PERCOBAAN
PENGUKURAN DAYA LISTRIK DENGAN WATTMETER
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setalah melakukan percobaan ini, praktikan diharapkan dapat :
Melakukan penyambungan wattmeter dengan benar
Menentukan kesalahan pengukuran daya akibat penyambungan wattmeter
yang berbeda.
B. TEORI DASAR
Wattmeter mempunyai 2 macam kumparan yaitu kumparan arus
(bertahanan kecil) dan kumparan tegangan (bertahanan besar). Ada dua tipe
wattmeter, yaitu :
Tipe elektrodinamis untuk mengukur besaran dc maupun besaran ac.
Tipe induksi untuk mengukur besaran ac saja.
Prinsip penunjukan wattmeter adalah memperkalikan 3 buah besaran
yaitu tegangan yang terukur, arus terukur dan factor daya pada besaran ac,
atau memperkalikan besaran tegangan terukur dan arus terukur pada besaran
dc.
CC CC
VC VC
(a) (b)
1. Pengukuran Daya dc
Terminologi :
P = Daya sebenarnya pada beban = VI
V = Tegangan yang dialami oleh beban
I = arus yang lewat pada beban
Pa = Daya aktual yang terukur (didefinisikan sebagai perkalian antara
tegangan dikumparan tegangan dengan arus yang lewat dalam
kumparan arus)
P = Pa - P …………………………………………….…………… (8-7)
∆𝑃
E = x 100 % ………………………………….….…………… (8-8)
𝑃
P
Ea = x 100 % … …………………………………………….……. (8-9)
Pa
V V
Pa = V I
R P rV
V2 V2
=V.I+ +
RP rV
1 1
= P + V2 ………………………………….………… (8-13)
R
p rv
1 1
Pa – P = V2 …………………….……………………… (8-14)
RP rV
1 1
P = V2 ……………………………………………… (8-15)
RP rV
P = Pa - P ………………………………………………………… (8-16)
E= x 100 % ………………………………………… (8-17)
P
Ea = x 100 % …………………………………………….…… (8-18)
Pa
2. Pengukuran Daya ac
Terminologi :
P = Daya sebenarnya pada beban = V . I cos
V = Tegangan yang dialami oleh beban
I = arus yang lewat pada beban
V I (rA + Rs) Va
Ѳ I = Ia
I (rA + Rs)
Va cos
Gambar 8.4 Diagram Vektor untuk rangkaian metode pengukuran
tahanan tinggi untuk pengukuran daya ac.
= V . I cos + I2 (rA+Rs)
= P + I2 (rA+Rs) ………………………………………………… (8-21)
Pa - P = I2 (rA+Rs) ………………………………………………… (8-22)
P = I2 (Rs + rA) …………………………..……………………… (8-23)
P = Pa - P …………………………………...…………………… (8-24)
E= x 100 % …………………………………………………… (8-25)
P
Ea = x 100 % ………………………………………………… (8-26)
Pa
Iv + Ip
Va = v
Ia
Iv + Ip
1 1
= I cos + V …………………………………. (8-28)
R
p rv
1 1
Pa = V I Cos V
R
p rv
1 1
= V. I Cos + V 2
R
p rv
= ………………….…………………………. (8-29)
1 1
P a – P = V2 ……………………..………………………. (8-30)
R rv
p
1 1
P = V2 ………………..…………………………… (8-31)
R
p rv
P = Pa − P …………………………………….………………… (8-32)
P
Ea = x 100 % ………………………..………………………… (8-34)
Pa
C. DIAGRAM RANGKAIAN
Wattmeter
Sumber
listrik V Beban
variabel
(a)
Wattmeter
Sumber
listrik V
variabel
Beban
(b)
Gambar 8.6 Diagram rangkaian pengukuran daya dc atau ac 1-fasa.
Metode penyambungan tahanan-tinggi. (b)Metode
penyambungan tahanan-rendah
E. PROSEDUR PERCOBAAN
Meneliti semua alat sebelum digunakan
Mengukur semua tahanan kumparan wattmeter
Menggunakan sumber listrik dc sebagai sumbernya, serta menggunakan
resisitor atau tahanan geser sebagai bebannya.
Membuat rangkaian seperti pada gambar rangkaian, kemudian
menghidupkan sumber listrik dc-nya. Mengatur wattmeter sampai
menunjuk pada suatu nilai. Mencatat penunjukan wattmeter, amperemeter
dan voltmeter. Mencantumkan data yang anda peroleh kedalam table.
Melakukan langkah nomor 4 di atas untuk gambar rangkaian (b). pada
langkah ini penunjukan wattmeter harus sama dengan penunjukan
wattmeter pada langkah kerja nomor 4 di atas.
Mengganti bebannya dengan ballast, jangan lupa mencatat data pada
papan namanya.
Mengulangi langkah kerja nomor (4) dan (5), dengan menggunakan
sumber listrik ac.
Jika percobaan telah selesai, minimumkan lalu off-kan sumber tegangan
F. HASIL PERCOBAAN
Tabel 8.1 Hasil pengamatan pengukuran daya dengan wattmeter
Metode Penyambungan
Jenis
Jenis
No Sumber Tahanan Tinggi Tahanan Rendah
Beban
Listrik
Va Ia
I (A) Pa (W) V (V) Pa (W)
(V) (A)
Tahanan
1 dc 15 0,74 11 14,2 0,78 11,5
Geser
Tahanan
2 dc 20 1,05 22 18,6 1,05 20,5
Geser
Lampu
3 ac 216 0,44 95 216 0,44 95
Pijar
Pa = 11 Watt
rA = 0,6 Ω
Rs = 0,4 Ω
P = I2 (Rs + rA)
= (0,74)2 (0,4 + 0,6)
= 0,5476 (1,0)
= 0,5476 Watt
Pt = Pa - P
= 11 – 0,5476
= 10,4524 Watt
P
E = x 100 %
P
0,5476
= x100%
10,4524
= 5,23 %
P
Ea = x 100 %
Pa
0,5476
= x 100 % = 4,97 %
11
∆P = Pa – P
= 11,1 – 10,4524
= 0,6476 Watt
P
Et = x 100 %
P
0,6476
= x 100 %
10,4524
= 6,19 %
∆𝑃
Ea = 𝑃 𝑥 100 %
𝑎
0,6476
= x 100 %
11,1
= 5,83 %
Ia = 0,78 Ampere
1 1
P = V2
RP rV
= 201,64 (0,000068)
= 0,013 Watt
∆𝑃
Ea = x 100 %
𝑃𝑎
0,013
= x 100 %
11,5
= 0,1 %
Pt = Pa - ∆P
= 11,5 – 0,013
= 11,487 Watt
∆𝑃
𝐸𝑡 = × 100 %
𝑃𝑡
0,013
= × 100 %
11,487
= 0,11 %
∆P = Pt – Pa
= 11,487 – 11,076
= 0,411 Watt
P
E x 100 %
Pt
0,411
= x 100 %
11,487
= 3,57 %
∆𝑃
𝐸𝑎 = × 100 %
𝑃𝑎
1,041
= × 100 %
15,996
= 6,51 %
2. Menghitung kesalahan (∆P), persen kesalahan (Et dan Ea) dan daya
sebenarnya pada beban (Pt) untuk sumber listrik ac.
P = I2 (Rs + rA)
= (0,59)2 (0,4 + 0,6)
= 0,3481 (1,0)
= 0,3481 Watt
∆𝑃
Ea = x 100 %
𝑃𝑎
0,3481
= x 100 %
20
= 1,7405 %
P = Pa - ∆P
= 20 – 0,3481
= 19,6519 Watt
∆𝑃
E = x 100 %
𝑃
0,3481
= x 100 %
19,6519
= 1,77 %
1 1
P = V2
R rv
p
1 1
= (219)2 ( + )
85 𝑥 103 2000000
= 47961 (0,0000117 + 0,0000005)
= 0,588 Watt
∆𝑃
Ea = x 100 %
𝑃𝑎
0,588
= x 100 %
20
= 2,94 %
P = Pa - ∆P
= 20 – 0,588
= 19,412 Watt
P
E= x 100 %
P
0,588
= x 100 %
19,412
= 3,03 %
Untuk hasil selengkapnya, dapat dilihat pada tabel 8.3, 8.4, 8.5 dan tabel 8.6
Tabel 8.3 Hasil analisa data untuk metode penyambungan Tahanan Tinggi
Wattmeter
Jenis Metode penyambungan
No Sumber
Tahanan tinggi
Listrik
Tabel 8.4 Hasil analisa data untuk metode penyambungan Tahanan Tinggi
untuk pengukuran selain wattmeter
Selain Wattmeter
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dan hasil analisa yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
Persentase kesalahan (E) pada metode tahanan tinggi, jenis sumber listrik
ac lebih kecil daripada dc. Dimana hasil persentasenya yaitu dc = 2,63 %
dan ac = 1,77 %
Persentase kesalahan (Ea) pada metode tahanan tinggi, jenis sumber ac
lebih kecil daripada dc. Dimana hasil persentasenya yaitu dc = 2,56 % dan
ac = 1,7405 %