Anda di halaman 1dari 96

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Di PT. IPMOMI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Dalam memasuki dunia kerja, mahasisiwa tidak hanya dituntut untuk
lulus berbekal kederdasan intelektual namun harus memiliki kemampuan
dasar.
Kemampuan dasar yang dimaksud antara lain pengetahuan ( knowledge ),
ketrampilan ( skill ), sikap ( attitude ), untuk mendapatkan ketiga hal
tersebut, tidak semua didapatkan melalui dunia perkuliahan formal, oleh
karena itu mahasiswa perlu melakukan praktek kerja lapangan ( PKL ).
Praktek kerja lapangan adalah suatu proses ngajar mengajar pada dunia kerja
nyata, sehingga mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman kerja
secara langsung menyeluruh sekaligus memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengaplikasikan teori yang mereka dapatkan selama
perkuliahan.
1.2 Visi Dan Misi Perusahaan
Pengembangan pengetahuan serta keahlian Sumber Daya Manusia
di PT. IPMOMI terus dikembangkan dengan pelatihan atau training baik
PT. IPMOMI sendiri ataupun ke lembaga Pendidikan dalam maupun luar
negeri. PT. IPMOMI didirikan untuk memberikan jasa dibidang
pengoperasian dan pemeliharaan bagi industri pembangkit tenaga
independent di Indonesia, dengan visi terus mengembangkan mutu untuk
semua pelayanan yang dikerjakan, memberi kepuasan penuh dan biaya
yang efektif kepada setiap pelanggan sekaligus meyediakan kesempatan
berkarir yang memuaskan bagi karyawan PT.IPMOMI . Oleh karena itu
PT. IPMOMI mempunyai nilai-nilai mutu sebagai berikut :
1. Kepuasan pelanggan
Berusaha terus mengembangkan mutu untuk semua pelayanan, memberI
kepuasan penuh dan biaya yang efektif kepada setiap pelanggan.
2. Organisasi yang efektif

1
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Menjamin keberhasilan perusahaan dari mutu kerja setiap karyawan yang


berusaha konsisten terhadap tujuan organisasi, yaitu perbaikan terus
menerus menuju kesempurnaan operasi dan integritas.
3. Percaya pada tiap individu
Mengembangkan mutu karyawan sebagai kunci kesuksesan dan aset
terbesar perusahan dengan cara memberi semangat untuk berkembang dan
kesempatan kerja yang sama.
4. Perhatian terhadap masyarakat dan lingkungan hidup
Bertanggung jawab terhadap perlindungan lingkungan hidup dengan cara
mengelola lingkungan PLTU unit 7 dan 8 sesuai dengan UU lingkungan
hidup yang berlaku serta mendukung kepentingan umum dengan menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab serta membuat program
bantuan Community Development untuk masyarakat sekitar.
5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Menyediakan suatu lingkungan kerja yang aman dengan cara membentuk
fire, healt and safety section untuk menyelenggarakan pelatihan yang
diperlukan dalam rangka pencapaian suatu lingkungan kerja yang sehat
dan aman.
6. Kerjasama
Bekerjasama sebagai suatu tim yang solid yang memiliki bakat, kreatifitas
dan dedikasi yang tinggi yang dapat memberi pelayanan dengan mutu
terbaik bagi setiap pelanggan.
7. Mutu Kerja
Melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan PLTU Paiton dengan
standar mutu tertinggi, dengan penekanan khusus pada usaha agar aset
perusahaan dapat terus memberikan pengembalian hasil investasi serta
menjamin penyediaan tenaga listrik yang dapat diandalkan dengan biaya
yang efektif bagi pelanggan.

2
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

1.3 Latar belakang praktek kerja lapangan


Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu mengikuti
perkembangan jaman demi mencapai masyarakat yang berpengetahuan,
adil dan makmur serta mampu beradaptasi di era-globalisasi. Industri yang
semakin banyak merupakan salah satu implementasi dari perkembangan
yang ada. Industri merupakan salah satu wadah bagi masyarakat untuk
mengembangkan dan menyalurkan keahlian yang telah dimilikinya.
Sejalan dengan hal tersebut, maka Politeknik Negeri Malang sebagai
instansi yang bertujuan untuk mengembangkan keahlian mahasiswanya
agar menjadi manuasia yang ahli dalam bidangnya, mampu berkembang
serta meyesuaikan diri dengan kondisi lapangan kerja membentuk
kurikulum mata praktik kerja lapangan (On The Job Treaning) dimana
mahasiswa dituntut untuk dapat menjadi bagian dari sebuah industri dan
terjun langsung didalam lingkungan kerja serta bersosialisasi dengan
lingkungan industri.
PT. Internasional Power Mitsui Operation and Maintenance
Indonesia merupakan perusahaan jasa pembangkit listrik tenaga uap di
Paiton-probolinggo yang mengoperasikan tiga pembangkit yaitu unit 3,7
dan 8 yang merupakan unit pembangkit listrik turbo generator berbahan
bakar batubara dengan kapasitas 2x615 NWM untuk unit 7 dan 8 serta
1x815 NMW untuk unit 3. Dengan memproduksi rata-rata energi listrik
sebesar 9.158.580 MWH per tahun dan mengonsumsi batubara sekitar 4,6
juta ton pertahun untuk unit 7 dan 8 yang di topang pula oleh unit 3 yang
memproduksi energi listrik rata-rata 6.425.460 MWH per tahun dan
engonsumsi batu bara sebesar 3,06 juta ton per tahun untuk memenuhi
target pemerintah /PLN dalam hal penyediaan listrik di wilayah jawa,
madura, bali.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami berkeinginan mempelajari
dan memahami sistem operasi dan instrumentasi yang ada pada
PT.IPMOMI sesuai dengan bidang kami yaitu Teknik Elektro.

3
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

1.4 Pengertian Praktik Kerja Lapangan


Praktik kerja lapangan adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan
sinkron program pendidikan di Perkuliahan dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja,
terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.
1.5 Maksud dan Tujuan
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini, penulis mempunyai tujuan
sebagai berikut:
Tujuan Umum:
 Untuk memenuhi persyaratan pelengkap dalam matakuliah Kerja praktek
pada Jurusan Teknik Elektro Prodi Teknik Elektronika D4 Politeknik
Negeri Malang.
 Untuk mendapatkan pengalaman kerja sekaligus menggabungkan antara
teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan
kerja.
 Untuk melatih ketrampilan, kreatifitas, sikap serta pola bertindak di dalam
lingkungan kerja yang sesungguhnya.
Tujuan Khusus :
 Untuk mengetahui proses kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton
(PLTU) Unit 7 dan 8 secara umum, dalam hal ini oleh PT. IPMOMI
selaku operator Unit 7 dan 8
 Mempelajari tentang system kerja pada feed water heater dan system
controlnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton (PLTU) Unit 7
dan 8 secara umum, dalam hal ini oleh PT. IPMOMI
 Mempelajari Operation and Maintenance pada instrument yang ada pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton (PLTU) Unit 8 secara umum,
dalam hal ini oleh PT. IPMOMI
1.6 Batasan Masalah
Dikarenakan tidak semua hal yang dapat kami pelajari sewaktu kerja
praktik di PT. IPMOMI yang berhubungan langsung dengan studi kami
4
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

maka, kami memberikan batasan-batasan masalah yang di ulas dalam


laporan kerja praktik kami, yaitu:
1. Proses kerja PLTU Paiton Unit 7 & 8 secara umum
Meliputi penjelasan mengenai proses pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU).
2. Perhitungan efisiensi listrik pada system Sea Water Reverse Osmosis
1.7 Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada:
Tanggal : 01 Agustus 2016 – 31 Agustus 2015
Waktu : 07.00 – 16.00 WIB
Tempat : PT. IPMOMI Paiton, Probolinggo
1.8 Metode pengumpulan data
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun terlebih dahulu
mengumpulkan data sebagai bahan referensi laporan yang didapat selama
melaksanakan kerja praktik di lapangan. Adapun metode yang kami
gunakan untuk mendapatkan data-data tersebut, yakni :
1.Metode Interview atau Tanya jawab
Metode pengumpulan data dengan menampung pendapat dari
karyawan tentang data tersebut dengan melakukan tanya jawab
langsung sehingga didapatkan data atau keterangan yang diinginkan.
2. Metode Observasi.
Metode pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada
objek sehingga memungkinkan untuk mengamati secara bertahap
disertai pencatatan singkat dan jelas sehingga data yang diperoleh
dapat dibuktikan keabsahannya.
3. Metode Litelatur.
Metode pengumpulan data dengan cara mencatat atau
menggunakan data baik seluruh atau sebagian dari data yang terdapat
di perusahaan, yakni berupa arsip
arsip, katalog, manual dll. Pengumpulan ini diperoleh dari
perusahaan dan perpustakaan.
5
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

BAB II

DATA UMUM PERUSAHAAN


2.1 SEJARAH SINGKAT PT. IPMOMI
PLTU Swasta Paiton unit 3, 7 dan 8 merupakan tiga unit pembangkit
listrik turbo generator berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2x615 MW Net
atau 2x670 MW Gross serta 1x815 NMW untuk unit 3. ketiga unit ini beroperasi
dengan rata-rata 83% capacity factor pertahun, memproduksi listrik rata-rata
9.158.580 MW/tahun dan mengonsumsi batubara 4,6 juta ton/tahun serta
6.425.460 MW/tahun dan mengonsumsi 3,06 juta ton/tahun batubara pada unit 3 .
PLTU swasta unit 7 dan 8 ini dimiliki oleh Paiton Energy Company yang
sekarang dioperasikan oleh PT. International Power Mitsui Operation and
Maintenance Indonesia (PT. IPMOMI). Pembangunan proyek ini ditujukan
untuk menghasilkan tenaga listrik yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
listrik Jawa Bali. Proyek ini sendiri adalah implementasi dari kebijaksanaan
Pemerintah Indonesia dalam pertumbuhan, deversifikasi dan konservasi energi.
Dalam hal ini, kandungan batubara yang ada di Indonesia akan dimanfaatkan
sebagai sumber pembangkit tenaga, dan mengurangi ketergantungan terhadap
minyak bumi.
Hingga saat ini perusahaan konsorsium dari PT.Paiton Energy yang
memiliki saham dari proyek PLTU paiton unit 3,7 dan 8 antara lain :

PEMEGANG SAHAM PT. PAITON ENERGY

GDF FRANCE &


IPR ENGLAND

MITSUI CORPORATION
JAPAN

TOKYO ELECTRIC POWER


COMPANY JAPAN

PT. BATU HITAMPERKASA


INDONESIA

Gambar 2.1 Perusahaan konsorsium dari PT Paiton Energi yang memiliki


saham dari proyek PLTU Paiton unit 3, 7 dan 8

6
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Edision Mission Energy (EME) didirikan pada tahun 1986 sebagai anak
perusahaan dari Southern California. Edision Mission and Maintenance
(EMOM) adalah anak perusahaan dari Edison Mission Energy yang
bergerak dalam bidang pengoperasian dan pemeliharaan suatu proyek
industry. Pada bulan januari 1996, EMOM yang berpusat disingapura
mendirikan PT. Edision Mission Operation and Maintenance indonesia
(PT.EMOMI) untuk menjalankan dan mengoperasikan proyek paiton
selama masa pra-komersil dan komersil. Proyek tersebut telah mendapat
persetujuan presiden PP No. 396/1/PMA/1995.
Tanggal 19 juli 1996 dibentuk PT.EMOMI bidang usaha jasa
pengoperasian dan perawatan pembangkit tenaga listrik di DKI jakarta
dengan daerah operasi di seluruh Indonesia. Kemudian disahkan dengan
akte notaris pada tanggal 21 januari 1997 No. 98 dengan surat keputusan
No: C2-5083-HT.01.01.TH’97 tanggal 16 juni 1997. Pada akhir periode
2004 PT.EMOMI berganti nama menjadi PT.Internasioanal Power Mitsui
Operation and Maintenance Indonesia (PT.IPMOMI) dibawah tangan
perusahaan mitsui & company, Ltd yang berpusat di jepang untuk
menjalankan dan mengoperasikan proyek paiton Energy selama masa pra-
komersil dan komersil.
2.2 Struktur Organisasi
Organisasi merupakan sarana dalam menunjang tercapainya suatu
tujuan. Dalam pengertian dinamis, organisasi adalah tempat dan alat bagi
sekelompok badan usaha baik swasta maupun instansi pemerintah yang
lebih menekankan pada subyek atau pelaku yaitu interaksi antara orang-
orang yang berada dalam organisasi tersebut. Dengan adanya struktur
organisasi akan memberikan suatu penjelasan terhadap pendelegasian
tugas dan wewenang pada anggota organisasi, dengan demikian akan
membantu kelancaran aktivitas organisasi tersebut.
Struktur organisasi di PT. IPMOMI, PLTU Paiton unit 3, 7 dan 8
dibagi atas empat tingkat kewenangan yaitu Manager Departement,
Supervisor, Senior Opetch dan Administrasi, yang kemudian terbagi atas

7
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

lima departemen yaitu: Community and Human Resource Department,


Fuel and Ash Department, Production Department, Performance
Department dan Finance and Coorperate Service Department, kesemua
departemen tersebut dipimpin langsung oleh Plant manager dan seorang
wakil dari EME. Tiap departement dipimpin oleh seorang manager yang
membawahi Supervisor atau Shift Supervisor, Engineer, Senior Optech,
Teknisi, Sekretaris serta beberapa staf Administrasi. Adapun tugas dan
wewenang masing – masing departemen adalah sebagai berikut :
1. Plant Manager
a) Bertanggung jawab untuk pengoperasian dan pemeliharaan yang efektif
di Paiton unit 3, 7 & 8.
b) Bertanggung jawab terhadap kepastian pemenuhan pekerja kontrak.
c) Menetapkan dan mengarahkan kebijakan pada aktifitas operasi dan
pemeliharaan.
d) Menetapkan sumber daya (pekerja) pada bidang yang sesuai.
e) Bertanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan
karyawan/pekerja.
f) Bertanggung jawab untuk peningkatan dan implementasi yang efektif
menyangkut sistem manajemen mutu dan lingkungan.
2. Community and HR Manager
a) Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan hubungan antara pihak
manajemen PT. IPMOMI dengan karyawan/pekerja.
b) Bertanggung jawab untuk mengkoordinasi program pelatihan bagi
karyawan/pekerja.
c) Bertanggung jawab untuk pengorganisasian karyawan/pegawai di
departemen Community and HR Manager.
d) Bertanggung jawab untuk memenuhi sistem manajemen mutu dan
lingkungan bersama-sama dengan departemennya.
e) Bertanggung jawab untuk perekrutan dan pemberhentian
pekerja/karyawan termasuk proses seleksinya.

8
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

f) Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan hubungan antara


perusahaan dengan lingkungan sekitar.
g) Mempromosikan hubungan yang baik antara publik dan pegawai
dengan lingkungan masyarakat sekitar dan juga dengan lingkungan
plant.
h) Bertanggung jawab untuk memelihara hubungan baik dengan media
lokal dan bertindak sebagai juru bicara PT. IPMOMI.
3. Maintenance Manager
a) Bertanggung jawab untuk pemenuhan bagian pemeliharaan dan
perbaikan seluruh equipment plant.
b) Bertanggung jawab untuk pengorganisasian karyawan/pegawai di
departemen maintenance.
c) Bertanggung jawab untuk memenuhi sistem manajemen mutu dan
lingkungan bersama-sama dengan departmennya.
4. Purchasing and Contract Manager
a) Bertanggung jawab untuk pemenuhan pembelian equipment plant.
b) Bertanggung jawab untuk pengorganisasian karyawan/pegawai di
departemen Purchasing & Contract Manager.
c) Bertanggung jawab untuk memenuhi sistem manajemen mutu dan
lingkungan bersama-sama departemennya.
5. Finance and Corp. Services Manager
a) Bertanggung jawab untuk pemenuhan bagian administrasi yang
menyangkut dengan PPA dan OMA.
b) Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan administrasi, akuntansi,
pembelian, dan aktivitas gudang di paiton unit 3, 7 dan 8.
c) Bertanggung jawab untuk koordinasi anggaran paiton unit 3, 7 dan 8.
d) Bertanggung jawab untuk pengorganisasian karyawan/pegawai di
departemen Finance and Corp. Service Manager.
6. Engineering Manager
a) Bertanggung jawab untuk memonitor seluruh peralatan plant di unit 3, 7
dan 8.

9
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

b) Bertanggung jawab untuk merencanakan, mengorganisasi dan


mengendalikan seluruh kegiatan perbaikan dan pemeliharaan di paiton
unit 3, 7 dan 8 untuk memastikan bahwa plant dalam kondisi siap untuk
memenuhi kebutuhan lingkungan.
c) Bertanggung jawab untuk pengorganisasian karyawan/pegawai di
departemen engineering.
d) Bertanggung jawab untuk memenuhi sistem manajemen mutu dan
lingkungan bersama-sama dengan departemennya.
e) Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pelaksanaan kerja
departemen engineering setelah sesuai dengan departemen tenaga kerja
Indonesia dan peraturan pemerintah yang berlaku.
7. HSE and Compliance Manager
a) Bertanggung jawab untuk keamanan (safety) semua pekerja plant.
b) Bertanggung jawab untuk memenuhi sistem manajemen mutu dan
lingkungan bersama-sama dengan departemennya.
c) Bertanggung jawab untuk pengorganisasian karyawan/pegawai di
departemen HSE and Compliance Manager.
d) Bertanggung jawab untuk melaksanakan keamanan, keselamatan kerja
seluruh karyawan PT. IPMOMI.
e) Mengatur pengembangan kebijakan keselamatan dan kesehatan dengan
peraturan pemerintahan dan bertanggung jawab untuk memastikan
pelaksanaan peraturan yang berlaku.
8. Production Manager
a) Bertanggung jawab untuk pemenuhan bagian operasional dan
environmental yang menyangkut dengan PPA, OMA, dan FSA.
b) Mengorganisasi dan mengendalikan seluruh aktivitas operasi plant di
unit 3, 7 dan 8.
c) Bertanggung jawab untuk mengorganisasi karyawan/pegawai di
departemen produksi.
d) Bertanggung jawab untuk memenuhi system manajemen mutu dan
lingkungan bersama-sama dengan departemennya.

10
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

e) Bertanggung jawab terhadap pengoperasian plant dan keamanan dari


orang-orang yang bekerja dibawahnya sesuai dengan perundangan yang
berlaku.
f) Bertanggung jawab terhadap pengoperasian plant dengan memenuhi
perundangan dari pemerintah.
9. Fuel & Ash Manager
a) Bertanggung jawab untuk pengorganisasian karyawan/pegawai di
departemen fuel and ash.
b) Bertanggung jawab untuk memenuhi sistem manajemen mutu dan
lingkungan bersama-sama dengan departemennya.
c) Bertanggung jawab terhadap pekerjaan fuel and ash dan keamanan dari
orang-orang yang bekerja di bawahnya sesuai dengan perundangan
yang berlaku.
d) Bertanggung jawab terhadap pekerjaan fuel and ash dengan memenuhi
perundangan lingkungan dari perintah.
e) Bertanggung jawab terhadap pengoperasian semua fasilitas coal
handling, ash handling, wastewater treatment, sistem saluran, sistem
sanitasi dan bengkel mobil.
Struktur general umum PT .IPMOMI sebagai berikut:

President Director / Plant


Manager

Vice President Compl. &


Secretary
Bus. Support

Internal Control Secretary

Sr. Manager Operation Sr. Manager Asset Sr. Manager Business


Warranty Supervisor
Performance Management Services

Engineering
Fuel & Ash Manager Finance Manager TEPCO Engineer
Manager

Maintenance Purchasing &


Production Manager
Manager Contract Manager

HSE & Compliance Community & HR


Project Manager
Manager Manager

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. IPMOMI Unit 3,7 dan 8

11
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3 Dasar Teori


Prinsip kerja PLTU Paiton unit 3, 7 dan 8 secara umum adalah
Pembakaran batubara pada boiler untuk memanaskan air dan mengubah air
tersebut menjadi uap yang sangat panas yang digunakan untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan tenaga listrik dari kumparan medan
magnet di generator melalui proses yang disebut ekxitasi.
Sistem Pengaturan yang digunakan pada power plant ini
menggunakan sistem pengaturan Loop tertutup, dimana air yang digunakan
untuk beberapa proses merupakan putaran air yang sama, hanya saja perlu
ditambahkan suplai air jika memang level yang ada kurang dari set
pointnya. Bentuknya saja yang berubah, pada level tertentu berwujud air,
tetapi pada level yang lain berwujud uap. Proses alir PLTU Paiton Unit 3, 7
dan 8 dijelaskan pada gambar 3. 1

Gambar 2.3 P roses alir PLTU Paiton Unit 7 dan 8

Proses berawal dari air yang dipompa ke kondenser, kemudian dari


kondenser dipompa ke Polisher untuk diproses agar korosi dan
pengendapan hilang , setelah itu dipompa ke Feed Water Heater 1, 2, 3
dan 4 untuk dipanaskan dan kemudian dialirkan ke Daerator untuk
menghilangkan gas – gas O2 dan CO2 kemudian dipompa oleh boiler fedd
pump lagi menuju ke Feed Water Heater 6, 7, 8 yang selanjutnya akan
diteruskan di Economizer untuk dinaikan temperaturnya dan selanjutnya
menuju ke Steam Drum untuk dipisahkan antara uap dan air, setelah itu

12
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Super Heater Steam yang ada akan melalui First Super Heater, Secondary
Super Heater dan membentuk Super Heater Steam yang akan digunakan
untuk memutar HP turbine karena pemutaran tersebut maka temperaturnya
akan turun sehingga SH steam-nya perlu pemanasan ulang yang terjadi di
Re Heater, dari Re Heater ini SH Steam akan dikembalikan untuk
Memutar IP dan LP Turbin. Didalam turbin ini akan terjadi konversi
energi thermal dari Steam menjadi energi mekanis berotasi yang
menyebabkan rotor turbin berputar. Perputaran Rotor ini yang akan
menggerakkan Generator dan akhirnya oleh generator energi mekanis akan
diubah menjadi energi listrik.
Proses produksi di PLTU paiton unit 3, 7 dan 8 meliputi beberapa
tahapan, masing-masing tahapan diuraikan sebagai berikut :
2.3.1 Coal Handling
Batubara merupakan bahan bakar utama PLTU Paiton Unit 3, 7
dan 8. Batubara yang digunakan berupa batubara jenis sub-bituminous
yang berasal dari tambang Adaro dan Kidero dengan kandungan ash
sebesar 0,3% dan kandungan sulphur sebanyak 2% , batubara itu diambil
dari tambang batubara di Kalimantan selatan dan akan terus disuply
selama pengoperasian. Pengiriman batubara ke plant dilakukan dengan
menggunakan dua buah kapal laut yang berkapasitas sekitar 43. 000 ton,
yang kemudian akan ditampung di Coal Pile dengan kapasitas 670. 000
ton untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar.
Sebelum digunakan sebagai bahan bakar, batubara akan melalui
beberapa proses yaitu Stacking, Reclaiming dan Processing. Tetapi Coal
Handling hanya akan melaksanakan proses stacking dan Reclaming,
sedangkan untuk Processing termasuk didalam pengoperasian boiler dan
akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya. Stacking merupakan proses
penumpukan batubara dari kapal laut. Sedangkan Processing merupakan
system penanganan batubara dari Silo hingga siap digunakan di Boiler.

13
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.2 Stacking
Stacking merupakan proses penanganan batubara mulai dari kapal
sampai tempat penempungan batubara yang biasa disebut dengan stock
pile. Proses pemindahan ini menggunakan Conveyor Belt. Pada Jetty,
pelabuhan yang dimiliki secara bersama PLTU paiton 3, 7 dan 8 terdiri
dari dua dermaga, masing-masing dermaga memiliki empat buah Doc
Mobil Hopper yang berfungsi untuk memindahkan batubara dari kapal ke
Belt Conveyor. Beberapa istilah dalam Stacking antara lain:
 Jetty
Jetty merupakan dermaga atau tempat merapat kapal laut
pengangkut batubara di PLTU Paiton Unit 3, 7 dan 8. Kedalaman
dermaga ini adalah ± 18 m dari dasar laut, sehingga memungkinkan kapal-
kapal besar merapat. Jumlah Jetty yang ada sebanyak dua Jetty yaitu Jetty
A dan Jetty B . Tiap Jetty mempunyai empat buah Doc Mobil Hopper
yang fungsinya untuk memindahkan batubara dari kapal ke Belt Conveyor.
Doc Mobil Hopper dapat diubah-ubah posisinya sesuai dengan posisi
kapal, hal ini dikontrol oleh operator di Coal Unloading Control building
(CUCB).

Gambar 2.4 Jetty /Dermaga

14
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

 Belt Conveyor
Belt Conveyor berbentuk semacam sabuk besar yang terbuat dari
karet yang bergerak melewati Head Pulley dan Tail Pulley, keduanya
berfungsi untuk menggerakkan Belt Conveyor, serta Tansioning Pulley
yang berfungsi sebagai peregang Belt conveyor. Untuk menyangga Belt
Conveyor beserta bobot batubara yang diangkut dipasang Idler pada jarak
tertentu diantara Head Pulley dan Tail Pulley. Idler adalah bantalan
berputar yang dilewati oleh Belt Conveyor. Batubara yang diangkut oleh
Conveyor dituangkan dari sebuah bak peluncur (Chute) diujung Tail
Pulley kemudian bergerak menuju ke arah Head Pulley. Biasanya ,
muatan batubara akan jatuh ke dalam bak peluncur lainnya yang terletak
dibawah Head Pulley untuk diteruskan ke conveyor lainnya atau masuk ke
Bak Penyimpan. Disetiap belokan antar Conveyor satu dengan yang lain
dihubungkan dengan Transfer House, selain itu pada belt Conveyor
ditambahkan juga beberapa aksesori yang bertujuan untuk meningkatkan
fleksibilitasnya, antara lain:
1. Pengambil Sampel
Proses dilakukan secara otomatis, jika terdeteksi adanya metal pada
batubara pengambil sampel langsung berhenti.
2. Metal Detector
Alat ini Merupakan pendeteksi adanya logam-logam didalam batu bara
yang tercampur pada proses pengiriman.
3. Magnetic Separator
Magnetic Separator Untuk memisahkan logam-logam yang terkandung
dalam batubara pada proses pengiriman.

4. Belt Scale
Belt Scale Untuk mengetahui jumlah tonnase berat batubara yang
diangkut oleh Belt Conveyor.
5. Dust Supperssion

15
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Dust Supperssion Berfungsi untuk mengontrol polusi udara dengan


menyemprotkan air pada batubara, hal ini ditujukan untuk menghemat
batubara agar tidak menjadi debu dan terbawa angin. Selain itu, Dust
Supperssion juga berfungsi untuk menghalangi terjadinya percikan api
akibat debu panas adari batubara.

Gambar 2.5 Coal-Fire Plant PLTU Paiton Unit 3, 7 dan 8

2.3.4 Reclaiming
Reclaming adalah proses pengambilan batubara dari Coal Pile dan
menyalurkan ke Silo. Beberapa istilah dalam reclaiming antara lain:
 Coal Pile
Coal Pile adalah tempat penampungan batubara yang berkapasitas
670.000 ton yang berada di sekitar pelabuhan tempat pengiriman batubara
yang diambil dari kapal laut. Coal Pile yang dimiliki PT.IPMOMI
sebanyak empat daerah, berturut-turut dari utara ke selatan yaitu:
1. Inactive
- Area : 57562 m2
- Height : 17 m
- Perimeter Length : 1176 m
- Length of the toe : 21 m
- Usable Volume : 768638 m3

16
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

- Bedding Coal volume : 28781 m3


- Total capacty in tonnage adalah (768638 + 28781) x 0,83 = 66185
tonnes
- Maximum working capacity in tonnage adalah 768638 x 0,83 = 637969
tonnes
2. Aktif ‘A’
- Area : 10260 m2
- Height :9m
- Perimeter Length : 616 m
- Length of the toe : 12 m
- Usable Volume : 59076 m3
- Bedding Coal volume : 5130 m3
- Total capacty in tonnage adalah (59076 + 5130) x 0,83 = 53290 tonnes
- Maximum working capacity in tonnage adalah 59076 x 0,83 = 49033
tonnes
3. Aktif ‘B’
- Area : 10184 m2
- Height :9m
- Perimeter Length : 612 m
- Length of the toe : 12 m
- Usable Volume : 58608 m3
- Bedding Coal volume : 5092 m3
- Total capacty in tonnage adalah ( 58068 + 5092 ) x 0,83 = 52871 tonnes
- Maximum working capacity in tonnage adalah 58608 x 0,83 = 48644
tonnes
4. Aktif ‘C’
- Area : 10184 m2
- Height :9m
- Perimeter Length : 612 m
- Length of the toe : 12 m
- Usable Volume : 58608 m3
- Bedding Coal volume : 5092 m3
17
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

- Total capacty in tonnage adalah ( 58068 + 5092 ) x 0,83 = 52871 tonnes


- Maximum working capacity in tonnage adalah 58608 x 0,83 = 48644
tonnes
5. Aktif ‘D’
- Area : 6992m2
- Height :9m
- Perimeter Length : 480 m
- Length of the toe : 12 m
- Usable Volume : 37008 m3
- Bedding Coal volume : 3496 m3
- Total capacty in tonnage adalah (37008 + 5092 ) x 0,83 = 40504 tonnes
- Maximum working capacity in tonnage adalah 37008 x 0,83 = 30716
tonnes
Summary:
- Total tonnage of bedding coal : 39395 tonnes
- Total Volume of all 4 aktif stockpiles: 177037 tonnes
- Total Volume of inaktif stockpiles : 637969 tonnes
- Theoreticaal maximum total : 854401 tonnes

Di dalam Coal Pile, proses penimbunan dan pengambilan


batubara dilakukan dengan alat yang disebut Stacker/Reklaimer. Alat ini
merupakan sebuah Conveyor yang kompleks dan terpasang pada sebuah
struktur yang dapat bergerak. Didalam proses penimbunan, stacker
menyalurkan batubara melalui sebuah lengan yang dapat diatur agar
selalu diam ditempat, sehingga batubara yang tumpah melalui lengan itu
akan membentuk timbunan yang tinggi , apabila lengan bergerak maju
mundur maka timbunan yang akan dihasilkan menjadi timbunan yang
rapi dan memanjang. Pada saat pengambilan, Reclaiming Bucket pada
stacker akan berputar dan mengeruk batubara yang selanjutnya dituang
ke Belt Conveyor untuk dibawa ke instalasi. Seperti halnya proses

18
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

penimbunan, Reclaiming Bucket ini dapat juga diatur agar tetap diam
ditempat atau maju mundur untuk mengeruk batubara.
 Coal Silo
Coal Silo merupakan penempung batu bara di instalasi yang
kemudian digunakan sebagai bahan bakar di dalam boiler. Terdapat enam
buah Coal Silo yaitu A, B, C, D, E dan F. volume sebuah silo sebesar 600
ton. Pengisian Silo dilakukan dengan menggunakan Belt conveyor yang
dihubungkan dengan Tripper, pengoperasiannya dilakukan oleh operator
di Coal handling Control Building (CHCB). Pengisian ulang dilakukan
setiap volume silo kurang dari 30 – 40%. Dari silo batubara dimasukkan
ke Pulverizer dengan menggunakan Coal Feeder, batubara dari
Pulverizer ini yang akan digunakan untuk pembakaran di boiler.

Gambar 2.6 Coal Transport

2.3.5 Boiler
Dalam power plant, energi secara terus menerus diubah dari satu
bentuk ke bentuk lain untuk menghasilkan listrik. Komponen yang
mengawali perubahan dan pengaliran energi disebut boiler. Definisi boiler
sendiri sebagai suatu komponen pada power plant adalah suatu bejana
tertutup yang secara efisien mampu mengubah air menjadi steam dengan
bantuan panas dari proses pembakaran batubara. Jika dioperasikan dengan
benar, boiler secara efisien dapat mengubah air dalam volume yang besar
19
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

menjadi steam yang sangat panas dalam volume yang lebih besar lagi.
Proses pembakaran dibantu dengan suatu sistem yang dirancang untuk
mendukung terjadinya pemanasan yang paling efisien dan tidak
menggangu kelestarian lingkungan sekitar.
Secara umum ada tiga faktor penting yang dapat meyebabkan
terjadinya pembakaran, yaitu:
1. Adanya bahan bakar
2. Adanya oksigen yang cukup
3. Adanya panas yang memadai untuk membawa bahan bakar sampai ke
temperature ignisinya.
Secara lebih spesifik penjelasan mengenai sistem pendukung
kerja boiler akan dijelaskan sebagai berikut :
2.3.6 sistem penyedia bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk memperoleh panas pada sistem
furnace PLTU paiton unit 3, 7 dan 8 adalah batubara dan minyak bumi.
Minyak bumi (solar) digunakan pada tahap awal berjalannya sistem (start-
up) untuk mempermudah menyala api. Batubara akan digunakan apabila
pengapian dan suhu didalam furnace telah mencapai 30%. Batubara
ditampung didalam coal silo yang diletakkan diatas pulverizer melalui
serangkaian konveyor yang disebut feeder.
Pulverizer adalah alat untuk menggiling batubara sehingga menjadi
halus dan kemudian bersama dengan udara primer akan dialirkan ke
Furnace. Fungsi lain dari Pulverizer adalah untuk mengeringkan batubara
dengan udara yang dihembuskan dari PA Fan sehingga mudah dihaluskan
dan dibakar, dan untuk mengklasifikasikan atau menyaring batubara untuk
memastikan bahwa batubara yang masuk ke dalam Boiler benar-benar
halus. Batubara yang tidak tergiling akan keluar melalui sebuah lubang
dan ditampung di Pyrites Hopper dan kemudian dibuang. Dalam
penggunaan Pulverizer yang perlu diperhatikan adalah temperatur dari
udara primer, temperatur yang terlalu tinggi dapat menyalakan batubara
dari dalam Pulverizer dan menyebabkan batu bara terbakar sebelum

20
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

mencapai furnace. Jika temperatur terlalu rendah, batubara tidak bisa


kering benar dan sulit dihaluskan. Temperatur idealnya kira-kira 650C.
Pulverizer dilengkapi dengan Feeder (alat pengisi batubara) yang
letaknya diatas Pulverizer, berfungsi untuk menyuplai sejumlah batubara
sesuai dengan kebutuhaan. Feeder ini mendapat suplai batubara dari
penampung batubara yang disebut Silo (Coal Bunker).

Gambar 2.7 Pulverizer PLTU Paiton Unit 3, 7 dan 8

Dari pulverizer tersebut batubara yang telah dihaluskan akan


ditransfer ke dalam furnance dengan bantuan udara primer yang
dipompakan oleh Primary Air Fan (PA Fan) melalui system perpiaan
menuju kedalam Gun Burner. Dari unit ini batu bara akan ditransfer
menuju furnace untuk pembakaran.
Sedangkan pada saat start-up bahan bakar yang digunakan adalah
solar. Fuel oil dialirkan melalui sistem perpipaan dari bangunan
penampungannya diwilaya jetty (F&A) menuju kesistem furnace, tepatnya
pada Gun Burner. Dari Gun Burner tersebut fuel oil tersebut akan
diinjekkan ke dalam furnace. Setelah proses pembakaran berjalan, maka
aliran fuel oil akan dihentikan (untuk pertimbangan ekonomis).

21
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.7 Sistem Penyedia Udara


Proses pembakaran yang terjadi pada boiler membutuhkan oksigen
yang cukup agar pembakaran semperna bisa tercapai. Kelebihan udara
sangat diperlukan karena waktu kontak didalam furnace yang begitu
singkat (hanya beberapa detik), sehingga pencampuran yang sempurna
antara bahan bakar dan oksigen belum tentu dapat terjadi secara sempurna.
Implementasinya, kelebihan udara yang disuplai kedalam sistem boiler
adalah 20%. Proses pembakaran yang dilakukan pada furnace mendapat
suplai udara dari sistem Fan. Ada tiga Fan yang mendukung penyuplaian
udara pada sistem furnace, antara lain :
1. Primary Air Fan (PA Fan),
Primary Air Fan (PA Fan) berfungsi untuk menyuplai udara sekunder
pada alat penggiling batubara (Pulverizer) kemudian bersama-sama
dengan serbuk batubara dialirkan ke Furnace untuk dibakar (reaksi
kimia). Bercampurnya batubara dan udara dibantu oleh Dumper tetap
yaitu pengatur pengaduk udara sehingga menimbulkan turbulensi yang
memungkinkan terjadinya pembakaran yang efisien. Turbulensi mengacu
pada gerakan udara didalam Furnace, gerakan ini perlu karena dapat
menyempurnakan pencampuran udara dan bahan bakar.
2. Force Air Fan (FD Fan)
Force Air Fan (FD Fan) berfungsi untuk menyuplai udara sekunder
kedalam sistem furnace guna memnuhi kebutuhan udara yang diperlukan
dalam proses pembakaran
3. Induced Draft Fan (ID fan)
Induced Draft Fan (ID fan) berfungsi untuk membantu kerja FD Fan yaitu
untuk menarik udara keluar dari furnace, serta menciptakan tekanan
negatif didalam sistem furnace.
Sebelum udara dimasukkan kedalam sistem furnace, maka terlebih
dahulu dilakukan pemanasan pada Air Pre-Heater. Hal ini dilakukan
dengan melewatkan udara kebagian backpass boiler sehingga udara dingin
dari luar akan bertukar panas dengan udara yang keluar dari boiler yang

22
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

masih memiliki sisa panas dari prosses pembakaran pada furnace. Tujuan
dari Air Pre-Heater menaikkan temperature udara yang disuplai oleh FD
Fan dan PA Fan sehingga terjadi efisiensi di dalam pembakaran.
Air Pre-Heater sendiri adalah instrument yang sistem kerjanya
berputar dengan putaran rendah dan berfungsi untuk memanasi udara
pembakaran sebelum dikirim ke Furnace. Pemanas Udara pembakaran
tersebut diambil dari gas buang hasil pembakaran dari Furnace yang
dialirkan melalui Air Pre-Heater sebelum dibuang.
2.3.8 Sistem Aliran Air
Uap yang akan digunakan untuk memutar turbin sebelumnya
mengalami beberapa proses pemanasan sebanyak 8 step, yaitu pada feed
water heater 1, 2, 3 , 4, daerator, 6, 7, dan 8.

1. Feed Water heater 1


Terletak dibagian bawah Condensor, fungsinya untuk memanaskan
air yang keluar dari Condensor. Panas yang digunakan berasal dari
extration LP Turbine.
2. Feed Water Heater 2, 3, & 4
Fungsinya untuk memanaskan air sebelum air memasuki Daerator.
Panas yang digunakan berasal dari extration LP Turbine.
3. Feed Water Heater 5 ( Daerator )
Berfungsi untuk menyerap atau menghilangkan gas-gas yang
dapat Umenyebabkan korosi, terutama gas O2, karbondioksida (CO2),
gas O2 dan CO2 karena gas tersebut akan bereaksi dengan material
boiler dan menimbulkan korosi yang sangat merugikan. Panas yang
digunakan pada daerator berasal dari extration IP Turbine.
4. Feed Water Heater 6 A-B, 7 A-B & 8 A-B
Fungsinya untuk memanaskan air yang akan masuk ke Economizer,
untuk FW Heater 6 A-B & 7 A-B panas yang digunakan berasal dari
extration IP Turbine sedangkan untuk FW Heater 8 A-B panas yang
digunakan berasal dari extration HP Turbine.

23
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.9 Sistem Pemantik


Bahan bakar, batu bara, flue oil, serta udara primer dari PA Fan dan
udara sekunder dari FD Fan yang dialirkan kedalam boiler / furnace tidak
akan terbakar tanpa adanya sistem ignisi awal. Sistem ignisi adalah system
pemicu pembakaran yang dalam hal ini menggunakan system pemantik.
Dengan adanya pemantik, oksigen serta bahan bakarmaka kan tercipta
suatu sistem pembakaran yang menghasilkan panas. Panas yang telah
dihasilkan digunakan untuk mengubah air dari fase cair menjadi fase uap.
Setelah keadaan self firing (pengapian) tercapai, maka system pemantik
tidak diperlukan dan dapat dimatikan.
2.3.10 Sistem Pemanas Pada Boiler
Pemanasan padaa boiler terdapat beberapa urutan yang dimulai dari
suhu terendah hingga tertinggi, hal tersebut ditujukan agar panas yang
dihasilkan maksimal, serta untuk efisisensi kerja boiler. Selain itu, dengan
pemanasan yang maksimal bertujuan agar tekanan yang dihasilkan cukup
untuk menggerakkan turbin hingga 3000 rpm.
2.3.10.1 Economizer
Economizer berfungsi untuk meningkatkan temperatur air
(pemanasan awal) sebelum masuk ke boiler untuk selanjutnya
dialirkan ke steam drum, komponen ini berada dalam boiler
yang terdiri dari rangkaian pipa-pipa (tubes) yang menerima air
dari inlet.
Sumber panas yang diperlukan oleh alat tersebut berasal
dari gas buang dalam boiler. Air mengalir dalam pipa-pipa
sementara di luar mengalir gas panas yang berasal dari hasil
pembakaran boiler. Selanjutnya steam panas tersebut
dimanfaatkan untuk memanaskan air sehingga temperaturnya
meningkat.
Penggunaan economizer untuk pemanasan awal sangatlah
penting karena :

24
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

1. Hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi boiler secara


keseluruhan, karena panas yang ada pada steam bisa
dimanfaatkan untuk melakukna usaha.
2. Dengan memanaskan air sebelum air diubah menjadi steam
di boiler, berarti mempermudah kerja boiler, hanya sedikit
saja panas yang perlu ditambahkan.
3. Pemanasan air hanya akan mengurangi thermal shock pada
boiler.
2.3.10.2 Steam Drum
Berfungsi untuk menyimpan air dalam volume yang besar
dan untuk memisahkan uap air dari air setelah proses
pemanasan yang terjadi dalam boiler.
Secara umum ada empat jenis pipa sambungan dasar yang
berhubungan dengan steam drum yaitu :
1. Feed water Pipe
Berfungsi mengalirkan air dari economizer ke distribution
pipe yang panjangnya sama persis dengan Steam Drum.
Distibute Pipe berfungsi mengalirkan air dari economizer
secara merata ke seluruh bagian steam drum.
2. Downcomer atau pipa Turun
Ditempatkan di sepanjang bagian dasar Steam Drum dengan
jarak yang sama antara satu dengan yang lainnya. Pipa-pipa
ini mengalirkan air dari steam drum menuju boiler
circulating pump. Boiler Water Circulasting Pump (BWCP)
digunakan untuk memompa air dari downcomer dan
mensirkulasikannya menuju Waterwall yang kemudian air
tersebut dipanaskan oleh pembakaran di boiler dan dikirim
kembali ke steam drum.
3. Waterwall Pipe
Terletak di kedua sisi steam drum dan merupakan pipa-pipa
yang berderet vetikal dalam boiler, setiap pipa disambung

25
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

satu sama lain agar membentuk selubung yang kontinyu


dalam boiler. Konstruksi seperti ini sisebut konstruksi
membran. Waterwall bertugas menerima air dari boiler
circulating pump kemudian dipanaskan dan dialirkan ke
steam drum.
4. Steam Outlet Pipe
Merupakan sambungan terakhir, diletakkan di bagian atas
steam drum untuk memungkinkan saturated steam keluar
dari Steam Drum menuju Superheater.
Dalam Steam Drum, Saturated Steam akan dipisahkan dan
diteruskan untuk pemanasan lebih lanjut di Superheater,
sedangkan airnya tetap berada dalam steam drum dan dialirkan
ke Down Comer, dari sini proses akan dimulai lagi.
Selain pipa tersebut, juga terdapat Blowdown Pipe yang
letaknya di bagian bawah steam drum, tepat di bawah
permukaan air. Saat air berubah menjadi uap, kotoran-kotoran
air akan tetap tinggal di air dalam steam drum. Jika konsentrasi
kotoran tersebut menjadi tinggi, kemurnian steam yang keluar
dari steam drum akan terpengaruh dan akan terbawa ke Super
Heater ataupun turbin. Pipa Blowdown akan menghilangkan
sebagian kotoan air boiler dari permukaan steam drum, dan
mengalirkannya sehingga dapat mengurangi konsentrasi kotoran
dalam air boiler, dan pada akhirnya dapat menjaga Super Heater
dan turbin tetap bersih.
2.3.10.3 Super Heater
Superheater merupakan kumpulan pipa boiler yang terletak
di jalinan aliran gas panas hasil pembakaran. Panas dari gas ini
dipindahkan ke Saturated Steam yang ada dalam pipa
Superheater,sehinggan berubah menjadi Super Heated Steam.
Superheater ini ada dua bagian, yaitu Primary Super Heater
dan Secondary Superheater. Primary Superheater merupakan

26
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

pemanas pertama yang dilewati oleh Saturated Steam setelah


keluar dari Steam drum, setelah itu baru melewati Secondary
Superheater dan menjadi Super heated Steam. SH Steam akan
dialirkan untuk memutar High Presure Turbin.
2.3.10.4 Re- Heater
Setelah SH steam melewati HP Turbin, maka tekanan dan
temperaturnya akan turun. SH steam yang telah berkurang
tekanan dan temperaturnya tersebut akan dikembalikan ke boiler
untuk pemanasan ulang. Pemanasan ulang ini berlangsung
dibagian boiler yang disebut Re-Heater yang merupakan pipa
boiler yang diberi panas dari gas pemanasan seperti Superheater.
Jadi Re-heater berfungsi untuk menaikkan temperatur SH Steam
tanpa mempengaruhi tekanannya. Di bagian Re-heater , SH
Steam akan dikembalikan untuk memutar Intermediate Presure
Turbine (IP) dan Low Presure Turbine (LP).
2.3.11 Electrostatic Presipitator (ESP)
Pada proses furnace pasti akan ada debu dari sisa pembakaran
batubara, debu tersebut akan keluar dari boiler mengikuti aliran udara
melalui duct. Electrostatic Presipitator (ESP) berfungsi untuk mengurangi
debu dari sisa pembakaran tersebut.
Sistem kerja dari ESP yaitu dengan memberi muatan negative pada
debu, untuk selanjutnya debu dilewatkan pada muatan positive sehingga
debu akan menempel pada permukaan dan udara akan dilanjutanya untuk
proses selanjutnya.
Debu yang menempel pada ESP (Fly Ash) akan dirontokkan
setelah memenuhi batas yang telah ditentukan. Selanjutnya Fly Ash akan
diangkut menuju buttom dan Fly Ash Silo. Sebelum dimasukkan kedalam
silo tersebut, terlebih dahulu Fly Ash dicampur dengan airScrew Feeder.
Hal tersebut perlu dilakukan untuk mempermudah penanganan dan
pembuangan Fly Ash. Fly Ash tersebut dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan semen tingkat II.

27
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.12 Flue Gas Desulfurization (FGD)


Flue Gas Desulfurization berfungsi untuk menghilangkan
kadar sulphur yang ada pada udara sisa pembakaran dari boiler. Pada
prinsipnya FGD menggunakan alkalinitas yang terdapat pada air laut
untuk mengabsorsi dan menetralkan oksida sulphur SO2 yang terkandung
pada udara sisa pembakaran. Oksida sulphur yang diapsorsi oleh air laut
akan dikonversi menjadi sulphate yang merupakan kandungan natural air
laut. Hal lain yang menjadikan pertimbangan digunakannya air laut pada
FGD dikarenakan air laut memiliki kapasitas buffer yang cukup besar,
sehingga dengan penambahan SO2 ke dalamnya tidak akan terjadi
penurunan PH yang derastis.
2.3.13 Water Treatment Plant (WTP)
Air yang masuk dalam sistem harus memenuhi beberapa syarat
agar tidak merusak perlatan dan untuk efisiensi. Air yang digunaka pada
proses ini adalah air laut dari selat Madura. Air laut tersebut tidak dapat
digunakan langsung pada proses karena masih mengandung zat-zat
pengotor yang dapat mengganggu sistem. Oleh karena itu telebih dahulu
perlu dilakukan suatu proses pengolahan air laut tersebut. Pada WTP ini
terjadi tiga tahap, diataranya adalah
2.3.14 Pre Treated
Air diendapkan melalui proses fisika dengan bantuan endapan
oral, pasir, bebatuan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat
tersuspensi yang ada pada air laut.kandungan zat tersuspensi
tersebut dapat merusak membrane RO apabila tidak dihilangkan
terlebih dahulu.

Gambar 2.8 Tangki PreTreated PLTU Paiton Unit 7 dan 8


28
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.15 SWRO (Sea Water Revers Osmosis)


Disni air mengalami pembalik osmosis atau yang disebut reverse
osmosis. Air dilewatkan pada membran semipermiabel yang terbuat dari
polyamiteide acid.
Tekanan yang ada pada SWRO adalah 4200 Kpa. Air dinetralisis
hingga 25 % dengan TDS (Total Disolve Solid ) sebesar 200 ppm

Gambar 2.9 Sea Water Reverse Osmosis (SWRO)

2.3.16 DWRO (Demineral Water Reverse Osmosis)


Proses yang terjadi pada tahap ini hampir sama dengan yang
terjadi di SWRO. Tekanan pada DWRO ini adalah 1500Kpa. Dengan
TDS sebesar 20 ppm

Gambar 2.10 Demineral Water Reverse Osmosis(DWRO)

29
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.17 Turbine
Konversi energi terjadi pada Turbine Blades, Turbin mempunyai
susunan Blade bergerak berselang seling dengan Blade tetap. Steam akan
masuk ke Turbin dan dialirkan langsung ke Turbin Blades, Blades bergerak
dan bekerja untuk mengubah energi thermal dalam Steam menjadi energi
mekanis berotasi, yang menyebabkan rotor Turbin berputar, perputaran rotor
ini akan menggerakkkan Generator dan akhirnya energi mekanik menjadi
energi listrik.
 Bagian – bagian dari Turbin:
1. Nozel
Berfungsi untuk merubah energi (pipa pancar) potensial menjadi energi
kinetik dari steam.
2. Blades
Berfungsi untuk merubah tenaga kecepatan menjadi tenaga putar.
3. Disck (Roda Turbin)
Berfungsi untuk meneruskan tenaga putar turbin kepada pesawat yang
digerakkan. Tenaga yang dihasilkan adalah tenaga mekanis steam. Jadi
prinsip kerja Turbin adalah tenaga potensial steam diubah menjadi tanaga
kinetis pada Nozel dan tenaga kinetis ini diubah menjadi tenaga putar pada
Blade, dengan melalui Disck tenaga putar diubah menjadi tenaga mekanis
pada poros.

Gambar 2.11 Turbin

30
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.18 Condenser
Setelah LP Turbin diputar steam kemudian steam akan mengalir
menuju Condenser untuk didinginkan dan berubah menjadi air. Condenser
ada dua A dan B yang letaknya dibawah LP Turbin A dan B. Proses yang
terjadi steam bersentuhan langsung dengan pipa yang didalamnya dialiri
pendingin berupa air laut . Kondensasi ini mengubah steam menjadi air
yang kemudian ditampung di Condensate Hot Well. Air laut selain
berfungsi sebagai media Heat Transfer juga berfungsi untuk mendinginkan
kondenser juga mendinginkan Closed Cooling Sistem (air pendingin).
Closed Cooling Sistem ini mendinginkan berbagai per-alatan yang
membutuhkan pendinginan seperti Air Compressor, Pump dan Generator
Stator Cooling dan juga penting untuk mendinginkan oli untuk pelumasan
Turbin. Proses pertukaran panas antar Close Cooling dengan air laut terjadi
pada alat yang disebut Heat Exchanger. Karena adanya Blowdown pada
Steam Drum, maka untuk mengembalikan volume air ke volume semula,
pada Condenser terdapat Make-Up Water untuk menambah volume air.
Make Up water diambil dari Make Up Demineralizing RO. Kondenser
bekerja dalam kondisi vakum, hal ini dikarenakan proses kondensasi yang
terjadi yaitu perubahan steam ke air menyebabkan berkurangnya volume.
Untuk menjaga agar kondensor dalam keadaan vakum, maka gas-gas yang
dilepas dari steam (ketika steam berubah menjadi air) dipompa keluar oleh
vakum pump. Alasan lain keadaan vakum adalah efisiensi, steam yang
diambil dari turbin adalah Enthalpi Steam (selisih steam masuk dan keluar)
sehingga tekanan diminimalkan agar energi yang dimanfaatkan semakin
besar karena Enthalpinya juga besar.

(a)

31
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

(b)
Gambar 2.12
. (a) Konstruksi Turbin HP dan IP
(b) Konstruksi Turbin LPA dan LPB
2.3.19 Deaerator
Berfungsi untuk menyerap atau menghilangkan gas – gas yang
terkandung pada air pengisi Boiler, terutama gas O2, karena gas ini akan
menimbulkan korosi. Gas – gas lain yang cukup berbahaya adalah karbon
dioksida (CO2). Gas O2 dan CO2 akan bereaksi dengan material Boiler dan
menimbulkan korosi yang sangat merugikan. Prinsip kerjanya air yang
masih mengandung O2 dan CO2 disem-protkan ke Steam Daerator, sehingga
gas-gas tersebut diserap secara thermis dan dikeluarkan melalui valve
pelepas udara/gas. Selain itu Daerator juga dapat menaikkan temperatur air
pengisi Boiler (sampai 162 0C). Penempatan posisi Daerator yang tinggi
memungkinkan pemberian suction heat yang cukup untuk Feed Water
Pump. Dari Daerator air akan dipompa dengan tiga feed water pump, dua
pompa yang tenaganya dari extraction IP Turbin disebut Turbin Driven
Pump dan satu pompa yang digerakkan oleh motor disebut Motor Driven
Pump, dimana kapasitas tiap pompa 100% menuju Feed Water Heater 6, 7
,8 A-B dan akan menuju ke Economizer terus ke Steam Drum.

Gambar 2.13 Deaerator

32
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.3.20 Generator
Proses kerja generator sinkron yang dioperasikan di PLTU Paiton
Unit 7 dan 8 tidak lepas dari kinerja dua komponen utama yaitu rotor dan
stator. Rotor dihubungkan dengan shaft turbin sehingga berputar bersama-
sama dengan memanfaatkan tenaga uap sebagai tenaga penggerak mula yang
dihasilkan oleh boiler. Belitan stator didalam sebuah generator berfungsi
untuk membawa arus jangkar, sebagai output dari generator. Sedangkan
sistem eksitasi menghasilkan arus DC yang disuplai ke belitan rotor melalui
Brush Gear yang langsung bersentuhan dengan slip ring yang dipasang
menjadi satu dengan rotor sehingga akan timbul medan magnet (fluks).
Karena rotor berputar, maka medan magnet tersebut akan memotong belitan
stator sehingga pada ujung-ujung belitan stator timbul tegangan listrik.
Dengan timbulnya tegangan listrik di stator, maka ketika terminal stator
dihubungkan dengan beban, maka generator akan menyuplai daya ke beban.

Gambar 2.14 Generator & Turbin

2.3.21 Konstruksi Generator


2.3.21.1 Rangka Mesin
Pada generator sinkron, rangka mesin berfungsi sebagai
pemegang inti jangkar atau stator. Rangka mesin didesain untuk tahan
terhadap tekanan yang dihasilkan oleh putaran dan panas yang
ditimbulkan oleh proses kerja mesin, oleh sebab itu rangka mesin terbuat
dari besi cor. Rangka generator menutupi kumparan jangkar dan inti besi
kumparan, kumparan medan dan pendingin gas (hidrogen), dimana gas
hidrogennya disirkulasikan oleh kipas yang terdapat pada ujung-ujung
kumparan medan.

33
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

1) Stator
Rangka stator terbuat dari besi las yang melingkupi dan
melindungi inti dan kumparan stator. Sedangkan pada bagian internal
pada rangka stator terdiri dari batang-batang spring mempunyai
ketahanan yang tinggi terhadap tekanan yang ditimbulkan oleh inti stator
dan mengurangi vibrasi magnetik mesin. Bagian yang terpenting dari
stator adalah inti stator yang terbuat dari lempeng lempeng besi elektris
yang terlaminasi satu dengan yang lain. Lempeng-lempeng besi ini diikat
menjadi satu membentuk stator. Laminasi ini dibuat untuk mengurangi
arus eddy. Lempengan inti stator ini juga dilindungi oleh bahan isolasi
yang terbuat dari bahan Sancotel, yaitu material anorganik yang
mempunyai nilai isolasi yang tetap meskipun terjadi pemanasan
berlebih. Pada tiap ujung dari stator juga terdapat Copper Flux Shield
yang berfungsi untuk mengurangi fluks bocor yang terdapat pada ujung
inti stator sampai dengan cincin geser yang terdapat pada kumparan
medan, sehingga dapat mengurangi rugi-rugi pada ujung belitan
kumparan stator.
2) Pendingin Generator
Dua pasang gas pendingin diletakkan pada posisi horizontal di
atas inti stator dan pada bagian tengah dari bagian internal stator. Pada
sistem pendingin tertutup yang menggunakan gas hidrogen sebagai gas
pendingin, hidrogen dipakai untuk mendinginkan seluruh bagian dari
generator, kecuali kumparan stator. Gas ini disirkulasikan oleh kipas
yang dikopel secara bersama-sama oleh rotor generator. Gas ini disuplai
dan diserap melalui sebuah pipa yang terhubung secara langsung antara
kipas dan mesin dan kembali ke kipas, kembali melalui sebuah
pendingin. Desain pendinginan ini, secara substansial dapat mengurangi
tekanan temperatur dan dapat mencegah terjadinya kenaikan pemanasan
lokal.

34
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

3) Rotor
Jenis rotor pada generator turbin uap (kecepatan tinggi) adalah
rotor kutub silindris. Rotor dengan bentuk seperti ini lebih balance dan
bekerja dengan tingkat kebisingan yang rendah. Pada generator sinkron
yang terpasang, putaran rotor adalah 3000 rpm, dimana rotor dikopel
secara langsung dengan turbin yang digerakkan dengan uap.
Selain bagian-bagian yang telah dijelaskan di atas, masih terdapat
bagian lain yang menunjang proses kerja dari sebuah generator. Namun
bagian-bagian tersebut diletakkan terpisah dari unit utama generator.
Bagian tersebut antara lain adalah sistem eksitasi, regulator tegangan.
2.3.22 Parameter Operasi Generator

2.3.22.1 Data Nameplate Generator

GENERAL ELECTRIC
STEAM TURBINE GENERATOR UNIT
TURBINE
NO. 270T331
RATING : 670.000 KM 3000 RPM
0
STEAM CONDITIONS : PRESSURE 2400 PSIG AT TEMPERATURE 1000 F
REHEAT TEMPERATURE : 10000 F
EXHAUST PRESSURE : 2.18 IN HGA
TANDEM COMPOUND 4 FLOW : LAST STAGE BUCKET LENGTH : 33,5 IN

GENERATOR
NO. 280T331 HYDROGEN & WATER COOLED
ATB 2 POLES 50 HERTZ
RATING
Y CONNECTED FOR 23,000 VOLTS
GAS PRESSURE (PSIG) 75
EXITATION 700 VOLTS
KVA : 846,231
TEMPERATURE RIDE AT RATED LOAD
STATOR AMPERES: 21,242
GUARANTRED NOT TO EXCEED
0 FIELD AMPERES: 4,670
54 C ON STATOR WINDING BY DETECTOR
POWER FACTOR: 0,85
64 0 C ON FIELD BY RESISTANCE

CAUTION BEFORE INSTALLING, OPERATION OR DIAMANTLING READ INSTRUCTIONS GEK=96807

Manufacturer : GE
Equipment number : 7(8)TG-GEN-100
2 kutub, 3 fasa, hubungan wye, 50 Hz, 3000
rpm
Temperatur totalC : 90oC pada armature by detector 115o C pada
field by resistance

Rating
KVA …………………………. 846.231
Armature Amperes ………… 21.242

35
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Armature Volts ……………. 23.000


Field Amperes ……………….. 4670
Exciter Volts ………………. 683
Power Factor ………………. 0,85

Data Desain
Voltage range at 50 Hz ……. 5%

Collector and Brush Data


Collector Brushes 120 per set … Recommended Grade,
National Carbon 634
Collector safe minimum operation diameter …........ 14,125 inches
Shaft Grounding Brushes, 2 per set… Copper Braid
297A2331P0001(supplied by turbine)

Gas Cooler Data


Inlet Water Temperature ......46o C
Water flow at Rated Load …2500 gr
Head Loss Through Cooler …32 ft
Gas Space in Generator ………2684 ft2
No Load Field Current 1506 Amperes

2.3.22.2 Deskripsi Parameter Operasi


A. Daya Nyata
Rating daya (MW) generator besarnya ditentukan oleh
turbin. Generator yang terpasang menghasilkan produksi sebesar
615 MW netto.
B. Faktor Daya
Faktor daya biasanya digunakan untuk menjelaskan kinerja
dari generator, yaitu mode lagging atau mode leading. Mode lagging
disebut juga generator berada dalam kondisi ”Over Exitacy” atau ”
Induktif”, dan mode leading disebut juga ”Under Exitacy” atau ”
kapasitif”. Rating faktor daya adalah level maksimum dari sistem

36
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

eksitasi dimana generator didesain untuk beroperasi pada rating daya


nyata dan rating tegangan. Rating faktor daya berkisar antara 0,85-
0,90 lagging (Over Exitacy). Sedangkan faktor daya minimum
berkisar – 0,95 leading pada rating MVA.
Perubahan faktor daya akan berpengaruh pada sistem
terutama pada sistem tegangannya. Ketika generator beroperasi pada
mode lagging, maka tegangan terminal generator akan mengalami
kenaikan. Sedangkan ketika beroperasi pada mode leading, maka
tegangan terminal generator akan mengalami penurunan.
C. Tegangan Terminal
Rating tegangan terminal 3 phase generator didefinisikan
sebagai tegangan terminal line to line saat generator beroperasi
secara kontinyu. Rating tegangan terminal generator berkisar 23 KV.
D. Arus Stator
Kemampuan arus stator dari generator besarnya tergantung
dari jenis sistem pendinginan mesin. Pada mesin yang sederhana
(direct air cooled generator), kemampuan dari kumparan stator
adalah berdasarkan rating arus stator.
Sedangkan pada kumparan stator indirect hydrogen cooled
generator, ratingnya berdasarkan kesensitivan tekanan hidrogen.
Tekanan hidrogen dari generator yang beroperasi adalah 75 psig
(kPa). Sedangkan kumparan pendingin stator langsung (direct
hydrogen cooled stator winding) mempunyai tekanan sebesar 15 psig
(103 kPa) dibawah tekanan hidrogen.
E. Arus Medan
Kemampuan dari kumparan medan adalah sama dengan
besarnya dengan arus medan saat rating mesin: daya aktif, sistem
daya, dan tegangan terminal generator tercapai. Besarnya arus medan
sesuai yang tertera pada name plate generator adalah 4670 Ampere.
Namun kemampuan dari semua parameter diatas tidak akan tercapai
apabila pendingin kumparan rotor tidak bekerja dengan maksimal.

37
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Hubungan antara arus medan dan parameter generator yang lain


adalah: Ketika daya dijaga konstan (MW), arus medan dinaikkan,
maka faktor daya, arus stator, tegangan terminal, akan mengalami
kenaikan dari kondisi power faktor menjadi kondisi lagging.
F. Kecepatan
Rating kecepatan dari generator besarnya sebanding dengan
desain generator dan frekuensi sistem. Dari name plate generator
diketahui bahwa untuk frekuensi 50 Hz, kecepatan putaran turbin
3000 rpm.

G. Tekanan Hidrogen
Rating tekanan hidrogen adalah tekanan dari hidrogen pada
generator saat generator beroperasi pada rating outputnya. Tekanan
yang tertera pada name plate adalah besarnya tekanan maksimal dari
hidrogen yang besarnya mencapai 75 psig (518 kPa).

H. Short Circuit Ratio


Short circuit ratio adalah perbandingan antara besarnya arus
medan yang diperlukan untuk menghasilkan tagangan terminal rating
pada kondisi open circuit pada kumparan stator, dibandingkan arus
medan yang diperlukan untuk menghasilkan arus stator pada
ratingnya, pada kondisi short circuit 3 phasa ketika generator
berputar pada kecepatan ratingnya. Short circuit ratio dari generator
yang sekarang beroperasi adalah 0,4 - 0,6. Kestabilan dari generator
dalam sistem tenaga, ditentukan juga oleh short circuit rationya.
Short circuit ratio yang tinggi menunjukkan perubahan dari arus
stator akan kecil pengaruhnya terhadap level flux dan
mengindikasikan bahwa generator tersebut beroperasi secara stabil.

38
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

I. Volt per Hertz


Pada generator, level penggunaan fluks dibatasi oleh batas-
batas dan kemampuan mesin. Besarnya Volt/Hertz sebanding dengan
level fluks yang dihasilkan. Jika nilai Volt/Hertz naik, maka nilai
level fluks akan mengalami kenaikan ke titik rawan terjadinya
kerusakan mesin.

Gambar 2.15 Generator Protection Panel

2.3.23 Mode Operasi Generator

2.3.23.1 Shutdown
Shutdown adalah kondisi dimana generator tidak beroperasi dan
tidak terhubung dengan sistem. Shutdown juga berarti kecepatan
generator adalah nol dan field breaker dalam kondisi terbuka. Oleh
karena itu pada kondisi ini tidak ada energi yang masuk ataupun keluar
pada generator.
2.3.23.2 Turning Gear
Turning gear adalah bagian dari mesin yang diaplikasikan pada
dua kondisi yaitu ketika generator akan dioperasikan dan ketika
generator akan dihentikan pengoperasiannya. Pada kondisi pertama,
generator mulai dijalankan dengan bantuan turning gear , bersamaan
dengan itu minyak bertekanan mulai disupply pada bearing rotor. Setelah
itu rotor akan mulai berputar sampai dengan kecepatan putaran turning
gear. Sampai kemudian peran turning gear akan diperankan oleh tenaga
uap untuk menggerakkan turbin untuk mencapai kecepatan rating
generator.

39
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Pada kondisi kedua adalah ketika generator dihentikan


putarannya. Kondisi awal generator yang panas saat akan dihentikan
memerlukan periode yang bertahap dan memelukan proses pendinginan
yang bertahap pula. Peran turning gear dibutuhkan pada saat generator
diperlambat putarannya selama periode pendinginan. Berdasarkan desain
awal produksinya, kecepatan turning gear berkisar antara 3 – 50 rpm.
Pada unit 7 dan 8 kecepatan turning gear adalah 4 rpm.

2.3.24 Run Up and Run Down


Run up adalah periode dimana kecepatan generator bertambah
kecepatan turning gear sampai dengan kecepatan rating generator
dengan menggunakan tenaga uap. Sedangkan run-down adalah periode
dimana generator diperlambat putarannya dari rating kecepatan normal
sampai dengan kecepatan rating turning gear.
Pada kedua kondisi diatas rotor generator akan mencapai
kecepatan kritis. Kecepatan kritis adalah frekuesi dimana rotor akan
beresonansi dan dapat merusak generator karena vibrasi yang tidak
teredam.

a. Field Applied Off-line


Field Applied Off-line adalah kondisi generator ketika arus
medan disuplai ke kumparan rotor akan tetapi generator tidak
dihubungkan dengan sistem. Kondisi ini disebut juga open circuit.
Hal ini berarti jumlah arus medan yang disuplai ke kumparan medan
(ampere field no load/AFNL) adalah sesuai dengan ratingnya
sehingga dihasilkan rating tegangan terminal stator.

b. Sinkronisasi dan Pembebanan


Ketika generator berada pada rating kecepatan dan
tegangannya, maka keluaran gelombang sinusodal tegangan generator
harus sesuai dengan bentuk gelombang sistem, yang meliputi
frekuensi, level tegangan, dan urutan fasa generator. Frekuensi dan

40
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

level tegangan diukur saat open circuit, pada saat generator beroperasi
pada rating kecepatan dan tegangannya. Sedangkan urutan fasa akan
dideteksi secara otomatis oleh synchronuscope, yang juga berfungsi
untuk mengatur bentuk keluaran generator agar sama dengan bentuk
gelombang sistem. Saat dihubungkan paralel dengan sistem, breaker
utama generator harus ditutup. Setelah dihubung dengan sistem maka
pembebanan generator dapat ditambahkan dengan menambakan
tekanan uap, sebagai tenaga penggerak turbin. Sementara itu, faktor
daya dan daya reaktif dapat diatur dengan suplai arus medannya.

c. Prosedur Start-up
 Pastikan semua sistem pengaman dapat beroperasi.
 Jangan terlebih dahulu meng-energize mesin tanpa meneliti semua
kondisi peralatan terutama rele pengaman harus dapat beroperasi
selama start-up.
 Ikuti instruksi SOP selama pemanasan mesin.
 Perhatikan tegangan maksimal saat kondisi breaker terbuka.
 Ikuti prosedur sinkronisasi dan prosedur secara keseluruhan secara
seksama.

d. Operasi On-Line
 Selama beroperasi, generator harus beroperasi sesuai dengan kurva
kapabilitasnya.
 Voltage regulator dan power system stabilizer harus beroperasi setiap
saat.
 Semua peralatan proteksi harus berfungsi dan dalam kondisi operasi.

e. Operasi Shut Down


 Turunkan beban step by step
 Turbin harus trip terlebih dahulu sebelum generator dengan reverse
power relay.
 Pastikan bahwa generator tidak me-motoring turbin.

41
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

 Pastikan pemisahan elektrisnya CB membuka dengan mengikuti


prosedur.
 Selama periode penurunan putaran, generator harus diperlambat dengan
mengaplikasikan turning gear, agar batang rotor tidak mengalami
bowing ( terpelintir ).
2.3.25 Eksitasi Pada Generator

2.3.25.1 Eksiter
Eksiter menyuplai arus searah pada kumparan medan generator.
Rating dari generator tergantung dari besarnya daya, arus dan tegangan,
yang berhubungan dengan rating generator dan juga tergantung dari batas
temperatur maksimal dari kumparan medan. Tipe eksiter yang paling umum
digunakan adalah komutator tipe DC generator. Tipe yang lain adalah solid
state diode rectifier, solid stase thyristor rectifier, atau tipe eksiter yang
terkopel secara langsung dengan rotor dan outputnya pada rotor, kemudian
output tersebut disearahkan oleh solid state rectifier. Jenis ini disebut dangan
“brushless exciter”. Fungsi utama dari sebuah eksiter adalah menyediakan
suplai dari arus searah ke kumparan rotor sesuai dengan jumlah daya nyata
yang harus disuplai, tegangan terminal, power factor dari beban
generator.Sebagai fungsi tambahan, sebuah eksiter juga dapat mensuplai
daya yang lebih tinggi dari rating tegangan eksiter. Hal ini diperlukan untuk
mengukur nilai respons tegangan( pengukuran perubahan nilai tegangan
eksiter pada 0.5 detik ketika perubahan tegangan diperlukan).

2.3.25.2 Kontrol Eksitasi


Steady State
Menaikkan atau menurunkan suplai arus medan pada rotor, akan
menyebabkan perubahan tegangan terminal stator. Kondisi ini dapat dicapai
ketika governor turbin, daya output, dan konfigurasi sistem pada kondisi
yang stabil. Perubahan ini juga akan menyebabkan perubahan power faktor
dan menyebabkan kenaikan suplai daya reaktif. Maka ketika governor turbin
merespon untuk menambah daya yang dibutuhkan sistem, secara otomatis

42
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

eksiter akan menambah suplai arus eksitasi untuk menaikkan output daya
reaktif, dan untuk menjaga kestabilan tegangan terminal generator. Di dalam
sistem kontrol generator, terdapat voltage regulator yang berfungsi untuk
menjaga level tegangan sesuai dengan nilai tegangan yang diinginkan,
dengan cara mengatur suplai arus eksitasi pada rotor. Sistem kontrol juga
dapat diinstruksikan untuk menjaga arus medan yang disuplai, ketika kinerja
voltage regulator tidak diperlukan. Proses kerja seperti ini disebut dengan
proses kerja “manual kontrol”.
Transient
Kemampuan dari sistem eksitasi untuk merubah tegangan medan
generator secara cepat, mempunyai peranan yang penting terhadap
kestabilan sistem. Ketika generator harus menyuplai sistem yang
mempunyai nilai reaktansi yang tinggi, seperti sistem transmisi panjang
yang memisahkan antara generator dan beban, maka kestabilan sistem akan
sulit dicapai. Maka dengan desain yang seperti ini dibutuhkan sistem eksitasi
dengan rasio respon tegangan yang tinggi. Konsep baru dalam sistem
eksitasi ini disebut power system stabilizer. Alat ini dipakai untuk mencapai
kestabilan ketika pada sebuah sistem terjadi swing pada frekuensi yang
rendah.
2.3.26 Paiton EX-2000
EX-2000 adalah sistem kontrol eksitasi yang mengatur tegangan
terminal dan daya reaktif pada generator dengan mengatur arus eksitasinya.
Suplai arus eksitasinya berasal dari trafo eksitasi yang kemudian disearahkan
melalui SCR bridge. Keluaran arus DC dari SCR bridge adalah sama besar
nilainya dan terhubung dengan kumparan medan.

Gambar 2.16 Panel Control Eksitasi (EX-2000)

43
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2.4 BIDANG USAHA


Pembangkit listrik tenaga uap ( PLTU ) paiton unit 7&8 merupakan
sebuah perushaan swasta milik PT. IPMOMI yang bergerak di bidang
ketenagalistrikan, PT. IPMOMI bertindak sebagai perusahaan yang
memproduksi energy listrik dengan kapasitas 2 x 615 MW yang kemudian
akan di jual kepada PLN.

2.5 FIRE HEALTH DAN SAFETY SECTION


Salah satu kebijakan PT. IPMOMI adalah menyediakan lingkungan
kerja yang aman, hal ini diterapkan dengan dibentuknya Fire, Health dan
Safety Section. PT. IPMOMI menekan bahwa kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) adalah tanggung jawab semua karyawan, karena itu Health dan
Safety Section hanya bertindak sebagai resource atau pemberi saran agar
seluruh orang (baik karyawan atau tamu) yang berada di area tersebut harus
melaksanakan seluruh prosedur yang berkaitan dengan Health dan Safety
program.
 Health and Safety Program
Safety requirement, berkaitan dengan papan peringatan / tanda
keselamatan yang dipasang diseluruh areal PLTU Paiton unit 7 dan 8,
dimana area tersebut dianggap rawan untuk keselamatan kerja.

1. Implement Procedure, berkaitan dengan peraturan yang ada di PLTU


Paiton unit 3, 7 dan 8, programnya antara lain:
- Safety Induction : Petunjuk awal untuk seluruh karyawan dan tamu
PT. IPMOMI tentang peraturan atau hal yang berkaitan dengan
prosedur keamanan di PLTU Paiton unit 7 dan 8.
- Safety Talk : Program mingguan setiap hari selasa untuk
membicarakan tentang isu-isu health and safety seputar areal
PLTU Paiton Unit 7 dan 8.

44
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

2. IPMOMI program, berkaitan dengan health and safety untuk seluruh


karyawan PT. IPMOMI, seperti pemeriksaan kesehatan, pengobatan,
imunisasi dan lain-lain.
3. Contractor program, berkaian dengan Health and Safety untuk seluruh
tamu atau pekerja kontrak yang berada di areal PLTU Paiton unit 7 dan
8 , seperti pemeriksaan keamanan peralatan dan surat ijin kerja.
 Health and Safety Performance
1. Lost Time Injury (LTI) yaitu kecelakaan kerja yang mengakibatkan
hilangnya waktu kerja. Sejauh ini Safety Record menunjukkan 0 untuk
LTI dengan 2. 400. 000 man hours.
2. Medical treatment Injury (MTI), yaitu kecelakaan kerja yang
mengakibatkan adanya perawatan khusus dari dokter atau rumah sakit.
Sejauh ini Safety Record menunjukkan hanya 3 MTL engan 2. 400. 000
man hours.

 Fire Program
Core team ini adalah proyek kerjasama antara PT. IPMOMI dan PT YTL
(PLTU Paiton unit 5 dan 6). Core Team bertindak sebagai Emergency
Respons team yang menangani kebakaran, kecelakaan dan tumpahan gas
atau bahan kimia di areal PLTU Paiton Unit 3, 5, 6, 7 dan 8.
2.6 Kesejahteraan Karyawan
1. Kesejahteraan Sosial dan Fasilitas Karyawan
Menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya merupakan tanggung jawab
setiap individu. Oleh karena itu, karyawan bertanggung jawab untuk
selalu berusaha sebaik-baiknya menjaga kesehatan dirinya sendiri serta
tanggungannya. Dari waktu ke waktu perusahaan akan menegosiasikan
kontrak dengan Perusahaan Asuransi Kesehatan untuk menjaga jaminan
kesejahteraan karyawannya. Fasilitas ini akan berlaku bagi semua
karyawan tetap serta tanggungannya, sesuai persyaratan yang dirinci
dalam Program Kesejahteraan Karyawan PT. International Power
Mitsui Operation and Maintenance Indonesia. Salinan Program
Kesejahteraan Karyawan dapat diperoleh dari HR Dept. Tiap karyawan
45
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

akan memperoleh satu salinan Program Kesejahteraan Karyawan yang


terbaru pada saat pertama masuk Perusahaan.
2. JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)
UU No. 3 Tahun 1992 mewajibkan perusahaan dan karyawan menjadi
peserta program Jamsostek, yakni program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia
melalui PT. Jamsostek. Program Jamsostek menyediakan jaminan
perlindungan dasar terhadap resiko kecelakaan kerja, kematian dan
lanjut usia. Besarnya iuran yang dibayarkan setiap bulan pada saat ini
adalah 6,89 % dari gaji bulanan, terdiri dari:

Asuransi 0. 30 % Dibayar oleh


Kematian perusahaan
(AK)
Asuransi 0. 89 % Dibayar oleh
Kecelakaa perusahaan
Kerja
(AKK)
Tunjangan 3. 70 % Dibayar oleh
Hari Tua perusahaan
(THT)
Ditambah 2. 00 % Dibayar oleh
3. 70 % karyawan

Tiap-tiap bulan perusahaan akan memotong iuran karyawan dari


penghasilannya serta menyetorkannya bersama-sama dengan iuran
perusahaan ke PT. Jamsostek.
3. Asuransi Pengobatan & Kesehatan
Perusahaan memberikan kepada karyawan dan anggota keluarganya,
yang terdiri dari istri dan maksimum 3 (tiga) anak, fasilitas pengobatan

46
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

dan pertanggungan asuransi. Karyawan dikelompokanmenjadi 4


(empat) tingkat p ertanggungan, yaitu :
a. Managers
b. Supervisors
c. Staff
d. Labour
Asuransi pengobatan dan kesehatan meliputi hal-hal berikut dibawah
ini:
a. Perawatan rumah sakit
b. Sakit keras
c. Melahirkan
d. Pengobatan gigi
e. Perawatan khusus
4. Personal Accident and Terms Life Insurance
Perusahaan memberikan kepada karyawan asuransi Personal Accident.
Premium asuransi ini secara keseluruhan ditanggung oleh perusahaan.
Nilai pertanggungan dibayarkan apabila terjadi kematian atau cacat
tetap akibat dari suatu kecelakaan.
5. Perumahan Perusahaan
Perumahan disediakan oleh perusahaan untuk karyawan tertentu yang
ditentukan oleh perusahaan. Suatu housing allowance dapat diberikan
tergantung golongan karyawan. Lokasi Housing ini berjarak ± 6 km di
sebelah barat plant.
2.7 Lokasi PLTU Paiton Unit 3, 7 dan 8
PLTU Paiton terletak di desa Binor, Kecamatan Paiton, kabupaten
Tingkat II Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Tepatnya di area pembangkit
listrik PLN, Jl. Raya Surabaya-Situbondo Km 141. Lokasi tersebut terletak
di Selat madura, Pantai Utara Pulau Jawa. Sekitar 142 km ke arah tenggara
dari Surabaya, atau 36 Km kearah timur kota Probolinggo. Di sebelah timur
terdapat hutan bakau, di sebelah selatan terdapat perkebunan kesambi,
sedangkan disebelah barat terdapat pemukiman penduduk, yaitu kampung

47
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

bhinor dan tempat pembenihan udang yang sudah tidak berproduksi. PLTU
Paiton unit 3,7 dan 8 terbagi menjadi dua bagian karena adanya Jalan Raya
Surabaya-Banyuwangi, di bagian utara jalan adalah fasilitas pembangkit
utama, sementara di bagian selatan adalah area Ash Disposal dan Waste
Water Treatment Plant. PLTU paiton unit 3, 7 dan 8 berada pada ketinggian
5 meter diatas permukaan laut, yang semuanya ditujukan untk ke efektifan
power plant, was water treatment plant, serta coal and ash handling.

Gambar 2.17 Letak PLTU Paiton unit 3,7 dan 8

48
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Kegiatan Harian


Pada saat kami melakukan praktek kerja lapangan di PT. IPMOMI, ada beberapa
aspek pekerjaan yang kami lakukan disana, diantaranya :
1. Mempelajari overview pembangkit listrik tenaga uap di PT IPMOMI
2. Mempelajari sistem kelistrikan yang ada di PT. IPMOMI
3. Mempelajari proses Sea Water Reverse Osmosis (SWRO)
4. Menghitung energi listrik yang digunakan pada proses Sea Water Reverse
Osmosis
5. Melakukan Tour Plant

3.1.1 Mempelajari Over View


Seperti yang sudah kami jelaskan di bab 2, overview pembangkit tenaga uap
dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya:
1. Sistem bahan Bakar
2. Sistem Uap
3. Sistem Permurnian Air
4. Sistem Pembakaran
5. Sistem Pembuangan Uap
Dikarenakan pembahasan over view sudah kami jelaskan di BAB II, oleh karena
itu kami sudah tidak akan lagi menjelaskan overview lagi.

3.1.2 Sistem Kelistrikan PT. IPMOMI


Adapun distribusi sistem tenaga yang ada pada PLTU Paiton unit 7

dan 8 dibedakan menjadi 2, yaitu system tenaga yang digunakan untuk

keperluan atau pemakaian sendiri dan sistem tenaga yang digunakan untuk

transmisi ke PLN. Untuk daya yang disalurkan kepada PLN berasal dari

proses tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator bertegangan sebesar 23


49
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

kV. Setelah itu, tegangan yang dihasilkan oleh generator sebesar 23kV

dinaikkan oleh GSU (Generator Start up) transformer menjadi 500kV untuk

ditransmisikan ke PLN dengan total daya 2 x 615 MW.

Gambar 3.1 GSU Step-up Transformer 23kV/500kV

Tegangan 23 kV yang dihasilkan oleh generator juga digunakan

untuk keperluan Generator itu sendiri untuk proses Eksitasinya. Dengan

menurunkan tegangannya dahulu dari 23 kV ke 900 Volt yang kemudian di

searahkan menjadi tegangan DC melalui EX 2000 (Rectifier).

Gambar 3.2 Excitation Transformer (23kV/900V)

50
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Selain itu tegangan 23 kV keluaran dari Generator juga digunakan

untuk sistem pemakaian sendiri adalah melalui proses awal yang sama, yaitu

tegangan awalnya berasal dari output generator sebesar 23 kV kemudian

diturunkan melalui auxiliary transformator 23kV/13,8kV. Setelah itu,

tegangan 13,8 kV disalurkan pada main bus pada tiap unit yang terbagi tiga,

yaitu 7EM/8EM – SWGR – A, 7EM/8EM – SWGR – B, 7EM/8EM –

SWGR – C. Kemudian, setelah melewati bus A, B dan C, barulah

didistribusikan pada beban-beban yang memiliki rating tegangan 13,8 kV

pada tiap masing-masing bus, dan biasanya beban-beban yang menggunakan

rating tegangan tersebut adalah beban dengan daya nominal cukup besar,

sebagai contoh adalah suplai untuk motor ID Fan yang memiliki daya 10000

hp.

Gambar 3.3 Auxilary transformer unit 8

Selain itu, pada PLTU unit 7 dan 8 juga memakai suplai yang

berasal dari PLN untuk keperluan starting generator itu sendiri dan back-up

akhir sistem, dimana memang pada proses starting unit 7 dan 8 selalu

memakai suplai dari grid PLN langsung melalui start-up transformer

150kV/13,8 V. Sehingga sistem ini selain memanfaatkan suplai dari unit


51
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

pembangkitannya sendiri juga memakai suplai dari PLN langsung. Hal ini

memang dimaksudkan untuk menjaga kehandalan dan kontinuitas sistem.

Gambar 3.4 Start-up Transformer

Setelah tegangan diturunkan menjadi 13,8kV, maka barulah

didistribusikan kembali kepada bus yang memiliki level tegangan yang lebih

rendah lagi, yaitu rating tegangan 6,9kV dimana sebelumnya diturunkan

melalui Station Service Transformator 13,8kV/6,9kV.

Gambar 3.5 Station Service Transformer

Pembagian sistem tegangan 6,9kV adalah sama dengan sistem

tegangan 13,8kV yaitu dibagi menjadi 3 main bus yaitu 7EN/8EN – SWGR

– A1, /8EN – SWGR – B1, /8EN – SWGR – C1. Kemudian, setelah

melewati bus A1, B1, dan C1 barulah suplai tegangan didistribusikan pada
52
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

tiap-tiap beban yang memiliki rating tegangan sebesar 6,9kV. Dalam hal ini,

sebagai contoh beban beban yang memiliki rating tegangan 6,9kV adalah

PA Fan, FD Fan, Boiler Feed Pump, Boiler Circulating Water Pumps dan

lain-lain. Selain itu terdapat juga sistem yang menggunakan rating tegangan

416 V. Yaitu dengan menurunkan tegangan dari rating 6,9kV menjadi 416 V

melalui transformator step-down. Adapun beban-beban yang disuplai

diantaranya adalah seperti LC (Load Center), Charger (AC to DC), juga

untuk suplai UPS.

Gambar 3.6 Load Center

Selain itu, Transformasi 416/416 (Delta/Wye) juga digunakan

sebagai suplai beban penerangan. Pada sistem tegangan 416 V, juga

digunakan sebagai suplai sistem field flashing pada generator, yaitu suatu

sistem yang berfungsi sebagai alat bantu generator jika tegangan yang

dihasilkan tidak mencapai angka nominal 23 kV, maka field flashing disini

berfungsi untuk membantu generator untuk mencapai rating tegangan

tersebut (23kV).

Sedangkan untuk kehandalan sistem suplai tegangan yang ada pada

unit 7 dan 8 adalah dengan menggunakan sistem double back-up feeder,

dimana suatu sistem memang dikondisikan tidak boleh mati ataupun tidak

53
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

dapat bekerja. Hal tersebut berlaku pada semua main bus pada semua jenis

rating tegangan (13,8 kV, 6,9kV, 416 V). Dari mulai output generator 23kV

menuju auxiliary transformator dimana tegangan diturunkan menjadi 13,8

kV. Pada sistem ini jika pada suatu saat mengalami kegagalan suplai pada

main bus A, B, dan C maka sumber akan automatis diambilkan langsung

dari unit lainnya, misalnya jika unit 7 mengalami abnormal back up maka

diambilkan dari unit 8 begitu sebaliknya. Sedangkan jika kedua unit

mengalami kegagalan back up maka suplai diambilkan dari grid PLN

150kV/13,8kV. Sistem back-up disini bersifat hot-transfer dimana pada

proses switching untuk pemindahan tiap jenis source yang berbeda

dilakukan secara langsung oleh Auto Syncrhon Bus Transfer.

Gambar 3.7 Panel Auto Syncrhon bus transfer

Hal ini berarti dalam pelaksanaannya tidak memerlukan alat bantu

yang digunakan untuk proses sinkronisasi tegangan terlebih dahulu,

melainkan switchingnya dilakukan secara langsung, apakah akan

menggunakan suplai langsung dari generator, PLN, maupun dari unit

lainnya. Pada sistem 6,9kV juga mempunyai sistem back-up yang relatif

sama, yaitu jika pada suatu saat suatu main bus pada sistem 6,9kV

54
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

mengalami gagal suplai maka suplainya akan diambilkan dari sisi bus

lainnya (A, B, dan C) ataupun diambilkan dari saluran unit lainnya (7/8)

dengan menggunakan Tie Breaker sebagai alat switchingnya.

Hal ini berbeda dengan sistem tegangan 416 V, karena pada sistem

tersebut selain berfungsi sebagai suplai pada load center (LC) sistem ini juga

berfungsi sebagai suplai pada UPS dan juga charger pada sistem DC,

sehingga dalam kehandalan sistem tidak seperti sistem back-up yang ada

pada sistem tegangan 13,8kV maupun 6,9kV. Karena pada esensinya sistem

416 V ini memang lebih ditujukan sebagai suplai utama pada inputan sistem

yang memang tidak boleh padam, seperti pada UPS (Uninteruptable Power

Supply) dan juga pada field flashing. Sehingga kontinuitas sistem bisa dijaga

disamping juga bertugas menanggung bebannya sendiri. Sedangkan untuk

kehandalan sistem pada sistem 416 V ini digunakan sistem transfer bus

sebagai back-upnya, artinya pada setiap busnya diparalel dengan bus yang

lainnya termasuk diambil pada bus unit lainnya (7/8).

Sistem kelistrikan yang ada pada PLTU Paiton unit 7 dan 8, selain

adanya keberadaan sistem AC pada tiap unit pembangkitan (7/8), juga

terdapat sistem DC didalamnya. Peranan dari sistem DC sangatlah vital

sehingga pada desainnya dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan

suplai DC berlangsung terus menerus (kontinyu) dan diharapkan tidak ada

pemadaman pada kontrol sistem walaupun terdapat gagal suplai dari sistem

AC. Disini, sistem DC pada tiap unit (7/8) pada prinsipnya adalah sama,

yaitu digunakan sebagai suplai pada beban-beban DC yang bersifat vital

equipment ataupun power dari inputan UPS. Selain itu DC system juga
55
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

digunakan sebagai suplai pada motor-motor penggerak breaker pada

switchgear sebagai contohnya adalah motor-motor pada VCB (Vacuum

Circuit Breaker), dan juga sebagai penyedia power motor oil pump pada

turbin dan generator.

Sistem DC pada PLTU Paiton unit 7 dan 8 terbagi menjadi 2

bagian, yaitu sistem DC dengan rating tegangan 250 VDC dan 125 VDC.

Pada sistem tegangan 250 VDC ditopang oleh 2 buah unit baterai charger

yang dioperasikan secara parallael dan digunakan untuk mensuplai daya

pada switchboard.

3.8 Panel Charger

Setelah itu barulah dari switchboard, daya disalurkan pada semua

motor DC dan juga UPS. Khusus pada sistem 250 VDC yang ada unit 8

digunakan juga sebagai suplai daya pada emergency lighting di MCR (Main

Control Room). Kemudian pada sistem 125 VDC juga memiliki kesamaan

pada sistem 250 VDC, yaitu sama-sama ditopang oleh dua buah unit baterai

charger yang dioperasikan secara parallel. Dari baterai charger daya

didistribusikan pada switchboard, kemudian dari switchboard didistribusikan

56
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

pada panel boards. Kemudian, barulah didistribusikan pada beban-beban

dengan rating 125 VDC seperti motor-motor yang ada pada breaker.

Adapun rincian beban-beban yang disuplai oleh sistem DC ini

adalah sebagai berikut, untuk sistem 125 VDC bebannya adalah :

 Switchgear pada sistem 13,8kV DC control power, dengan

pembagian tiga feeder: 7/8EM – SWGR – A, 7/8EM –

SWGR – B, 7/8EM – SWGR – C.

 Switchgear pada sistem 6,9kV DC control power, dengan

pembagian empat feeder : 7/8EN – SWGR – A1, 7/8EN –

SWGR – B1, 7/8EN – SWGR – C1, 7/8EN – SWGR –

B1A.

 Area panel distribusi 7/8EB – PL – 125C pada coal

handling.

 Kontrol lokal kabinet pada GIS 500kV, dengan pembagian

dua feeder: primer dan back-up.

 Kontrol lokal kabinet pada GIS 150kV, dengan pembagian

dua feeder: primer dan back-up.

 Panelboards 125 VDC, dengan pembagian dua feeder:

7/8EB – PL – 125 A, 7/8EB – PL – 125 B,

 Kedua buah switchboard 7/8EP – PL – 125 yang berisi tiga

buah breaker cadangan pada feeder 100AF/50AT dan

sebuah breaker cadangan pada feeder 225AF/225AT.

57
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Sedangkan untuk rincian beban-beban yang disuplai oleh sistem

DC 250 VDC adalah sebagai berikut:

 Satu buah motor pompa minyak darurat pada bearing turbin

generator 7/8LT – P – 300 – M.

 Satu buah motor pompa minyak cadangan pada generator

7/8GS – P – 200 – M.

 Dua buah motor pompa minyak darurat pada feedwater

turbine, 7/8LT – P – 250A – M, 7/8LT – P – 250B – M.

 Dua buah suplai AC untuk UPS, 7/8EB – UPS – A, 7/8EB

– UPS – B.

 Sistem penerangan darurat pada MCR (Main Control

Room), dalam hal ini sumber hanya berasal dari sistem DC

unit 8.

 Dua buah cadangan breaker 100AF – 20AT pada

switchboard unit 7 7EB – PL – 250, serta satu buah

cadangan breaker 100AF – 20AT pada switchboard unit 8

8EB – PL – 250.

Semua sumber yang ada pada sistem DC ini berasal dari bus 7EP-

LC-A2 pada unit 7 dan bus 8EP-LC-A2 pada unit 8, yang kemudian

disearahkan menggunakan rectifier yang berada pada battery/charger room.

Selain itu untuk menjaga kontinuitas sistem, sistem DC juga mempunyai

back-up tegangan cadangan dari sistem alternate yaitu diesel generator.

Diesel generator berfungsi jika pada saat proses suplai power AC pada

58
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

sistem daya DC terdapat gangguan ataupun gagal suplai, maka diharapkan

diesel generator dapat difungsikan sebagai alternate melalui proses auto

transfer switching demi menjaga kontinuitas sistem.

Gambar 3.9 Diesel Generator

Hal ini juga termasuk untuk memenuhi persyaratan kehandalan

sistem DC. Namun dalam pengoperasiannya, beban-beban sistem DC pada

posisi normal disuplai oleh charger dan bukan baterai, hal ini dimaksudkan

agar dalam penggunaan baterai sebagai back-up suplai daya dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Sehingga, baterai akan digunakan jika pada saat

keadaan benar-benar dibutuhkan dalam hal ini berarti dalam posisi back-up.

Namun jika baterai yang terlalu lama tidak digunakan juga lama-kelamaan

akan mengalami kerusakan sehingga memerlukan PM (Preventive

Maintenance). Oleh karena itu, terdapat metode On-Load test pada baterai

yang dilakukan secara berkala untuk menjaga baterai dari keausan dan

terhindar dari kerusakan. Biasannya, perawatan pada baterai dilakukan

secara berkala dua tahun sekali melaui metode on-load test untuk menjaga

performa baterai.

59
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Gambar 3.10 Accumulator pada Battery Room

Sistem kelistrikan yang ada pada tiap unit pembangkitan memang

tidak dapat dilepaskan dari peran vital sistem DC, karena secara tidak

langsung sistem tersebut juga menjadi penjaga kontinuitas suplai daya yang

dihasilkan oleh suatu unit pembangkitan. Namun, selain peranan sistem DC

yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat pula suatu unit peralatan yang

keberadaannya juga sangat penting dalam menjaga suplai power kepada unit

pengontrolan sistem, yaitu UPS (Uninteruptable Power Supply) dan sudah

banyak disinggung pada pembahasan sebelumnya. UPS yang sangat

berkaitan erat dengan DC sistem mempunyai tugas utama sebagai penyedia

suplai bagi DCS dengan rating nominal tegangan 120 VAC 1 phasa 50 Hz.

Gambar 3.11 Panel UPS

60
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Mengingat pentingnya peran DCS dalam unit sistem pengontrolan

unit, maka UPS didesain sedemikian rupa agar diharapkan tidak akan pernah

padam, meskipun sistem lain yang ada pada unit pembangkitan terjadi gagal

suplai.

UPS menurut desainnya memiliki tiga buah sumber utama dari

sistem 416 V dan berasal dari feeder yang berbeda pula. Yang pertama,

sumber UPS diambil dari bus vital MCC A33, kemudian yang kedua diambil

dari bus alternate MCC A23, serta yang terakhir diambilkan dari sistem 250

VDC. Terdapat enam buah peralatan utama yang ada pada sistem UPS.

Peralatan-peralatan tersebut adalah, 1) rectifier atau penyearah tegangan AC

menjadi DC, 2) blocking diodes yang berfungsi sebagai pembatas atau

pemblokir tegangan pada sistem, 3) inverter yang berfungsi sebagai

pengubah tegangan DC menjadi AC, 4) static transfer switch yang berfungsi

sebagai saklar pemindah mekanik jika dalam suatu sistem UPS sumber

inputannya mengalami gagal suplai, sehingga dapat langsung berpindah

menuju alternate bus, 5) alternate 416/120 VAC bypass transformer, dan 6)

maintenance bypass switch. Adapun diagram blok dari unit sistem UPS

adalah sebagai berikut:

Gambar 3.12 Diagram Blok sistem UPS

Semua komponen yang terdapat pada tiap unit UPS tersusun dalam

lima buah kabinet atau kompartemen dimana setiap kabinet memiliki fungsi

61
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

yang berbeda tergantung dari jenis komponen yang ada dalam kabinet itu.

Adapun isi dari tiap kabinet tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kabinet satu dan dua: berisi bagian dari rangkaian rectifier

atau penyearah, dimana meliputi semua indikator kontrol,

circuit breaker (CB), terminal blok, dan juga block diodes.

Sehingga menurut fungsinnya kabinet satu dan dua ini

dipergunakan untuk mengirim daya DC menuju inverter.

2. Kabinet tiga dan empat: berisi bagian dari rangkaian

inverter atau pengubah tegangan DC menjadi AC, dimana

juga meliputi semua indikator kontrol, CB, dan juga blok

terminal. Sehingga pada esensinnya kompartemen ini

berfungsi sebagai pengirim tegangan dengan rating 120

VAC 1 phasa 50 Hz menuju static switch. Didalam

kompartemen kabinet empat juga terdapat tempat bypass

AC transformer.

3. Kabinet lima: berisi bagian dari static transfer switch pada

UPS, dimana juga meliputi semua indikator kontrol, CB,

dan juga blok terminal. Melalui kompartemen ini dapat

mengontrol sumber tegangan yang akan dikirim dengan

rating 120 VAC 1 phasa 50 Hz menuju panelboard UPS.

Didalam kabinet lima ini juga tersedia faslitas manual

bypass switch untuk digunakan jika akan dilakukan

kegiatan maintenance atau perawatan.

62
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

BAB IV
PEMBAHASAN
ANALISIS ENERGI LISTRIK PADA UNIT BALANCE OF PLANT ( BOP)

4.1 PROSES PRETREATMENT DAN REVERSE

PLTU Paiton 2x615MW menggunakan batubara untuk proses


pembakaran dalam boiler yang kemudian digunakan untuk pemanasan
air menjadi uap jenuh (superheated steam). Uap jenuh ini digunakan
untuk memutar turbin yang dikopel. dengan generator untuk
menghasilkan listrik.. Uap yang digunakan sebagai pembangkit harus
netral dari zat-zat yang dapat merusak unit sistem PLTU atau minimal
harus memenuhi kadar minimal kualitas yang dipersyaratkan di unit
tersebut. Untuk memenuhi standar kualitas air tersebut, PLTU Paiton
2x615 MW harus mengolah air laut sebagai raw water melalui unit-
unit pengolahan utama, yaitu klorinasi di intake, koagulasi-flokulasi,
clarifier, multi media filter, cartridge filter, sea water reverse osmosis,
brackish water reverse osmosis, dan mix bed exchanger.

Gambar 4.1 Flow Diagram Proses Water Treatment Plant

63
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Air laut dari intake dipompakan menuju bangunan water


treatment plant.

Gambar 4.1
Bangunan Intake

4.1.1 Proses klorinasi


Sebelum dipompakan, air laut diklorinasi terlebih dahulu
untuk menghilangkan mikroorganisme dan bakteri patogen serta
mengoksidasi bahan– bahan kimia yang terdapat pada air laut.
Proses klorinasi ini didukung dengan adanya static mixer untuk
mencampur air laut dengan klor. Flow rate untuk klorinasi ini
adalah 3,8 L/jam. Kemudian air dipompakan menuju unit clarifier
untuk dilakukan dua proses, yaitu proses koagulasi dan flokulasi.

Gambar 4.2 Pipa penyalur 3 jenis bahan kimia


64
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.1.2 Proses koagulasi


Pada proses ini ditambahkan bahan kimia koagulan untuk
menetralkan muatan dan membentuk flok–flok kecil yang dapat
mengendap. Berikut adalah gambar proses koagulasi.

Gambar 4.3 Mixer pada proses Koagulan

4.1.3 Proses flokulasi


Terjadinya pengikatan partikel yang dapat membentuk flok–flok
yang lebih besar sehingga mudah mengendap. Flok-flok yang
berukuran besar akan turun secara gravitasi sehingga terjadi
pengendapan flok dan air yang keluar sudah berkurang padatan
tersuspensinya. Proses ini terjadi pada bangunan Infilter Daf.

65
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Komponen-komponen pada infilter daf tersebut adalah antrasit pada lapisan


atas, pasir pada lapisan tengah, garnet pada lapisan paling bawah, dan gravel
sebagai media pendukung. Dari primary filter dialirkan menuju polishing
filter yang memiliki komponen sama dengan primary filter dengan tujuan
untuk lebih membersihkan air dari suspended solids yang ada.

Gambar 4.4 Gambar Infilter Daf


Setelah melewati proses klorinasi, koagulasi dan flokulasi
selanjutanya air yang masih dalam bentuk air laut tersebut dialirkan
menuju Filtered Water Pit. Dari Filtered Water pit, selanjutnya air
dialirkan menuju Polishing Filter. Pada unit 7 dan 8 ini terdapat 5 buah
polishing filter. Dalam polishing filter ini terdapat pasir yang berfungsi
untuk menyaring sisa-sisa kotoran
Filter tank dialirkan menuju cartridge filter dengan tujuan untuk
melindungi membran reverse osmosis dari suspended solids
yang masih mungkin terkandung di dalam air.

66
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.1.4 Tahap Desalinasi

Air dari cartridge filter dialirkan menuju proses desalination


reverse osmosis. Desalination reverse osmosis adalah proses filtrasi
dengan menggunakan membran semi permeable dengan jalan membalik
proses osmosis. Pada tahap ini air laut sudah berubah menjadi
air tawar, dari konduktivitas 40.000-50.000μS/cm sebelum
masuk proses menjadi 700-800μS/cm di akhir proses reverse
osmosis ini.
Selanjutnya air akan mengalami proses decarbonator atau proses
menghilangkan kandungan CO2 dalam air. CO2 harus dihilangkan
karena ia akan membentuk bikarbonat jika di dalam air dan dapat
menurunkan pH. Proses ini dengan jalan menghembuskan udara ke
dalam tangki air sisi bawah menggunakan blower sehingga udara
akan mengikat CO2 dalam air.
Setelah itu air ditampung kembali di tangki permeate storage
tank. Daritangki ini, air dialirkan ke dua jalur, yaitu sebagai potable water
dan service water, dan jalur yang kedua menuju proses demineralisasi.
Air yang digunakan untuk potable water dan service water
mengalami proses-proses lanjutan sebagai berikut.

a. Penambahan sodium silikat untuk membuat lapisan pasif di


permukaan pipa.

b. Air untuk potable water dialirkan ke carbon filter yang


bertujuan untuk menghilangkan warna, bau, dan rasa.
Kemudian diinjeksikan hipoklorit untuk membunuh
mikroorganisme air. Selanjutnya potable water masuk ke
potable water tank sebelum dapat dipergunakan secara umum.
c. Sedangkan service water dialirkan ke service water tank
dan dipergunakan untuk keperluan umum serta kebutuhan
pemadam kebakaran.

67
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.1.5 Tahap Demineralisasi

Tahap ini menggunakan air dari hasil tahap desalinasi.


Demineralisasi juga menggunakan proses reverse osmosis, yang
membedakan adalah penggunaan
membran semi permeable jenis lain. Air yang keluar dari
proses ini akan memiliki nilai konduktifitas sebesar 20-30μs/cm dari
1000μS/cm.
Selanjutnya air dialirkan menuju mixed bed dengan tujuan untuk
menangkap ion-ion yang terdapat di dalam air dengan menggunakan
resin. Resin merupakan polimerisasidari difinil benzena dan stirine serta
ditambah dengan gugus aktif. Kationresin memiliki gugus aktif H+
sedangkan anion resin memiliki gugus aktif OH-.
Air hasil dari proses demineralisasi inilah yang selanjutnya
dipergunakan sebagai media kerja untuk proses siklus air-uap air.
Selain itu juga dipergunakan sebagai media kerja auxiliary cooling
water dan pendingin pada stator generator.

Gambar 4.5 Prinsip Reverse Osmosis

68
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.2 PERHITUNGAN ENERGI LISTRIK PADA SAAT BOP BEKERJA


100%

4.2.1 Teori Dasar Listrik


Tegangan bolak-balik dimulai dari nol, bertambah ke harga positif
maksimum, berkurang ke nol, bertambah ke harga negatif maksimum dan
kemudian berkurang kembali ke nol. Perubahan akan berlanjut dan berulang
sendiri dengan cara yang sama (Gambar 4.6.b)

(a) (b)

Gambar 4.6. Metode grafis membuat gelombang sinus

Bentuk gelombang tegangan yang dihasilkan oleh konduktor yang


berotasi di medan magnet disebut 'Gelombang Sinus'. Harga tegangan sesaat
ditentukan oleh sinus sudut antara arah gerakan konduktor dan medan.

Harga sesaat tegangan diberikan oleh:


e = Vmaks sin 

di mana: e = tegangan sesaat


Vm = harga maksimum tegangan

69
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

 = sudut antara konduktor dan medan

Contoh 1
Tegangan bolak-balik memiliki harga maksimum sebesar 100 volt.
Berapakah tegangan sesaat 60 setelah dimulainya siklus ? (Lihat Gambar
4.7)

Penyelesaian :

4.7 Diagram untuk contoh 1

e = Vmaks sin 
= 100  sin 60
= 100  0,866
e = 86,6 volt

4.2.2 Harga Rata-rata dan Harga Efektif

4.2.2.1 Harga Puncak (Peak) atau Harga Maksimum


Seperti namanya harga ini adalah harga maksimum di mana bentuk
gelombang meningkat selama setengah siklus pertama. Dalam beberapa hal
harga puncak ke puncak (peak to peak) juga digunakan, dan harganya adalah
dua kali harga puncak seperti yang diperlihatkan di Gambar 4.8. Harga
70
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

puncak tegangan penting saat kita mempertimbangkan tekanan listrik di


isolator, namun kecuali untuk pertimbangan desain harga puncak jarang
digunakan untuk menspesifikasikan tegangan atau arus bolak-balik.

Harga puncak Harga puncak


ke puncak

Gambar 4.8 Harga Puncak

4.2.2.2 Harga Rata-rata


Gelombang sinus memiliki jumlah tegangan positif dan negatif yang
sama dalam satu siklus, akibatnya rata-rata dalam satu periode adalah nol.
Karena itu harga rata-rata gelombang sinus ditentukan hanya pada setengah
siklus positif saja. (Gambar 4.9).

Rata-rata Puncak

Gambar 4.9 Harga rata-rata

71
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Untuk menentukan harga rata-rata dapat juga dilakukan secara


matematis yaitu luas grafik gelombang sinus dibagi dengan waktunya.


1
Vrata-rata =
  V max sin Wt Wt
o


V max
Vrata-rata =
  SinWt Wt
o

Vrata  rata 
V max
CosWt 

Vrata  rata 
V max
1  (1)

V max
Vrata  rata  2

V rata – rata = 0,637 V max

Jadi harga rata-rata gelombang sinus adalah 0,637 kali harga


maksimum. Untuk tegangan dan arus:
Vrata-rata = 0,637  Vpuncak
Irata-rata = 0,637  Ipuncak

4.2.2.3 Harga Efektif (Harga RMS)


Arus bolak-balik dikatakan memiliki harga efektif satu ampere jika
menghasilkan panas, untuk suatu nilai resistansi yang diberikan, yang sama
seperti panas yang diberikan oleh satu ampere arus searah. Perhatikan
rangkaian yang diperlihatkan di Gambar 3.5. Jika R variable diatur sehingga
lampu memiliki kecemerlangan yang sama pada kedua posisi sakelar, maka
panas yang dihasilkan oleh arus bolak-balik harus akan sama dengan panas
yang dihasilkan oleh arus searah. Bisa dikatakan bahwa harga efektif arus
bolak-balik adalah harga arus searahnya.

72
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Gambar 4.10 Membandingkan arus bolak-balik dengan ars searah

IRMS = 0,707 x Ipeak

IRMS Ipeak

Gambar 4.11 Hubungan antara IRMS dan Iharga puncak.

Khususnya untuk arus dan tegangan:


VRMS = 0,707  Vpuncak
I RMS = 0,707  Ipuncak

4.2.3 Daya Nyata, Daya Semu dan Daya Reaktif

4.2.3.1 Daya Nyata (P)


Daya nyata adalah daya sebenarnya di mana energi listrik
ditransformasikan atau digunakan dalam bagian resistif rangkaian. Daya
sebenarnya diukur dalam watt.
Watt adalah bacaan yang diperoleh dari wattmeter atau hasil dari V x I x cos
.

73
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.2.3.2 Daya Semu (S).


Daya semu adalah hasil kali tegangan dan arus pencatu yang
digunakan
S=VI

Daya semu diukur dalam volt-ampere (VA).

4.2.3.3 Daya Reaktif (Q).


Daya reaktif adalah hasil kali tegangan saluran dan arus saluran yang
tidak mengkonsumsi daya.
Daya reaktif diukur dalam volt-ampere-reactive, disingkat 'VAR'.

Q = V I sin 

4.2.4 Faktor Daya


Dalam rangkaian yang berisi resistansi dan reaktansi, energi listrik
yang dikonversikan menjadi panas hanya dalam bagian resistansi. Reaktansi
tidak menghasilkan perubahan permanen dalam transformasi energi.
Pada rangkaian demikian hasil perkalian tegangan dan arus tidak
menunjukkan daya sebenarnya. Oleh karena itu dalam rangkaian seperti ini
harus harus kita perhatikan apa yang disebut "Faktor Daya" (Power
Factor).

4.2.4.1 Definisi Faktor Daya


Yaitu faktor yang harus di kalikan dengan "Daya Semu" (VI) untuk
memperoleh "Daya Nyata" (W), dengan kata lain faktor daya adalah
perbandingan antara daya nyata dengan daya semu.

Contoh 1
Motor satu fase mengambil arus 2 ampere pada tegangan 200 Volt.
Berapakah faktor daya jika bacaan wattmeter adalah 300 Watt.

74
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Pemecahan:

Daya nyata
Faktor daya =
Daya semu
Watt

VI
300

2  200
300

400
 0,75 atau 75%

4.2.4.1 Segitiga Daya

VI
VI Sin 


VI Cos 

Gambar 4.12. Segitiga daya (Bersifat Industrip) Segitiga Daya (Bersifat capasitip)
di mana: P = Daya nyata
PX = Daya reaktif
PA = Daya semu

Contoh 3

Suatu kumparan memiliki hambatan 6 ohm dan induktansi 0,03 H


dihubungkan pada sumber tegangan 50 volt, 60 Hz hitunglah:

a). Arus yang mengalir pad akumparan


75
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

b). Beda phasa antara arus dan tegangan

c). Faktor daya

d). Daya nya

Pemecahan:

Reaktansi induktip = 2  f L =2.314.60.0.03

= 11,31

impedansinya = Z = 6 2  11,312 = 12.8  Z


XL
V 50
a). Phasa arusnya = = = 3,91 A  I
2 12.8
R
b). Beda phasa antara arus dan tegangan:

misalnya arus sejajar dengan R maka tegangannya harus sejajar dengan 2


sehingga beda phasanya adalah 
X 11.31
phasa  = tan-1 R = =
6
62o 31

c). faktor dayanya = cos = cos 62o31 = 0,469 (tertinggal)

d). Daya nya = I2 R = 3,412.6=91,72 watt

Untuk pekerjaan kelistrikan dengan bentuk gelombang sinusoida:

R
Faktor Daya () = cos  =
Z

76
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Harga faktor daya tergantung pada perbedaan fasa antara tegangan yang
digunakan dan arus saluran.
Jika V dan I sefasa, faktor daya adalah satu, maka P = V x I x 1.
Jika V dan I berbeda fasa 90 derajat, faktor daya adalah nol; yaitu , P = V x I x 0
= 0 W.
Hubungan antara daya nyata dan daya semu dapat digunakan untuk menghitung
harga faktor daya.
daya nyata P
Faktor daya ( )  cos  
daya semu S

4.2.5 RUMUS – RUMUS MOTOR LISTRIK

4.2.5.1 Untuk motor satu fasa

Pin = V.I.cos  ( W )

Pout
 = Pin
Pout
In = V . c os .

4.2.5.2 Untuk motor tiga fasa

Pin = 3. V.I.cos  ( W )

Pout
 = Pin
Pout
In = . . cos.
3V

77
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.3 komponen – komponen pada unit balance of plant ( BOP ) dan fungsi nya
Pada unit Balance Of Plant terdapat beberapa peralatan listrik yang
digunakan diantaranya adalah pompa, lampu, PC dan peralatan control seperti
Programmable Logic Controller (PLC) dan Human Machine Interface
(HMI).Berikut adalah beberapa spesifikasi perlatan listrik pada BOP.

1. Pompa CRO-P-150

Gambar 4.12 Pompa CRO-P-150


Berfungsi untuk mempompakan air untuk ke saturation vessel.
Saturation vessel berisi air dan udara yang berfungsi menaikan sludge ke
permukaan DAF

2. Pompa CRO-P-200

Gambar 4.13 Pompa CRO-P-200

Berfungsi untuk mempompakan air dari filtered water pit menuju menuju
polishing filter.

78
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

3. Pompa CRO-P-960

Gambar 4.14 Pompa CRO-P-950


Berfungsi untuk - mempompakan air dari SWRO PRODUCT WATER
TANK menuju service water tank
- mempompakan air dari SWRO PRODUCT WATER
TANK menuju DWRO system
- mempompakan air dari SWRO PRODUCT WATER
TANK menuju potable water

4. Pompa CDW-P-200

Gambar 4.15 Pompa CRO-P-200

Berfungsi untuk mempompakan air demin dari RO-Permeate Tank


menuju Mixed Bed.

79
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

5. Pompa CRO-P-900

Gambar 4.16 Pompa CRO-P-900

Berfungsi untuk mempompakan air kapur ke service water line untuk


menaikan PH dari service water

6. Pompa CRO-P-400

Gambar 4.17 Pompa CRO-P-400

Berfungsi untuk memompakan koaqulant ke DAF, Koaqulan akan


membentuk mikro flok dari pengotor

80
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

7. Pompa CRO-P-500

Gambar 4.18 Pompa CRO-P-500

Berfungsi untuk memompakan polymer solution ( flokulant ) ke mixing


tank

8. Pompa CRO-P-600

Gambar 4.19 Pompa CRO-P-600

Berfungsi untuk memompakan acid dari asam sulfat tank ke feed SWRO
yang bertujuan untuk menurunkan PH air laut

81
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

9. Pompa CRO-P-950

Gambar 4.20 Pompa CRO-P-950

Berfungsi untuk memompakan anti scalant ke feed SWRO yang bertujuan


mencegah
( scaling ) kerak pada membrane sebelum masuk ke membrane

10. CRO MIX 500

Gambar 4.21 CRO MIX 500

Berfungsi untuk mengaduk flokulant ( polymer ) yang bertujuan


membentuk makro flok sludge

82
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

11. Pompa CPW-601-B

Gambar 4.22 Pompa CPW-601-B

Berfungsi untuk memompakan sodium hypochlorite ke potable water yang


bertujuan mengurangi bakteri

12. Programmable Logic Controller

Gambar 4.23 Program Logic controller

Berfungsi untuk mengontrol sistem pada Sea Water Reverse Osmosis,


seperti halnya mengontrol pompa-pompa, dan sebagai inputan dari sensor-
sensor yang ada pada unit SWRO

83
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

13. Motor CRO-FLDC-100

Gambar 4.24 Motor CRO-FLDC-100

Berfungsi untuk mengaduk air supaya pencampuran coaqulant dan


floculant dapat merata

14. Motor CRO-P-800

Gambar 4.25 Motor CRO-P-800

Berfungsi untuk mempompakan sodium bisulfate ke feed SWRO yang


bertujuan menghilangkan kandungan klorin sebelum masuk ke membrane

84
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.4 LIST EQUIPMET PADA BALANCE OF PLANT ( BOP )

TOTAL
NO EQUIPMENT DESCRIPTION POWER(Kw) EQUIPMENT TOTAL ENERGY(kWh)
CRO-FLDC-100
1 A/B/C/D Desalation pretreatment DAF flocculator 0.75 4 3
2 CRO-p-150 B/C/D Desalation pretreatment recycle pump 15 3 45
Desalation pretreatment polishing filter feed
3 CRO-P-200 A/C pump 55 2 110
Desalation post- treatment SODA ASH MTG
4 CRO-P-900 A/C pump 522.2 2 1044.4
5 CRO-P-960 A/C Desalanation RO product water pump 45 2 90
Desalation pretreatment ACID metering
6 CRO-P-600 A/C pump 0.37 2 0.74
Desalation pretreatment polymer metering
7 CRO-P-500 A/C pump 0.37 2 0.74
Desalation pretreatment ANTISCALANT
8 CRO-P-950 A/C metering pump 0.37 2 0.74
Desalation pretreatment SBSULF metering
9 CRO-P-800 A/C pump 0.37 2 0.74
Desalation pretreatment COAGULANT
10 CRO-P-400 A/C metering pump 0.37 2 0.74
11 CRO MIX 500 Desalation pretreatment polymet tank mixer 0.37 1 0.37
12 CPW 601 B HYPO dosing pump 0.37 1 0.37
13 CDW-P-100 A/C make up deminalizer RO feed pump 75 2 150
14 CDW-P-200 A/C make up deminalizer permate pump 30 2 60
TOTAL 745.54 29 1506.84

85
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

NO EQUIPMENT POWER(KW) TOTAL EQUIPMENT TOTAL ENERGY(kWh)

1 PLC 0.15 2 0.3

2 PC 0.2 3 0.6

3 AC 14 2 28

4 LAMPU NEON 0.38 77 29.26

5 LAMPU 0.12 65 7.8

TOTAL 14.85 149 65.96

86
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.5 Perhitungan Energi Listrik Pada Unit Balance Of Plant

Perhitungan dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah perhitungan


energy listrik yang merupakan gabungan dari pompa, blower dan mixer.
Sedangkan bagian yang kedua adalah perhitungan energi listrik penerangan,PLC,
dan AC.
Untuk mempermudah pemahaman dibawah ini adalah flow chart proses
perhitungan energy listrik di unit Balance Of Plant

MULAI

Mempersiapkan APD dan


List Equipment untuk
persiapan ke BOP Plant

Menulis list equipment


seperti kode perlatan, spek
daya output dan jumlah

perlatan yang beroprasi


Mengkonversi satuan dari
daya output (kilo Watt)
menjadi kWh
Menulis list equipment seperti
kode perlatan, spek daya
output
Menjumlahdan jumlah
totalperlatan
energy
listrik

SELESAI

87
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Dari table list equipment diatas terlihat bahwa energy listrik yang terpakai pada
unit balance of plant saat bekerja 100% sebesar :
1. pompa, blower dan mixer : 1506.84 kwh

2. lampu penerangan,PLC, dan AC : 65.96 kWh

Total energy listrik yang terpakai pada unit balance of plant sebesar : 1572.8 kWh.

4.6 Perhitungan Flow Continous menuju Condensate Tank


Pada subbab ini kami akan membahas tentang berapakah air yang masuk (m3/jam)
pada condensate tank dan juga kami hitung berapa kWh energy listrik yang
dibutuhkan

Gambar 4.26 Data Aliran air


Gambar 4.26 menunjukkan bahwa aliran air yang menuju condensate tank sebesar
148.24 m3/jam. Untuk menghasilkan air dengan debit sekian maka berapakah
energy listrik yang dibutuhkan?. Untuk menghitung energy listrik tersebut maka
kita harus menghitung total jumlah pompa, blower, mixer dan beban penerangan
yang digunakan. Total energy listrik yang dibutuhkan untuk mempompakan air
meunuju condensate tank sama dengan perhitungan energy listrik pada BOP
secara keseluruhan.Yakni sebesar 1572.8 kWh. Kesimpulannya adalah dibutuhkan

88
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

energy listrik sebesar 1572.8 kWh untuk menghasilkan air menuju condensate
tank dengan debit air sebesar 148.24 m3/jam

4.7 Perhitungan Flow Continous menuju SWRO Product Water Tank


Pada subbab ini, sama seperti subbab sebelumnya, kami akan membahas tentang
berapakah air yang masuk (m3/jam) pada SWRO product water tank dan juga
kami hitung berapa kWh energy listrik yang dibutuhkan.

Gambar 4.27 Data Aliran air SWRO Product Water Tank


Gambar 4.27 menunjukkan bahwa aliran air yang menuju SWRO Product Water
Tank sebesar 205 m3/jam. Untuk menghasilkan air dengan debit sekian maka
berapakah energy listrik yang dibutuhkan?. Untuk menghitung energy listrik
tersebut maka kita harus menghitung total jumlah pompa, blower, mixer dan
beban penerangan yang digunakan. Berikut ini adalah list equipment yang
beroprasi sampai SWRO Product Water Tank.

89
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

4.7.1 List Equipment yang Beroprasi sampai SWRO Product Water Tank

TOTAL TOTAL
NO EQUIPMENT DESCRIPTION POWER(Kw)
EQUIPMENT ENERGY(kWh)
CRO-FLDC-100
1 Desalation pretreatment DAF flocculator 0.75 4 3
A/B/C/D
2 CRO-p-150 B/C/D Desalation pretreatment recycle pump 15 3 45
Desalation pretreatment polishing filter feed
3 CRO-P-200 A/C 55 2 110
pump
Desalation post- treatment SODA ASH MTG
4 CRO-P-900 A/C 522.2 2 1044.4
pump
5 CRO-P-960 A/C Desalanation RO product water pump 45 2 90
Desalation pretreatment ACID metering
6 CRO-P-600 A/C 0.37 2 0.74
pump
Desalation pretreatment polymer metering
7 CRO-P-500 A/C 0.37 2 0.74
pump
Desalation pretreatment ANTISCALANT
8 CRO-P-950 A/C 0.37 2 0.74
metering pump
Desalation pretreatment SBSULF metering
9 CRO-P-800 A/C 0.37 2 0.74
pump
Desalation pretreatment COAGULANT
10 CRO-P-400 A/C 0.37 2 0.74
metering pump
11 CRO MIX 500 Desalation pretreatment polymet tank mixer 0.37 1 0.37
12 CPW 601 B HYPO dosing pump 0.37 1 0.37
TOTAL 640.54 25 1296.84

90
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

NO EQUIPMENT POWER(KW) TOTAL EQUIPMENT TOTAL ENERGY(kWh)

1 PLC 0.15 2 0.3

2 PC 0.2 3 0.6

3 AC 14 2 28

4 LAMPU NEON 0.38 77 29.26

5 LAMPU 0.12 65 7.8

TOTAL 14.85 149 65.96

91
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Dari table list equipment diatas terhitung bahwa energy listrik yang terpakai untuk
menghasilkan debit air sebesar 205 m3/jam menuju SWRO Product Water Tank
adalah sebagai berikut :
1. pompa, blower dan mixer : 1296.84 kwh

2. lampu penerangan,PLC, dan AC : 65.96 kWh

Sehingga total energy listrik yang terpakai adalah: 1362.98 kWh.


Kesimpulannya adalah dibutuhkan energy listrik sebesar 1362.98 kWh untuk
menghasilkan air menuju condensate tank dengan debit air sebesar 205 m3/jam.

4.8 Perhitungan Penghematan Air

Perhitungan ini diperlukan untuk mengetahui dengan penghematan air


sekian m3/ jam maka kita dapat menghemat sekian kWh. Perhitungan
dilakukan pada saat BOP beroprasi penuh. Berikut perhitungannya :

Diketahui :
Energi Listrik yang dibutuhkan = 1572.8 kWh
Debit Air yang menuju Condensate Storage Tank = 148.24 m3/jam
Perhitungan :
Energi listrik
Perhitungan Penghematan Air =
Debit air
1572.8
= 10.6 kWh/(m3/jam)
148.24
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan
penghematan air sebanyak 1 m3/jam dapat menghemat energy listrik sebesar 10.6
kWh.

92
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Prinsip kerja sebuah PLTU secara umum adalah pembakaran
batubara dalam boiler untuk memanaskan air dan mengubahnya
menjadi uap yang sangat panas dan bertekanan tinggi. Uap tersebut
digunakan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan tenaga
listrik dari kumparan medan magnet pada generator.
5.1.2 Di dalam proses pembangkitan listrik, PLTU Paiton unit 7 dan 8
memanfaatkan “Power Cycle” dimana uap yang digunakan
untuk memutar turbin dimanfaatkan kembali, sehingga terjadi
proses Close Loop mengubah air menjadi uap, lalu diubah lagi
menjadi air setelah uap digunakan untuk memutar turbin.
5.1.3 Kesimpulannya adalah dibutuhkan energy listrik sebesar 1362.98
kWh untuk menghasilkan air menuju condensate tank dengan debit
air sebesar 205 m3/jam. Sedangkan energy listrik sebesar 2157.98
kWh untuk menghasilkan air menuju condensate tank dengan debit
air sebesar 148.24 m3/jam

5.2 Saran
Berdasarkan kerja praktek yang dilakukan selama 2 bulan pada
PLTU Paiton Unit 7 & 8, penulis mempunyai beberapa saran dan
pendapat, diantaranya :
5.2.1 Untuk Perusahaan (PT. IPMOMI)
 untuk PT. International Power Mitsui Operation and
Maintenace Indonesia (PT.IPMOMI) diharapkan agar bisa
menjalin komunikasi yang baik dengan pihak institusi kami
setelah Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini selesai.

93
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

5.2.2 Untuk Politeknik Negeri Malang


 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) perlu
dipraktekan dengan sungguh sungguh agar membiasakan
mahasiswa dengan situasi layaknya di industri.
 Sebaiknya dilakukan penambahan materi dan praktikum
tentang instrumentasi industri yang bersifat menyeluruh.
 Sebaiknya dilakukannya pembekalan materi sebelum
pelaksanaan PKL oleh masing – masing dosen pembimbing

94
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

95
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di PT. IPMOMI

Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang 96

Anda mungkin juga menyukai