LUKA BAKAR
OLEH:
Ns. Diah Merdekawati, M.Kep
DEFINISI
• Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan
atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
• Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak
awal (fase syok) sampai fase lanjut.
ETIOLOGI LUKA BAKAR
• Sebagian besar kejadian kecelakaan yang
mengakibatkan luka bakar terjadi di rumah
selain di tempat kerja.
• Luka bakar akibat terbakar api merupakan
kasus terbanyak pada pasien dewasa dan
terkena benda panas pada anak-anak.
• Pada remaja luka bakar tersering akibat
tersengat listrik
• Pria lebih sering mengalami luka bakar dari
wanita
• Etiologi lain: Zat kimia, Radioaktif, frost bite
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
• Derajat I
– Kerusakan terbatas pada
bagian epidermis
– Kulit kering, eritema
– Nyeri
– Tidak ada bula
• Derajat II
– Meliputi epidermis dan
sebagian dermis
– Terdapat proses eksudasi
– Ada bula
– Dasar luka berwarna
merah/pucat
– Nyeri
• Derajat III
– Kerusakan meliputi
seluruh dermis dan
lapisan yg lebih dalam
– Tidak ada bula
– Kulit berwarna abu-abu
dan pucat
– Kering
– Terdapat eskar
– Tidak nyeri
PATOFISIOLOGI
CEDERA LUKA BAKAR
• Cedera luka bakar umumnya terjadi akibat penghantaran
energi panas dari sumber panas ke tubuh manusia. Ada
beberapa faktor yang menghambat penghantaran panas
di tubuh manusia:
– Konduktifitas dari jaringan yang terkena. Jaringan
yang paling buruk menghantarkan panas adalah
tulang dan yang baik dalam penghantaran panas
adalah jaringan otot, pembuluh darah dan persarafan.
– Keadekuatan dari sirkulasi perifer
– Ketebalan dari kulit, jenis atau ketebalan baju
pelindung atau kelembaban kulit
Patofisiologi (Lanjutan)
• Reaksi fisiologis dari luka bakar
sama dengan reaksi inflamasi pada
umumnya.
– Pada daerah kulit yang terkena
terjadi pelebaran pembuluh darah,
mengakibatkan kulit memerah
– Trombosit dan leukosit menempel
pada dinding endotel pembuluh
darah sebagai bagian dari proses
inflamasi
– Peningkatan permeabilitas kapiler
pada luka mengakibatkan luka
menjadi edema
Patofisiologi (Lanjutan)
• Kedalaman luka bakar sangat dipengaruhi oleh suhu dari
sumber energi panas dan lama kontak dengan jaringan
tubuh.
– Panas <44’ C tidak terdapat cedera pada kulit kecuali
kontak dengan sumber dalam waktu lama
– Panas 49’ C selama 5 Menit dapat mengakibatkan luka
bakar sampai kulit pada lapisan dermis
– Panas 52’ C selama 2 menit atau 60’ C selama 6 detik
dapat mengakibatkan luka bakar sampai kulit pada
lapisan dermis
– Panas 70’ C selama 1 detik pada dewasa atau kurang dari
1 detik pada anak-anak atau Lansia dapat mengakibatkan
luka bakar sampai kulit pada lapisan dermis
Patofisiologi (Lanjutan)
CEDERA INHALASI
• Sering terjadi pada area saluran nafas bagian atas dalam
hitungan menit atau jam atau sampai saluran nafas
bawah yang dapat mengakibatkan ARDS. Umumnya ARDS
terjadi setelah cedera jalan nafasnya berlangsung lebih
dari 4 jam.
• Dampak lain serius dari cedera inhalasi adalah keracunan
gas CO yang memiliki daya ikat dengan hemoglobin 200
kali lebih kuat dari oksigen. Hipoksia otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan irreversible pada susunan saraf
pusat yang permanen.
• Bahan plastik yang terbakar akan mengakibatkan asap
yang lebih beracun dari asap biasa.
PERPINDAHAN/KEHILANGAN CAIRAN
Derajat 1 Kulit memerah, sedikit edema, Nyeri Kurang lebih terjadi dalam 5 hari
terjadi sampai dengan 48 jam kulit epidermis akan mengelupas,
sembuh dengan sendirinya. Kulit
terasa gatal dan berwarna pink
terjadi dalam 1 minggu. Tidak
terbentuk jaringan parut
• Baxter
– 24 jam pertama
• RL: 4ml x kgBB x % LB
• Diberikan :
– ½ nya diberikan pada 8 jam pertama
– ¼ nya diberikan pada 8 jam kedua
– ¼ nya diberikan pada 8 jam ketiga
– 24 jam kedua
• Plasma: 0,3-0,5 ml x kgBB x % LB
• Dextrose: +/- 2000cc
Rumus Resusitasi Cairan
• Brooke
– 24 jam pertama
• Koloid (darah/plasma): 0,5 x kgBB x % LB
• RL: 1,5 x kgBB x % LB
• Dextrose: 2000 ml
• Diberikan:
– ½ nya untuk 8 jam pertama
– ¼ nya untuk 8 jam kedua
– ¼ nya untuk 8 jam ketiga
– 24 jam kedua
• Koloid & RL: ½ dari jumlah yang diberikan pada 24 jam
pertama
Intervensi Keperawatan pd Resiko Gangguan
Pertukaran Gas
– Berikan oksigen sesuai program, hati-hati untuk
memberikan oksigen pada klien yang menderita PPOK
– Jika klien stabil lakukan pengambilan darah arteri untuk
pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
– Kaji tanda-tanda hipoksemia seperti gelisah, takikardi dan
takipnu
– Kaji adanya tanda-tanda cedera jalan nafas seperti
rambut/bulu hidung yang keriting karena terbakar, bibir,
wajah ataupun leher yang terbakar, atau adanya suara
ngorok.
– Kaji warna dan konsistensi dahak/sputum, jika berwarna
kehitaman (jelaga) segera kolaborasikan dengan dokter
untuk kemungkinan dilakukan intubasi
Intervensi Keperawatan pd Resiko Gangguan
Pertukaran Gas
– Pastikan alat-alat intubasi siap untuk digunakan, dan
ventilator (ruang ICU) siap untuk menerima klien
– Jika cedera inhalasi benar terjadi, jika cedera sedang:
• Berikan oksigen dengan pelembaban/humidifikasi yang
cukup
• Anjurkan klien nafas dalam dan batuk efektif
• Lakukan penghisapan lendir (suction) jika diperlukan
– Jika cedera inhalasi benar terjadi, jika cedera berat:
• Monitor ketat tanda vital, hasil AGD dan urin output
• Berikan bronkhodilator sesuai program
• Lakukan suction lebih sering
Tidak efektifnya Pola Nafas b/d obstruksi jalan nafas, penumpukan cairan
akibat ARDS