Anda di halaman 1dari 100

ASUHAN KEPERAWATAN

LUKA BAKAR
TAUFAN ARIF, M.KEP
Review anatomi Fisiologi
• Terdiri atas 3 lapis ????
• The skin provides functions are maintenance
of body temperature; a barrier to evaporative
water loss; metabolic activity (vitamin D
production); immunologic protection by
preventing microbes from entering the body;
protection against the environment through
the sensations of touch, pressure, and pain;
and overall cosmetic appearance.
DEFINISI
• Luka bakar adalah fenomena pemindahan panas
• Luka bakar merupakan kejadian yang disebabkan
oleh panas, listrik, zat kimia atau radiasi radioaktif
• Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh
karena kontak langsung atau bersentuhan langsung
atau tidak langsung dengan panas, kimia, dan
sumber lain yang menyebabkan terbakar (Hudak
dan Gallo, 2010)
• Cedera inhalasi adalah kejadian yang sering
menyertai luka bakar, yang sering mengakibatkan
angka kematian yang tinggi (50-60%).
Penyebab Luka Bakar
Luka Bakar Akibat Panas (Api, Cair, Kontak benda
panas)

Luka Bakar Akibat Listrik

Luka Bakar Akibat Bahan Kimia (As. Hidroflorat, As.


Formiat, ammonia anhidrosa, semen, fenol, dll)

Luka Bakar Akibat Radiasi (bahan radioaktif)


BURN CHEMICAL

ELECTRICAL BURN
PATHOPHYSIOLOGY AND ETIOLOGY
OF BURN INJURY
• Tissue damage can occur at various
temperatures, usually between 40° C (104° F)
and 44° C (111.2° F).

Impairment
Circulation
EFEK PERUBAHAN FUNGSI KULIT NORMAL

• Penurunan fungsi proteksi


• Kegagalan mengatur temperatur
• Meningkatkan resiko infeksi
• Perubahan fungsi sensori
• Kehilangan cairan
• Kegagalan regenerasi kulit
• Kegagalan fungsi eksresi dan sekresi
Respon Sistemik
Keseimbangan
cairan

Pulmonary CArdiac

Respon
Sistemik

Renal Metabolik

GI
Keseimbangan Cairan
Luka Bakar

Penginkatan Peningkatan
Evaporasi
Permeabilitas kapiler metabolisme
Keluarnya
Kehilangan cairan mll
plasma ke 15 kali evaporasi S.pernapasan
jaringan kulit normal

edema

& Khilangan cairan


intravaskular
Perubahan Cardiac
Luka Bakar

Kehilangan cairan plasma

Penurunan CO

Peningkatan hematokrit

Kerusakan sel darah merah

Kerusakan fungsi dan lama


hidup platelet

Syock Hipovolemik
Perubahan Metabolik
• Kebutuhan metabolik sangat tinggi pada
pasien luka bakar.
• Tingkat metabolik yang tinggi akan sesuai
dengan luka bakar sampai dengan luka bakar
tersebut menutup.
• Hipermetabolisme juga terjadi karena cidera
itu sendiri, intervensi pembedahan, dan
respon stress.
Perubahan Gastrointestinal
• Masalah gastrointestinal yang mungkin terjadi
adalah pembengkakan lambung, ulkus
peptikum, dan ileus paralitik.
• Respon ini disebabkan karena kehilangan cairan,
perpindahan cairan, imobilisasi, penurunan
motilitas lambung, dan respon terhadap stress.
Perubahan Renal
• Insufisiensi renal akut dapat terjadi yang disebabkan
karena hipovolemia dan penurunan cardiac output.
• Penurunan aliran darah renal dan GRF
• Pada luka bakar akibat listrik dapat menyebabkan
kerusakan langsung atau pembentukan myoglobin
casts (karena kerusakan otot) yang dapat
menyebabkan nekrosis tubular renal akut.
Perubahan Pulmonary
• Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner
yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan
api.
• Injuri inhalasi berkaitan erat dengan berat dan tipe asap
atau gas yang dihirup
• Edema paru yang fulminan dapat terjadi sebagai akibat
iritasi dinding alveoli, bronchiolar, dan bronchus oleh
karena inhalasi asap dan gas.
• Kematian terjadi karena korban ‘drowing’ pada sekresi
lender yang berlebihan yang diproduksi oleh saluran nafas.
Komplikasi
• Syock Hipovolemik
• Sepsis
• Gagal Multi organ
• Gagal Ginjal
• Pneumonia
• Edema Laring
• Edema Paru
FASE LUKA BAKAR
1. Fase akut.
– Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas),
dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderita pada fase akut.
– Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
FASE LUKA BAKAR
2. Fase sub akut.
– Berlangsung setelah fase syok teratasi.
– Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber
panas
– Mulai Wound Care dilaksanakan
– Luka yang terjadi menyebabkan:
– Proses inflamasi dan infeksi.
– Problem penutupan luka
– Keadaan hipermetabolisme.
FASE LUKA BAKAR
3. Fase lanjut
– Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya
maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional.
– Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit
berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
– Wound care tetap Berjalan
GAMBARAN KLINIS
Klasifikasi Baru Klasifikasi Lama Kedalaman Luka Bentuk Klinik
Superficial Derajat 1 Lapisan epidermis Eritema, rasa sakit
Thickness seperti tersengat,
blisters
Partial Thickness Derajat 2 Epidermis Blister, Cairan
superficial (lapisan bening ketika
papillary dermis) gelembung
dipecah, dan rasa
sakit/nyeri

Full Thickness Derajat 3 atau 4 Dermis dan Berat, adanya


struktur tubuh eschar, cairan
dibawah dermis, berwarna, tidak
fascia, tulang, otot didapatkan sensasi
rasa sakit
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Derajat Tanda & Gejala Proses Penyembuhan

Derajat 1 Kulit memerah, sedikit edema, Nyeri Kurang lebih terjadi dalam 5 hari
terjadi sampai dengan 48 jam kulit epidermis akan mengelupas,
sembuh dengan sendirinya. Kulit
terasa gatal dan berwarna pink
terjadi dalam 1 minggu. Tidak
terbentuk jaringan parut

Derajat 2 Kulit memerah, menggelembung, Membutuhkan waktu beberapa


edema, elastis & lembab. Klien minggu untuk sembuh. Akan
mengeluh nyeri hebat. Helai rambut terbentuk jaringan parut
tidak mudah untuk dicabut

Derajat 3 Kulit yang rusak meliputi epidermis & Jaringan nekrotik harus dibersihkan.
dermis. Kulit tidak elastis. Kerusakan “Skin graft” dilakukan terutama area
dapat terjadi sampai lapisan otot, lemak luka >5cm. Debridement
bahkan tulang. Klien tidak mengeluh mempercepat proses penyembuhan
nyeri dan tumbuhnya kulit diarea “skin
graft”
Stadium Luka Berdasarkan Anatomi Fisiologi
(menurut NPUAP)

Superficial Thickness Partial Thickness


(Derajat 1) (Derajat 2)
Stadium Luka Berdasarkan Anatomi Fisiologi
(menurut NPUAP)

Full Thickness Full Thickness


(derajat 3) (derajat 4)
Luka bakar derajat 1
Luka Bakar Derajat 2
Luka bakar Derajat 3 atau 4
LUAS LUKA BAKAR
• Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau
kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of
nine atua rule of wallace yaitu:
• 1) Kepala dan leher : 9%
• 2) Lengan masing-masing 9%
• 3) Badan depan 18%, badan belakang 18%
• 4) Tungkai maisng-masing 18%
• 5) Genetalia/perineum : 1%
THE RULE OF NINE (Wallace)
KLASIFIKASI LUAS CEDERA LUKA BAKAR
LUKA BAKAR MINOR LUKA BAKAR LUKA BAKAR MAYOR
MODERAT
Luas bakar derajat 2 <15% Luas bakar derajat 2 15% - Luas bakar derajat 2 >24%
TBSA dewasa atau luka bakar 25% TBSA dewasa atau luka TBSA dewasa atau luka bakar
<10% TBSA pada anak bakar 10% -20% TBSA pada 20% TBSA pada anak
anak

Luka bakar derajat 3 <2 % Luka bakar derajat 3 <10 % Smeua Luka bakar derajat 3
TBSA melibatkan mata, TBSA tidak melibatkan area >10 % TBSA
telinga, wajah, tangan, kaki, perawatan khusus Semua luka bakar yang
perineum, sendi mengenai mata, telinga,
wajah, tangan, kaki,
perineum, sendi

Tidak termasuk semua pasien Tidak termasuk semua pasien Semua pasien yang
yang mengalami cedera yang mengalami cedera mengalami cedera listrik,
listrik, inhalasi, atau trauma listrik, inhalasi, atau trauma inhalasi, atau trauma
penyerta (usia, penyakit penyerta (usia, penyakit penyerta (usia, penyakit
penyerta) penyerta) penyerta)
MASALAH PENYERTA: Cedera Paru
Pemanas air, tungku, Penyebab:
asap kenalpot, asan Toksisitas CO, cedera inhalasi
rokok

Inhalasi Udara panas


Menghasilkan CO Pembakaran zat kimia

Lepuhan atau edema


Tubuh keracunan CO Cedera Trakeobronkial supraglotis
dan parenkim paru

Terbentuk Alveoli Kolaps Obstruksi Jalan Napas


Karboksihemoglobin Atelektasis

Asfiksia & Pe<< O2 Serak, Stridor,


arteri sistemik Curiga keracunan Dispnea, Sputum,
CO??  O2 100% Takipnea
Anoksia berat dan
cedera otak
Cek AGD  Oksimetri Intubasi
tidak bias akurat
RIWAYAT PEMFIS CEDERA INHALASI
• Riwayat insiden yan terjadi di area yang
terbatas
• Rambut hidung hangus
• Luka bakar pada membrane mukosa oral atau
merman mukosa faring
• Luka bakar diarea perioral atau leher
• Sputum karbonaseosa
• Perubahan Suara
MASALAH PENYERTA: Infeksi
• Semua aspek imunitas (fagositosis,
komplemen dan produksi antibody, sel T)
terganggu akibat luka bakar
• Sistem Barier menurun drastic
• Tindakan invasive harus diperhatikan
• Hipertermia dan pe>> kadar leukosit
• Syok septic  Hipotensi, hipoksia, penurunan
komplians paru, gagal hinjal, disfungsi hati
Sepsis
Merupakan resiko penyebaran inflamasi sistemik yang
berpotensi mematikan yang disebabkan oleh infeksi luka

Respon Inflamasi sistemik ditandai (dua atau lebih)


• Frekuensi Napas meningkat dari normal (20x/menit)
• Takikardia
• Suhu ( >39C atau <36C)
• Peningkatan konsentrasi sel darah putih

Hasil Kultur  positif terdapat bakterium


MASALAH PENYERTA: Trauma
• Cedera penyerta: fraktur, dan trauma kepala
• Pastikan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
adekuat sebelum merawat cedera spesifik
• Cedera sevikal harus distabilkan dan
dibersihkan
• Curiga trauma kepala  CT Scan
Cedera Luka Bakar

Peningkatan tekanan Kerusakan Kapiler Respon Stress


hidrostatik kapiler di
tempat cedera Pe>> permeabelitas
kapiler Peningkatan epinefrin
dan norepinefrin
Edema Luka Kehilangan cairan plasma
dan protein ke area Vasokontriksi
interstisial
Penurunan volume
darah yang bersirkulasi Peningkatan
P<< tekanan Osmotik resistensi perifer
kapiler
Edema Luka
Peningkatan
Tekanan hidrostatik afterload jantung
kepiler melebihi tekanan
Penurunan Curah
onkotik koloid
Jantung

PERPINDAHAN CAIRAN DALAM SYOK LUKA BAKAR


Dampak Sengatan Listrik
• Kejang
• Perdarahan Otak
• Kelumpuhan pernapasan
• Perubahan psikis (gangguan ingatan jangka
pendek, lethargia, gangguan tidur)
• Irama jantung tidak teratur (VF)
Medikamentosa
Analgetik kuat : morphin atau petidin

Antibiotika : Tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam, bila perlu
diberikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.

Antasid (H2 Bloker) : perlu.

Obat lokal : Ag NO3 ½ % , Sulfamylon cream 10%, Silver sulfadiazine


cream 1%
Wound Management
• Fluid balance
• Bila ada tanda sepsis  kultur
• Analgesik
• Profilaksis tetanus  bila sebelumnya telah
mendapat imunisasi dasar maka beri
“Human Immune Globuin” 500 unit
• WOUND CARE
• Makanan Tinggi Kalori
• Rehabilitasi
RESUSITASI CAIRAN
• INGAT: Kaji Frek. Nadi, Warna kulit, dan TD
• Luka bakar >15%  indikasi terapi cairan
• Syok Hipovolemik  IV Line 2 jalur
• Segara hitung kebutuhan resusitasi cairan menggunakan
RUMUS BAXTER dibawah:
TOTAL CAIRAN = 4 CC X KgBB X LUAS BAKAR
• Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan
sisanya dalam 16 jam berikutnya
• Nilai kecukupan cairan tubuh dg menilai produksi urine normal
setiap jam
• Air atau Normal saline dapat diberikan untuk mengurangi nyeri
• Air es TIDAK DIANJURKAN
CONTOH KASUS TERAPI CAIRAN
• KORBAN 50 Kg, dengan luas luka bakar 25 %
• Hitung total cairan 8 jam pertama dan
tetesannya?
• Hitung total cairan 16 jam berikutnya dan
tetesannya?
CASE STUDI 2
• Seorang laki-laki usia 50 tahun dengan BB 70
Kg mengalami luka bakar di area tangan kanan
anterior dan posterior.
• Berapa total kebutuhan cairan dalam 24 jam
menggunakan rumus BAXTER?
• Berapa tetesan infus 8 jam pertamanya?
• Berapa tetesan infus 16 jam berikutnya?
CASE STUDI 3
• Seorang laki-laki usia 50 tahun dengan BB 80 Kg
mengalami luka bakar dengan luas 40%.
• Berapa ml cairan RL yang harus diberikan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dalam 24 jam
menggunakan rumus BAXTER?
• Berapa tetesan infus 8 jam pertamanya?
• Jika Anda memasang RL pertama jam 12.00 
maka RL ke-1 normalnya akan habis pada jam
berapa??
• Berapa tetesan infus 16 jam berikutnya?
ASUHAN KEPERAWATAN
Assessment
• Pengkajian secara umum
• Tentukan Luasnya Luka Bakar 
Rule of Nines
• Tentukan Stadium/derajat luka
bakar
• Tentukan Penyebab
• Cek Laboratorium
Major burns: Assessment and investigations

• pulse, temperature, RR, and BP;


• pulse oximetry;
• GCS score— this may indicate developing cerebral
hypoxia;
• cardiac monitoring;
• pain assessment and score;
• ABG if the patient is shocked or inhalation is
suspected;
• ECG if an electrical injury has occurred;
• tetanus status.
Anamnesis
INGAT ISTIAH “KOMPAK”

Keluhan: keluhan utama

Obat: Obat terakhir diminum

Makanan: Makan terakhir dan jam

Penyakit: DM, HT, Asma, Ca, Stroke

Alergi & Riwayat Imunisasi tetanus

Kejadian: kedalaman dna luas luka bakar


TENTUKAN LUAS LUKA BAKAR
TENTUKAN DERAJAT LUKA BAKAR
• Derajat 1  superficial
• Derajat 2  Partial thickness
• Derajat 3  Full thickness (subkutan)
• Derajat 4  Full Thickness (otot, tendon,
tulang)
Derajat I
• Lapisan epidermis
• Warna Merah atau Pink
• dapat sembuh tanpa
blister dan kurang beresiko
terjadinya infeksi.
• Rasa seperti tersengat
• Waktu 3-5 hari
Derajat 1
Derajat 2
• Epidermis dan dermis
• Timbul bullae/blister
• Edema Ringan
• Terasa sangat nyeri
• Waktu 10-21 hari
Derajat 2
Derajat 3
• Epidermis, dermis, dan
subkutan
• Bllister lebih besar warna
putih, coklat atau
kehitaman
• Oedema
• Hilangnya panas dan
cairan secara cepat
• Waktu 14-21 hari
Derajat 3
Derajat 4
• Mengenai seluruh lapisan
kulit sampai ke otot dan
tulang
• Kulit kering, keras (iskemik
total), warna kecoklatan atau
kehitaman
• (Nekrosis) tanpa nyeri
• Oedema
• Waktu smpai 3 bulan
Derajat 4
Pemeriksaan Diagnostik
RBC
• penurunan RBC karena kerusakan sel darah
merah saat injuri dan juga disebabkan oleh
menurunnya produksi sel darah merah karena
depresi sumsum tulang

WBC
• Terjadi lekositosis/ peningkatan WBC mencapai
lebih dari 15%.
Pemeriksaan Diagnostik
Hematokrit
• Hematokrit merupakan persentase konsentrasi
eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar,
hematokrit biasanya sama dengan tiga kali
hemoglobin.
• Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai
kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain
penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare,
diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya
adalah Ht >60%.
Pemeriksaan Diagnostik
Gas Darah Arteri
• Penurunan atau peningkatan paCO2
• Kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat mencapai 15%
mengindikasikan karacunan karbon monoksida

Serum Electrolit
• Kalium akan Meningkat akibat kerusakan sel darah merah dan menurunnya
fungsi renal  hipokalemia
• Natrium  menurun seiring dengan kehilangan cairan dalam tubuh, namun
selanjutnya akan terjadi hipernatremia
• Alkali fosfat  Meningkat akibat berpindahnya cairan intersisial
• BUN/Kreatinin  Meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/ fungsi
renal, namun demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan
• Faal Homeostatis  Pemeriksaan Blooding Time dan Clooting Time
Pemeriksaan Diagnostik
Rontgen dada
• Gambaran injuri inhalasi

Bronkoskopi
• Gambaran injuri inhalasi

ECG
• Karena elektrik

Pemeriksaan Diagnostik
Foto luka
• Perkembangan penyembuhan luka

CVP
• Untuk mengetahui tekanan vena
sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30 %
DIAGNOSIS KEPERAWATAN??
• Kerusakan Intergitas Kulit
• Nyeri akut ????
• Kerusakan Integritas Jaringan
• Defisien volume cairan
• Kelebihan Volume cairan
• Resiko Ketidakseimbangan volume cairan
• Resiko Syok
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas
• Ketidakefektifan pola napas
• Hambatan pertukaran gas
• Hambatan Ventilasi spontan
• Penurunan curah jantung/resiko
Manajemen Breathing
• LLF hanya untuk melihat peranjakan dada, mendengar suara
napas, dan merasakan hembusan napas  Jika masih bernapas
maka kaji nafas normal/tidak
• Periksan Breating dengan IAPP
• Gangguan Nafas akibat: Inhalasi partikel panas  tjd
peradangan dan edema saluran napas
• Gangguan Nafas akibat: Keracunan CO (karbon monoksida),
asap, dan api mengandung CO
• Bila diduga keracunan CO  berikan O2 100% (NRBM, bila perlu
memakai BVM jika terjadi gagal napas)
• In the patient who has not undergone intubation, clinical
manifestations of chest wall restriction include rapid, shallow
respirations; poor chest wall excursion; and severe agitation.
VENTILASI BAIK APABILA:
• Peranjakan dada simetris
• Penderita tidak sesak
• Tidak disertai suara gurgling, snoring, crowing
• Tidak sianosis
• Tidak ada deviasi trakhea
Nursing Intervention
• Airway management. Suction may be required
• Airway protection  ETT
• Administer O2  100% (NRBM)
• Auskultasi every 2-4 hours
• IV access. To allow administration of analgesia and IV
fluids, patients with major burns will require two large-
bore cannulae.
• Fluid Replacement  RL
• Analgesia. Opiate analgesia should be given IV, titrated to
response.
• Large doses of morphine (>30mg) may be required.
Nursing Intervention: Breating
• Berikan Bronkodilator dan mukolitik
• Berikan fisioterapi dada setiap 4 jam
• Pantau ABG khususnya PaO2,
karboksihemoglobin
• Berikan terapi O2 yang dilembabkan
• Pertimbangankan terapi hiperbarik
Nursing Intervention: Circulation
• Kaji vital sign setiap 1 jam
• Kaji hemodinamik setiap 1 jam
• Pertahankan volume intravaskuler
• Pantau Suhu setiap jam
• Tangani demam
• Pantau nadi (Oksimetri nadi) setiap jam
• Tinggikan ekstremitas yang terbakar
• Siapkan escharotimi
Nursing Intervention: Circulation
• Kaji masukan dan haluaran setiap jam
(Balance carian wajib >30 ml/jam)
• Berikan RL sesuai rumus baxter
• Pantau dan ganti mineral dan elektrolit
• Pantau BUN, Kreatinin, serta glukosa urine
• Pantau status neurologis
• Pantau dan tangani dirritmia.
Indikasi Penggantian Cairan yang adekuat

• TD normal/naik
• Nadi < 120
• CVP <12 mmH2O
• MAP 70-100 mmHg
• Haluaran urine 30-70 ml/jam
• Paru bersih
• Saluran GI  tidak ada mual
Prioritas Perawatan luka bakar
• Membuang jaringan mati
• Minimalkan nyeri
• Cegah kontraktur
• Cegah infeksi
Perawatan Luka Di Lokasi kejadian
Jauhkan dari sumber luka bakar
• Luka bakar termal (api)  tutup dengan selimut basah, jauhkan dari api
• Luka bakar kimia (cairan)  bilas dengan air mengalir
• Luka bakar listrik  matikan sumber listrik sebelum memisahkan korban

Mendinginkan Luka Bakar


• Bilas dengan air suhu kamar, diterapkan selama 20 menit dalam 3 jam ertama
• Es seharusnya tidak digunakan

Melepaskan benda penghalang

Perhatikan pernapasan dan keadaan umum penderita

Menutup luka pada tempat / kain bersih


Perawatan luka dilakukan setelah sirkulasi
stabil
• cuci luka (savlon : NACL 0.9% 1:30)
• buang jaringan eschar & nekrotik
• beri tulle
• beri silver sulfadiazin tebal
• tutup kasa tebal
• Evaluasi 5 -7 hari kecuali balutan kotor.
Penyulit dalam luka bakar
• Eschar : jaringan mati yang diakibatkan oleh
denaturasi protein  mengeras (koagulasi)
• Nyeri berat
• Penyembuhan tidak sempurna/ kontraktur
Eschar
Escharotomy
Penyembuhan tidak sempurna /
kontraktur
Peran Konsep Moist
• Autolysis debridement  jaringan mati
terangkat  nyeri minimal
• Moist environment  proliferasi sel meningkat
 dehidrasi sel menurun  mencegah eschar
baru
• Eschar minimal  kekakuan menurun  nyeri
gerak menurun
Aplikasi Konsep Moist
Kasus: Burn + diabetes

Sebelum Perawatan
Aplikasi Konsep Moist
Kasus: Burn + diabetes

Sesudah perawatan penggunaan zinc cream + hidrogel


CSWD / escharotomy

avoid bleeding, be slow and gentle


Aplikasi Konsep Moist
Kasus: Burn + diabetes

Eschar 100% lysis  tetap moist + Cegah Infeksi


Aplikasi Konsep Moist
Kasus: Burn + diabetes

Hasil Akhir  Tanpa infeksi, kulit elastis, tidak ada pengerasan


dan kekakuan
Bagaimana menjaga kelembapan luka??

• Primary dressing 
zinc cream +
hydrogel
• Secondary Dressing
 Kassa +
Transparent film
KOMPOR MINYAK
Nutrisi
• Pasien memerlukan 4.000 – 5.000 kalori/24 jam,
• Protein 3 gr/kg BB/24 jam  TINGGI PROTEIN
• Vitamin c 2 gr/hr
• Vitamin B1 50 gr
• Vitamin B2 50 mg
• Setelah hari ke 14 vitamin c tidak diberikan dalam dosis ekstra
untuk mengurangi terbentuknya parut hipertropi
Rehabilitasi
• Program-program exercise, ambulasi, aktifitas
sehari-hari harus diimplementasikan secara
dini pada pemulihan fase acut sampai
perbaikan fungsi secara maksimal dan
perbaikan kosmetik
98
99
100

Anda mungkin juga menyukai