TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Epidemiologi
Prevalensi vaginosis bakterial pada ibu hamil bervariasi luas, Dalam satu
penelitian besar di Amerika Serikat, 13.747 wanita hamil pada usia kehamilan 23-26
minggu menjalani evaluasi untuk vaginosis bakterial dengan kriteria pewarnaan Gram
vagina standar. Sementara 16,3% wanita memiliki vaginosis bakterial, prevalensinya
sangat bervariasi menurut etnis. 6,1% orang Asia, 8,8% wanita kulit putih, 15,9%
wanita Hispanik, dan 22,7% wanita kulit hitam. Studi lain menemukan prevalensi
vaginosis bakterial antenatal sebesar 5% di antara wanita Italia tanpa gejala,18 12% di
Helsinki,19 14% di Denmark,20 21% di London,21 14% di Jepang, 16% di Thailand,22
dan 17% di Indonesia (Holmes king, 2008).
Di sisi lain, vaginosis bacterial didiagnosis hanya pada 18% wanita di Amerika
Serikat yang dirawat di rumah sakit dengan komplikasi AIDS. Wanita yang aktif secara
seksual lebih sering terinfeksi G. vaginalis daripada wanita yang tidak berpengalaman
secara seksual, tetapi tetap saja 10-31% gadis remaja yang tidak berpengalaman secara
seksual memiliki kultur vagina positif untuk G. vaginalis. (Holmes king, 2008).
2.1.4 Patofisiologi
Sejauh ini, tidak ada faktor host yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap
vaginosis bakterial. Pengecualian yang mungkin adalah penggunaan IUD, tetapi
mekanisme penggunaan IUD dapat meningkatkan risiko BV tidak dipahami dan jenis
IUD pelepas progestin yang lebih baru belum dievaluasi hubungannya dengan BV.
(Holmes king, 2008). Hubungan antara BV dan peningkatan risiko IMS di masa depan
berasal dari fakta bahwa BV memungkinkan potensi patogen vagina lainnya untuk
mendapatkan akses ke saluran genital bagian atas. BV juga bertanggung jawab atas
keberadaan enzim yang mengurangi kemampuan leukosit inang untuk melawan infeksi
dan peningkatan pelepasan endotoksin yang merangsang produksi sitokin dan
prostaglandin di dalam vagina (Norah, Kairys, 2022).
2.1.6 Diagnosis
a) Duh tubuh vagina berwarna putih keabu-abuan, homogen, melekat di vulva dan
vagina
b) Terdapat clue-cells pada duh vagina (>20% total epitel vagina yang tampak pada
pemeriksaan sediaan basah dengan NaCl fisiologis dan pembesaran 100 kali)
c) Timbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi dengan larutan KOH 10% (tes
amin positif)
d) pH duh vagina lebih dari 4,5
Kriteria diagnosis lain berdasarkan skor hasil pewarnaan Gram duh vagina disebut
sebagai kriteria Nugent. Kriteria ini lebih rumit dibandingkan dengan kriteria Amsel.
Skala abnormalitas flora vagina terbagi atas :
Gambar 2. 1 Pewarnaan Gram cairan vagina normal, menunjukkan batang gram positif dengan
ujung tumpul yang konsisten dengan laktobasilus (Holmes king, 2008)
Gambar 2. 2 Pewarnaan gram cairan vagina dari wanita dengan vaginosis bakteri menunjukkan
tidak adanya lactobacilli dan sejumlah besar coccobacilli gram negatif atau variabel gram.
Batang variabel gram melengkung konsisten dengan Mobiluncus (Holmes king, 2008)
2.1.7 Terapi
Meskipun hingga 30% kasus vaginosis bakteri dapat sembuh sendiri, penyakit ini
juga dapat ditangani dengan penggunaan antibiotik. Antimikroba berspektrum luas
terhadap sebagian besar bakteri anaerob, biasanya efektif untuk mengatasi vaginosis
bakterial. Metronidazol dan klindamisin merupakan obat utama, serta aman diberikan
kepada perempuan hamil. Tinidazol, merupakan derivat nitroimidazol, dengan aktivitas
antibakteri dan antiprotozoa telah disetujui sebagai obat untuk vaginosis bakterial. Obat
yang diberikan secara intravagina menujukkan efikasi yang sama dengan metronidazol
oral, namun efek samping lebih sedikit.
2.1.8 Komplikasi
Pada ibu hamil yang menderita vaginosis bakterial, dapat meningkatkan risiko
persalinan prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi cairan amnion,
korioamnionitis, ataupun penyakit radang panggul pasca abortus. Pada keadaan
seseorang menderita vaginosis bakterial atau ketiadaan Lactobacillus vagina, dapat
meningkatkan risiko tertular HIV sampai 2 kali lipat melalui hubungan heteroseksual
(Indriatmi westi, 2021).
2.2 Gonorea
2.2.1 Definisi
Gonorrhea adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) pada manusia, yang
menyebabkan morbiditas di seluruh dunia, baik di negara yang memiliki sumber daya
yang melimpah maupun negara yang memiliki sumber daya yang terbatas, dan
diagnosis serta pengobatannya membutuhkan biaya yang mahal setiap tahunnya. Seperti
infeksi menular seksual (IMS) lainnya, gonorrhea secara tidak proporsional berdampak
pada populasi orang dewasa muda. Istilah Gonorrhea digunakan pada seluruh infeksi
yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhea. Pada umumnya penularan terjadi
melalui hubungan seksual secara genito-genital, oro-genital atau ano-genital. Tetapi,
dapat juga teriadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan
sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra
genital (Springer&Salen,2023).
2.2.2 Etiologi
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina perempuan
sebelum pubertas. Patogen obligat N. gonorrhoeae hanya menginfeksi manusia dan
paling sering bermanifestasi sebagai uretritis pada pria dan servisitis pada wanita.
Patogen obligat adalah bakteri yang harus memanifestasikan penyakit untuk
memfasilitasi penularan dari satu inang ke inang lainnya. Untuk bertahan hidup, bakteri
ini harus menginfeksi inang dan tidak dapat bertahan hidup di luar inang. Infeksi
urogenital gonore yang tidak terdiagnosis dan/atau tidak diobati dapat naik melalui
saluran urogenital bagian atas dan menyebabkan banyak komplikasi reproduksi yang
parah, paling sering terjadi pada wanita, seperti endometritis, penyakit radang panggul,
infertilitas, dan/atau morbiditas yang mengancam jiwa melalui kehamilan ektopik
(Springer&Salen,2023).
2.2.3 Epidemiologi
2.2.4 Patogenesis
Pada orang dewasa, selaput lendir hanya dilapisi oleh selaput kolumnar atau sel
epitel berbentuk kubus, tidak berinti yang rentan terhadap infeksi gonokokal. Infeksi
N.gonorrhoeae dimulai dengan perlekatan gonokokus pada sel epitel, diikuti dengan
invasi sel lokal. Gonore memiliki beberapa protein permukaan yang memfasilitasi
adhesi. N.gonorrhoeae menggunakan fili untuk memulai perlekatan pada sel epitel.
Pelengkap seperti rambut, fili, menutupi permukaan bakteri. Kemampuannya untuk
memanjang dan memendek memungkinkan bakteri untuk menempel dari kejauhan dan
bergerak lebih dekat ke sel epitel, mendorong invasi sel. Fili juga memberikan motilitas
dan perlindungan. Protein permukaan lain yang terlibat dalam perlekatan seluler
termasuk Opa, protein terkait opasitas, dan LOS, lipooligosakarida. LOS menempel
pada sel sperma dan kemungkinan besar menyebabkan penularan dari laki-laki ke
pasangan seksual yang tidak terinfeksi.
Invasi epitel serviks melibatkan sel bakteri yang berinteraksi dengan reseptor
komplemen sel inang tipe 3 (CR3). Komunikasi ini dimulai dengan pengikatan fili ke
CR3. Hal ini menyebabkan penataan ulang aktin sel inang secara ekstensif,
menghasilkan proyeksi besar yang disebut kerutan. Kerutan memungkinkan gonokokus
memasuki sel inang dalam vakuola besar yang disebut makropinosit dan kemudian
berkembang biak di dalam sel yang terinfeksi.
Pada perempuan gambaran klinis dan perjalanan penyakit berbeda dengan laki-
laki, yang disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin. Pada
perempuan, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati
kelainan obyektif. Pada umumnya perempuan datang mencari pengobatan, bila sudah
terjadi komplikasi. Sebagian besar kasus ditemukan pada saat pemeriksaan antenatal
ataù pemeriksaan keluarga berencana. Perlu dingat bahwa perempuan mengalami tiga
masa perkembangan:
Berikut adalah uraian lima tahapan pemeriksaan penunjang (Daili dan Hanny, 2021) :
a) Sediaan langsung
b) Kultur
1) Media Stuart
Merupakan media transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan.
2) Media Transgrow
Media in selektif dan nutritif untuk N.Gonorrhoeae dan N.meningitidis, dapat
bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media per-
tumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan lagi. Media in
merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim
untuk mematikan Proteus spp
Contoh Media pertumbuhan:
1) Mc Leod's chocolate agar
Merupakan media nonselektif. Berisi agar coklat, agar serum. Selain kuman
N.Gonorrhoeae, kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh.
2) Media Thayer Martin
Media ini selektif untuk isolasi N.Gonorrhoeae. Mengandung vankomisin untuk
menekan pertumbuhan kuman Gram-positif, kolestrimetat untuk menekan
pertumbuhan bakteri Gram-negatif, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan
jamur
3) Modified Thayer Martin agar
Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman
Proteus spp.
c) Tes identifikasi presumtif dan konfirmasi (definitif)
1) Tes oksidase
2) Tes fermentasi
d) Tes beta-laktamase
e) Tes Thomson
f) Pemeriksaan Laboratorium
2.2.8 Prognosis
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi dari gonore mengakibatkan morbiditas dan konsekuensi sosial
ekonomi yang besar. Jika infeksi gonore tidak terdeteksi atau diobati dengan tepat,
infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius dengan komplikasi kesehatan
reproduksi pada wanita, termasuk penyakit radang panggul, nyeri panggul kronis,
infertilitas, aborsi trimester pertama, dan kehamilan ektopik. Jarang, infeksi gonokokus
yang menyebar akan bermanifestasi sebagai radang sendi septik atau endokarditis.
Infeksi gonore dapat menyebabkan sindrom Fitz-Hugh-Curtis, peradangan kapsul hati
dengan perlekatan intra-abdomen, pada wanita, dan infertilitas pria.
Vulvovaginitis atau radang vulva dan vagina paling sering terjadi pada wanita
usia reproduksi dan biasanya merupakan infeksi sekunder (Jeanmonod, 2022).
Sebelumnya, infeksi bergejala pada vagina akibat Candida spp disebut sebagai Candida
vaginitis. Namun, karena gejala dan tanda hampir selalu melibatkan vulva,
vulvovaginitis lebih mencerminkan proses penyakit. Istilah kandidiasis vulvovaginal
(VVC) diperkenalkan menjadi lebih inklusif dan mencakup tidak hanya vulvovaginitis
kandida simtomatik, tetapi infeksi kandida vaginal asimtomatik yang lebih jarang
dengan mikroskop dan biakan positif (Holmes king, 2008). VVC biasa nya dikaitkan
dengan ketidakseimbangan antara kolonisasi Candida vaginalis dan lingkungan inang
akibat perubahan fisiologis atau non-fisiologis. Kebanyakan wanita membawa Candida
sebagai flora normal vagina tanpa gejala apapun. Kuman oportunistik ini dapat berubah
dari kolonisasi bebas gejala menjadi infeksi.
2.3.2 Etiologi
2.3.3 Epidemiologi
2.3.4 Patofisiologi
Masuknya Candida kedalam ekosistem vagina salah satunya dapat dimulai dari
adanya bakteri ini pada bagian perineum area perianal, yang kemudian akan masuk
melalui hubungan sexual, kemudian menempel pada epitelium vagina. Selain itu,
lingkungan dan higenitas wanita juga dapat mempengaruhi adanya Candida pada
vagina. Pada ekosistem vagina, awalnya Candida Albicans akan berbentuk bulat telur
(Y), kemudian berubah menjadi organisme dengan hifa berbentuk (H). Umumnya
bentuk Y dari Candida Albicans ini bersifat komensalisme, sedangkan untuk bentuk H
lebih bersifat pathogen. Ketika berada diekosistem vagina, epitel vagina akan
menghambat bentuk Y tersebut agar tidak berubah bentuk menjadi H. Ketika
mekanisme pertahanan tidak dapat menekan perubahan bentuk tersebut, bentuk Y akan
berubah menjadi hifa, hifa (H) ini kemudian akan membentuk biofilm yang kuat,
melekat, dan akan menyerang epitel vagina. Sel-sel epitel akan dilisiskan oleh hifa dan
kemudian bersama sel inflamasi akan membentuk cairan vagina yaitu keputihan sebagai
tanda dan gejalan dari vulvovaginal candidiasis . Adanya serangan pathogen ini
menyebabkan munculnya respon imun pada vagina. Dikeluarkannya sel dendritik (DC),
T-helper, limfosit pengatur dan sitotoksik, B-limfosit dan sel pembunuh alami yang
menghasilkan sitokin pelindung dan kemokin yang berperan dalam melavan invasi dari
patogen ini agar tidak semakin luas. Selain itu sel epitel juga berperan penting dalam
melawan pathogen ini. Sel-sel epitel vagina tidak hanya merupakan penghalang
mekanis dan penangkap dengan bahan permukaan seperti musin dan keratin, namun
juga dapat mendeteksi bahaya yang ditimbulkan oleh patogen dan merespons dengan
aktivasi sel dan sekresi mediator imun yang memicu peradangan dan respons imun.
Kompleks multiprotein intraseluler, yang disebut 'inflamasi', menerjemahkan sinyal
bahaya yang terkait dengan patogen atau produknya ke dalam aktivasi kekebalan.
Rekrutmen sel polimorfonuklear ke vagina, sitokin (terutama IL-1b dan IL-18) produksi
dan aktivasi subset limfosit T-helper 1 dan (dengan beberapa kontroversi) T-helper 17
telah dikaitkan dengan peran dalam anti perlindungan Candida.
Pasien biasanya mengeluh iritasi, gatal, dan terbakar. Gejala sering menonjol
tepat sebelum periode menstruasi pasien. Banyak pasien akan memiliki riwayat gejala
yang sama, dan beberapa akan mencoba pengobatan tanpa resep dengan agen topikal
atau terapi alternatif. Pada pemeriksaan, dokter akan sering menemukan eritema vulva
dan vagina, ekskoriasi, keluarnya cairan putih kental, dan pembengkakan.Tingkat iritasi
biasanya parah pada pasien dengan kandidiasis vulvovaginal akut. Pasien dengan
infeksi Candida glabrata biasanya memiliki gejala yang tidak terlalu parah
(Jeanmonod, 2022). Ciri khas dari candidiasis adalah adanya bercak-bercak keputihan
yang putih seperti keju.
2.3.7 Terapi
2.3.8 Pencegahan
Hal-hal yang perlu dilakukan seorang wanita untuk mencegah penyakit infeksi
pada vagina ini dapat melalui tindakantindakan yang berkaitan dengan kebersihan atau
higenitas vagina. Karena kita ketahui bersama umumnya infeksi terjadi pada vagina
dengan higenitas yang relatif rendah, meskipun demikian tak menutup kemungkinan
ada faktor lain juga yang dapat memicu terjadinya vaginitis. Oleh karena itu penting
sekali bagi wanita untuk menjaga kebersihan vagina dengan cara rutin mebersihkan
vagina setiap mandi dengan arah dari atas kebawah atau tangan tidak sampai mengenai
anus, rutin mengganti pembalut setidaknya 4x sehari ketika menstruasi, menggunakan
pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan usahakan berbahan dasar kapas, sehingga
mudah menyerap keringat. Mengeringkan daerah kewanitaan dengan baik sehabis
mandi atau buang air kecil, sehingga tidak lembab, usahakan agar tetap kering. Tidak
menggunakan pembersih kewanitaan yang terlalu banyak mengandung bahan kimia.
Mencukur bulu kemaluan agar tidak terlalu lebat karena dapat menyebabkan ekosistem
vagina menjadi lembab. Kemudian menggunakan pengaman berupa kondom bila
melakukan hubungan seksual, hindari seks bebas, lakukan hubungan seksual yang
aman. Pencegahan yang dilakukan ini berupaya agar patogen penginfeksi tidak dapat
masuk kemudian tumbuh dan berkembang serta merusak ekosistem vagina.
2.4.2 Etiologi
a) Riwayat IMS
b) Multiple seks partner
c) Kontak dengan pasangan yang terinfeksi
d) Penyalahgunaan obat IV
e) Tidak menggunakan jenis kontrasepsi pelindung (kondom)
2.4.3 Patofisiologi
Wanita sering kali datang dengan keluhan utama yang mirip dengan infeksi
menular seksual lainnya, termasuk keputihan, nyeri saat berhubungan seksual, gejala
infeksi saluran kemih, gatal pada vagina, atau nyeri panggul. Pemeriksaan fisik sering
kali meliputi pemeriksaan panggul untuk wanita dan usap uretra untuk pria. Keputihan
biasa terjadi pada wanita; keputihannya tipis, berbusa, dan berbau tidak normal. Alat
kelamin sering berwarna merah dan bengkak. Leher rahim stroberi terlihat pada sekitar
40% pasien. Palpasi panggul dapat menunjukkan nyeri tekan ringan. Lima puluh persen
perempuan asimtomatik. Yang pertama kali diserang adalah dinding vagina (Schumann
dan Plasner, 2022)
Tes diagnostik yang paling umum dilakukan adalah mikroskop preparat basah.
Trichomonas adalah organisme motil dengan flagela dan dapat terlihat bergerak dalam
sediaan bila dilihat dengan mikroskop. Tes ini telah terbukti hanya sensitif 40% - 60%
tetapi biasanya merupakan metode pengujian yang paling umum digunakan karena
kemudahan dan biaya rendah. Tes amplifikasi asam nukleat (NAAT) mendapatkan
bantuan saat menguji Trichomonas vaginalis. Mereka telah menjadi standar emas saat
menguji gonore dan klamidia (Schumann dan Plasner, 2022)
Banyak NAAT yang tersedia telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas
lebih dari 90% saat menguji Trichomonas vaginalis. Sebelum NAAT dan opsi
perawatan lainnya dikembangkan, standar emas adalah kultur saat menguji
Trichomonas vaginalis dengan persiapan basah negatif dan pasien bergejala. pH vagina
biasanya lebih dari 4,5 dengan adanya trikomoniasis, tetapi ini bukan temuan spesifik.
Tes bau dilakukan dengan menambahkan tetes kalium hidroksida ke sampel keputihan.
Ini menghasilkan bau amis (Schumann dan Plasner, 2022).
2.4.6 Terapi
Menurut pedoman pengobatan IMS CDC 2015, ada tiga strategi yang
direkomendasikan untuk pengobatan trikomoniasis. Ini termasuk metronidazol dosis
tunggal 2 gram, tinidazol dosis tunggal 2 gram, atau dosis metronidazol 500 mg dua kali
sehari selama tujuh hari. Pada pasien dengan infeksi HIV yang diketahui, rejimen
pengobatan yang direkomendasikan adalah 500 mg metronidazole dua kali sehari
selama tujuh hari.
Jika tidak diobati, trikomoniasis dapat tetap subklinis atau dapat sembuh dengan
imunitas inang. Wanita hamil harus dirawat jika tidak dapat mengakibatkan hasil yang
merugikan. Obat pilihan adalah metronidazole. Wanita harus berhenti menyusui selama
perawatan. CDC juga merekomendasikan melakukan tes penyembuhan untuk semua
wanita yang dirawat karena trikomoniasis dalam waktu tiga bulan pengobatan.
Pengujian amplifikasi asam nukleat (NAAT) dapat diselesaikan segera setelah dua
minggu setelah pengobatan (Schumann dan Plasner, 2022).
2.4.7 Prognosis
2.4.8 Komplikasi
2.5 Servisitis
2.5.1 Definisi
Servisitis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan peradangan terutama pada
epitel kolumnar endoserviks uterus. Peradangan terlokalisasi terutama di sel epitel
kolumnar kelenjar endoserviks, tetapi juga dapat mempengaruhi epitel skuamosa
ektoserviks. Biasanya disebabkan oleh agen infeksi, umumnya ditularkan secara
seksual.
2.5.2 Epidemiologi
Prevalensi servisitis yang tepat sulit untuk ditentukan karena kurangnya definisi
standar dan variasi menurut populasi. Karena aktivitas seksual adalah faktor risiko
utama penyebab infeksi, hal itu dapat memengaruhi sekitar 30%-40% pasien yang
terlihat di klinik infeksi menular seksual (IMS). Insiden tertinggi terjadi pada wanita
yang aktif secara seksual berusia 15 hingga 24 tahun Hal ini lebih sering terjadi pada
wanita dengan human immunodeficiency virus (HIV), dengan perkiraan 7400 per
100.000 wanita yang didiagnosis dengan HIV. Mycoplasma adalah agen yang sering
terlibat dalam populasi ini. Servisitis klamidia adalah 4 sampai 5 kali lebih umum
daripada servisitis gonokokal.
2.5.3 Etiologi
Ada banyak agen, baik menular maupun tidak menular, berpotensi terlibat dalam
servisitis.
2.5.4 Patofisiologi
Peradangan terjadi pada serviks akibat kuman pathogen aerob dan anaerob,
peradangan ini terjadi karena luka bekas persalinan yang tidak di rawat serta infeksi
karena hubungan seksual. Proses peradangan melibatkan epitel serviks dan stoma yang
mendasarinya. Inflamasi serviks ini bisa menjadi akut atau kronik. Masuknya infeksi
dapat terjadi melalui perlukaan yang menjadi pintu masuk saluran genetalia, yang
terjadi pada waktu persalinan atau tindakan medis yang menimbulkan perlukaan, atau
terjadi karena hubungan seksual. Selama perkembanganya, epitel silindris penghasil
mucus di endoserviks bertemu dengan epitel gepeng yang melapisi ektoserviks os
eksternal, oleh karena itu keseluruhan serviks yang terpajan dilapisi oleh epitel gepeng.
Epitel silindris tidak tampak dengan mata telanjang atau secara koloposkopis.
Servisitis kronis, umumnya tanpa gejala, sangat umum pada wanita dewasa
(setidaknya yang dapat dilihat hanya secara mikroskopis) dan kepentingannya terletak
pada fakta bahwa infeksi subklinis dapat meluas ke saluran genital bagian atas,
mengakibatkan komplikasi seperti endometritis, salpingitis, dan PID. Ini juga dapat
menyebabkan efek buruk pada wanita hamil dan bayi baru lahir. Gejala sisa PID
meliputi nyeri panggul perut kronis, infertilitas, dan peningkatan risiko kehamilan
ektopik.
Kultur sel untuk Chlamydia juga harus dilakukan, baik untuk memantau onset
dan evolusi resistensi dari waktu ke waktu dan untuk dapat mempelajari dan
mengkarakterisasi galur dengan tujuan epidemiologis dan penelitian (misalnya galur
yang terkait dengan limfogranuloma venereum dan infeksi langka lainnya. disebabkan
oleh varian atau strain mutan). Sampel vagina menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas
yang sebanding dengan sampel endoserviks ketika teknik NAA digunakan, dan oleh
karena itu dapat menjadi alternatif yang valid untuk diagnosis servisitis pada wanita
yang tidak dapat menjalani pemeriksaan ginekologi lengkap. Sebaliknya, urin uretra
fraksional adalah sampel yang kurang berguna untuk diagnosis servisitis karena C.
trachomatis dan N. gonorrhoeae karena memberikan sensitivitas yang lebih rendah.
Tes serologis untuk mendeteksi respons imun tidak berguna dalam diagnosis
infeksi C. trachomatis aktif. Infeksi T. vaginalis dapat didiagnosis dengan pemeriksaan
mikroskopis segar sekret serviks, tetapi sensitivitas teknik ini rendah, artinya untuk
diagnosisnya perlu dilakukan kultur pada media yang sesuai atau menggunakan teknik
NAA. Teknik NAA adalah teknik pilihan untuk diagnosis M. genitalium dan HSV tipe 1
dan 2.
2.5.7 Diagnosis
Wanita dengan servisitis biasanya memiliki risiko tinggi IMS bersamaan dan
harus dievaluasi untuk mereka. Jika tes infeksi negatif, maka penyebab non-infeksi
diselidiki, termasuk tes untuk dermatitis kontak dan penyakit sistemik seperti lichen
planus. Pada wanita pascamenopause, sindrom genitourinari menopause dapat
menyerupai servisitis. Namun, ini muncul dengan gejala sindrom lainnya, termasuk
vaginitis atrofi.
2.5.9 Tatalaksana
a) 1g azithromycin dosis tunggal oral PLUS baik 800 mg cefixime dalam dosis
tunggal oral atau 250 mg ceftriaxone intramuskular dalam dosis tunggal
b) 100 mg doksisiklin oral dua kali sehari selama 7 hari DITAMBAH baik 800 mg
cefixime dalam dosis tunggal oral atau 250 mg ceftriaxone intramuskular dalam
dosis tunggal
a) Klamidia: Dosis oral tunggal 1g azitromisin ATAU 100mg doksisiklin dua kali
sehari selama 7 hari
e) Vaginosis bakterial: Metronidazole 500mg dua kali sehari selama 7 hari ATAU
gel metronidazole intravaginal 0,75% sekali sehari selama 5 hari
f) HSV: Oral 400mg asiklovir tiga kali sehari selama 7 sampai 10 hari
Perawatan pasangan seksual juga dianjurkan, dan aktivitas seksual harus dihentikan
sampai selesainya terapi dan penyelesaian pengobatan. Wanita HIV-positif dengan
servisitis diberikan pengobatan yang sama dengan HIV-negatif. Pengobatan segera pada
wanita ini mengurangi pelepasan virus dan dapat mengurangi risiko penularan HIV.
2.5.10 Prognosis
Istilah servisitis kronis digunakan untuk wanita dengan sekret persisten selama
tiga bulan meskipun infeksi sudah sembuh/tidak ada. Biasanya disebabkan oleh sumber
yang tidak menular, dan tidak ada pendekatan standar untuk kasus ini. Servisitis dengan
etiologi yang tidak diketahui ini dapat merespons antibiotik, perak nitrat, atau prosedur
eksisi bedah elektro loop.
2.5.11 Pencegahan
2.5.12 Komplikasi
2.6.2 Etiologi
2.6.3 Epidemiologi
Uretritis non spesifik banyak ditemukan pada orang dengan keadaan sosial
ekonomi lebih tinggi, usia lebih muda, dengan pola aktivitas seksual yang aktif. Angka
kejadian pada laki-laki lebih banyak dari perempuan (Daili&Nilasari, 2021).
2.6.6 Tatalaksana
Medikamentosa pilihan utama diantaranya adalah (Daili&Nilasari, 2021) :
g) Doksisiklin : 2x100 mg sehari selama 7 hari, atau
h) Azitromisin : 1 gram dosis tunggal, atau
i) Eritromisin : untuk penderita yang tidak tahan tetrasiklin, ibu hamil, atau
berusia kurang dari 12 tahun, 4x500mg sehari selama 1 minggu atau
4x250mg sehari selama 2 minggu
2.6.7 Pencegahan
Hal paling baik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan deteksi dini dan
pengobatan dini kasus terinfeksi, dan juga tatalaksana pada pasangan seksualnya.
Menggunakan kondom secara tepat dan konsisten, konseling untuk abstinensi selama
terapi.
2.6.8 Komplikasi