VAGINOSIS BAKTERIAL
O/eh
Wresti lndriatmi
DIAGNOSIS
KOMPLIKASI
Terdapat berbagai kriteria dalam menegakkan
Vaginosis bakterial seringkali dikaitkan dengan
diagnosis vaginosis bakterial. Umumnya digunakan sekuele di traktus genital bagian atas. Pada
kriteria Amsel, berdasarkan 3 dari 4 temuan berikut: perempuan tidak hamil, vaginosis bakterial dapat
1. Duh tubuh vagina berwarna putih keabu- meningkatkan risiko infeksi pasca histerektomi,
abuan, homogen, melekat di vulva dan vagina penyakit radang panggul, risiko lebih mudah
2. Terdapat clue-cells pada duh vagina (>20% terinfeksi N.gononhoeae dan C.trachomatis,
total epitel vagina yang tampak pada memudahkan terinfeksi HIV melalui jalur seksual.
pemeriksaan sediaan basah dengan NaCl Pada ibu hamil yang menderita vaginosis
fisiologis dan pembesaran 100 kali) bakterial, dapat meningkatkan risiko persalinan
3. limbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah,
dengan larutan KOH 10% (tes amin positif) infeksi cairan amnion, korioamnionitis, ataupun
4. pH duh vagina lebih dari 4,5 penyakit radang panggul pasca abortus.
Pada keadaan seseorang menderita vaginosis
Gambaran pewamaan Gram duh tubuh bakterial atau ketiadaan Lactobacillus vagina, dapat
vagina diklasifikasikan menurut modifikasi kriteria meningkatkan risiko tertular HIV sampai 2 kali lipat
Spiegel dkk, sebagai berikut: melalui hubungan heteroseksual.
1. Diagnosis vaginosis bakterial dapat ditegakkan
kalau ditemukan campuran jenis bakteria PENGOBATAN
termasuk morfotipe Gardnerella dan
batang positif-Gram atau negatif-Gram Antimikroba berspektrum luas terhadap
sebagian besar bakteri anaerob, biasanya
yang lain atau kokus atau keduanya .
efektif untuk mengatasi vaginosis bakterial.
454
Metronidazol dan klindamisin merupakan obat laki-laki pasangan seksual, masih menimbulkan
utama, serta aman diberikan kepada perempuan pertanyaan sampai saat ini.
hamil. Tinidazol, merupakan derivat nitroimidazol,
dengan aktivitas antibakteri dan antiprotozoa telah DAFTAR PUSTAKA
disetujui sebagai obat untuk vaginosis bakterial.
1. Hillier SL, Marrazzo JM, Holmes KK. Bacterial
Obat yang diberikan secara intravagina
vaginosis. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm
menujukkan efikasi yang sama dengan metronidazol
WE, Piot P, Wasserheit JW, Corey L, dkk. Editor:
oral, namun efek samping lebih sedikit.
Sexually Transmitted Diseases. Edisi ke-4. New
York: Mc Graw-Hill; 2008.p. 737-68.
Pilihan rejimen pengobatan:
2. Marrazzo JM. Hillier SL. Bacterial vag inosis. Dalam:
1. Metronidazol dengan dosis 2 x 500 mg setiap
Stanburry LR. Rosenthal SL, editor. Sexually
hari selama 7 hari,
transmitted diseases. Vaccines, prevention, and
2. Metronidazol 2 gram dosis tunggal
control. Edisi ke-2. Amsterdam: Academic Press;
3. Klindamisin 2 x 300 mg per oral sehari selama
2013.p.463-98.
7 hari
3. Rubins A. Bacterial vaginosis. Dalam: Gross G,
4. Tinidazol 2 x 500 mg setiap hari selama 5 hari,
Tyring SK, editor. Sexually transmitted infections
5. Ampisiliri atau amoksisiin dengan dosis 4 x
and sexually transmitted diseases. Berlin: Springer-
500 mg per oral selama 5 hari
Verlag; 201 1.p.203-6.
Berbagai penelitian telah menunjukkan 4. Handsfield HH. Color atlas and synopsis of sexually
bahwa pengobatan untuk laki-laki pasangan transmitted diseases. Edisi ke-3. New York: McGraw-
seksual pasien vaginosis bakterial ternyata tidak Hill Company Inc; 2011 .
mengurangi angka kesembuhan atau kekambuhan. 5. Centers for Dsease Control and Prevention. Sexually
Dengan demikian pedoman penanganan tidak transmitted disease treatment guidelines, 2010.
menganjurkan untuk secara rutin mengobati laki- MMWR 20 10; 59 (RR-12 ).
laki pasangan seksual pasien vaginosis bakterial. 6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Pe-
Ketidaksesuain antara data yang menunjukkan nyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Re-
penularan vaginosis bakterial melalui hubungan publik Indonesia. Pedoman Nasional Penanganan
seksual dengan ketiadaan manfaat pengobatan lnfeksi Menular Seksual. Jakarta: Di~en P2PL; 2011.