Anda di halaman 1dari 6

PENATALAKSANAAN PASIEN LUKA BAKAR

Segera identifikasi kondisi–kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen emergensi.


Jangan terpengaruh oleh luka bakarnya.
- Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan
menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
- Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek torniket, karena jaringan
yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem.
- Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi
berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini
pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
- Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang lain,
yaitu dengan ABCDE.
A. Penatalaksanan jalan nafas dan manajemen tulang servikal
B. Pernafasan dan ventilasi
C. Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
D. Disabilitas – Status neurologik
E. Paparan + pengendalian lingkungan

A. Penatalaksanaan jalan nafas dan manajemen tulang servikal

 Nilai patensi jalan nafas, cara termudah adalah berbicara dengan pasien. Jika tidak paten,
bersihkan jalan nafas dari benda asing dan membuka jalan nafas dengan manuver chin
lift/jaw thrust. Jaga gerakan tulang servikal seminim mungkin dan jangan melakukan fleksi
dan ekstensi kepala dan leher.
 Manajemen tulang belakang servikal (terbaik dengan rigid collar). Adanya cedera di atas
klavikula seperti trauma muka atau tidak sadarkan diri kerap disertai patah tulang belakang
servikal.
B. Pernafasan dan Ventilasi

 Paparkan dada dan pastikan bahwa ekspansi rongga toraks adekuat dan simetris.
 Berikan oksigen 100% (15 L/menit) menggunakan non–rebreather mask.
 Jika diperlukan, ventilasi menggunakan bag dan sungkup atau, intubasi jika perlu.

C. Sirkulasi dan Kontrol Perdarahan

 Lakukan penekanan pada pusat perdarahan


 Periksa pulsasi sentral – apakah kuat atau lemah
 Periksa tekanan darah
 Periksa capillary refill (sentral dan perifer) – normal bila ≤2 detik. Bila >2 detik
menunjukkan hipovolemia atau kebutuhan untuk eskarotomi pada ekstremitas bersangkutan,
periksa ekstremitas lainnya.
 Masukkan 2 buah kateter IV berdiameter besar, sebaiknya daerah yang tidak terbakar
(normal)
 Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap / ureum kreatinin / fungsi hati / koagulasi /β–
hCG / Cross Match / carboxyhaemoglobin.

D. Disabilitas: Status Neurologis

 Lakukan pemeriksaan respon pupil terhadap cahaya. Harus cepat dan sama.
 Periksa derajat kesadaran :
 A – Alert (sadar)
 V – Vocal (respon terhadap suara)
 P – Pain (respon terhadap nyeri)
 U – Unrespon (tidak memberi respon)

E. Exposure
 Lepaskan semua pakaian dan perhiasan termasuk anting dan jam tangan.
 Miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior.
 Jaga agar pasien tetap hangat.
 Area luka bakar dihitung menggunakan metode Rule of Nines atau palmaris (Rule of One).

Resusitasi Cairan :

Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan intravena
yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian
ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena
adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh
tubuh. Penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator,
yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan
tanpa menimbulkan edema. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Output urin yang
adekuat adalah 0,5 sampai 1 mL/kgBB/jam.

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland-Modified


Dewasa : 3 mL / TBSA / luas luka bakar (%)
Anak–anak : 3–4 mL / TBSA / luas luka bakar (%) di tambah maintenance glukosa
5% + 20 mmol KCl dalam larutan salin 0. 45%
– Untuk 10 kg pertama 100 mL/kg
– 10–20 kg 50 mL/kg

Kalkulasi volume yang diestimasi dalam 24 jam pertama:


– Separuh kebutuhan berdasarkan kalkulasi volume diberikan dalam 8 hours pertama.
– Separuh sisanya diberikan dalam16 jam berikutnya.
– Cairan maintenance bagi anak–anak dibagi dalam 24 jam secara merata.

Bila produksi urine tidak mencukupi, berikan cairan ekstra :


Bolus cairan 5–10 mL/kgBB dan/atau tingkatkan jumlah cairan berikutnya sejumlah 150%
volume sebelumnya.

LUKA BAKAR
A. Luka bakar superficial

Disebut juga luka bakar dangkal. Merupakan bentuk luka bakar yang memiliki potensi
mengalami proses epitelialisasi spontan. Termasuk ke dalam kategori ini adalah luka bakar
epidermal dan dermal bagian superficial.

1. Luka bakar epidermal


Luka bakar ini hanya melibatkan lapis epidermis. Penyebab tersering adalah paparan sinar
matahari atau flash injury minor (percikan api). Lapisan permukaan mengalami kerusakan
dan proses penyembuhan berlangsung melalui regenerasi epidermis yang berasal dari lamina
basalis. Dengan adanya produksi mediator inflamasi, didapatkan hiperemia yang
menyebabkan luka yang kemerahan dan nyeri. Adanya eritema, kerap sulit dinilai pada
pasien yang bewarna kulit gelap. Luka bakar jenis ini mengalami epitelisasi dalam waktu
singkat (dalam 7 hari) tanpa jaringan parut maupun perubahan warna.

2. Luka bakar dermal–superficial


Luka bakar dermal–superficial mengenai epidermis dan lapis dermis bagian superficial,
yaitu dermal papilae. Ciri khas luka bakar jenis ini yaitu lepuh (blister, bula). Lapisan kulit
di atas bula (non–vital) terlepas dari lapis dermis (vital) karena edema. Edema menyebabkan
terlepasnya epidermis dari lapisan dermis dan proses eksudasi menyebabkan akumulasi
cairan dan mendorong epidermis, dan lapisan epidermis mengalami rusak. Cairan tersebut
selanjutnya menyebabkan kerusakan dermis berlanjut sehingga luka bertambah dalam.
Terpaparnya dermal pailae memberikan warna merah muda dan karena ujung–ujung saraf
sensorik terpapar, maka hal ini diikuti nyeri yang hebat.
Dengan suasana kondusif, epitel akan menyebar dari struktur adneksa kulit (folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat) dan menutupi dermis (proses epitelialisasi). Proses
tersebut berlangsung dalam waktu maksimal 14 hari dengan bekas luka yang menunjukkan
perbedaan warna. Tidak ada skar yang dibentuk pada luka bakar dermal–superfisial ini.

B. Luka bakar mid–dermal

Luka bakar mid–dermal sebagaimana namanya, melibatkan kedalaman di antara luka bakar
superficial dan luka bakar dalam/deep dermal. Luka bakar mid dermal lebih cepat mengalami
epitelialisasi dibandingkan luka bakar dalam/deep dermal.

Secara klinis, terlihat adanya variasi derajat kerusakan pleksus dermal. Trombosis kapiler
dan keterlambatan pengisian kapiler disertai edema dan pembentukan bula dapat diamati.
Jaringan bewarna merah muda lebih gelap dibandingkan luka bakar superfisial.

C. Luka bakar dalam/deep dermal

Luka bakar dalam lebih berat dibandingkan dua jenis luka bakar yang dijelaskan
sebelumnya. Proses epitelialisasi spontan tidak terjadi, atau terjadi dalam waktu relatif
panjang dengan skar yang nyata. Luka bakar ini terdiri dari dermal–dalam/deep dermal dan
seluruh ketebalan kulit.

1. Luka bakar dermal–dalam/deep dermal

Pada luka bakar dermal–dalam/deep dermal mungkin dapat dijumpai bula, namun di dasar
bula ditunjukkan karakteristik luka bakar dalam, retikulum dermis menunjukkan warna
merah berbercak. Hal ini disebabkan karena ekstrapasasi hemoglobin dari sel–sel darah
merah yang rusak dan keluar dari pembuluh darah. Pertanda khas pada luka bakar ini adalah
suatu tampilan yang disebut fenomena hilangnya capillary blush. Hal ini menunjukkan
kerusakan pleksus dermal. Ujung–ujung saraf di lapis dermis juga mengalami nasib yang
sama, karenanya akan diikuti hilang sensasi terutama saat dilakukan uji pinprick.
2. Seluruh ketebalan kulit (Full Thickness Burns)

Full thickness burns menyebabkan kerusakan lapisan epidermis dan dermis dan dapat
menyebabkan kerusakan struktur jaringan yang lebih dalam. Pada temuan klinis dijumpai
kulit bewarna putih (dense white, waxy, dan charred appearance). Ujung saraf sensorik di
lapisan dermis rusak sehingga timbulnya hilang sensasi.

Anda mungkin juga menyukai