Anda di halaman 1dari 44

PEMERIKSAAN FISIK BEDAH

PLASTIK

Nama : Hafidz Mumtaz


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembimbing: dr. Huntal Napoleon Simamora,Sp.BP-RE(K)


LUKA BAKAR
 Definisi:
Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh trauma panas
atau trauma dingin (frost bite).

 Etiologi:
api, air panas, listrik, kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan ini
dapat menyertakan jaringan bawah kulit.
Patofisiologi
Luka bakar dikelompokkan menjadi tiga zona
berdasarkan derajat kerusakan jaringan dan
perubahan pada aliran darah :

1. Zona Koagulasi: terjadi koagulasi


protein dan kerusakan sel yang
irreversible
2. Zona Stasis: Penurunan perfusi akibat
gangguan mikrosirkulasi
3. Zona hiperemia: Pelepasan mediator
inflamasi  dilatasi pemb. darah
Luas Luka Bakar
1. Rules of Nines (Wallace)  membagi luas permukaan tubuh menjadi multiple 9% area,
kecuali perineum yang diestimasi menjadi 1%.
2. Palmar Rules of Ones
3. Pediatric Rules of Nines untuk anak < 10 tahun
Persentase Proporsi Luas Luka Bakar
Perhitungan berdasarkan “Rules Of Nines” :
 Kepala dan leher : 9%
 Thorax : 9%
 Abdomen : 9%
 Punggung : 18%
 Extremitas sup : 2 x 9%
 Extremitas inf : 2 x 18%
 Genitalia : 1%
 Penggunaan “Pediatric Rule of Nine” harus digunakan untuk pasien
anak dengan luka bakar. Setiap tahun setelah usia 12 bulan, 1%
dikurangi dari area kepala dan 0,5% ditambahkan pada dua area kaki
anak. Setelah usia 10 tahun, tubuh anak sudah proporsional sesuai
dengan tubuh dewasa
Kedalaman Luka Bakar

Gradasi Luka Bakar


 Grade: nyeri, dasar luka kemerahan
 Grade 2A: bulla, dasar luka
kemerahan, sangat nyeri
 Grade 2B: dasar luka merah pucat,
nyeri berkurang
 Grade 3: eskar, tidak terasa nyeri
Kedalaman Luka Bakar
Primary Survey
1. Airway 4. Disability
 Secure airway: chin lift, jaw thrust,  GCS/AVPU (Alert, Voice, Pain,
pertimbangkan OPA, NPA, ETT. Unresponsive)
 Imobilisasi cervical → pasang collar neck  Cek pupil → kelainan intracranial/ trauma
(sesuai indikasi) mata
1. Breathing 4. Environment
 O2 high flow 100% 10 - 15 L/m NRM.  Lepaskan pakaian dan aksesoris
 PF thorax, periksa SpO2  Log roll
1. Circulation  Pastikan pasien tetap hangat (pasang
 Cek TD, HR, CRT, TD, suhu selimut)
 Cari bukti dan sumber perdarahan  Estimasi %TBSA
(apabila ada)
 IV access → resusitasi cairan (DOUBLE
IV LINE)
Secondary Survey Anamnesis luka bakar:
 Penyebab luka bakar?
 Mekanisme terjadinya luka bakar?
 Durasi paparan?
AMPLE  Lokasi pajanan?  ruang terbuka atau tertutup
 Penurunan kesadaran?
- A (allergies)
 Riwayat trauma pada ruangan tertutup? Ada bulu hidung
- M (medication) terbakar? Suara serak? Jelaga pada hidung?  trauma
- P (past illness) inhalasi
- L (last meal)  Ada alis terbakar?  trauma kornea
 Apa pertolongan yang sudah diberikan?
- E (events related to
 Jika sudah diberikan cairan, berapa cairan yang masuk?
injury) PF lengkap
Profilaksis tetanus bila dibutuhkan
Secondary Survey

- Trauma listrik: listrik jenis apa, bagian tubuh yang kontak, pertolongan pertama yang
sudah
- diberikan, apakah sudah mengganti pakaian, apakah sempat henti jantung?
- Trauma kimia: jenis zat kimia, kekuatan, konsentrasi, pertolongan pertama diberikan,
apakah mengenai
- mata?
- Trauma air panas: durasi paparan
Status Lokalis
Penulisan Status Lokalis Setiap Regio
1. Regio rules of nine
2. Persentase luas luka bakar (untuk grading II ke atas)
3. Grading kedalaman luka bakar ( I – III )
4. Temuan pada luka bakar atau temuan yang menyertai (bulla, dasar luka, eskar, rasa nyeri)

Penulisan Diagnosa Lengkap


1. Combustio (luka bakar)
2. Et causa → combustio ..
3. Luas Luka Bakar (%TBSA)
4. Gradasi (grade) → dihitung dan dicantumkan untuk luka bakar grade 2 keatas
5. Trauma yang menyertai

contoh: flame burns grade IIB 10%


Derajat Luka Bakar

P enulisa n s t a t us loka lis ma s ing - ma s i ng regio : P enulisa n D i a g n o s i s le ng ka p :


1. Regio rule of nine 1. Combustio/ luka bakar
2. Persentase luas luka bakar (untuk grading lI ke atas) 2. Et causa (contoh e.c sengatan listrik, terbakar api)
3. Grading kedalaman luka bakar (I-III) 3. Gradasi→dihitung dan dicantumkan luka bakar
4. Temuan pada luka bakar atau temuan yang menyertai grade 2 keatas
(bullae, dasar luka, eschar, rasa nyeri) 4. Luas luka bakar (%TBSA)
5. Trauma yang menyertai
inhalasi)
Contoh: Pada regio ekstremitas superior dextra, grade IIA
seluas 9%, bullae/epidermolisis (+), eritema (+), nyeri Contoh: Combustio e.c terbakar api grade
tekan (+) IIB seluas 10%
RESUSITASI LUKA BAKAR
Indikasi resusitasi: ANAK
- 3 ml kristaloid x BB (kg) x % luas
TBSA >15% (dewasa) atau >10% (anak) luka bakar + maintenance
dengan derajat dua atau tiga - Cairan maintenance (+Dextrose 5%)

DEWASA
- 3 ml kristaloid x BB (kg) x % luas Holliday Segar (4:2:1)
luka bakar - 10 kg pertama 4mL/kg/jam
- C airan kristaloid  Ringer Laktat atau - 10 kg kedua  2 mL/kg/jam
Asering - Setiap tambahan kg  1 mL/kg/jam

Diberikan ½cairan resusitasi pada 8 jam pertama dari saat kejadian trauma, ½
sisanya dalam 16 jam berikutnya.
IRIGASI

 Luka bakar biasa: irigasi selama 10 menit


 Luka bakar akibat zat kimia: irigasi selama 30 menit
KEBUTUHAN NUTRISI (Rule of Thumb)

 Kebutuhan nutrisi pasien dengan luka bakar sedang & berat, mirip
dengan kondisi pasien penyakit kritis lainnya
Diet Tinggi Kalori  Pemberian bertahap hingga mencapai kebutuhan energi total:
Tinggi Protein
(TKTP):  Fase akut: 20 – 25 kkal/kgBB/hari
mengandung energi &
protein di atas  Fase pemulihan: 25 – 30 kkal/kgBB/hari
kebutuhan normal
 Perhitungan kebutuhan energi total:
 TSBA burn < 40%: 30-35 kkal/kgBB/hari
 TSBA burn ≥ 40%: 35-50 kkal/kgBB/hari
FARMAKOTERAPI

 Analgesik

 Antibiotik: Cephalosporin gen.III

 Vaksin: Anti Tetanus Serum (ATS) / Tetanus Toxoid)


LUKA KRONIK
LUKA KRONIK
Luka kronis dapat didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas kulit sekunder akibat cedera yang bertahan lebih dari 6
minggu. Ketika luka gagal berkembang secara teratur dan tepat waktu (sekitar 4 minggu), mereka didiagnosis sebagai
kronis atau tidak sembuh danmemerlukan perawatan khusus. Tanda-tanda klinis berupa kurangnya jaringan
granulasi yang sehat, jaringan mati (pengelupasan dan/atau nekrosis), tidak ada pengurangan ukuran
keseluruhan selama 2-4 minggu, kerusakan jaringan berulang, dan adanya infeksi luka

Klasifikasi : ulkus vaskular (arteri dan vena), ulkus diabetik, dan ulkus
tekan
• Ulkus baring/Ulkus dekubitus/pressure sores:
• adalah area kerusakan kulit yang terlokalisir dan/atau jaringan di bawahnya biasanya di atas bony prominence. , akibat
tekanan atau tekanan dalam kombinasi dengan geser (yaitu, sakrum, kalkaneus, iskium). Dapat bervariasi dari kulit utuh
dengan eritema yang tidak pucat hingga ulkus yang dalam dan nyeri

21
• Ulkus vena/venous ulcers:
Gangguan aliran balik ke jantung sehingga darah terkumpul di perifer  stasis,
edema, dan hipertensi vena. Ditemukan di kaki bagian bawah medial dan
pergelangan kaki, di atas malleolus medial. Batas luka tidak teratur dengan warna
merah kemerahan yang dangkal, sebagian tebal,granular, jaringan nekrotik umum di
dasar luka.

Ulkus arteri/arterial ulcers:


Ditemukan di antara jari kaki, di atas kepala phalangeal, di sekitar maleolus
lateral,situs mengalami trauma atau gesekan alas kaki, mid tibia. margin luka,
oval atau bulat. Dasar luka bisa dalam, pucat, nekrotik, jaringan granulasi. Terjadi
akibat aterosklerosis  aliran darah terbatas  iskemia jaringan yang parah
Ulkus DM/diabetic ulcers:
Letak: aspek plantar kaki, di atas kepala metatarsal, di bawah tumit. Bahkan punya tepi
luka. Dasar luka bisa dalam, granular, merah atau pucat (kuning kuning adalah umum).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan luka kaki pada penderita diabetes antara lain
kehilangan sensasi protektif karena neuropati, ulkus atau amputasi sebelumnya, kelainan
bentuk kaki menyebabkan tekanan berlebih, trauma eksternal, infeksi, dan efek iskemia
kronis,biasanya penyakit arteri perifer (PAD)
ANAMNESIS
● Sejak kapan luka timbul ?
● Bagaimana awal timbulnya luka ?
● Riwayat penyakit sekarang dan dahulu ?
● Riwayat pengobatan luka nyeri? Baal? Timbul darah? Nanah?
● Riwayat bed rest total? penurunan kesadaran(KOMA)? gangguan sensibilitas? gangguan spinal cord?
kontaminasi (Pola BAB dan BAK)? → Tukak Dekubitus
● Riwayat DVT (mudah bengkak & lama) ? → Venous Ulcers
● Riwayat DM? Terkontrol atau tidak? → Diabetic Ulcers

PEMERIKSAAN FISIK

● Tanda -tanda vital dan PF umum


● Penilaian luka :
○ Lokasi
○ Warna sekeliling, kelembapan, esibilitas
○ Tepi luka, ketegasan, perlengketan ke dasar luka
○ Ukuran luka (panjang x lebar x kedalaman)
STATUS
LOKALISASI PENILAIAN LUKA

1.Inspeksi (look)
Perhatikan ukuran, bentuk,
kedalaman, warna, tepian luka,
pus, jaringan nekrotik, eksudat,
dasar luka.
2.Palpasi (feel)
Nyeri tekan, adanya deformitas
SKIN GRAFT
& SKIN FLAP
SKIN GRAFT DAN SKIN FLAP

Split-thickness skin grafts (STSG)


merupakan skin grafts yang terdiri dari tindakan pemindahan
epidermis dan sebagian dermis.
Full thickness skin grafts (FTSG)
merupakan skin grafts yang terdiri dari tindakan pemindahan
STSG → Tindakan definitif sebagai penutup defek yang
keseluruhan epidermis dan dermis, termasuk struktur adneksa
permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sampai
seperti folikel rambut dan kelenjar keringat.
menunggu Tindakan yang definitif.
SKIN GRAFT DAN SKIN FLAP
Skin Flap

merupakan pemindahan jaringan kulit beserta jaringan lemak dibawahnya yang diangkat dari tempat asalnya
untuk menutupi suatu defek dan memiliki vaskularisasi sendiri.
HIPOSPADIA
HIPOSPADIA
Pada anamnesis akan didapatkan hasil :
● Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batas
penis sehingga anak akan jongkok saat BAK
● Pada hipospadia glandular/ koronal anak dapat buang air kecil berdiri dengan mengangkat penis ke atas.
● Pada hipospadia penoscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok
● Penis akan melengkung ke bawah pada saat ereksi
● Riwayat penyakit cryptorchidism dan hernia inguinalis
HIPOSPADIA
STATUS LOKALIS
PEMERIKSAAN FISIK

Pencatatan pemeriksaan fisik harus disertai deskripsi


temuan lokal seperti :
● Posisi meatus uretra
● Bentuk dan lebar orifisium
● Ukuran penis
● Lempeng uretra
● Informasi derajat kurvatura penis (pada saat ereksi),
preputium dan skrotum bifida
● Kulit luar bagian ventral penis lebih tipis/tidak ada, bagian
dorsal menebal terkadang membentuk tudung
● Chorda : pembengkokan ke arah ventral dari penis
● Palpasi : testis +/- dan hernia inguinalis
CLEFT LIP
 Sumbing adalah terdapatnya celah pada bibir atas akibat kegagalan organogenesis pada
perkembangan embriologi. Keluhan ini dapat disertai dengan celah pada lelangit yaitu celah
pada lelangit mulut sehingga antara hidung dan mulut terdapat hubungan langsung.

● Cleft: Fisura abnormal yang terbentuk akibat gagalnya beberapa bagian


untuk berfusi selama perkembangan embrionik
● Cleft Lip: kelainan celah pada bibir (disebut labioschisis) gagal
bergabungnya mesoderm antara Proc. Frontonasalis dan proc. Maxillaris
dari branchial arch (4-7 mgg gestasi)
● Cleft Palate: celah pada langit-langit mulut (disebut palatoschisis) gagal
bergabungnya kedua hemiplatal shelves (7-10 mgg gestasi)

Gambar: a. Labia schisis unilateral dextra incomplete,


b. Labia schisis unilateral sinistra incomplete, c. Labia
palato schisis unilateral dextra complete, d. Labia palato
schisis bilateral dextra complete
Cleft Lip
Anamnesis
 Sulit menyusui, makan, dan perkembangan bicara
 Adanya riwayat defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu dan penggunaan
obat-obatan teratogenik selama trimester pertama kehamilan.
 Adanya riwayat penggunaan alkohol dan kebiasaan merokok saat
hamil
 Riwayat keluarga dengan keluhan serupa
 Sering tersedak saat minum
 Suara sengau

Pemeriksaan Fisik
celah anatomis yang terlibat, lengkap atau tidaknya celah, kanan/kiri ,
unilateral/bilateral, adanya keterlibatan organ lain (deformitas nasal)
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

● Keparahan: (Labio : Bibir,


Gnato : Gusi/Rahang, Palato
: Palatum)
(Labioplasty)
● Lateralisasi: Dextra, Sinistra, (Palatoplasty)
Unilateral atau bilateral
● Jangkauan: Complete atau
Incomplete

Contoh: Labioskisis unilateral


incomplete sinistra

Rule of Ten 3. Memiliki hemoglobin >10 gr/dl


1. Berat 10 pound atau 5 Kg 4. Jumlah leukosit dibawah
2. Bayi berumur lebih dari 10 minggu 10.000/mm3
Cleft Lip and Palate
Timing Operasi
Timing Procedure

0-1 minggu Pemberian nutrisi dengan kepala miring posisi 45

1-2 minggu Pasang obturator untuk menutup celah pada langit


agar dapat menelan

10 minggu Labioplasty

1,5-2 tahun Palatoplasty

2-4 tahun Speech therapy

4-6 tahun Velopharyngoplasty

6-8 tahun Ortodonsi (pengaturan lengkung gigi)

8-9 tahun Alveolar bone grafting

9-17 tahun Ortodonsi tulang

17-18 tahun Cek keseimbangan mandibula dan maksila


TRAUMA
MAXILLOFACIAL
Trauma Maxillofacial
Trauma Maksilofasial : trauma di area wajah yang seringkali menyebabkan cedera pada jaringan
lunak, gigi dan tulang maksila, zygoma, nasoorbital-ethmoid (NOE), kompleks dan struktur-
struktur supra orbital

Faktor Risiko:
● Usia
● Jenis kelamin
● Pekerjaan
FRAKTUR MAKSILOFASIAL
Fraktur Le Fort

Fraktur Dinding
Orbital

Fraktur Palatal
Fraktur N a s o Orbita l Eth moida l (NOE)
Fraktur M a ndibu la
ANAMNESIS PF  Inspeksi
1. Riwayat Trauma
1. Asimetri, laserasi, abrasi, kontusio,
● Bagaimana mekanisme trauma?
edema, hematoma, contour defect
● Kapan trauma terjadi?
(STATUS LOKALIS)
● Bagian tubuh mana yang terbentur terlebih
dahulu? Apakah kepala terbentur? Jenis 2. Ecchymosis  palatum (fr. maxilla), periorbital
objek yang berbenturan? (fr. kompleks zigoma, disertai subconjunctival
hemorrhage)
● Jatuh ke arah mana?
● Kendaraan apa yang dikendarai? Kecepatan 3. Battle’s sign
kendaraan? 4. Traumatic telechantus (fr. Nasoorbita
● Apakah menggunakan helm? Ethmoid)
● Apakah ada luka terbuka? 5. Memar di sekitar orbital (fr. anterior fossa)
● Apakah terdapat perdarahan aktif? 6. Memar di sekitar proses mastoid ⟶ fraktur
tulang temporal.
2. Apakah terjadi kehilangan kesadaran
3. Gejala apa yang saat ini dirasakan pasien → 7. Rhinorrhea, otorrhea  kebocoran C S F
nyeri, perubahan sensasi, perubahan visual, 8. Diplopia, pergerakan bola mata
(entrapment (jaringan soft tissue terjepit
maloklusi
bola mata)
4. Riwayat sistem, riwayat alergi, pengobatan,
9. Epistaxis
imunisasi tetanus, Riwayat penyakit lain,
riwayat operasi sebelumnya 10. Intraoral  laserasi mukosa, missing teeth
PFPalpasi
1. Palpasi setiap daerah wajah secara sistematis dari os. frontalis
ke os. mandibularis  deformitas, diskontinuitas
2. Palpasi os. Nasal
3. Palpasi mandibular ekstra oral: palpasi inferior, lateral dan
TMJ  point tenderness, maloklusi, step deformity,
diskontinuitas/ iregularitas
4. Pemeriksaan N. kranial: fungsi nervus termasuk nervus yang
memengaruhi mata  cek visus, reflex pupil, pergerakan bola
mata (N. ll, lll, lV, Vl)  trauma orbital, N. V, (sensorik) dan
N.VII (motorik)
5. Palpasi bimanual  periksa pergerakan relatif dari os.
maxilla dengan kranium. Arkus maxilla anterior
dipegang dan digoyang, tangan yang lain di dahi.
6. Mobilitas maxilla  tahan kepala dengan memberi
tekanan di dahi dengan 1 tangan, jempol dan telunjuk
tangan satunya memegang dan memberi tekanan pada
maxilla.
PF  Intraoral

 laserasi mukosa, avulsi gigi (terlepasnya gigi secara utuh dari soketnya
karena trauma), floating maxilla, fraktur, dan maloklusi
Trauma Maxillofacial
Pemeriksaan Penunjang:
1. CT-scan 3D
2. X-Ray
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai