Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

Vaginosis Bakterial (VB)

Oleh :

Roro Sri Tanjung Wigid P K

201510330311147

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vaginosis Bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H2O2), yang merupakan flora

normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti :

Bacteriodes sp., Mobiluncussp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma

hominis). Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret

vagina yang berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif1

Lactobacillus sp.,merupakan mikroorganisme yang mendominasi pada wanita

dengan sekret vagina normal. Mikrorganisme tersebut berperan dalam membantu

pertahanan lingkungan vagina terhadap patogen dengan menjaga keasaman pH

vagina dan produksi hidrogen peroksida (H2O2) sebagai antimikroba

VB memberikan keluhan duh tubuh vagina dan berbau, namun 50% pasien

tidak memberikan gejala apapun. Insidensi VB yang tinggi ditemukan pada

wanita dengan pelvic inflammatory disease (PID). Penyebab perubahan mikrobial

yang khas ditemukan pada kasus VB masih belum seluruhnya diketahui, begitu

pula kemungkinan penularan VB melalui hubungan seksual masih belum bisa

ditegakkan. Pasien VB mempunyai risiko lebih tinggi terhadap penularan infeksi

menular seksual (IMS) lainnya. VB dalam kehamilan dapat mengakibatkan

komplikasi berupa abortus, persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan

endometritis postpartum2

2
1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang

bacterial vaginosis baik mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pemahaman

penulis maupun pembaca mengenai bacterial vaginosis beserta patofisiologi dan

penanganannya.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

Lactobacillus spp. penghasil hidrogen peroksidase (H2O2) dalam vagina normal

dengan bakteri 2 2anaerob konsentrasi tinggi, seperti Bacteroidesspp., Mobiluncus

spp., Gardnerella vaginalis (G.Vaginalis), 1dan Mycoplasma hominis(M.

hominis).

Pergantian Lactobacillus sp. ini menyebabkan penurunan konsentrasi H2O2

yang umumnya ditandai dengan produksi sekret vagina yang banyak, berwarna

abu-abu hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis dan terdapat peningkatan pH

pada vagina2

2.2 Etiologi

Bakterial vaginosis disebabkan oleh ketidakseimbangan pH dan flora

normalyang ada di vagina. Ketidakseimbangan pH dan jumlah flora normal yang

ada di vagina ini dapat disebabkan oleh beragam faktor mulai dari kurangnya

kebersihan, penggunaan cairan pembersih kemaluan yang tidak sesuai, dan

penggunaan alat kontrasepsi4

Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa spesies

bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada beberapa

bakteri vagina yang berhubungan dengan VB.

Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif, pleomorfik,

nonmotil dan tidak berkapsul, terdapat > 90% pada wanita vaginosis bakterial.

4
Gardnerella vaginalis dipercaya berinteraksi dengan bakteri anaerob dan

Mobiluncus hominis dan menyebabkan VB4

Bakteri anaerob, Bacteroides sp. diisolasi sebanyak 76% dan

Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan VB, pada wanita normal,

kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies anaerob ini dihubungkan

dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina

2.3 Patofisiologi

Lactobacillus vagina secara invitro menghambat pertumbuhan Gardnerella

vaginalis, bakteri anaerob Gram negatif menghasilkan H2O2 yang bersifat toksik

dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang merupakan

bagian dari sistem antibakteria H2O2. Flora normal vagina yang didominasi oleh

Lactobacillus memilik pH < 4,5 yang disebabkan produksi asam laktat, pada VB,

pH > 4,5 akibat dominasi G. vaginalis dan bakteri anaerob. Pada Gardnerella

vaginalis dan bakteri anaerob dapat terjadi simbiosis, dimana Gardnerella

vaginalis menghasilkan asam amino yang akan diubah oleh bakteri anaerob

menjadi senyawa amin yang akan menaikkan pH yang merupakan lingkungan

yang baik bagi pertumbuhan Gardnerella vaginalis. Diperkirakan produksi amin

oleh flora mikrobial melalui aktivitas derkarboksilase, menghasilkan bau amis

(fishy odor) saat cairan vagina dicampur dengan KOH10% atau disebut whiff

test, diduga karena volatisasi dari aromatik amin, meliputi putrescine, cadaverin

dan trimethylamine pada pH alkali. Mobiluncus diketahui juga menghasilkan

trimethylamine, belum diketahui mikroba lain yang merupakan sumber amin3

2.4 Manifestasi Klinis

5
Hampir semua wanita dengan VB memiliki ph vagina >4,5 jika diukur

menggunakan kertas indikator pH. Meskipun pemeriksaan pH ini membantu

dalampemeriksaan klinis tetapi tidak spesifik untuk VB. Peningkatan sekret

vagina sering tetapi bukan merupakan gejala yang spesifik pada VB.

Pemeriksaan mikroskopis cairan vagina (dengan pembesaran 400x)

memperlihatkan Clue cells pada 81% pasien VB dibandingkan bukan pasien VB

sebesar 6%. Clue cells merupakan sel epitel yang ditempeli oleh bakteri sehingga

tepinya tidak rata. Pada pasien VB tidak tampak inflamasi vulva atau vagina.2

2.5 Diagnosis

Secara klinis VB bukan merupakan proses inflamasi, penegakan diagnosis

didukung oleh beberapa kriteria klinis dan pemeriksaan laboratorium sederhana.

Kriteria yang dikenal saat ini adalah kriteria Amsel dan pewarnaan Gram, yaitu

kriteria Nugent dan kriteria Spiegel. Kriteria Amsel dengan didapatkan keluhan

cairan vagina yang homogen dan berbau amis, dengan sedikit tanda peradangan

dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sekret vagina berbau amis jika

diteteskan KOH (tes whiff positif ), pH sekret > 4,5 (4,7-5,7), dan pemeriksaan

mikroskop ditemukan jumlah clue cells meningkat >20% dari jumlah sel epitel,

lekosit normal < 30/lapang pandang. Penegakan diagnosis VB apabila didapatkan

3 dari 4 kriteria Amsel3

Selanjutnya, Nugent dan kawan – kawan memformulasikan sistem skoring

untuk pewarnaan gram, yang mana jika terdapat banyak laktobasilus nilai skor

akan kecil, sedangkan jika terdapat banyak morfotipe Gardnerelladan bakteroides

nilai skor akan tinggi, dan akan ditambahkan satu atau dua poin jika terdapat

6
Mobiluncus. Skor 0-3 dianggap normal, skor 4- 6 dianggap intermediat dan skor

7 – 10 didiagnosis dengan VB3

2.6 Diagnosis Banding

VB dapat didiagnosis banding dengan trikomoniasis dan kandidiasis. Pada

trikomoniasis, pemeriksaan hapusan vagina hampir menyerupai hapusan vagina

VB, namun Mobilluncus dan clue cells tidak pernah dijumpai. Pemeriksaan

mikroskopik menunjukkan peningkatan sel polimorfonuklear dan dengan

preparat basah ditemukan protozoa. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis.

Pada kandidiasis, pemeriksaan mikroskop sekret vagina ditambah KOH 10%

berguna untuk mendeteksi hifa dan spora kandida. Keluhan yang sering terjadi

pada kandidiasis adalah gatal dan iritasi pada vagina. Sekret vagina biasanya

putih dan tebal, tanpa bau dan pH normal1

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease

Treatment Guideline 2010 oleh Centre for Disease Control and Prevention

(CDC) berupa metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7 hari atau metronidazol gel

0,75% 1 aplikator penuh (5 gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau

klindamisin krim 2% 1 aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari.

Selain metronidazol dapat juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan

dosis 2 x 300 mg selama 7 hari. Pengobatan alternatif yang dianjurkan berupa

tinidazol oral 1 x 2 gram selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina

saat mau tidur selama 3 hari.

7
Pada masa kehamilan, pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual

Transmitted Disease Treatment Guidelines 2010 oleh Centre for Disease Control

and Prevention (CDC) dapat diberikan metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7

hari, metronidazol 3 x 250 mg selama 7 hari, dan klindamisin oral 2 x 300 mg

selama 7 hari. Keuntungan terapi VB pada wanita hamil adalah dapat

menurunkan gejala dan tanda-tanda infeksi pada vagina dan menurunkan risiko

infeksi komplikasi yang berhubungan VB pada wanita hamil4

2.7 Komplikasi

VB merupakan faktor resiko gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran

prematur dan berat badan lahir rendah. Selain itu VB juga merupakan faktor

resiko mempermudah mendapat penyakit IMS lain, yaitu gonore, klamidia,

trikomoniasis, herpes genital dan HIV. VB meningkatkan kerentanan terhadap

infeksi HIV melalui mekanisme diantaranya karena pH vagina yang meningkat,

menyebabkan berkurangnya jumlah Lactobacillus penghasil hidrogen

peroksidase dan produksi enzim oleh flora VB yang menghambat imunitas

terhadap HIV. peningkatan resiko infeksi traktus urinarius dan infeksi traktus

genitalis bagian atas. Konsentrasi tinggi mikrorganisme pada suatu tempat

cenderung meningkatkan frekuensi infeksi ditempat yang berdekatan4

8
BAB 3
KESIMPULAN

Vaginosis Bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H2O2), yang merupakan flora

normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti :

Bacteriodes sp., Mobiluncussp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma

hominis). Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret

vagina yang berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif1

Lactobacillus sp.,merupakan mikroorganisme yang mendominasi pada wanita

dengan sekret vagina normal. Mikrorganisme tersebut berperan dalam membantu

pertahanan lingkungan vagina terhadap patogen dengan menjaga keasaman pH

vagina dan produksi hidrogen peroksida (H2O2) sebagai antimikroba

Berdasarkan Centre for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2010

regimen pengobatan yang direkomendasikan untuk VB pada wanita tidak hamil

ialah metronidazol 500 mg yang diberikan dua kali sehari selama 7 hari, atau

metronidazol 0,75% intravagina yang diberikan satu kali sehari selama 5 hari,

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Koumans EH, Stenberg M, Bruce C, McQuillan G, Kendrick J, 2004,

The prevalence of bacterial vaginosis in the United States,

Associations with symptoms, sexual behaviors, and reproductive

health. Sex Transm Dis 2007; 34:864–9.

2. Sharon H, Jeanne M, Holmes KK, 2008, Bacterial vaginosis. In:

Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN,Corey L,

et al., editors. Sexually transmitted disease. 4th ed. New York:

McGraw Hill. pp.737-68.

3. Lumintang, H, Martodihardjo S, Barakbah J, 2005, Fluor albus. Dalam :

Panitia Medik Farmasi dan Terapi RSUD Dr. Soetomo, editor.

Pedoman diagnosis dan terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi ketiga. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo Surabaya

4. Salsabella, Indriana, 2016, Hubungan antara terjadinya Bakterial

Vaginosis dengan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal, Jurnal

Kedokteran Diponegoro Volume 5 Nomor 4 , pp.1708-1714

10

Anda mungkin juga menyukai