Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDHULUAN
1.1 PLTS Kayubihi Bangli
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kayubihi Bangli diresmikan
pada tanggal 25 Februari 2013 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) pada saat itu yaitu Jero Wacik. Dalam acara peresmian tersebut Menteri
ESDM di dampingi Gubernur Bali, Inspektur Jenderal KESDM, Direktur Jenderal
EBTKE, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Direktur Utama PT PLN (Persero).
PLTS Kayubihi Bangli dikelola Perusda Bangli bernama Perusda Bhukti Mukti
Bhakti. Dalam pengelolaanya, Bupati sudah menunjuk I Gusti Made Satria Wira
Tenaya asal Tabanan sebagai direktur utama di perusda tersebut.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dibangun di atas lahan dengan
luas tanah 1.2 ha dan menghasilkan 1MWp. Listrik yang dihasilkan dari PLTS
tersebut nantinya akan langsung disalurkan ke jaringan PLN.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, Senin 7
april, melakukan Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bangli
yang dibiayai APBN Kementerian ESDM Tahun Anggaran (TA) 2013. Peresmian
PLTS dilaksanakan secara simbolis dengan penandatanganan prasasti.
1.1.1

Gambaran Umum
Secara geografis Indonesia terletak di daerah garis khatulistiwa sehingga

sumber energi surya sangat berlimpah sehingga memiliki potensi yang sangat
besar untuk dimanfaatkan sebagai pembangkitan energi listrik. Intensitas radiasi
matahari di Indonesia cukup tinggi dengan rata-rata sekitar 4.8 kWh/m 2 per hari
diseluruh wilayah Indonesia. Ini Berarti tiap 1 kW photovoltaic (PV) dapat
menghasilkan 4,8 kWh energi listrik setiap harinya. Berlimpahnya energi surya di
negara kita ini merupakan potensi yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik secara optimal.
Di masa yang akan datang, penggunaan pembangkit listrik berbahan
bakar fosil, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) semakin lama akan
semakin berkurang ketersediaan bahan bakarnya. Diperlukan teknologi energi
terbarukan (Renewable Energi) seperti photovoltaic (PV) yang memiliki reputasi

sebagai sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Oleh karena itu
pemanfaatan energi terbarukan berpotensi sebagai sumber alternatif dalam
mereduksi penggunaan bahan bakar fosil sehingga mampu menjaga dan
1

melindungi lingkungan dari berbagai dampak negatif yang beresiko yang


ditimbulkan akibat penggunaan bahan bakar fosil.
Dengan memanfaatkan energi matahari sebagai sumber utama dalam
pembangkitan energi listrik memiliki kelebihan tertentu dibandingan pembangkit
listrik berbahan bakar fosil seperti penggunaan energi matahari yang tidak akan
habis sehingga dari segi ekonomis akan dapat menghemat biaya operasi
penggunaan bahan bakar. Selain itu output dari proses pembangkitannya tidak
akan menghasilkan limbah yang dapat merugikan lingkungan.
Namun dalam pengoperasiannya tidak jarang

juga

ditemukan

permasalahan-permasalahan teknis yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga


surya oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor apa saja
yang

berpotensi

menyebabkan

gangguan

sehingga

dapat

dilakukan

penyempurnaan untuk memperoleh kualitas listrik yang diharapkan.


1.1.2

Gambaran Khusus
Pada PLTS Kayubihi terdiri dari komponen-komponen dalam konversi

energinya yaitu seperti bagian rangkaian panel surya, inverter, panel distribusi,
transformator dan komputer sebagai operator pada PLTS Kayubihi. Bagian yang
penulis pilih adalah pada bagian inverter. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar losses yang terjadi pada inverter pada saat running dan
juga mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya fault pada inverter.

1.1.3

Struktur Organisasi PLTS Kayubihi Bangli


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kayubihi Bangli terbagi

menjadi beberapa bidang yang masing-masing memiliki fungsi, tugas dan


tanggung jawab yang berbeda. Berikut adalah gambar bagan struktur organisasi
dari bidang-bidang yang ada di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kayubihi Bangli.

DIREKTUR PLTS KAYUBIHI BANGLI

KEPALA STAFF KEUANGAN

KEPALA STAFF PEMELIHARAAN

SDM

Gambar 1.1

Bagan Struktur Organisasi PLTS Kayubihi Bangli

1. Direktur memiliki wewenang sebagai berikut :


a. Menjamin, merencanakan, mengendalikan, mengkoordinasikan dengan
mengatur tugas-tugas struktural dan fungsional sistem dalam mengelola
kehandalan sistem kontinuitas penyaluran tenaga .
b. Membuat kebijakan operasional
terhadap kegiatan

perencanaan,

penyambungan, mengatasi gangguan, pemeliharaan dan mengelola sarana


kerja, IT, keuangan, dan SDM.
2. Kepala Staff Keuangan
Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pengelolaan anggaran untuk
memenuhi kebutuhan unit selama satu tahun anggaran serta bertanggung jawab
atas pencatatan sampai dengan pelaporan transaksi keuangan sehingga tercapai
pelaporan keuangan yang benar dan akurat.
3. Kepala Staff Pemeliharaan
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan perawatan peralatan-peralatan demi
menjamin mutu kehandalan sistem.
4. SDM
Bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi sumberdaya manusia dan
administrasi kepegawaian serta kesejahteraan pegawai sehingga program SDM
di unit tercapai.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk menambah
wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa khususnya untuk
mengetahui seberapa besar losses yang terjadi pada inverter pada saat running dan
juga mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya fault pada inverter.

1.3 Ruang Lingkup


Pelaksanaan kerja praktek dibatasi dalam ruang lingkup untuk
menjelaskan lingkup bahasan yang akan disusun pada laporan. Adapun
lingkupannya adalah sebagai berikut :
a. Sifat Kegiatan
Kerja praktek merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa
semester VII untuk memenuhi kebutuhan kurikulum S1 Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
b. Waktu Kegiatan
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan pada masa liburan akhir semester VI
selama satu bulan mulai dari tanggal 6 Juli sampai dengan 6 Agustus 2015
di Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kayubihi, Bangli.
c. Bidang Kegiatan
Kegiatan kerja praktek yang dilakukan penulis lebih berkonsentrasi pada
pembelajaran mengenai pemanfaatan energi matahari sebagai energi
terbarukan yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik yang ramah
lingkungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem PLTS On-Grid
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya terinterkoneksi jaringan (OnGrid) adalah pembangkitan energi listrik hasil konversi dari energi matahari yang
terhubung langsung dengan jaringan listrik PLN. Listrik yang dihasilkan pada
PLTS melalu proses konversi energi tidak disimpan dahulu melainkan langsung
disalurkan ke jaringan PLN untuk menyuplai kebutuhan konsumen.
Pada sistem ini dilengkapi juga dengan sistem monitoring yang bertujuan
untuk memonitor atau mengawasi proses konversi energi matahari ke energi listrik
dari berbagai parameter mulai dari tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif,
frekuensi, dan temperatur. Serta sistem ini juga berfungsi untuk memonitor
jalannya proses penyaluran energi listrik dari PLTS ke jaringan PLN.
2.1.1

Komponen Utama PLTS Kayubihi On-Grid dan Spesifikasinya

Pada istem PLTS On-Grid ini memiliki komponen utama yaitu :


2.1.1.1 Photovoltaic Array
Photovoltaic array adalah rangkaian dari beberapa modul photovoltaic,
yang merupakan energi terbarukan (Renewable Energi) yang ramah lingkungan.
Photovoltaic array ini pada siang hari atau ketika terkena cahaya matahari akan
menghasilkan energi listrik dalam bentuk DC yang kemudian disalurkan ke
inverter untuk dikonversikan menjadi dalam bentuk AC. Jumlah photovoltaic
modul yang digunakan pada sistem ini adalah 5000 buah modul dengan kapasitas
200 Wp per modul. Untuk 1 Photovoltaic array terdiri dari 100 buah modul
dengan total kapasitas 20 kWp. Dengan demikian dari 5000 buah modul akan
tersusun 50 Photovoltaic array dengan total kapasitas 1 MWp.
Tipe sel dari photovoltaic modul ini yaitu jenis monocristaline dengan
tegangan nominal 24 V. Temperatur operasi dari photovoltaic ini berkisar antara
-40OC sampai +85OC.
2.1.1.2 Inverter 3 Fasa
Inverter merupakan peralatan elektronik untuk mengubah tegangan DC
menjadi tegangan AC. Inverter memiliki
kemampuan melakukan proses
5
sinkronisasi dengan jaringan. Inverter ini beroperasi dengan mensinkronisasikan

daya listrik AC output dari inverter dengan jaringan listrik utama yang langsung
disalurkan ke jaringan listrik utama. Inverter ini dilengkapi fasilitas sistem kontrol
untuk regulasi tegangan dan frekuensi sistem.
Setiap photovoltaic array memerlukan grid inverter untuk mengubah ke
bentuk AC sehingga inverter yang digunakan berjumlah 50 unit. Inverter ini akan
memulai proses konversi ketika menerima teganga DC dari PV berkisar 480 800
Vdc. Tegangan output dari inverter ini yaitu 400Vac 3 fasa dengan frekuensi 50
Hz. Temperatur operasi dari inverter ini berkisar antara -25OC sampai +60OC.
2.1.1.3 Array Protetiction Panel.
Komponen ini merupakan panel yang digunakan untuk mengisolasi
setiap string array dari solar modul yang dimaksudkan untuk kemudahan dalam
perawatan. Panel array dilengkapi dengan circuit breaker (CB), lightning arrester
dan penangkal petir.
2.1.1.4 Panel Distribusi
Ouput dari inverter akan disalurkan ke panel distribusi terlebih dahulu.
Pada sistem PLTS ini terdapat 5 unit panel distribusi dimana 1 panel distribusi
melingkupi 10 unit inverter.
Panel distribusi dibuat dari bahan pelat besi dengan tebal minimum 1
mm. dan dicat dengan menggunakan Polyester Epoxy Powder, sehingga
mempunyai sifat mekanik yang cukup baik. Panel distribusi terdiri dari busbar
positif, negatif, netral dan ground. Dilengkapi saklar utama / pemisah, circuit
breaker (CB), fuse, lampu indikator, volt-meter, ampere-meter, kWh-meter, dan
frekuensi meter. Data-data pengukuran tegangan, arus dan frekuensi (display
dalam bentuk digital) harus dapat dibaca oleh remote monitoring system.
2.1.1.5 Step Up Transformator
Step up transformator merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menaikkan tegangan. Setelah dari panel distribusi, kemudian akan disalurkan ke
step up trafo untuk dinaikkan tegangannya dari 400 Vac ke 20 kV dengan
kapasitas 250kVa.
Transformator jenis ini dilengkapi dengan sistem proteksi motorized
pole-mounted outdoor Load-Break Switch (LBS) dengan kapasitas yang sesuai.

Serta dilengkapi dengan electricity meter (kWh Meter) untuk mengukur netenergi yang masuk ke jaringan transmisi.
2.1.1.6 Remote Monitoring Sistem
Komponen ini merupakan peralatan elektrtonik untuk menampilkan
parameter-parameter, data-data dan informasi-informasi dari sebuah sistem PLTS
sangat diperlukan untuk menganalisis kehandalan fungsi (performance ratio) dan
jumlah energi yang diproduksi (harian, bulanan, dan tahunan) yang dapat diakses
melalui Ethernet atau Internet.
Parameter yang dapat dimonitoring yaitu AC Voltage, AC Current, DC
Voltage, DC Current, Temperatur, Daily generated kWh, total generated kWh,
fault information of inverter, AC frekuensi, Power factor.
2.1.1.7 Support Module
Penyangga PV array yang berfungsi sebagai alas / dudukan susunan
modul surya photovoltaic yang bahannya terbuat dari besi / metal yang digalvanis
dengan metoda hot deep galvanized. Untuk penyangga photovoltaic memiliki
ketinggian antara modul dan permukaan tanah pada titik terendah sebesar 70 cm,
serta sudut kemiringan

antara 10-15 derajat sehingga diperoleh energi

penyinaran yang maksimum.

2.1.2

Diagram Blok Sistem PLTS Kayubihi On-Grid

MV
LBS Motorized & System Control

Gambar 2.1 Diagram Blok Sistem PLTS Kayubihi On-Grid

2.2 Definisi Inverter


Inverter adalah Rangkaian elektronika daya yang digunakan untuk
mengkonversikan tegangan searah (DC) ke suatu tegangan bolak-balik (AC). Ada
beberapa topologi inverter yang ada sekarang ini, dari yang hanya menghasilkan
tegangan keluaran kotak bolak-balik (push-pull inverter) sampai yang sudah bisa
menghasilkan tegangan sinus murni (tanpa harmonisa). Inverter satu fasa, tiga
fasa sampai dengan multifasa dan ada juga yang namanya inverter multilevel
(kapasitor split, diode clamped dan susunan kaskade).
Dalam industri, inverter merupakan alat atau komponen yang cukup
banyak digunakan karena fungsinya untuk mengubah listrik DC menjadi AC.
Meskipun secara umum kita menggunakan tegangan AC untuk tegangan
masukan / input dari inverter tersebut.
Dalam sistem PLTS peran inverter sangatlah penting. Kita ketahui bahwa
listrik AC lebih sering digunakan oleh konsumen oleh karena itu diperlukan
inverter untuk mengubah output dari photovoltaic modul yang berupa tegangan
DC menjadi tegangan AC yang kemudian akan langsung disalurkan ke konsumen
melalui jaringan PLN. Selain sebagai pengubah tegangan DC ke AC, inverter juga
berfungsi untuk menyesuaikan output frekuensi dari inverter dengan frekuensi
dari jaringan yaitu sebesar 50 Hz.
Dalam sistem PLTS kayubihi, menggunakan inverter dengan output 3
phase. Berdasarkan cara pengaturan tegangannya, inverter ini tergolong Voltage
Fed Inverter (VFI) yaitu inverter dengan tegangan output yang diatur konstan.
2.3.1
Karakteristik Tegangan dan Arus DC
Listrik DC (Direct Current) merupakan listrik yang kuat arus maupun
tegangannya tidak berupa fungsi periodik terhadap waktu, dalam artian besar arus
maupun tegangan dari listrik ini merupakan bilangan tetap atau konstan.
Tegangan DC memiliki polaritas yang tetap yakni positif (+), nol (0), dan
negatif (-). Tegangan DC tidak memiliki phase dan arus yang mengalir pun selalu
dari polaritas yang lebih tinggi ke polaritas yang lebih rendah yakni dari positif ke
negatif, dari positif ke nol, atau dari nol ke negatif karena polaritas nol lebih tinggi
dari polaritas negatif.

10

Gambar 2.2 Bentuk Gelombang Tegangan DC

2.3.2
Karakteristik Tegangan dan Arus AC
Listrik AC (Alternating Current) merupakan listrik yang kuat arus
maupun tegangannya merupakan fungsi periodik terhadap waktu, artinya besar
arus maupun tegangan dari listrik ini berubah-ubah secara periodik.
Tegangan AC memiliki dua polaritas yang berubah-ubah dari polaritas
yang paling tinggi ke polaritas yang lebih rendah dalam satuan waktu. Dengan
demikian tegangan AC memiliki phase dan frekuensi 50 Hz atau 60 Hz.
Berdasarkan penggunaan jumlah phase-nya, tegangan AC terdiri dari
a. Tegangan AC satu phase yang terdiri dari Phase, Neutral, dan Ground.
b. Tegangan AC tiga phase yang terdiri dari Phase R, Phase S, Phase T,
Neutral, dan Ground.

Gambar 2.3 Bentuk Gelombang Tegangan AC 1 Fasa

Gambar 2.4 Bentuk Gelombang Tegangan AC 3 Fasa

11

2.3 Inverter On-Grid Pada PLTS Kayubihi


Pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya

(PLTS)

Kayubihi

ini

menggunakan inverter 3 fasa jenis Sungrow SG20KTL. Inverter ini akan bekerja
ketika menerima teganga DC dari PV berkisar 480 800 Vdc. Tegangan output
dari inverter ini yaitu 400Vac 3 fasa dengan frekuensi 50 Hz. Temperatur operasi
dari inverter ini berkisar antara -25OC sampai +60OC.
Inverter jenis Sungrow SG20KTL merupakan string inverter 3 fasa tanpa
menggunakan transformator. Inverter ini sebagai komponen yang paling penting
di antara PV array dan jaringan PLN. Inverter memiliki fungsi untuk
mengkonversi arus DC yang telah dihasilkan pada PV modul menjadi arus AC
yang tentunya parameter-parameter yang disesuaikan dengan jaringan yang ada.
Secara umum alur dari PLTS Kayubihi ini dapat dilihat pada gambar sebagai
berikut :

Gambar 2.5 Diagram Blok Sistem PLTS Kayubihi

Pada bagian A merupakan serangkain PV array, bagian B merupakan inverter,


bagian C merupakan panel distribusi, dan bagian D merupakan jaringan PLN.
Inverter jenis ini di desain
sesuai dengan
standarINVERTER
internasional dan telah
50 Buah
STRING
teruji dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan juga telah memenuhi syarat-syarat
keselamatan. Sebagai peralatan elektronik selain performa yang optimal,
keselamatan harus diperhatikan pada saat melakukan pemasangan (installation),
commissioning, operasi (operation), dan perawatan (maintenance). Jika tidak
demikian maka akan berpotensi mengganggu performa inverter itu sendiri dan
juga dapat mengancam keselamatan pekerja. Untuk meminimalisasi terjadinya
kecelakaan kerja, kerusakan inverter, maupun pencemaran lingkungan, instruksi-

12

instruksi keselamatan harus dibaca terlebih dahulu dan selalu berpedoman pada
instruksi tersebut saat melakukan pekerjaan pada inverter tersebut.
Untuk semua pemasangan atau instalasi selain instruksi-instruksi
keselamatan, diperlukan juga pekerja yang berkompeten. Pekerja harus sudah
mengerti petunjuk-petunjuk instalasi dan juga selalu menggunakan alat-alat
pelindung diri untuk sistem kelistrikan. Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan
oleh pekerja antara lain :
a. Pemasangan inverter.
b. Menghubungkan (connecting) inverter dengan photovoltaic (PV).
c. Melakukan commissioning inverter.
d. Melakukan perawatan dan perbaikan pada inverter.
2.3.1
LCD Display Panel
Tampilan depan pada inverter terdapat LED indikator, tombol, dan layar
LCD.

Gambar 2.6 LCD Display Panel

Pada bagian 1 yang merupakan LED indikator akan menampilkan


status kerja dari inverter apakah dalam kondisi RUN atau FAULT ataupun
tidak keduanya, deskripsi detail dari status inverter akan ditampilkan pada gambar
di bawah. Tombol pada inverter berfungsi sebagai navigator LCD menu
sedangkan layar LCD berfungsi menampilkan status inverter, informasi running,
dan data output yang tercatat dari awal inverter bekerja.
Tabel 2.1 Deskripsi Status Inverter

Status LED
RUN : on
FAULT ; off
RUN : off

Deskripsi
Inverter berfungsi normal dengan mengasilkan AC power dan
menyalurkan langsung ke jaringan.
Terjadi malfungsi pada inverter atau terjadi gangguan proteksi

13

FAULT ; on

RUN : off
FAULT ; off

pada inverter yang menyebabkan AC power yang dihasilkan


tidak dapat disalurkan ke jaringan.
Inverter tidak berfungsi, terjadi gangguan hubungan antara PV
dengan inverter yang menyebakan inverter tidak menerima DC
power sebagai input atau terjadi gangguan internal pada
peralatan inverter itu sendiri.

2.3.2
Deskripsi Fungsi
Fungsi dari inverter dapat digolongkan dalam beberapa kategori sebagai
berikut :
a. Fungsi Konversi
Inverter mengkonversi Direct current (DC) power menjadi alternating
current (AC) power, dengan parameter yang disesuaikan dengan
kebutuhan jaringan.
b. Tampilan dan Penyimpana Data
Inverter dapat menampilkan dan menyimpan data termasuk data running
dan data fault dari inverter.
c. Konfigurasi Parameter
Parameter-parameter dari inverter dapat dikonfigurasi untuk operasi yang
optimal sesuai dengan kebutuhan.
d. Communication Interface
Inverter menggunakan standard RS485 interface untuk menghubungkan
peralatan monitoring dengan sistem yang ada.
e. Fungsi Proteksi
Proteksi pada inverter meliputi proteksi polaritas terbalik, proteksi short
circuit, pengawasan insulasi tahanan ke tanah, pengawasan output
tegangan, pengawasan output frekuensi, proteksi arus, pengawasan
komponen DC terhadap output AC, proteksi anti-islanding, dan
pengawasan Temperatur.
2.3.3
Derating
Derating pada output inverter merupakan langkah untuk memproteksi
inverter dari kelebihan beban atau overload yang berpotensi menyebabkan
malfungsi operasi. Derating inverter akan aktif apabila :
a. Input DC yang dihasilkan PV overload.

14

Ketika input DC overload, inverter akan mengurangi penggunaan daya


DC sesuai dengan batas maksimum daya input (total input power max)
yaitu sebesar 21000 Watt atau 21 kW.
b. Tegangan jaringan terlalu rendah.
Ketika tegangan dari jaringan dibawah dari tegangan nominalnya,
inverter akan mengurangi daya outputnya.
c. Temperatur inverter yang sangat tinggi.
Over-Temperatur Derating akan memproteksi inverter dari kerusakan.
Temperatur inverter yang sangat tinggi dapat disebabkan karena
tingginya temperatur lingkungan, kondisi ventilasi udara yang kurang
baik, atau terjadi kerusakan pada kipas inverter.

2.3.4
Electrical Connection
Menghubungkan inverter pada sistem PLTS meliputi menghubungkan
dengan PV array dan menghubungkan dengan jaringan PLN.

15

Gambar 2.7 Electrical Connection Diagram


Array Panel 50

Tabel 2.2 Deskripsi Electrical Connection Diagram

Item
A
B
C
D
E
2.3.5

Deskripsi
PV Array
Solar Info Logger
PC
AC Circuit Breaker
Jaringan

Commissioning

Sebelum commissioning dilakukan, cek dahulu persyaratan-persyaratan


Array Panel 4

yang di perlukan antara lain :


a. Cek apakah inverter sudah sungguh-sungguh terpasang dengan kuat pada
dinding atau penyangga.
b. Ruang ventilasi harus teredia untuk unit inverter.
c. Pastikan inverter terlindung dari panas matahari atau hujan.
d. Inverter dan perlengkapan-perlengkapan lainnya sudah terpasang dengan
benar.

16

e. Kabel-kabel diletakkan di tempat yang aman atau terlindung dari bahaya


mekanis.
Jika semua pengecekan persyaratan di atas sudah dilakukan, ikuti
langkah-langkah berikut ini untuk menghidupkan (starting) inverter :
1. Lepaskan AC circuit breaker eksternal.
2. Putar saklar DC ke posisi ON.
Array Panel 2

Jika ada sinar matahari sehingga dapat dihasilkan daya DC. PV array
akan menyuplay daya DC ke inverter dan layar LCD akan aktif untuk memeriksa
validitas inverter terlebih dahulu
3. Pilihan bahasa akan tampil pada layar inverter. Lakukan pengaturan
bahasa dengan dua tombol di sebelah kanan.

Gambar 2.8 Tampilan Konfigurasi Bahasa

4. Atur waktu dengan benar, sangat penting untuk melakukan pengaturan


waktu karena
secara langsung dapat mempengaruhi data pada inverter.
Array Panel 1

Gambar 2.9 Tampilan Konfigurasi Waktu dan Tanggal

5. Pilihlah kode Negara.

17

Gambar 2.10

Tampilan Konfigurasi Kode Negara

6. Konfigurasi kode grid pada layar. Dimana, LV merupakan Low Voltage


Grid Code, dan MV merupakan Middle Voltage Grid Code.

Gambar 2.11 Tampilan Konfigurasi Grid-code

7. Setelah melakukan konfigurasi kode grid Grid Code, pada layar akan
muncul tampilan menu Pro-Param. Informasi detail dapat dilihat pada
user manual bagian Protective Parameter Setting.
Photovoltaic group
Array 50 (20 kWp)

Gambar 2.12 Tampilan Konfigurasi Pro-param


Photovoltaic group
Array 4 (20 kWp)

18

Photovoltaic group
Array 3 (20 kWp)

8. Pilih mode inverter pada menu PV strings configuration mode yang


tampil pada layar. Informasi detail dapat dilihat pada user manual bagian
Configuration Mode Setting.

Gambar 2.13 Tampilan Konfigurasi Mode PV

Photovoltaic group
9. Setelah semua parameter selesai dikonfigurasi,
maka akan muncul
Array 2 (20 kWp)

tampilan konfirmasi pengaturan pada layar. Cek semua parameter apakah


sudah dikonfigurasi dengan benar. Konfirmasi pengaturan dengan
menekan tombol ENTER. Batalkan Konfirmasi pengaturan dengan
menekan tombol ESC.

Gambar 2.14 Tampilan Konfirmasi Pengaturan


Photovoltaic group
Array 1 (20 kWp)

10. Inverter akan masuk ke tampilan utama. Amati status indikator pada
LCD. Jika Commissioning inverter berhasil, maka akan muncul indikator
RUN yang tampil pada menu State.

19

Gambar 2.15

Tampilan Informasi Inverter Saat Running

2.3.6
Disconnecting
Untuk melakukan suatu pemeliharaan, inverter harus di non-aktifkan
(disconnect) terlebih dahulu. Ketika inverter dalam kondisi normal, me nonaktifkan inverter tidak perlu dilakukan. Untuk menon-aktifkan (disconnect)
inverter harus mengikuti beberapa langkah di bawah ini :
1. Disconnect atau lepaskan AC circuit breaker eksternal.
2. Putar saklar DC ke posisi OFF.
3. Tunggu selama 10 menit.
4. Tarik keluar konektor AC dari inverter.
5. Lepaskan penguncian konektor DC.
2.3.7
Prosedur Pengecekan Rutin
1. Periksa LED indikator apakah inverter dalam kondisi RUN atau
FAULT.
2. Jika LED indikator menyatakan RUN artinya inverter berfungsi
dengan normal.
3. Jika LED indikator menyatakan FAULT artinya inverter sedang
mengalami gangguan yang menyebabkan output dari inverter tidak dapat
disalurkan ke jaringan.
4. Perlu dilihat berapa nilai fault-code pada inverter untuk mengetahui
masalah apa yang terjadi pada inverter.
5. Untuk mengetahui fault-code yang terjadi pada inverter dapat diperoleh
dari history record inverter fault seperti pada gambar di bawah :

20

Gambar 2.16 Tampilan Kode Fault pada Inverter

6.

Amati fault-code yang terjadi. Untuk mengetahui penjelasan nilai faultcode dapat dilihat pada user manual Sungrow SG20KTL bagian
Troubleshooting of Fault in LCD Screen dengan total 77 jenis (0001
0077).

2.3.8
Maintenance
Perawatan secara rutin sangat perlu dilakukan agar kondisi inverter tetap
dalam keadaan baik sehingga dapat bekerja dengan optimal. Kerusakan peralatan

akibat kurangnya perawatan terhadap komponen-komponen yang terkandung


MONITORING SYSTEM
dalam inverter berpotensi mengganggu performa dari inverter.
Sebelum melakukan perawatan pada inverter, lepaskan terlebih dahulu
koneksi antara inverter dengan PV dan antara inverter dengan jaringan.
Komponen-komponen dari inverter yang perlu dilakukan perawatan meliputi
a. Perawatan kabel.
b. Perawatan kipas.
c. Perawatan ventilasi udara.
d. Perawatan batre.
2.3.9
Monitoring
Pengawasan secara rutin untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kehandalan kinerja inverter. Seiring dengan berjalannya waktu inverter juga akan
mengalami perubahan performa dengan kata lain berbeda ketika pada saat
pertama kali bekerja.
Parameter-parameter yang

perlu dilakukan pengawasan

meliputi

tegangan DC, arus DC, total daya DC sebagai input, tegangan AC tiap fasa, arus
AC tiap fasa, output daya aktif dan reaktif, serta frekuensi. Berdasarkan

21

sepesifikasi teknis yang tercantum pada inverter, tertulis bahwa efisiensi dari
inverter ini sangat tinggi yaitu sebesar 98% namun tidak tertutup kemungkinan
pada kenyataannya dilapangan tidak sesuai dengan spesifikasi teknisnya. Untuk
mengetahui tingkat efisiensi dari inverter dapat dilakukan dengan membandingan
input yang diteria dari PV array dengan output dari inverter.

22

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengamatan Status Inverter
Dari total 50 unit inverter yang terpasang pada sistem PLTS Kayubihi ini
digolongkan berdasarkan lokasi inverter terpasang yaitu menjadi lima bagian
antara lain bagian A, B, C, D, dan E dengan masing-masing bagian terdiri dari 10
unit inverter.
Pengamatan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui status dari
inverter apakah RUN atau FAULT yang nantinya apabila inverter RUN
akan dianalisis seberapa besar efisiensi sehingga diketahui losses yang terjadi
pada inverter tersebut, sebaliknya apabila inverter dalam keadaan FAULT akan
dianalisis faktor apa saja yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Setelah melakukan pengamatan diketahui bahwa dari 50 unit inverter
hanya 20 unit inverter yang berada dalam kondisi RUN antara lain 6 unit pada
bagian A, 8 unit pada B, dan 6 unit pada bagian C. 30 unit sisanya mengalami
FAULT
3.2 Analisis Losses
Dari 20 unit inverter yang berada dalam kondisi RUN yang dibedakan
menjadi 3 group berdasarkan letak lokasi terpasangnya inverter yaitu group
inverter A, group inverter B, dan group inverter C dilakukan pengamatan rutin
selama 10 hari dimulai pada tanggal 22 Juni 2015 sampai tanggal 1 Juli 2015
dengan rentang waktu yang berbeda yaitu pada pukul 9.00, pukul 12.00, dan
pukul 15.00. Dalam pengamatan, parameter-parameter yang dicatat yaitu meliputi
daya DC sebagai input dari inverter dan daya DC output dari inverter. Dari kedua
data yang dicatat akan dilakukan perhitungan efisiensi dengan membandingkan
kedua data tersebut. Dari perhitungan tingkat efisiensi yang dilakukan maka akan
diperoleh besar losses yang dialami oleh inverter. Dari data hasil pengamatan
yang telah diperoleh sehingga dapat dilakukan analisis sebagai berikut :
4.1 Perbandingan Daya DC dengan Daya AC pada pukul 9.00
Tabel 3.1 Perbandingan Daya DC dengan Daya AC pada pukul 9.00
Hari ke
1

Group Inverter A
Pdc (W)
Pac (W)
13197.17
13090.00

22

Group Inverter B
Pdc (W)
Pac (W)
1381.33
1373.00

Group Inverter C
Pdc (W)
Pac (W)
7320.83
7160.00

23

2
3
4
5
6
7
8
9
10

3763.50
7045.33
8959.33
9393.50
9501.50
2201.67
9338.83
1656.83
9404.17

3650.67
6903.83
8784.00
9123.33
9310.83
2136.83
9092.17
1611.33
9215.33

2368.33
2560.50
3373.00
2526.33
3622.67
893.00
3932.00
3824.17
4136.50

2320.33
2491.83
3305.00
2475.17
3549.50
867.83
3852.67
3745.50
4053.00

3284.67
4572.10
6184.17
6699.83
6298.17
2171.50
5747.33
2798.50
6315.83

3210.00
4457.50
6058.67
6554.00
6150.83
2121.33
5589.33
2741.83
6170.17

Untuk menghitung efisiensi dari masing-masing group inverter dapat


dilakukan dengan menggunakan persamaan yang sama sehingga diperoleh
efisiensi dari masing-masing group seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2 Efisiensi inverter pada pukul 9.00
Hari ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Group Inverter A (%)


99.19
97.00
97.99
98.04
97.12
97.99
97.05
97.36
97.25
97.99
97.70

Group Inverter B (%)


99.40
97.97
97.32
97.98
97.97
97.98
97.18
97.98
97.94
97.98
97.97

Group Inverter C (%)


97.80
97.73
97.49
97.97
97.82
97.66
97.69
97.25
97.97
97.69
97.71

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat efisiensi


dalam 10 hari pada pukul 9.00 antara lain group inverter A sebesar 97.70 %, group
inverter B sebesar 97.97 %, dan group inverter C sebesar 97.71 %.
4.2 Perbandingan Daya DC dengan Daya AC pada pukul 12.00
Tabel 3.3 Perbandingan Daya DC dengan Daya AC pada pukul 12.00
Hari ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Group Inverter A
Pdc (W)
Pac (W)
3875.33
3786.50
6033.00
5910.67
6824.00
6685.67
5837.00
5812.50
9565.67
9218.33
5767.67
5670.83
8557.83
8384.50
8953.33
8763.83
13815.17
11274.50
15822.83
15501.83

Group Inverter B
Pdc (W)
Pac (W)
3122.83
3074.67
8027.00
7780.50
11415.50
10846.00
7267.50
7121.50
4942.00
4925.83
10470.67
10188.33
14318.83
13850.50
10755.00
10524.33
9322.17
8963.83
14068.67
13786.00

Group Inverter C
Pdc (W)
Pac (W)
4197.33
4143.00
9159.33
8975.50
11035.83
10828.83
6514.50
6383.67
4824.00
4727.00
5273.67
5172.50
11181.50
10791.00
9501.00
9305.00
12457.83
11772.00
13527.83
13011.67

24

Untuk menghitung efisiensi dari masing-masing group inverter dapat


dilakukan dengan menggunakan persamaan yang sama sehingga diperoleh
efisiensi dari masing-masing group seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4 Efisiensi inverter pada pukul 12.00
Hari ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Group Inverter A (%)


97.71
97.97
97.97
99.58
96.37
98.32
97.97
97.88
81.61
97.97
96.34

Group Inverter B (%)


98.46
96.93
95.01
97.99
99.67
97.30
96.73
97.86
96.16
97.99
97.41

Group Inverter C (%)


98.71
97.99
98.12
97.99
97.99
98.08
96.51
97.94
94.49
96.18
97.40

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat efisiensi


dalam 10 hari pada pukul 12.00 antara lain group inverter A sebesar 96.34 %,
group inverter B sebesar 97.41 %, dan group inverter C sebesar 97.40 %.
4.3 Perbandingan Daya DC dengan Daya AC pada pukul 15.00
Tabel 3.5 Perbandingan Daya DC dengan Daya AC pada pukul 15.00
Hari ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Group Inverter A
Pdc (W)
Pac (W)
3842.33
3760.17
3042.33
2692.33
2546.50
2502.17
3532.83
3450.00
2100.00
1611.33
3332.50
3244.83
3607.17
3526.50
12137.83
11235.17
11647.33
11413.50
11249.00
11021.83

Group Inverter B
Pdc (W)
Pac (W)
4734.92
4670.00
6355.83
6333.33
8408.17
8229.17
4640.50
4551.67
6057.17
5950.50
4844.33
4814.00
3745.67
3737.50
12188.17
11943.50
11098.83
10881.00
12176.17
11811.33

Group Inverter C
Pdc (W)
Pac (W)
6598.67
6496.83
4023.50
3943.00
2960.17
2900.50
4447.67
4348.33
7676.33
7438.50
3970.17
3870.83
4143.00
4057.50
12875.67
12584.00
12783.00
12511.50
10764.00
10550.33

Untuk menghitung efisiensi dari masing-masing group inverter dapat


dilakukan dengan menggunakan persamaan yang sama sehingga diperoleh
efisiensi dari masing-masing group seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 3.6 Efisiensi inverter pada pukul 15.00
Hari ke
1
2
3
4

Group Inverter A (%)


97.86
88.50
98.26
97.66

Group Inverter B (%)


98.63
99.65
97.87
98.09

Group Inverter C (%)


98.46
98.00
97.98
97.77

25

5
6
7
8
9
10
Rata-rata

76.73
97.37
97.76
92.56
97.99
97.98
94.27

98.24
99.37
99.78
97.99
98.04
97.00
98.47

96.90
97.50
97.94
97.73
97.88
98.01
97.82

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat efisiensi


dalam 10 hari pada pukul 15.00 antara lain group inverter A sebesar 94.27 %,
group inverter B sebesar 98.47 %, dan group invertet C sebesar 97.82 %.
4.4 Efisiensi dan Losses
Dari ketiga hasil perhitungan efisiensi yang diperoleh berdasarkan waktu
yang berbeda-beda dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut :
Tabel 3.7 Efisiensi dan Losses dari Masing-masing Unit Inverter
Group Inverter A
Efisiensi
Losses

Group Inverter B
Efisiensi
Losses

Group Inverter C
Efisiensi
Losses

Pukul 9.00
Pukul 12.00
Pukul 15.00

(%)
97.70
96.34
94.27

(%)
2.30
3.66
5.73

(%)
97.97
97.41
98.47

(%)
2.03
2.59
1.53

(%)
97.71
97.40
97.82

(%)
2.29
2.60
2.18

Rata-rata

96.10

3.90

97.95

2.05

97.64

2.36

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa selama sepuluh hari


pengamatan diketahui group inverter A mengalami rugi-rugi daya sebesar 3.90 %,
group unit inverter B mengalami rugi-rugi daya sebesar 2.05 %, dan group
inverter C mengalami rugi-rugi daya sebesar 2.36 %. Hal ini dapat dikategorikan
bahwa unit inverter masih beroperasi dengan optimal karena memiliki tingkat
efisiensi yang sangat tinggi dan losses yang rendah. Namun tak menutup
kemungkinan untuk melakukan perbaikan demi mencapai hasil yang lebih baik
yaitu meningkatkan tingkat efisiensi sehingga besar losses yang dialami oleh
inverter dapat diminimalisasi.

3.3 Analisis Terjadinya FAULT pada Inverter

26

Unit inverter pada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Kayubihi yang
berada dalam kondisi fault berjumlah 30 unit tercatat lebih banyak dibandingkan
dengan unit inverter yang berada dalam kondisi RUN.
Terdapat sejumlah 77 penyebab fault yang mungkin terjadi berdasarkan
user manual dari inverter jenis Sungrow SG20KTL. Untuk mengetahui faktor apa
saja yang menyebabkan hal tersebut terjadi dapat dilakukan pengamatan faultcode pada masing-masing inverter. Fault-code yang tercatat pada inverter secara
otomatis berupa angka. Setiap fault-code memiliki deskripsi yang berbeda-beda.
Data fault-code yang didapatkan setelah melakukan pengamatan
berdasarkan langkah-langkah yang diinstruksikan diperoleh bahwa ke-30 unit
inverter yang berada dalam kondisi fault memiliki fault-code yang sama yaitu
0005, 0009, 0010. Ketiga fault-code yang tercatat tersebut memiliki deskripsi
yang berbeda-beda yang dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Deskripsi Fault-code pada inverter
Fault-

Deskripsi

code

Tegangan output dari inverter terlalu rendah sehingga inverter tidak dapat

0005

menyalurkan daya.
Output frekuensi dari inverter berubah-ubah secara drastik dan cenderung berada

0009

dibawah frekuensi jaringan nominal sebesar 50Hz.


Islanding. Output dari inverter tidak dapat disalurkan ke jaringan secara keseluruhan

0010

dan dibuang dalam bentuk energi panas.

Berdasarkan ketiga jenis fault yang dialami ke-30 unit inverter ini dapat
disimpulkan bahwa terjadinya fault disebabkan karena output tegangan dan
frekuensi

dari

inverter

terlalu

rendah

sehingga

inverter

tidak

dapat

mensinkronisasikan dengan jaringan yang mengakibatkan daya yang dihasilkan


oleh inverter tidak dapat disalurkan melainkan dibuang sebagai energi panas.

27

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh simpulan
sebagai berikut :
1. Dari 50 unit inverter yang terpasang pada sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) Kayubihi terdapat 20 unit yang berada dalam
kondisi RUN antara lain group inverter A sejumlah 6 unit, group
inverter B sejumlah 8 unit, dengan rata-rata tingkat efisiensi masingmasing sebesar 96.10%, 97.95 %, 97.64 % sehingga diketahui bahwa
losses yang terjadi pada group inverter A sebesar 3.90 %, group inverter
B sebesar 2.05 %, dan group inverter C sebesar 2.36 %.
2. Dari ke-30 unit inverter yang mengalami fault diperoleh data fault-code
dari unit inverter tersebut antara lain :
-

0005
Tegangan output dari inverter terlalu rendah.

0009
Output frekuensi dari inverter berubah-ubah secara drastik dan
cenderung berada dibawah frekuensi jaringan nominal sebesar 50Hz.

0010
Islanding. Output dari inverter tidak dapat disalurkan ke jaringan
secara keseluruhan dan dibuang dalam bentuk energi panas.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan guna peningkatan efisiensi sehingga
dapat meminimalisasi terjadinya losses serta perbaikan terhadap inverter yang
megalami fault yaitu :
1. Diharapkan ketelitian dalam pengambilan data yang akan dianalisis untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat.

28

28

2. Diharapkan melakukan perbaikan terhadap inverter yang mengalami fault


berdasarkan penyebab yang telah diketahui.
3. Pelaksanaan kegiatan analisis besar losses dan penyebab terjadinya fault pada
inverter yang sesuai dengan jadwal yang ada akan meningkatkan keandalan
dari inverter dan keandalan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Kayubihi Bangli dan juga sistem jaringan listrik di wilayah Bangli.
4. Untuk pengembangan pembahasan mengenai faktor apa saja berpotensi
menyebabkan losses pada inverter dan perbaikan terhadap inverter yang
mengalami fault dapat dibuat suatu analisis yang lebih spesifik terhadap
kedua masalah tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih detail sehingga
sangat membantu dalam perbaikan sistem pada Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) Kayubihi Bangli.

Anda mungkin juga menyukai