Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FARMAKOTERAPI

LANJUT
“ VAGINOSIS BAKTERI “
RITA SRI UTAMI
21344147
KELAS D
Defenisi

Adalah Sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran


lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh
bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp,
Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp
Epidemiologi

◦ Sering ditemukan pada 50% Wanita aktif seksual terkena infeksi G.


Vaginalis, tetapi hanya sedikit yang menyebabkan gejala. Frekuensi
bergantung pada tingkatan social ekonomi individu
◦ 86% ditemukan bersamaan dengan infeksi Trichomonas vaginalis
Etiologi Vaginosis Bakteri

Mycoplasma Bakteri anaero


Gardnerella
Mobilincus spp dan
hominis vaginalis
Bacteriodes spp
Patofisiologi

Perubahan ini terjadi akibat berkurangnya jumlah


Lactobacillus yang membantu menjaga keasaman vagina
dan menghambat Mikroorganisme anaerob lain untuk
tumbuh di vagina.
Gambaran Klinis
◦ Adanya cairan vagina yang abnormal (terutama setelah melakukan hubungan
seksual)
◦ Adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy odor)
◦ Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar)
◦ Sekret vagina yang tipis dan sering berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah
atau normal, homogen, pH > 4,5, dan jarang berbusa. Sekret tersebut melekat pada
dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus
Gejala Dan Tanda
◦ Gejala Utama Vaginosis Bakteri adalah keputihan homogen yang abnormal
( terutama pasca sanggama ) dengan bau tidak sedap
◦ Cairan keputihan berada di dinding vagina dan tidak disertai iritasi, nyeri atau
eritema
◦ Tak seperti halnya dengan keputihan vagina normal, keputihan pada VB
jumlahnya bervariasi dan umunya menghilang sekitar 2 minggu sebelum haid
Diagnosis

◦ Asimtomatik pada Sebagian penderita


◦ Bila ada keluhan umumnya berupa cairan yang berbau amis seperti
ikan terutama setelah melakukan hubungan seksual
◦ Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak
banyak, bewarna putih , keabu-abuan, homogen, cair dan biasanya
melekat pada dinding vagina
Pemeriksaan Penunjang
◦ Whiff test
◦ Penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium bau amis
◦ Pemeriksaan Mikroskopik
◦ Sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemukan sel
epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur
( Clue Cells )
◦ Pemeriksaan PH vaginas
Diagnosis Lanjut
◦ Untuk menegakan Diagnosis VB Harus dilakukan hapusan vagina yang selanjutnya diperiksa
mengenai :
Bau Khas “ fishy odor” pada preparate basah yang disebut sebagai “whiff test” yang
dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxide-KOH pada microscopic slide yang sudah
ditetesi dengan cairan keputihan
◦ Hilangnya keasaman vagina. Seperti diketahui, bahwa untuk mengendalikan pertumbahan
bakteri, pH vagina berkisar antara 3.8-4.2 . Pemeriksaan dengan kertas lakmus yang
meperlihatkan adanya pH > 5 memperlihatkan terjadinya VB
◦ Adanya clue cells. Cara pemeriksaan adalah dengan meneteskan larutan NaCl pada microskop
slide yang telah dibubuhi dengan cairan keputihan. Clue cells adalah sel epitel yang di kelilingi
oleh bakteria
Diagnosa Banding

Kandidiasis Trikomoniasis Vaginosis Bakteri


Gejala Gatal, iritasi Nyeri, iritasi Sekret Berbau
Warna Duh Putih Kental Kuning/Hijau Abu-abu
Konsistensi Tebal Berbusa Cair
Bau Jamur Amis/bau busuk Amis Menyengat
pH < 4,5 > 5,0 > 4,5
Mikroskopis Leukositosis 80% Leukosit trikomonas Leukosit, Clue Cells
Kultur Perlu Bermanfaat Tidak Perlu
Pengobatan Vaginosis Bakteri
1. Terapi Sistemik
◦ Metronidazol merupakan antibiotik yang paling sering digunakan yang
memberikan keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%, dengan dosis 2 x 400
mg atau 500 mg selama 7 hari atau Tinidazol 2 x 500mg selama 5 hari.
◦ Ampisilin oral (atau amoksisilin) 4 x 500 mg selama 5 hari yang merupakan
pilihan kedua dari pengobatan. Keberhasilan penyembuhan sekitar 48-100%.
◦ Klindamisin 300 mg, 2 x sehari selama 7 hari. Sama efektifnya dengan
metronidazol untuk pengobatan bakterial vaginosis dengan angka kesembuhan
94%. Aman diberikan pada wanita hamil.
2. Terapi Topikal
◦ Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1 x sehari selama 5
hari.
◦ Klindamisin krim (2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari.
◦ Triple sulfonamide cream. (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid
3,7% dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-
akhir ini dilaporkan angka penyembuhannya hanya 15-45%.
Komplikasi
1. Pada kebanyakan kasus, bakterial vaginosis tidak menimbulkan komplikasi
setelah pengobatan. Namun pada keadaan tertentu, dapat terjadi komplikasi
yang berat. Bakterial vaginosis sering dikaitkan dengan PID (Pelvic
Inflamatory Disease), dimana angka kejadian bakterial vaginosis tinggi pada
penderita PID.
2. Pada penderita bakterial vaginosis yang sedang hamil, dapat menimbulkan
komplikasi antara lain : kelahiran prematur, ketuban pecah dini, berat bayi
lahir rendah, dan endometritis post partum. Oleh karena itu, beberapa ahli
menyarankan agar semua wanita hamil yang sebelumnya melahirkan bayi
prematur agar memeriksakan diri untuk screening vaginosis bakterial,
walaupun tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Prognosis

◦ Prognosis bakterial vaginosis umumnya baik.


◦ Bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30%
wanita walaupun tidak menunjukkan gejala.
TERIMA KASIH..

Anda mungkin juga menyukai