : kecepatan putar motor belt (m/s)

Dalam penggunaan metode ini hal yang perlu diperhatikan adalah

set density batu bara yang dipakai saat ini akan menyebabkan tidak

akuratnya pengukuran.

Kedua metode ini akan menghasilkan berapa ton per jam batu bara yang

harus dibakar pada boiler. Banyak faktor yang menentukan seberapa

banyak batu bara yang diperlukan, salah satunya adalah beban generator.

Ketika beban tinggi, maka secara otomatis akan membutuhkan steam

yang tinggi, karena membutuhkan steam yang tinggi maka proses

perubahan air dari cair menjadi uap haruslah lebih cepat, untuk

mempercepat itu, maka memerlukan pembakaran yang lebih tinggi dan

flow air yang lebih besar.

46
KESIMPULAN

Dari hasil penulisan laporan diatas terdapat beberapa point yang dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Coal feeder berfungsi untuk mengatur jumlah aliran batu bara dari coal

bunker yang masuk ke mill, type coal feeder yang digunakan di unit 5-7

yaitu gravimetric yang beroperasi dengan mengukur berat batu bara dan

kecepatan penggerak motor belt feeder.

2. Perhitungan untuk mengetahui aliran batu bara pada coal feeder unit 5-7

menggunakan metode perhitungan pulse/length.

3. Sistem proteksi coal feeder berfungsi untuk mencegah apabila terjadi

masalah atau gangguan maka coal feeder akan trip sebelum gangguan yang

terjadi mempengaruhi ke sistem yang lain dan mengakibatkan unit

pembangkit trip.

47
SARAN

1. Menguasai dan memahami materi sebelum terjun ke lapangan akan sangat

memudahkan selama proses belajar dilapangan.

2. Dalam pelaksanaan kerja praktik, mahasiswa harus benar-benar

memanfaatkan kesempatan untuk bisa belajar lebih dalam lagi tentang

disiplin ilmu yang sedang ditekuninya, rasa ingin tahu dan tekun untuk

belajar, karena banyak permasalahan yang dialami dilapangan yang tidak

didapat diperkuliahan dan itu akan menjadi ilmu yang sangat bermanfaat.

Untuk penelitian selanjutnya, alangkah baiknya mahasiswa mampu meneliti

lebih jauh dari yang penulis buat, pembahasan lebih jauh ke control DCIS, logic

DCIS, dan pengolahan data pada DCIS.

48
DOKUMENTASI

Acara pembukaan Praktek Kerja Lapangan Pengecekkan sensor Thermocouple


Periode bulan Juni 2019

Proses kalibrasi Pressure Indicator Perjalanan menuju lokasi instrument


box pada Force Draft Fan

Coal feeder jenis gravimetric yang


digunakan di PLTU UP Suralaya unit 5-7 Panel coal feeder PLTU UP Suralaya
unit 5-7

49
Tampilan sistem SCADA coal feeder
Komputer server sistem SCADA PLTU
unit 5-7 unit 5-7

50
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 2016. In Class Training Coal Feeder, Pulverizer Dan Coal Burner.
Suralaya : PT.Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya.

Eddy current clutch, diakses dari : http://www.industrial-electronics.com/ind-mtr-


cntrl_042.html. pada : Minggu 21 Juli 2019. Pukul 20:32:15.

Gunterus, Frans. 1994. Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses. Jakarta : Elex
media komputindo.

Wulandari,Yuniarti. 2012. Laporan Praktek Kerja Lapangan Sistem Pengendalian


Auxiliary Steam Berbasis Distributed Control And Information System (DCIS)
Bailey INFI-90 Pada Unit 5-7. Depok : Politeknik Negeri Jakarta.

51

Anda mungkin juga menyukai