Anda di halaman 1dari 4

Learning objective 4

Penatalaksanaan dan Pencegahan Luka Bakar

Derajat luka bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu
tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam
luka bakar. Bahan baju yang aman adalah yang terbuat dari bulu dombal(wol). Bahan sintetis
seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu
menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar.

Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7
hari; misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri
atau hipersensitivitas setempat.

Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel
sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri
dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung, atau bula berisi
cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat.

Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis , atau
organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup tersisa yang memungkinkan
penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar yang merupakan
jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu untuk
mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting . Kulit tampak pucat abu-abu gelap
atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak
ada bula dan tidak terasa nyeri. Luas luka bakar

a. Rumus 10 untuk bayi


b. Rumus 10-15-20 untuk anak
c. Rumus 9 untuk orang dewasa

Beratnya luka bakar

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar . Walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur
dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Selain
dalam dan luasnya luka bakar, prognosis dan penaganan ditentukan oleh letak luka, usia, dan
keadaan kesehatan penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sukit,
antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Bayi dan usia lanjut daya kompensasinya
lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam golongan berat.

Pengananan

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada
api nyang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat agar menjatuhkan diri dan
berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas
juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau
menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram air panas.

Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalam merendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima
belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam
pertama akan menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi
yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap
meluas. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama
dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil, luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada derajat
satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.
Pencelupak atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah
steril.

Pada luka bakar ringan, prinsip penangan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berploriferasi, dan menutup atau terbuka. Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus
segera dibawa ke rumah sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit lkua bakar yang
memadai untuk penangan luka bakar tersebut. Dalam perjalanan penderita sudah dilengkapi
dengan infus dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya yang bisa
membawa penderita dalam posisi tidur (terlentang/terlungkup). Walaupun terdapat trauma
penyerta, luka bakarlah yang paling berpotensi menimbulkan mortalitas dan morbiditas. Jika
trauma penyerta lebih berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan morbiditas maka pasien
distabilkan terlebih dahulu di trauma center sebelum ditransfer ke unit luka bakar. Pasien
anak sebaiknya tidak dirawat di rumah sakit yang tidak memiliki petugas dan fasilitas
pelayanan pediatrik yang memadai; demikian juga penderita luka bakar yang memerlukan
penanganan khusus masalah emosional dan sosial atau memerlukan tindakan rehabilitatif
khusus (mencakup kasus penganiayaan dan penelantaran anak).

Pada luka bakar berat selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu, dilakukan resusitasi cairan segera bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan
napas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Kalau terjadi udem laring, dipasang
pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan
napas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan napas dari lendir atau
kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO₂ segera diberikan oksigen murni. Luka bakar akibat
asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyak-banyaknya dan diberi gel kalsium
glukonat topikal. Pemberian kalsium sistemik juga diperlukan karena asam hidrofluorida
mengendap kalsium pada luka bakar. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan
antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau tertutup ,kalau perlu
penderita dimandikan dahulu.

Pemberian cairan intravena


Sebelum infus diberikan , luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.
Kedmudian jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini.

Cara Evans adalah sebagai berikut: 1) luas luka dalam persen ₓ berat badan dalam kg
menjadi ml NaCl per 24 jam; 2) Luas luka dalam persen ₓ berat badan dalam kg menjadi ml
plasma per 24 jam. Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma
diperlukan untuk mengganti palsma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan
osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah
keluar, 3) Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc
glukosa 5% per 24 jam.

Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena
peristalsis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah
fungsi usus normal kembali. Kedua diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat
minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi, bahkan dihentikan. Cara lain yang banyak
dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter, yaitu luas luka bakar dalam
persen ₓ berat badan dalam kg ₓ 4 ml larutan Ringer.

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer-laktat. Hari
kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Pemberian cairan dapat ditambah ( jika perlu),
misalnya bila penderita dalam keadaan syok , atau jika diuresis kurang. Untuk itu
pemantauan yang ketat sangat penting karena fluktuasi perubahan keaadan sangat cepat
terutama pada fase awal luka bakar. Intinya status hidrasi penderita luka bakar luas harus
dipantau terus-menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal
yaitu sekurang-kurangnya 1000 ml/kgBB/jam atau 1 ml/kgBB/jam dan 3 ml/kgBB/jam pada
pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau tidak.
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang tidak betul dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia sebagai gejala keracunan air
dalam menyebabkan udem otak dengan tanda kejang-kejang . Kekurangan ion K akibat
banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST
atau gelombang U. Ketidakseimbangan elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan
menjadi prioritas utama dalam resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.

Penangananlukabakarberat :
1. Pemasanganinfusuntukmemperbaikikeseimbangancairandanelektrolit.
2. Pemasangankateterurinuntukpemantauan diuresis.
3. Pipalambunguntukmengosongkanlambungselamaada ileus paralitik.
4. Pemasangan CVP (tekanan vena sentral) untukmemantausirkulasidarah.
5. Intubasiatautrakeostomijikaperlu.
6. Imunisasi tetanus.
7. Pemasanganbidaibilaperlu.
8. Debridemanataunekrotomi.

obat-obatan :
 Antibiotic sistemik spectrum luasuntukmencegahinfeksi). Yang
banyakdipakaiadalahgolonganaminoglikosida yang efektifterhadap pseudomonas.
 DiberikanOpiatmelaluiintravenadalamdosisserendahmungkin yang bisamenghasilkan
analgesia yang adekuatnamuntanpadisertaihipotensi.
 Diberikan ATS atauToksoiduntukpencegahan tetanus.
 Nutrisi, nutrisiharusdiberikancukupuntukmenutupikebutuhankaloridankeseimbangan
nitrogen yang negative padafasekatabolisme, yaitusebanyak 2.500-3.000
kaloriseharidengankadar protein tinggi.

Kebutuhannutrisipenderitalukabakar yang diberikanmelaluiselangnasogastric :


 Minumandiberikanpadapenderitalukabakar :
 Segerasetelah peristalsis menjadi normal
 Sebanyak 25ml/kgBB/hari
 Sampai diuresis sekurang-kurangnyamencapai 30ml/jam
 Makanandiberikan oral padapenderitalukabakar :
 Segerasetelahdapatminumtanpakesulitan
 Sedapatmungkin 2500 kalori/hari
 Sedapatmungkinmengandung 100-150 gr protein/hari
 Sebagaitambahandiberikansetiaphari :
 Vitamin A, B dan D
 Vitamin C 500 mg
 Fe Sulfat 500 mg
 Mukoprotektor

Penderita yang
sudahmulaistabilkeadaanyamemerlukanfisioterapiuntukmemperlancarperedarandarahdanmen
cegahkekakuansendi.Kalauperlusendidiistirahatkandalamposisifungsionaldenganbidai.

Permasalahanpascalukabakar :
Setelahsembuhdariluka, masalahberikutnyaadalahakibbatjaringanparut yang
dapatberkembangmenjadicacatberat.Kontrakturkulitdapatmengganggufungsidanmenyebabka
nkekakuansendi yang memerlukan program fisioterapiintensif, ataumenimbulkancacatestetis,
terutamabilaparuttersebutberupa keloid.Serta kontrakturmemerlukantindakanbedah.
Padacacatestetik yang beratmungkindiperlukanpsikiateruntukmengembalikan rasa
percayadiripenderitadandiperlukanpertolonganahlibedahrekontruksi,
terutamajikacacatmengenaiwajahatautangan.
Bilalukabakarmerusakjalannapasakbatinhalasi, dapatterjadi atelectasis, pneumonia,
atauinsufisiensifungsiparu pascatrauma.

Anda mungkin juga menyukai