Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI BAKTERI VAGINOSIS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I


NAMA KEPOMPOK :
1. Suryati Rumalutur
2. Yulanda Maresi
3. Elsina Tumanseri
4. Faradila Latuni
5. Heti Talaohu
6. Dorci Tiaw
7. Anci F.E. Koupun
8. Yosina Noya
9. Djailani Rusmanjaja
10. Rusdi Tehuayo
11. Sulistianingsih

TAHUN AJARAN 2017


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Vaginosis bakterialis diketahui kemudian sebagai infeksi superfisial pada vagina yang
menyertai keadaan menghilangnya laktobasili yang normal dan disertai oleh pertumbuhan
berlebihan dari mikroorganisme lain dalam konsentrasi yang tinggi.
Vaginosis bakterial didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada ekosistem
vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai
flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang tinggi, terutama Bacteroides
sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis Jadi vaginosis
bakterial bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat
perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.
Vaginosis Bakterial memperlihatkan bukti bahwa penyakit ini terjadi akibat
pertumbuhan hebat bakteri normal vagina. Gangguan keseimbangan pertumbuhan bakteri
ini menyebabkan terjadinya fluor albus yang sangat berbau.
Vaginosis Bakterial adalah penyebab utama dari fluor albus akan tetapi jarang tanpa
disertai keluhan lain. Vaginosis bakterial terjadi akibat digantinya mikroflora vagina
normal yang “healthy” ( terutama dari jenis Lactobacillus jensenii dan Lactobacillus
crispatus ) oleh sekelompok mikroorganisme.
Bakterial vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus Spp
penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri
anaerob dalam konsentrasi tinggi (contoh : Bacteroides Spp, Mobilincus Spp, Gardnerella
vaginalis, dan Mycoplasma hominis). Jadi, bakterial vaginosis bukan suatu infeksi yang
disebabkan oleh suatu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan
pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.

B. Etiologi

Bakteri yang menyebabkan vaginosis bakterialis adalah :


      Gardnerella vaginalis
      Bakteri batang anerob gram negatif yang termasuk dalam genera
-       Prevotella
-       Porphyromonas dan Bacteroides
-       Peptostreptococcus sp
-       Mycoplasma hominis
-       Ureaplasma urealyticum dan seringkali Mobiluncus sp
Bakteri anerob inilah yang memproduksi ensim-ensim yang menimbulkan bau amis tajam
pada keadaan vaginosis bakterialis, (Thomason 1991).
       Bacteroides sp.
      Mycoplasma hominis

Faktor resiko terjadinya Vaginosis Baterial :

1.    Pasangan seksual yang baru


2.    Merokok
3.    AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
4.    Pembilasan vagina yang terlampau sering, menyebabkan menurunnya jumlah
laktobaksil penghasil hidrogen peroksida yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan
dari bakteri lain khususnya yang berasal dari bakteri anerobik.
5.    Vagina yang terlalu sering dalam keadaan lembab dan jarang mengganti celana
dalam.

C. Manifestasi Klinis

Gejala paling umum dari bacterial vaginosis adalah:

 Terasa gatal dan iritasi di vulva dan vagina


 Vagina bau (bau semakin parah setelah berhubungan seks)
 Keputihan sangat sedikit dan biasanya berwarna putih

Gejala lainnya yaitu:

 Terasa sakit saat berhubungan seks


 Sulit buang air kecil
 Kulit di sekitar vulva jadi meradang dan kemerahan
D. Patofisiologi
Ekosistem seimbang pada vagina didominasi oleh bakteri Lactobacillus yang
menghasilkan asam organik, seperti :
1. Asam laktat, seperti organic acid lanilla.
Berfungsi untuk memelihara pH dibawah 4,5 (antara 3,8 - 4,2), dimana merupakan
tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan bakteri khususnya mikroorganisme yang
patogen bagi vagina.
2. Peroksida (H2O2)
Merupakan mekanisme Lactobacillus untuk hidup dominan daripada bakteri obligat
anaerob.
3. Bakteriosin
Suatu protein dengan berat molekul rendah yang menghambat pertumbuhan banyak
bakteri khususnya Gardnerella vaginalis.

E. Pengobatan

Karena vaginosis bakterialis disebabkan oleh bakteri, maka pengobatannya bisa


dilakukan dengan antibiotik, misalnya antibiotik metronidazole. Metronidazole tidak
hanya tersedia dalam bentuk tablet, namun juga dalam bentuk salep yang diperuntukkan
bagi wanita yang sedang menyusui dengan mengingat bahwa efek penggunaan
metrodinazole tablet dapat berdampak kepada ASI.

Penting untuk selalu mematuhi petunjuk penggunaan obat ini dari dokter atau dari
petunjuk dosis yang terdapat pada kemasan produk agar pengobatan dapat berjalan efektif.
Pengobatan dengan antibiotik pada umumnya berlangsung dalam jangka panjang untuk
mencegah vaginosis bakterialis muncul kembali.
Pada sebagian orang, penggunaan metronidazole dapat menimbulkan efek samping,
seperti:

 Rasa logam di mulut


 Mual
 Hilang nafsu makan
 Muntah

Agar terhindar dari efek samping yang lebih parah, jangan mengonsumsi minuman
beralkohol selama menjalani pengobatan dengan metronidazole. Selain itu, mintalah
dokter meresepkan antibiotik alternatif jika metronidazole menimbulkan efek samping
yang cukup mengganggu, misalnya Anda menjadi muntah-muntah atau mengalami reaksi
alergi. Antibiotik alternatif yang biasanya diresepkan untuk penanganan vaginosis
bakterialis adalah salep clindamycin.

Selama menjalani pengobatan vaginosis bakterialis, Anda juga disarankan untuk tidak
melakukan hal-hal yang dapat menggagalkan pemulihan, misalnya membersihkan bagian
dalam vagina dengan sabun, baik sabun kecantikan maupun antiseptik, atau membersihkan
vagina dengan cara disemprot (douching).

Apabila vaginitis dipicu oleh penggunaan kontrasepsi spiral atau intrauterine device
(IUD), maka akan disarankan beralih kepada bentuk kontrasepsi lain.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan preparat basah ; Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan
NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi dengan coverslip. Dan
dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali) untuk
melihat clue cells, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri
(terutama Gardnerella vaginalis). Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60%
dan spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells adalah penanda
bakterial vaginosis.
·      Whiff test ; Whiff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan
penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau muncul sebagai akibat
pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob. Whiff test positif
menunjukkan bakterial vaginosis.
·      Tes lakmus untuk pH ; Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna
kertas dibandingkan dengan warna standar. pH vagina normal 3,8 - 4,2. Pada 80-90%
bakterial vaginosis ditemukan pH > 4,5.5,6,12
·        Pewarnaan gram sekret vagina ; Pewarnaan gram sekret vagina dari bakterial vaginosis
tidak ditemukan Lactobacillus sebaliknya ditemukan pertumbuhan berlebihan dari
Gardnerella vaginalis dan atau Mobilincus Spp dan bakteri anaerob lainnya.
Kultur vagina ; Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis
bakterial vaginosis. Kultur vagina positif untuk G. vaginalis pada bakterial vaginosis
tanpa grjala klinis tidak perlu mendapat pengobatan.

G. Komplikasi

Vaginosis bakterialis bukan termasuk ke dalam penyakit serius dan mudah diobati,
namun tetap jangan dianggap sepele karena kondisi ini berpotensi menyebabkan
komplikasi apabila diabaikan (meskipun risiko tersebut kecil). Beberapa komplikasi yang
bisa saja terjadi pada kasus vaginosis bakterialis adalah infeksi menular seksual, penyakit
radang panggul, dan kelahiran prematur pada ibu hamil.

Karena itu, apabila Anda sedang hamil dan mengalami gejala vaginitis, misalnya
keputihan tidak normal, segera temui dokter sebagai upaya pencegahan.

H. Pencegahan

Anda bisa meminimalkan risiko terkena vaginosis bakterialis dengan melakukan hal-hal
yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri di dalam vagina, misalnya:

 Jangan menggunakan deodoran khusus untuk vagina.


 Jangan membersihkan bagian dalam vagina dengan cara menyemprot (douching),
menggunakan sabun kecantikan, atau dengan pembersih berbahan antiseptik.
 Jangan mencuci celana dalam dengan menggunakan sabun cuci dengan kandungan
kimia yang keras.
ASUHAN KEPERAWATAN

I.          Pengkajian
Data Subyektif
1. BIODATA
Nama : Nn. O
Umur : 20 th
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswa
Kawin : belum menikah
Umur kawin :-
Lama kawin :-
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia
Alamat : Bayangkara

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan alat kelaminnya terasa gatal, perih dan keluar cairan berlendir
berwarna putih keabu-abuan berbau amis sejak 10 hari yang lalu

3. RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 8 hari
Jumlah : 4 koteks/hari
Konsistensi : encer
Warna : merah muda
Dysminorhoe : kadang-kadang
Flour albus : sering
HPHT :-
4 . RIWAYAT KEHAMILAN,PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU

Umur anak
persalinan nifas
sekarang
Anak ke
HIDUP / Lama Lama
L/P UK Penolong PENYULIT KB keluhan
MATI KB laktasi

K
B E L U M M E N I
A H

5. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Kesehatan yang Lalu
- Tidak pernah menderita penyakit menular
- Tidak pernah menderita penyakit menurun
- Tidak pernah menderita penyakit menahun
- Tidak pernah menderita infeksi virus
- Tidak mempunyai alergi terhadap makanan/minuman dan obat-obatan
- Tidak pernah mengalami kecelakaan/operasi.

Riwayat Kesehatan Keluarga


- Tidak pernah menderita penyakit menular
- Tidak pernah menderita penyakit menurun
- Tidak pernah menderita penyakit menahun
- Tidak pernah menderita infeksi virus
- Tidak mempunyai alergi terhadap makanan/minuman dan obat-obatan
- Tidak pernah mengalami kecelakaan/operasi

6. KEADAAN PSIKOSOSIAL BUDAYA


Ibu merasa cemas dengan kondisinya,dan takut penyakitnya akan berpengaruh pada
kesuburan organ reproduksinya.
7. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
 Pola Nutrisi
Sebelum sakit: makan 3x/ hari, menu: nasi,lauk-pauk,sayur dan kadang buah
Porsi 1 piring,minum 8 x/hari jenis air mineral.
Selama sakit: makan 2x/hari ,menu: nasi, lauk -pauk,sayur dan kadang buah 1 piring,
minum 7x/ hari jenis air mineral
 Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAK 4-6 x/ hari,BAB 2x/hari,keluhannya tidak ada.
Sesudah sakit : BAK 4-5 x/hari,BAB 2x/hari,keluhannya selama BAK terasa panas dan
perih
 Pola Istirahat dan Tidur
Tidur siang jam 12.00 – 14. 00
Tidur malam jam 21.00 – 05.00
 Pola Aktivitas
Sebelum sakit: Melakukan kegiatan sehari – hari ( menyapu, mengepel, dll )
Sesudah sakit : agak terganggu karena timbulnya rasa gatal.
 Personal Hygiene
Mandi : 2x/ hari
Sikat Gigi : 3x/ hari
Ganti pakaian : 2x/ hari
Ganti celana dalam : 1x/hari
 Pola seksual
Klien belum menikah atau bersuami dan tidak pernah melakukan hubungan seksual.
 Ketergantungan
Klien sering menggunakan produk sabun pembersih daerah kewanitaan saat membasuh
organ genetalianya.
Data Obyektif
Secara Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
BB : 48 Kg
TB : 155 cm
LILA : 23,5 cm

TANDA-TANDA VITAL
Tensi : 120/80mmHg
Suhu : 37 °C
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit

PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut lurus, tidak rontok, tidak ketombe, tidak ada benjolan
Muka : Simetris, tidak pucat,tidak oedema
Mata : Simetris,konjungtiva tidak anemis, tidak ada gangguan penglihatan
Hidung : Simetris, bersih,tidak ada secret, tidak ada ingus
Mulut dan gigi : Bibir simetris, tidak celosis Gigi bersih, tidak ada caries gigi Gusi tidak ada
ginggivitis
Telinga : Simetris, bersih,tidak ada serumen
Leher : Tidak ada bekas operasi,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
vena jugularis
Payudara : Simetris, papilla mamae bersih, menonjol,tidak ada luka, aerola mamae bersih
Aksila : Tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada bekas luka operasi
Genetalia : Vulva dan vagina nampak kemerahan,tidak odema,tidak varices,mengeluarkan
lendir berwarna keabu-abuan,dan berbau amis
Anus : Bersih, tidak ada hemoroid
Ekstremitas atas : Simetris,tidak odema, kuku bersih,tidak ada gangguan pergerakan
Ekstremitas bawah : Simetris,tidak odema, kuku bersih,tidak ada gangguan Pergerakan.
2. Palpasi
Genetalia : Nyeri tekan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis
Payudara : tidak ada benjolan, konsistensi kenyal
3. auskultrasi
Tidak ada
4. Perkusi
Reflek patela kanan dan kiri

KESIMPULAN: Nn. O usia 20 tahun dengan vaginitis

II.       Diagnosa Keperawatan


III.    Rencana Tindakan Keperawatan

TUJUAN/
DIAGNOSA KRITRIA INTERVENSI
HASIL
Nn. D usia TUJUAN : HariSenin tanggal 6 Oktober 2013 jam 13.00WIB
20 tahun Agar kondisi
dengan klien cepat 1. BHSP
vaginitis membaik dan Rasional : agar terjalin hubungan baik dan saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
tidak terjadi
komplikasi 2. Jelaskan pada klien tentang kondisinya
Rasional:
KRITERIA Aga klien dapat memahami kondisinya,dan dapat menyikapi kondisi yang di alaminya dengan lebih tenang.
HASIL:
Ketergantungan3. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan alat genetalia
Klien tidak Rasional:
mengalami Agar kebersihan dan kelembapan organ genetalia klien terjaga
ketergantungan
4. Anjurkan klien untuk menghentikan pemakaian produk sabun pembersih kewanitaan
Vaginitis (-) Rasional:
Agar flora normal dan PH vaginal klien tetap terjaga

5. Berikan Klien terapi obat antibiotik Rasional:


Agar vaginitis pada klien segera teratasi,dan sembuh.
IV. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi Evaluasi
HariSenin tanggal 6 Oktober 2013jam HariSenintanggal 6 Oktober 2013
13.30WIB .jam 14.00WIB

S : Ibu mengatakan mengerti dan mau


1) membina hubungan percaya antara klien
menuruti nasehat bidan
dan petugas kesehatan. O:
2) Menjelaskan pada klien tentang kondisinya - Klien tampak menganggukkan kepala tanda
saat ini mengalami vaginitis mengerti penjelasan dari perawat.
3) Menganjurkan klien untuk menjaga - Klien tampak lebih tenang.
kebersihan alat genetalia, dengan sering - Klien dapat menjelaskan ulang penjelasan
ganti celana dalam ,setelah BAB dan BAK perawat.
dikeringkan dengan handuk kering/tisu dan Terapi
menerapkan cara cebok yang baik (dari obat antibiotik :
a. metronidazol, Dosis : 500 mg perr oral 2x
depan ke belakang)
sehari selama 7 hari
4) Menganjurkan klien untuk menghentikan b. krim klindamisin) Dosis : 2% per vaginam 1x
pemakaian produk sabun pembersih sehari selama 7 hari, sudah di berikan
kewanitaan. A:
5) Memberikan klien terapi obat antibiotik Nn. D usia 20 tahun dengan vaginitis
a.metronidazol, Dosis : 500 mg per oral 2x P:
sehari selama 7 hari Lanjutkan
Intervensi
b.krim klindamisin) Dosis : 2% per
3) Anjurkan Klien untuk menjaga kebersihan
vaginam 1x sehari selama 7 hari alat genetalia.
4) Anjurkan klien untuk menghentikan
pemakaian produk sabun pembersih
kewanitaan
5) Berikan terapi Obat Antibiotik.
6) Anjurkan klien kontrol ulang jika terjadi
keluhan lagi
DAFTAR PUSTAKA

http://asuhankeperawatanbyrivan.blogspot.co.id/2011/06/askep-vaginosis-bakterialis.html

http://www.alodokter.com/vaginosis-bakterialis

Anda mungkin juga menyukai