Anda di halaman 1dari 32

LUKA BAKAR

OUTLINE

Pendahuluan
Definisi-Klasifikasi
Etiologi
Patofisiologi
Tatalaksana
Prognosis
PENDAHULUAN
 Luka bakar  kerusakan/kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber
panas.
 Menghilangkan integritas kulit
 Menimbulkan efek sistemik
 Dinyatakan dalam derajat, ditentukan oleh kedalaman luka.
 Angka morbiditas dan mortilitas tinggi.
 Kejadian di Amerika : 450.000 per tahun.
 Indonesia belum ada data pasti.
 Penderita luka bakar  ancaman airway, breathing dan circulation.
 Luka bakar, terutama yang dalam dan luas memerlukan perawatan yang lebih
intensif.
 Memerlukan perhatian dan penanganan serius.
 Luka bakar derajat 1 & 2 : kompetensi 4A
 Luka bakar derajat 3 & 4 : kompetensi 3B
Definisi

Merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi.
Cedera lain yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik,
sinar X dan bahan korosif.

 Kontak 5-6 jam dengan suhu 44°C


 Kontak 2 detik dengan suhu 65°C
 Kontak dengan suhu 70°C
 Kontak dengan uap air panas
KLASIFIKA
SI
 Berdasarkan Luas
 Berdasarkan Kedalaman
Luas
 Orang dewasa  rule of nine
 kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang, bokong, ext atas kanan dan
kiri, paha kanan dan kiri, tungkai bawah kanan dan kiri masing masing 9 %,
dan genitalia 1 %.
 Anak  rule of 10-15-20
 Bayi  rule of ten
 Metode Lund and Browder pada pasien pediatri
Luas

Perbandingan estimasi dari luasnya daerah terbakar pada anak-anak dan dewasa
Luas

Metode Lund-Browder dalam menentukan Total Body Surface Area luka bakar pada anak-anak
Anatomi kulit.
KLASIFIKA
SI
Kedalaman
Ditentukan oleh tinggi suhu dan lama pajanan
 Derajat I
 Derajat II
 Derajat III
 Derajat IV
Derajat I: hanya mengenai epidermis, sembuh 5-7 hari. Kulit
eritem, nyeri dan hipersensitivitas lokal.
Derajat II: mencapai dermis, masih ada sisa elemen epitel
(sel basal, gld. sebasea, gld sudorifera, rambut. Dapat
sembuh 2-3 pekan, terdapat nyeri, vesikel, bula berisi
eksudat.
Derajat III: mencapai seluruh kulit, mungkin subkutis dan jaring yang
lebih dalam. Biasanya terbentuk eskar. Kulit tampak abu abu, gelap,
hitam. Permukaan lebih rendah dari sekitar sehat. Bula (-), nyeri (-)

Derajat IV: menembus jaringan lemak subkutan, dan


struktur lebih dalam. Tampak hangus dan tampak destruksi
jaringan di bawahnya.
ETIOLOGI
PENYEBAB

Thermal Chemical Electrical Radiation


Burn Burn Burn Burn

Benda panas Asam Kuat Low/High Sinar radiasi


Voltage
Api Basa Kuat

Sun burn
ETIOLOGI

Etiologi: air panas , paparan api, kontak langsung tak langsung,, suhu tinggi
matahari, sengatan listrik, dan bahan kimia.

Air Panas
 penyebab tersering
 Air mendidih  luka bakar dalam
 Kecelakaan atau disengaja.
 Anak  60% kecelakaan rumah tangga.
 Kecelakaan : biasanya ada pola percikan, terdapat kulit sehat
yang memisahkan luka.
 Sengaja : melibatkan area yang lebih luas, pola sirkum ferensial.
ETIOLOGI

Paparan Api (flame)


 penyebab kedua tersering
 Dapatdipicu atau di perparah oleh unsur lain yang
mudah terbakar ex : bensin, gas propane.
 Api dapat membakar pakaian.
 Serat alami : terbakar
 Seratintetik : meleleh, memberikan cedera kontak
tambahan.
ETIOLOGI

Kontak benda panas


 Terjadikontak langsung dengan benda panas ex :
misalnya logam, plastik, kaca, atau batubara .
 Luka bakar yang dihasilkan biasanya terbatas pada
area tubuh yang kontak.
 Dapat menghasilkan luka yang dalam.
ETIOLOGI

Sengatan listrik
 Cedera yang timbul akibat aliran listrik yang lewat
menembus jaringan tubuh, umumnya mencapai kulit
bagian dalam.
 Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
tambahan.
ETIOLOGI

Zat kimia
 Asam atau basa kuat.
 Asam kuat, ex asam sulfat, HCl  nekrosis,
koagulasi, denaturasi protein, nyeri hebat.
 Basa kuat, ex bleaching, cairan pembersih 
nekrosis cair (liquefative necrosis), lebih kuat dari
asam kuat, terjadi denaturasi protein, dehidrasi
jaringan. Nyeri timbul belakangan.
ETIOLOGI

Radiasi
 Terpapar dengan sumber radioaktif.
 Biasanya berhubungan dengan penggunaan radiasi
ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik.
 Contoh lain termasuk sinar matahari terpapar terlalu
lama.
Patofisiologi

 Pembuluh kapiler rusak & permeabilitas edema


bulla (membawa elektrolit) volume cairan
intravaskuler
 Sel darah rusak anemia
 Fase Luka bakar
- cedera inhalasi (gang. sal. napas)
- gang. mekanisme bernapas
- gang. sirkulasi (keseimbangan cairan elektrolit, syok
hipovolemia)
Tatalaksana
 Hari Pertama
 Langkah 1 : Penilaian awal dan resusitasi
 Airway.
 Tanyakan nama pasien, dengarkan adakah suara serak, ada 
menandakan adanya luka bakar pada saluran napas atas
 Berikan oksigen 100%. Waspadai keracunan CO.  angka saturasi
keracunan CO tinggi. Periksa gas darah bila perlu.
 Wheezing, takipnea, stridor, dan suara serak  curiga ada sumbatan
jalan napas akibat trauma inhalasi atau edema
 Pasien kesulitan/tidak bisa napas  tanda2 obstruksi  bebas kan jalan
napas. Bersihkan saluran napas atas : cross finger, suction, intubasi.
 Luka bakar inhalasi, total burn surface area > 30%, luka bakar
mengenasi wajah/leher/torso  risiko obstruksi/sumbatan jalan napas
Tatalaksana

 Breathing.
 Gangguan bernapas dapat disebabkan oleh trauma inhalasi
asap, luka bakar dalam circumferential dada atau abdomen,
atau diakibatkan cedera dada lainnya.
 Singkirkan keracunan CO  jauhkan penderita dari
sumber, berikan oksigen 100%.
 Bantu usaha ventilasi dengan intubasi, pembersihan jalan
napas, bila perlu bronkospoi untuk membersihkan sekret
yang kental.
 Pertimbangan eskarotomi setelah pasien distabilkan.
Tatalaksana
 Circulation
 Peroleh akses intravena untuk memberikan cairan resusitasi.
 Pilih tempat yang tidak terkena luka bakar.
 Area terbakar boleh dijadikan sumber akses.
 Usahakan mendapatkan akses sentral bila memungkinkan.
 Pada keadaan syok  target output urin 0,5cc/kg/BB (dewasa),
1cc/kg/BB (anak)
 Pilihan pertama kristaloid, ex : ringer laktat.
 Formula utama : baxter/parkland.
 Kebutuhan cairan : 4cc/kg/% Luas area luka bakar
 Setengah kebutuhan diberikan dalam 8 jam awal.
 Sisanya dalam 16 jam, berikan secara tidak mendadak.
 Ketika target tercapai (kira kira 24 jam), ubah cairan menjadi D5 atau
Normal saline dengan 20mEq KCl.
Resusitasi cairan
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas
luka bakar per 24 jam

Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3


Hari Pertama 2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan
faali.

Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc
BAXTER 3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc
formula ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.

Dewasa : ½ hari I
Hari Kedua

Anak : diberi sesuai kebutuhan faali


Tatalaksana
 Target maintenance: basal + evaporatif
 Kebutuhan basal
 Dewasa = 1500 mL x body surface area (BSA) (selama 24 jam)
 Anak = (<20 kg) = 2,000 mL × BSA (selama 24 jam)
 Kehilangan evaporatif
 Dewasa (mL/jam) = (25 + % TBSA luka bakar) × BSA
 Anak (<20 kg) (mL/jam) = (35 + % TBSA luka bakar) × BSA
Tatalaksana

Hari Pertama
 Langkah 2 : anamnesis lengkap
 Keluhan Utama
 Penyebab luka bakar
 Alergi

 Penggunaan obat
 Kehamilan

 Penyakit lampau
 Makanan terakhir yang dimakan
 Lingkungan
Tatalaksana

Hari Pertama
 Langkah 3: tatalaksana suportif
 Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk dekompresi
lambung dan memulai diet awal.
 Analgesik IV
 Antasida

 Profilaksis tetanus
Tatalaksana
 Langkah 4 : Penilaian derajat keparahan
Derajat keparahan dinilai dari luas, kedalaman, usia,
 Langkah 5: Perawatan luka bakar dan kontrol infeksi
 Setelah luas dan kedalaman telah dinilai  pembersihan luka,
dilakukan debrideman, dan pembalutan untuk proteksi jaringan.
 Luka bakar derajat I : tidak perlu di balut, berikan topikal saja.
 Luka bakar derajat II dan III: ganti perban tiap hari, ointment silver
sulfasdiazine, pertimbangkan auto grafting.
 Eskarotomi  efek jepitan akibat eskar dihilangkan. Terutama pada
ektremitas dan toraks-abdomen.
 Kontrol infeksi : pemberian terapi antibiotik topikal dan sistemik
sesuai.
Tatalaksana
 Hari Kedua
 Langkah 6:
 Pemilihan cairan adalah Dextrose 5% yang diencerkan dengan air.
 Langkah 7 : Penanganan suportif dan nutrisi
 Baik untuk dilakukan melalui enteral dini  mengurangi respon
hipermetabolik pada luka bakar.
 Duodenal atau jejunal tube feeding diberikan sedini mungkin selama 6
jam pertama pasca luka bakar.
 Kebutuhan kalori  menambah berat badan dan mencapai
keseimbangan nitrogen, sesuai formula Curerri.
 Kebutuhan protein sekitar 2,5g/kgBB.
Tatalaksana
Kebutuhan nutrisi menurut Curreri
Dewasa
Usia Rumus
6-60 tahun 25 kkal/kgBB/24jam + 40 kkal/ persen luka bakar/24 jam
>60 tahun 25 kkal/kgBB/24jam + 65 kkal/ persen luka bakar/24 jam

Anak
Usia Rumus
0-1 tahun 2100 kkal/m2 TBSA/ 24 jam + 1000 kkal/m2 TBSA burn/24 jam

1-11 tahun 1800 kkal/m2 TBSA/ 24 jam + 1300 kkal/m2 TBSA burn/24 jam

12-18 tahun 1500 kkal/m2 TBSA/ 24 jam + 1500 kkal/m2 TBSA burn/24 jam
Tatalaksana
 Langkah 8 : manajemen komplikasi
 Usahakan pencegahan komplikasi lanjut untuk mendapatkan prognosis
yang baik.
 Komplikasi yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut,
edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur.

Prognosis
 Bergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan
sejak awal hingga penyembuhan.
 Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan
penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
 Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
Simpulan
 Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
 Luka bakar dapat dibagi berdasarkan luas dan derajat
kedalamnnya.
 Luka bakar membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat
karena memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
 Penanganan luka bakar meliputi: penilaian awal dan resusitasi
(airway, breathing, circulationI), anamnesis, pengobatan
suportif, menentukan derajat keparahan, perawatan luka dan
infeksi, dan nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai