Anda di halaman 1dari 28

TERMODINAMIKA

(Makalah Fisika)

Dosen Pengampu : Siti Nurjanah, M.Si.

Disusun Oleh :

Dilla Yuniza (NPM. 173110047)


Disca Putri Novita Sari (NPM. 173110051)
Fitrihandayani (NPM. 173110066)
Ketut Sutiyane (NPM. 173110101)
Taufik Irawan (NPM. 173110187)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TULANG BAWANG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi,
atas berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda
kegiatan akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam
menyelesaikan studi di tingkat perkuliahan semester I (Pertama), adapun judul yang
penulis buat didalam makalah ini adalah mengenai Termodinamika.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah
didalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih dengan penuh rasa
hormat serta dengan segala ketulusan hati kepada semua pihak yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam
penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
masukan baik saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para
pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi kita semua.
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Energi dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi.
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan
bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Hukum keseimbangan/kenaikan entropi : Panas tidak bisa mengalir dari material
yang dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah tingkat keacakan
energi. Jika satu ujung material panas, dan ujung satunya dingin, dikatakan tidak
acak, karena ada konsentrasi energi. Dikatakan entropinya rendah. Setelah rata
menjadi hangat, dikatakan entropinya naik.
Proses termodinamik yang berlanggsung secara alami seluruhnya disebut proses
ireversibel (irreversibel process). Proses tersebut berlanggsung secara spontan pada
satu arah tetapi tidak pada arah sebaliknya. Contohnya kalor berpindah dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara
bolak-balik. Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu
mendekati keadaan kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan
lingkungannya. Proses reversibel merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi
equilibrium process).
Sejarah awal dari AC (Air Conditioner) sudah dimulai sejak jaman Romawi yaitu
dengan membuat penampung air yang mengalir di dalam dinding rumah sehingga
menurunkan suhu ruangan , tetapi saat itu hanya orang tertentu saja yang bisa
karena biaya membangunnya sangatlah mahal karena membutuhkan air dan juga
bangunan yang tidak biasa. Hanya para raja dan orang kaya saja yang dapat
membangunnya.
Kemudian pada tahun 1820 ilmuwan Inggris bernama Michael Faraday Image
menemukan cara baru mendinginkan udara dengan menggunakan Gas Amonia dan
pada tahun 1842 seorang dokter menemukan cara mendinginkan ruangan dirumah
sakit Apalachicola yang berada di Florida Ameika Serikat. Dr.Jhon Gorrie Image
adalah yang menemukannya dan ini adalah cikal bakal dari tehnologi AC (air
conditioner) tetapi sayangnya sebelum sempurna beliau sudah meninggal pada
tahun 1855.
Willis Haviland Carrier Image seorang Insinyur dari New York Amerika
menyempurnakan penemuan dari Dr.Jhon Gorrie tetapi AC ini digunakan bukan
untuk kepentingan atau kenyamanan manusia melainkan untuk keperluan
percetakan dan industri lainnya. Penggunaan AC untuk perumahan baru
dikembangkan pada tahun 1927 dan pertama dipakai disbuah rumah di Mineapolis,
Minnesota. Saat ini AC sudah digunakan disemua sektor, tidak hanya industri saja
tetapi juga sudah di perkantoran dan perumahan dengan berbagai macam bentuk
dari mulai yang besar hingga yang kecil.semuanya masih berfungsi sama yaitu
untuk mendinginkan suhu ruangan agar orang merasa nyaman.

1.2 Rumusan Masalah

Maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


1. Apa pengertian dan aplikasi hukum kedua termodinamika ?
2. Bagaimana Prinsip kerja dari beberapa mesin menurut hukum kedua
Termodinamika ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, antara lain:


1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang Hukum kedua
termodinamika.
2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai cara kerja dari reservoir
energi panas, mesin kalor, mesin pendingin, pompa panas, dan mesin abadi.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Termodinamika
Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi
didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja,
yaitu energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang elektromagnet,
energi akibat gaya magnet, dan lain-lain . Energi dapat berubah dari satu bentuk ke
bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu energi di
alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi
adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada
pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau
kekekalan energi.
Prinsip termodinamika tersebut sebenarnya telah terjadi secara alami dalam
kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari menerima energi gelombang
elektromagnetik dari matahari, dan di bumi energi tersebut berubah menjadi energi
panas, energi angin, gelombang laut, proses pertumbuhan berbagai tumbuh-
tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses didalam diri manusia juga
merupakan proses konversi energi yang kompleks, dari input energi kimia dalam
makanan menjadi energi gerak berupa segala kegiatan fisik manusia, dan energi
yang sangat bernilai yaitu energi pikiran kita. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka prinsip alamiah dalam berbagai proses
thermodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme untuk membantu
manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut,
maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi energi,
yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber. energi lain menjadi
energi mekanis dalam bentuk gerak atau perpindahan diatas permukaan bumi,
bahkan sampai di luar angkasa.
Pabrik-pabrik dapat memproduksi berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin
pembangkit energi listrik yang menggunakan prinsip konversi energi panas dan
kerja. Untuk kenyamanan hidup, kita memanfaatkan mesin air conditioning, mesin
pemanas, dan refrigerators yang menggunakan prinsip dasar termodinamika.
Aplikasi termodinamika yang begitu luas dimungkinkan karena perkembangan
ilmu termodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan penemuan mesin uap di
Inggris, dan diikuti oleh para ilmuwan thermodinamika seperti Willian Rankine,
Rudolph Clausius, dan Lord Kelvin pada abad ke 19. Pengembangan ilmu
thermodinamika dimulai dengan pendekatan makroskopik, yaitu sifat
thermodinamis didekati dari perilaku umum partikel-partikel zat yang menjadi
media pembawa energi, yang disebut pendekatan thermodinamika klasik.
Pendekatan tentang sifat thermodinamis suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan
partikel-partikel disebut pendekatan mikroskopis yang merupakan perkembangan
ilmu thermodinamika modern, atau disebut thermodinamika statistik. Pendekatan
thermodinamika statistik dimungkinkan karena perkembangan teknologi komputer,
yang sangat membantu dalam menganalisis data dalam jumlah yang sangat besar.

2.2 Bentuk-Bentuk Energi


Total energi (E) suatu sistem merupakan jumlah dari energi termal, mekanis,
kinetis, potensial, elektrik, magnetik, kimia dan nuklir. Di dalam termodinamika
yang dipelajari adalah besarnya perubahan dari satu bentuk energi ke bentuk
lainnya, bukan menghitung jumlah energi dari suatu sistem.
Bentuk energi dibagi menjadi dua kelompok:
1. Energi Makroskopik: Berhubungan dengan gerak dan pengaruh luar seperti
gravitasi, magnetik, elektrik dan tegangan permukaan.
Energi Makroskopik terdiri dari:
- Energi Kinetik ( Ek ): Energi yang disebabkan oleh gerakan relatif terhadap
suatu referensi. Adapun besarnya dalam berntuk energi per-satuan masa dengan:
Ek = ½ m .
v2............................................................... (2.1)
* m= satuan masa media pembawa energi * v= satuan kecepatan gerakan
masa
- Energi Potensial ( Ep ): Energi yang disebabkan oleh elevasinya dalam
medan gravitasi, besarnya adalah:
Ep = m . g . h .............................................
(2.2)
2. Energi Mikroskopik: Berhubungan dengan struktur molekul dan derajat
aktivitas molekul. Jumlah total energi mikroskopik disebut energi dalam (internal
energy) , dengan simbol U.
Energi Mikroskopik terdiri dari:
- Energi Sensibel : Berhubungan dengan energi kinetik dan gerakan (translasi,
rotasi, vibrasi) molekul sistem.
- Energi Latent : Berhubungan dengan fasa dari sistem, mencair, menguap
dll.
- Energi Kimia : Berhubungan dengan ikatan atom-atom dalam sistem.
Dengan demikian energi total suatu sistem hanya dipengaruhi oleh energi
kinetik,energi
potensial dan energi dalam.

2.3 Sistem dan Proses Termodinamika


Suatu sistem termodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih, untuk
dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan.
Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas sistem (boundary), dalam
aplikasinya batas sistem merupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan
dapat tetap atau dapat berubah posisi atau bergerak.
Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem
terbuka. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada
masa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah.
Yang dapat-keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau
kerja. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana
masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan energi panas masuk
kedalam masa udara didalam balon. Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat
keluar sistem atau masuk kedalam sistem melewati batas sistem. Sebagian besar
mesin-mesin konversi energi adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar
adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan
udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem melalui knalpot.
Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem
thermodinamika terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa keluar-masuk
sistem tersebut. Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property
dari sistem, seperti tekanan P, temperatur T, volume V, masa m, viskositas,
konduksi panas, dan lain-lain. Selain itu ada juga property yang disefinisikan dari
property yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik, panas jenis, dan lain-
lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak berubah, apabila
masing-masing jenis property sistem tersebut dapat diukur pada semua bagiannya
dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu
dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai property yang tetap. Apabila property
nya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan.
Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam
keadaan seimbnag (equilibrium). Perubahan sistem thermodinamika dari keadaan
seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain disebut proses, dan rangkaian
keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut lintasan proses. Suatu sistem
disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem tersebut menjalani rangkaian
beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya.

2.4 Hukum-Hukum Termodinamika


Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi
dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas
tersebut. Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat
memiliki energi yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya
dapat ditinjau secara mikroskopik.
Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam
keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata
dari seluruh partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu
mutlak gas. Jadi, energi dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan energi
kinetik dan potensial yang terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di dalam
gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam gas sebanding dengan
suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan
perubahan energi dalam gas.
Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah
konstanta umum gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan suhu gas
(dalam kelvin).
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
1. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem
ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
2. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan
energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari
jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan
terhadap sistem.
3. Hukum Kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan
bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk
meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
4. Hukum Ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol.
2.4.1 Hukum Pertama Termodinamika
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem
akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil
dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan
terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu
bentuk dari hukum kekekalan energi. Sistem yang mengalami perubahan volume
akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan
mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan
menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam.
Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau
disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika
dituliskan sebagai :
Q = W + ∆U ...............................................
(2.3)
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam.
Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan “Jika suatu benda
(misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda
(krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan
usaha W dan benda (krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas
deh!) yang berarti mengalami perubahan energi dalam ∆U.”
1. Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-
perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam
suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam
suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan
hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan
sistem (Q = W). Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah
ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagaiDimana V2
dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
2. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas
dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan
(∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan
perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
volume konstan QV.
QV = ∆U ................................................
(2.4)
3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan,
gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan
konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan
energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan QV =∆U.
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp − QV .............................................
(2.5)

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi
(kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang
diserap gas pada volume konstan (QV).
4. Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar
(dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama
dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U). Jika suatu sistem berisi gas yang
mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing p1 dan V1 mengalami
proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2,
usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas
pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ
> 1). Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk kurva
yang mirip dengan grafik p – V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan
yang lebih curam.
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum
universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas
sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum
pertama termodinamika ini berbunyi: “ Kenaikan energi internal dari suatu sistem
termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam
sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya.

Fondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui
eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling
dapat dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius
pada 1850: "Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang
diferensialnya sama dengan jumlah kerja yang dipertukarkan dengan
lingkungannya pada suatu proses adiabatik.
2.4.2 Hukum Kedua Termodinamika
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan')
adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Hukum kedua
termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan kata lain,
tidak semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat dibalik). Hukum kedua
termodinamika menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak pernah mengalir secara spontan
dalam arah kebalikannya. Misalnya, jika sebuah kubus kecil dicelupkan ke dalam
secangkir air kopi panas, kalor akan mengalir dari air kopi panas ke kubus es sampai
suhu keduanya sama.
Hukum pertama termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah suatu proses
mungkin terjadi ataukah tak mungkin terjadi. Oleh karena itu, muncullah hukum
kedua termodinamika yang disusun tidak lepas dari usaha untuk mencari sifat atau
besaran sistem yang merupakan fungsi keadaan. Ternyata orang yang
menemukannya adalah Clausius dan besaran itu disebut entropi. Hukum kedua ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:“Proses suatu sistem terisolasi yang disertai
dengan penurunan entropi tidak mungkin terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi
pada sistem terisolasi, maka entropi sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak
berubah.”
Hukum kedua termodinamika memberikan batasan dasar pada efisiensi sebuah
mesin atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan energi masukan
minimum yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem pendingin. Hukum
kedua termodinamika juga dapat dinyatakan dalam konsep entropi yaitu sebuah
ukuran kuantitatif derajat ketidakaturan atau keacakan sebuah sistem.
Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat
sebuah mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin
dengan efisiensi termal 100%. Kemustahilan ini adalah dasar dari satu pernyataan
hukum kedua termodinamika sebagai berikut: “Adalah mustahil bagi sistem
manapun untuk mengaalami sebuah proses di mana sistem menyerap panas dari
reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya menjadi kerja
mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan
awalnya”. Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan “mesin” dari hukum
kedua termodinamika.
Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaaan antara sifat alami
energi dalam dan energi mekanik makroskopik. Dalam benda yang bergerak,
molekul memiliki gerakan acak, tetapi diatas semua itu terdapat gerakan
terkoordinasi dari setiap molekul pada arah yang sesuai dengan kecepatan benda
tersebut. Energi kinetik dan energi potensial yang berkaitan dengan gerakan acak
menghasilkan energi dalam.
Jika hukum kedua tidak berlaku, seseorang dapat menggerakkan mobil atau
pembangkit daya dengan mendinginkan udara sekitarnya. Kedua kemustahilan ini
tidak melanggar hukum pertama termodinamika. Oleh karena itu, hukum kedua
termodinamika bukanlah penyimpulan dari hukum pertama, tetapi berdiri sendiri
sebagai hukum alam yang terpisah. Hukum pertama mengabaikan kemungkinan
penciptaan atau pemusnahan energi. Sedangkan hukum kedua termodinamika
membatasi ketersediaan energi dan cara penggunaan serta pengubahannya.
Panas mengalir secara spontan dari benda panas ke benda yang lebih dingin, tidak
pernah sebaliknya. Sebuah pendingin mengambil panas dari benda dingin ke benda
yang lebih panas, tetapi operasinya membutuhkan masukan energi mekanik atau
kerja. Hal umum mengenai pengamatan ini dinyatakan sebagai berikut :“Adalah
mustahil bagi proses mana pun untuk bekerja sendiri dan menghasilkan
perpindahan panas dari benda dingin ke benda yang lebih panas.” Pernyataan ini
dikenal dengan sebutan pernyataan “pendingin” dari hukum kedua termodinamika.
Pernyataan “pendingin” ini mungkin tidak tampak berkaitan sangat dekat dengan
pernyataan “mesin”. Tetapi pada kenyataannya, kedua pernyataan ini seutuhnya
setara. Sebagai contoh, jika seseorang dapat membuat pendingin tanpa kerja, yang
melanggar pernyataan “pendingin” dari hukum kedua, seseorang dapat
mengabungkannya dengan sebuah mesin kalor, memompa kalor yang terbuang oleh
mesin kembali ke reservoir panas untuk dipakai kembali. Meski gabungan ini akan
melanggar pernyataan “mesin” dari hukum kedua, karena selisih efeknya akan
menarik selisih panas sejumlah dari reservoir panas dan mengubah seutuhnya
menjadi kerja W.
Perubahan kerja menjadi panas, seperti pada gesekan atau aliran fluida kental
(viskos) dan aliran panas dari panas ke dingin melewati sejumlah gradien suhu,
adalah suatu proses ireversibel. Pernyataan “mesin” dan “pendingin” dari hukum
kedua menyatakan bahwa proses ini hanya dapat dibalik sebagian saja. Misalnya,
gas selalu mengalami kebocoran secara spontan melalui suatu celah dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Gas-gas dan cairan-cairan yang
dapat bercampur bila dibiarkan akan selalu tercampur dengan sendirinya dan
bukannya terpisah. Hukum kedua termodinamika adalah sebuah pernyataan dari
aspek sifat searah dari proses-proses tersebut dan banyak proses ireversibel lainnya.
Perubahan energi adalah aspek utama dari seluruh kehidupan tanaman dan hewan
serta teknologi manusia, maka hukum kedua termodinamika adalah dasar
terpenting dari dunia tempat makhluk hidup tumbuh dan berkembang.
Dua formulasi dari hukum kedua termodinamika yang berguna untuk memahami
konversi energi panas ke energi mekanik, yaitu formulasi yang dikemukakan oleh
Kelvin-Planck dan Rudolf Clausius. Adapun hukum kedua termodinamika dapat
dinyatakan sebagai berikut :
1. Formulasi Kelvin-Planck
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu sumber
pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.” Dengan kata lain,
formulasi kelvin-planck menyatakan bahwa tidak ada cara untuk mengambil energi
panas dari lautan dan menggunakan energi ini untuk menjalankan generator listrik
tanpa efek lebih lanjut, misalnya pemanasan atmosfer. Oleh karena itu, pada setiap
alat atau mesin memiliki nilai efisiensi tertentu. Efisiensi menyatakan nilai
perbandingan dari usaha mekanik yang diperoleh dengan energi panas yang diserap
dari sumber suhu tinggi.

2. Formulasi Clausius
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke
benda panas”. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari
sumber dingin (suhu rendah) dan memindahkan seluruhnya ke sumber panas (suhu
tinggi) tanpa memberikan energi pada pompa untuk melakukan usaha. (Marthen
Kanginan, 2007: 249-250)
Berbeda dari hukum pertama, hukum kedua ini mempunyai berbagai perumusan.
Kelvin mengetengahkan suatu permasalahan dan Planck mengetengahkan
perumusan lain. Karena pada hakekatnya perumusan kedua orang ini mengenai hal
yang sama maka perumusan itu digabung dan disebut perumusan Kelvin-Planck
bagi hukum kedua termodinamika. Perumusan ini diungkapkan demikian :“Tidak
mungkin membuat pesawat yang kerjanya semata-mata menyerap kalor dari sebuah
reservoir dan mengubahnya menjadi usaha”. Oleh Clausius, hukum kedua
termodinamika dirumuskan dengan ungkapan : “Tidak mungkin membuat pesawat
yang kerjanya hanya menyerap kalor dari reservoir bertemperatur rendah dan
memindahkan kalor ini ke reservoir yang bertemperatur tinggi, tanpa disertai
perubahan lain”.
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang
dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum
kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk
suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari
menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada
temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses
terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik,
pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika
integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka
kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai yang hanya
merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut
dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi. Perubahan entropi hanya
gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan
keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses
alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam
satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan
entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar".
Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua
termodinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen
dengan menyatakan, kekacauan dari sistem dan lingkungan cenderung semakin
besar.
Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ruang
kotak adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut
menempati setengah ruang kotak. Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda
T1 dan T2 berinteraksi, sehingga mencapai temperatur yang serba sama T, maka
dapat dikatakan bahwa sistem tersebut menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan
"semua molekul dalam sistem tersebut bersesuaian dengan temperatur T adalah
lebih lemah bila dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam benda
A bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan temperatur
T2". Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter
kekacauan adalah :
S = k log w .............................................
(2.6)
dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah parameter
kekacauan, yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif terhadap semua
keadaan yang mungkin ditempati.
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal, dimana
banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin
besar, maka kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah
bervolume V adalah sebanding dengan V; yakni semakin besar V maka semakin
besar pula peluang untuk menemukan molekul tersebut di dalam V. Kemungkinan
untuk menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah:
W1 = c V ................................................ (2.7)
dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara serempak
di dalam volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah
keadaan yang terdiri dari N molekul berada di dalam volume V adalah :
w = w1N = (cV)N ...........................................
(2.8)
Jika persamaan (2.8) disubstitusikan ke (2.6), maka perbedaan entropi gas ideal
dalam proses ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak
berubah, adalah bernilai positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi
isotermal tersebut bertambah besar.
Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (2.6), menghubungkan
gambaran termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan
untuk meletakkan hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah
dimana proses alami akan terjadi menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh
hukum kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam
hal ini, keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi maksimum secara
termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan tetapi
fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan.
Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam
tiap-tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama
ditunggu, keadaan yang paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam
kolam tiba-tiba membeku pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu
vakum setempat terjadi secara tiba-tiba dalam suatu ruangan.
Reservoir Energi Panas (Thermal Energy Reservoir)
Thermal Energy Reservoir atau lebih umum disebut dengan reservoir energi panas
adalah suatu benda atau zat yang mempunyai kapasitas energi panas yang besar.
Artinya reservoir dapat menyerap atau menyuplai sejumlah energi panas yang tidak
terbatas tanpa mengalami perubahan temperatur. Contoh dari benda atau zay besar
yang disebut reservoir adalah samudera, danau, dan sungai untuk benda besar yang
berwujud air dan atmosfer untuk benda berwujud besar di udara. Sistem dua fasa
juga dapat dimodelkan sebagau suatu reservoir, karena sistem dua fasa dapat
menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami perubahan temperatur. Dalam
prakteknya, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif. Misalnya sebuah ruangan
dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu analisa panas yang dilepaskan
oleh sebuah televisi. Reservoir yang menyuplai energi disebut dengan saurce dan
reservoir yang menyerap energi disebut dengan sink.
Mesin Kalor (Heat Engines)
Mesin kalor adalah sebutan untuk alat yang berfungsi mengubah energi panas
menjadi energi mekanik. Sebuah mesin kalor dapat di karakteristikkan sebagai
berikut:
1. Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi matahari,
bahan bakar, reaktor nuklir, dll)
2. Mesin kalor mengkonvensi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam
bentuk poros yang berputar)
3. Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4. Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.
Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin kalor
adalah pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran luar
dimana fluida kerja mengalami siklus termodinamika yang lengkap.
Efisiensi termal (thermal efficiencies)
Efisiensi termal sebenarnya digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari suatu
mesin kalor, yaitu berapa bagian dari input panas yang diubah menjadi output kerja
bersih.
Unjuk kerja = Output yang diinginkan ..........................
(2.9)
Input yang diperlukan
Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih. Dan input
yang diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja. Kemudian
efisiensi termal dari sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai:
Efisiensi termal = Output kerja bersih .........................
(2.10)
Input yang diinginkan
Atau
nth= 1 – Q out
.......................................................... (2.11)
Atau
Q in Dimana W bersih out = Qout-Qin
................................... (2.12)
Melihat karaktristik dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin kalor
yang dapat mengubah semua panas yang diterima kemudian mengubahnya semua
menjadi kerja. Pernyataan tersebut dimuat sebuah pernyataan oleh Kelvin-Plank
yang berbunyi : “Adalah tidak mungkin untuk sebuah alat atau mesin yang
beroperasi dalam sebuah siklus yang menerima panas dari sebuah reservoir tunggal
dan memproduksi sejumlah kerja bersih.”
Pernyataan diatas hanya diperuntukkan pada mesin kalor, dapat diartikan sebagai
tidak ada sebuah mesin/alat yang bekerja dalam sebuah siklus menerima panas dari
reservoir bertemperatur tinggi dan mengubah panas tersebut seluruhnya menjadi
kerja bersih. Atau dengan kata lain tidak ada sebuah mesin kalor yang mempunyai
efisiensi 100%.
Mesin Pendingin
Mesin pendingin, sama seperti mesin kalor, adalah sebuah alat siklus. Fluida
kerjanya disebut dengan refrigerant. Siklus refrigerasi yang paling banyak
digunakan adalah daur refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat komponen
: kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator
Refrigerant memasuki kompresor sebagai sebuah uap dan di kompres ketekanan
kondensor. Refrugerant meninggalkan kompresor pada temperatur yang relatif
tinggi dan kemudian didinginkan dan mengalami kondensasi di kondensor yng
membuang panasnya ke lingkungan. Refrigent kemudian memasuki tabung kapilar
dimana tekanan refrigerant turun drastis karena efek throttling. Refrigerant
bertemperatur rendah kemudian memasuki evaporator, dimana disini refrigent
menyerap panas dari ruang refrigerasi dan kemudian refriferant kembali memasuki
kompresor. Efisiensi refrigerator disebut dengan istilah coefficient of performance
(COP), dinotasikan dengan COPR.
Perlu dicatat bahwa harga dari COPR dapat berharga lebih dari satu, karena jumlah
panas yang diserap dari ruang refrigerasi dapat lebih besar dari jumlah input kerja.
Hal tersebut kontras dengan efisiensi termal yang selalu kurang dari satu. Salah satu
alasan penggunaan istilahcoefficient of performance-lebih disukai untuk
menghindari kerancuan dengan istilah efisiensi, karena COP dari mesin pendingin
lebih besar dari satu.
Pompa Kalor
Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau sumber)
ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar teknologi pompa
kalor memindahkan panas dari sumber panas yang bertemperatur rendah ke lokasi
bertemperatur lebih tinggi. Contoh yang paling umum adalah lemari es, freezer,
pendingin ruangan, dan sebagainya. Tujuan dari mesin pendingin adalah untuk
menjaga ruang refrigerasi tetap dingin dengan meyerap panas dari ruang tersebut.
Tujuan pompa kalor adalah menjaga ruangan tetap bertemperatur tinggi. Proses
pemberian panas ruangan tersebut disertai dengan menyerap panas dari sumber
bertemperatur rendah.
Perbandingan antara COPR dan COPHP adalah sebagai berikut :
Mesin kalor membuat energi mengalir dari lokasi yang lebih panas ke lokasi yang
lebih dingin, menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai kerja. Kebalikannya,
pompa kalor membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari lokasi
yang lebih dingin ke lokasi yang lebih panas.Air condtioner pada dasarnya adalah
sebuah mesin pendingin tetapi yang didinginkan disini bukan ruang refrigerasi
melainkan sebuah ruangan/gedung atau yang lain.
Hukum Termodinamika II Pernyataan Clausius
Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua - - pernyataan kelvin-
plank yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan clausius yang
diperuntukkan untuk mesin pendingin/pompa kalor. Pernyataan clausis dapat
diungkapkan sebagai berikut: “Adalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang
beroprasi dalam sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer panas
dari media bertemperatur rendah kemedia bertemperatur tinggi.”
Telah kita ketahui bahwa panas akan berpindah dari media bertemperatur tinggi
kemedia bertemperatur rendah. Pernyataan clausis tidak mengimplikasikan bahwa
membuat sebuah alat siklus yang dapat memindahkan panas dari terperatur rendah
ke media bertemperatur tinggi adalah tidak mungkin dibuat. Hal tersebut dapat
terjadi asalkan ada efek luar yang dalam kasus tersebut dilakukan kompresor yang
mendapat energi dari energi listrik.

Mesin Gerak –Abadi (Perpetual-Motion Machines)


Kita mempunyai pernyataan yang berulang-ulang, bahwa sebuah proses tidak akan
dapat berlangsung jika tidak memenuhi hukum termodinamika pertama dan kedua.
Semua alat yang melanggar baik hukum pertama dan kedua termodinamika disebut
dengan mesin gerak abadi (Perpetual-Motion Machines).
Sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika yang pertama disebut mesin
gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines of the first kind) atau PMMI,
sedangkan alat yang melanggar hukum termodinamika kedua disebut mesin gerak
abadi tipe kedua (Perpetual-Motion Machines of the second kind)atau KMM2.
2.4.3 Hukum Ketiga Termodinamika
Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa paramagnetic
hingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah lagi dapat
dicapai dengan menerapkan efek magnetokalorik berulang-ulang. Jadi setelah
penaikan medan magnetik semula secara isoterm, penurunan medan magnetik
secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar bahan pada
temperatur Tᶠ¹, yang dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk menaikan tandon
kalor secara isoterm ynag berikutnya dari sejumlah bahan yang lebih sedikit dari
bahan semula. Penurunan medan magnetik secara adiabat yang kedua dapat
menghasilkan temperatur yang lebih rendah lagi, Tᶠ², dan seterusnya. Maka akan
timbul pertanyaan apakah efek magnetokalorik dapat dipakai untuk mendinginkan
zat hingga mencapai nol mutlak.
Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa
semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang
sama berlaku juga untuk efek magnetokalorik.dengan persyaratan demikian,
penurunan medan secara adiabat yang tak trhingga banyaknya diperlukan untuk
mencapai temperatur nol mutlak. Perampatan dari pengalaman dapat dinyatakan
sebagai berikut : Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan
prosesyang banyaknya terhingga.Ini dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol
mutlak atau ketaktercapaian hukum ketiga termodinamika. Pernyataan lain dari
hukum ketiga termodinamika adalahhasil percobaan yang menuju ke perhitungan
bahwa bagaimana ΔST berlaku ketika T mendekati nol. ΔST ialah perubahan
entropi sistem terkondensasi ketika berlangsung proses isoterm terbuktikan.
Percobaansangat memperkuat bahwa ketika T menurun, ΔST berkurang jika sistem
itu zat cair atau zat padat. Jadi prinsip berikut dapat di terima: Perubahan entropi
yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu sistem-terkondensasi
mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol. Pernyataan tersebut merupakan
hukum ketiga termodinamika menurut Nernst-Simon. Nernst menyatakan bahwa
perubahan entropi yang menyertai tiap proses reversibel, isotermik dari suatu sistem
terkondensasi mendekati nol. Perubahan yang dinyatakan di atas dapat berupa
reaksi kimia, perubahan status fisik, atau secara umum tiap perubahan yang dalam
prinsip dapat dilakukan secara reversibel.
Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika dinyatakan sebagai
:
Pada Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis 0, bukan hanya
beda entropi yg = 0, tetapi entropi setiap zatàsuhu T padat atau cair dalam
keseimbangan dakhir pada suhu nol. Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa
bila suhunya mendekati St menurun.D0 K, perubahan entropi transisi. Persamaan
diatas dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol. StD Hukum ketiga termodinamika menyatakan bahwa
perubahan entropi yang berkaitan dengan perubahan kimia atau perubahan fisika
bahan murni pada T = 0 K bernilai nol. Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami
dari fakta bahwa pergerakan ionik atau molekular maupun atomik yang
menentukan derajat ketidakteraturan dan dengan demikian juga besarnya entropi,
sama sekali berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan ada perubahan
derajat ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh karena itu tidak
akan ada perubahan entropi.
2.5 Siklus Termodinamika
Khusus untuk proses isotermal, hanya satu proses isotermal saja tidak mungkin
dapat terus-menerus melakukan usaha karena volume sistem ada batasnya. Pada
suatu saat proses itu harus berhenti, yaitu bila volume V2 sudah mencapai nilai
maksimum. Agar dapat mengubah kalor menjadi usaha lagi, sistem itu harus
dikembalikan ke keadaan awalnya. Rangkaian proses yang membuat keadaan akhir
sistem kembali ke keadaan awalnya disebut siklus. Dalam Gambar 14.8 dilukiskan
sebuah siklus termodinamika. Mulai dari keadaan A gas itu mengalami proses
isotermal sampai keadaan B. Kemudian proses isobarik mengubah sistem sampai
ke keadaan C.
Akhirnya proses isokhorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya di A.
Proses dari keadaan A ke keadaan B lalu kembali ke keadaan A disebut siklus.
Usaha yang dilakukan oleh sistem untuk satu siklus sama dengan luas daerah yang
diarsir pada diagram itu. Sedangkan perubahan energi dalam untuk satu siklus sama
dengan nol (∆U = 0) karena keadaan awal sama dengan keadaan akhir. Dapatlah
sekarang disimpulkan bahwa agar dapat melakukan usaha terus-menerus, sistem itu
harus bekerja dalam satu siklus.
2.5.1 Siklus Carnot
Siklus carnot merupakan suatu siklus termodinami-ka yang melibatkan proses
isotermal, isobarik, dan isokorik. Siklus adalah suatu rangkaian sedemikian rupa
sehingga akhirnya kembali kepada keadaan semula. Misalnya, terdapat suatu siklus
termodinami-ka yang melibatkan proses isotermal, isobarik, dan isokorik. Sistem
menjalani proses isotermal dari keadaan A sampai B, kemudian menjalani proses
isobarik untuk mengubah sistem dari keadaan B ke keadaan C. Akhirnya proses
isokorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya (A). Proses dari A ke
keadaan B, kemudian ke keadaan C, dan akhirnya kembali ke keadaan A,
menyatakan suatu siklus.
Apabila siklus tersebut berlangsung terus menerus, kalor yang diberikan dapat
diubah menjadi usaha mekanik. Tetapi tidak semua kalor dapat diubah menjadi
usaha. Kalor yang dapat diubah menjadi usaha hanya pada bagian yang diarsir
(diraster) saja. Berdasarkan diatas besar usaha yang bermanfaat adalah luas daerah
ABCA. Secara matematis dapat ditulis seperti berikut.
Gambar 1.1 Siklus Carnot

.............................. (2.13)
Usaha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran jam, dan bernilai
negatif jika berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan energi dalam ΔU untuk
satu siklus sama dengan nol ( ΔU = 0) karena keadaan awal sama dengan keadaan
akhir.
Berdasarkan percobaan joule diketahui bahwa tenaga mekanik dapat seluruhnya
diubah menjadi energi kalor. Namun, apakah energi kalor dapat seluruhnya diubah
menjadi energi mekanik? Adakah mesin yang dapat mengubah kalor seluruhnya
menjadi usaha? Pada tahun 1824, seorang insinyur berkebangsaan Prancis, Nicolas
Leonardi Sadi Carnot, memperkenalkan metode baru untuk meningkatkan efisiensi
suatu mesin berdasarkan siklus usaha. Metode efisiensi Sadi Carnot ini selanjutnya
dikenal sebagai siklus Carnot. Siklus Carnot terdiri atas empat proses, yaitu dua
proses isotermal dan dua proses adiabatik.
Proses Pada Siklus Carnot
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan siklus Carnot sebagai berikut.
Proses AB adalah pemuaian isotermal pada suhu T1. Pada proses ini sistem
menyerap kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan usaha WAB.
Proses BC adalah pemuaian adiabatik. Selama proses ini berlangsung suhu
sistem turun dari T1 menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC.
Proses CD adalah pemampatan isoternal pada suhu T2. Pada proses ini sistem
menerima usaha WCD dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2.
Proses DA adalah pemampatan adiabatik. Selama proses ini suhu sistem naik dari
T2 menjadi T1 akibat menerima usaha WDA.

Bentuk - Urutan Siklus Carnot

Gambar 1.2 Proses Pada Siklus Carnot


Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang memiliki efisiensi
tertinggi yang selanjutnya disebut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh
sistem untuk satu siklus sama dengan luas daerah di dalam siklus pada diagram p –
V. Mengingat selama proses siklus Carnot sistem menerima kalor Q1 dari reservoir
bersuhu tinggi T1 dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2, maka
usaha yang dilakukan oleh sistem menurut hukum I termodinamika adalah sebagai
berikut.
Q = U + W .............................................
(2.14)
Q1 – Q2 = 0 + W ..........................................
(2.15)
W = Q1 –
Q2............................................................ (2.16)
Persamaan Efisiensi Mesin KalorDalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi
merupakan suatu faktor yang penting. Untuk mesin kalor, efisiensi mesin (
η) ditentukan dari perbandingan usaha yang dilakukan terhadap kalor masukan
yang diberikan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
= X100% = x 100% = 1 – x 100%.................. (2.17)

Persamaan Efisiensi Mesin KalorUntuk siklus Carnot berlaku hubungan, sehingga


efisiensi mesin Carnot dapat dinyatakan sebagai berikut.
= 1 – x 100% .........................................
(2.18)
Keterangan:
η
: efisiensi mesin Carnot
T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)
Efisiensi mesin Carnot merupakan efisiensi yang paling besar karena merupakan
mesin ideal yang hanya ada di dalam teori. Artinya, tidak ada mesin yang
mempunyai efisien melebihi efisiensi mesin kalor Carnot. Berdasarkan persamaan
di atas terlihat efisiensi mesin kalor Carnot hanya tergantung pada suhu kedua
tandon atau reservoir. Untuk mendapatkan efisiensi sebesar 100%, suhu tandon T2
harus = 0 K. Hal ini dalam praktik tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, mesin
kalor Carnot adalah mesin yang sangat ideal. Hal ini disebabkan proses kalor Carnot
merupakan proses reversibel. Sedangkan kebanyakan mesin biasanya mengalami
proses irreversibel (tak terbalikkan) tidak seperti mesin carnot.

DAFTAR PUSTAKA
Ade. 2009. Hukum Ketiga Termodinamika.
http://adeputriprasetya.blogspot.com/2009/11/hukum-3-termodinamika.html
Anonim. 2007. Termodinamika. http://id.wikipedia.org/wiki/Termodinamika
Anonim. 2007. Termodinamika 1.
http://termodinamika1.wordpress.com/2007/12/08/materi-perkuliahan/
Anonim. 2009. Hukum Pertama Termodinamika.
http://www.cuacajateng.com/hukumpertama thermodinamika.html
Anonim. 2009. Termodinamika.
www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/.../0285%20Fis-1-5b.html
Anonim. 2011. Hukum Termodinamika. kk.mercubuana.ac.id/files/13015-3-
860358017731.doc
Anonim. 2012. Hukum Termodinamika.
www.infofisioterapi.com/info/termodinamika.html
Anonim. 2013. Bunyi Hukum ke-2 Termodinamika.
http://www.forumsains.com/fisika-smu/bunyi-hukum-ke-2-thermodynamics/
Halliday, Resnick. 1998. Fisika Edisi Ke 3. Jakarta: Erlangga
Khairunnisa. 2013. Konsep Dasar Termodinamika.
http://khairunnisa2.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-termodinamika.html
Odimira. 2011. Termodinamika.
http://odimirakoyukieto.blogspot.com/2011/06/termodinamika.html
Tahang. 2011. Penerapan Hukum-2 Termodinamika.
www.slideshare.net/tahangpette/penerapan-hukum-2-thermodinamika.

http://maggiedarlenelautama88.blogspot.co.id/2016/01/makalah-hukum-
termodinamika

Anda mungkin juga menyukai