Anda di halaman 1dari 56

LUKA BAKAR DAN

LABIOPALATOSKISI
S
Presentan:
Disci Yelfi Putri, S.Ked
(1410070100056)

Preseptor
dr. Khomeini, Sp.B

Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah


Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Bedah
RSI Siti Rahmah Padang
2019
LUKA BAKAR
(COMBUSTIO)
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
1. Organ terluas
 neonatus 0.25 m2
 dewasa 1.8 m2.
2. Lap.kulit
 Epidermis
 Dermis /subcutis (corium) (p.drh,
limfe, saraf & kel. keringat.
 Hipodermis
3. Fungsi  Barier tubuh
4. LB 
 Merusak barier kulit 
penguapan  ggn hemostatis 
shock
 Menghancurkan kelenjer
keringat, saraf dll.
DEFINISI
Luka Bakar
Bakar

Luka bakar dalam


Luka bakar
pengertan lain adalah luka
(combustio) adalah
yang terjadi karena
kerusakan atau kehilangan
terbakar api langsung
jaringan yang disebabkan
maupun tidak langsung,
kontak dengan sumber
juga pajanan suhu tinggi
panas seperti api, air
dari matahari, listrik,
panas, bahan kimia, listrik,
maupun bahan kimia.
dan radiasi.
ETIOLOGI
Tersiram cairan panas 37%
Terbakar api 18%
Lelehan cairan / gas panas 15%
Listrik (Electrical) 7%
Merokok 6%
Jelaga 6%
Kendaraan 2%
Bahan kimia 1%
Lain -lain 8%
FASE LUKA BAKAR
a. Fase akut / fase syok / fase awal
 hari 1-2 (Ggn sirkulasi & anemia)
Ggn sirkulasi  hypovolemik  shock
– penguapan air  (krn ggn barier kulit)
– cairan intravaskular hilang  ( krn ggn membrana kapiler)
– udema  krn hypermeabilitas kapiler   cairan intra ke
extra vaskuler
– Kehilangan elektrolik dan protein darah
Anemia
– Eritrosit hancur dan terbakar
– Hemo konsentrasi
Continue…
c. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah
b. Fase Subakut dinyatakan sembuh tetapi tetap
Fase ini berlangsung dipantau melalui rawat jalan.
setelah fase syok berakhir atau Problem yang muncul pada fase
dapat teratasi. Luka yang ini adalah penyulit berupa
terjadi dapat menyebabkan keloid, parut yang hipertrofik,
beberapa masalah yaitu : gangguan pigmentasi,
a. Proses inflamasi atau infeksi. deformitas dan timbulnya
kontraktur.
b. Problem penutupan luka.
c. Keadaan hipermetabolisme.
Shock pada luka bakar
1. Nyeri yang hebat
2. Kekurangan cairan atau kelebihan cairan
3. Anemia
4. Udema saluran nafas
5. Keracunan gas co
6. Infeksi sepsis

 Bila Lb < 20% shock masih bisa di antisipasi tubuh

 Bila Lb > 20% shock akan terus menerus


Klasifikasi luka bakar
Luka Bakar dibagi berdasarkan:
1. Dalam /Derajat Luka Bakar Tingkat kedalaman lapisan kulit
yang terbakar
2. Luas Luka bakar  Persentase permukaan kulit yang terbakar
3. Berat Luka Bakar
 Adalah tingkat kerusakan tubuh yang terjadi akibat luka
bakar
 Ditentukan oleh : , Derajat, Luas, Lokasi Lb dan Umur
Penderita
Tujuan Pembagian LB  Menentukan therapy & Prognosa
DALAM LUKA BAKAR
LB Der I LB Der II LB Der III
(Epidermis Der mis (Subdermis)
)
Superficial Dalam

Etio CM, Jelaga Cairan Panas Minyak Panas Terbakar api


Kerusakan minimal, ggn terbakar mengenai terbakar seluruh lap
jaringan fungsi sebahagian seluruh kulit  sampai
proteksi (-). dermis dermis tulang

Warna kulit Erythema, Merah hebat Merah Merah hitam dan


udema < kehitaman tampak tulang

Permukaan Kering dan Bulae dengan Bulae yang Hitam dan mengeras
kulit ada blister exudate ruptur
Sensasi Nyeri (48-72 Hebat Nyeri Tak nyeri
Jam)
Gjl. Sistemik (-) (+) (+), hebat (+), shock
Penyembuha 5-10 hari  5-21 hari  > 3 minggu , Skin graft
n Normal Sikatrik. Min skin graft
DERAJAT LUKA BAKAR
a. Luka Bakar Derajat I
• Pajanan hanya merusak epidermis
sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan
regenerasi.
• Penyebab tersering  terbakar
matahari (sunburn).
• kerusakan jar. minimal, ggn fungsi
proteksi (-).
• nyeri + (48-72 jam), eritema, udema
minimal, effek sistemik (-)
• sembuh 5-10 hari  kulit kembali
normal
Continue…
b. Luka Bakar Derajat II
Terbakar sampai ke lap dermis 
nyeri hebat dan adanya bulae.
1. Superficial  terbakar sebahagian
dermis
• bila infeksi (-)  sembuh dalam 10
hari - 2 mg, sikatriknya minimal
2. Dalam  mengenai seluruh dermis
• sembuh 25-35 hari dengan sikatrik
tebal
• bila infeksi (+)  berubah jadi LB
derajat III
Continue…
c. Luka Bakar Derajat III
( full thinckness)
• Terbakar seluruh lap kulit ---> sampai
tulang
• Klinis : nyeri (-) (anestesi) dan tidak
akan terjadi penyembuhan kulit
BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka

Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat


mempengaruhi prognosis

Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat


luka bakar

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat,


morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan
penanganannya juga akan semakin kompleks
Metode Cepat Untuk
Menentukan Luas Luka Bakar

Palmar Pasien

Luas luka bakar


Luas telapak tangan hanya dihitung
individu mewakili
pada pasien dengan
1% luas permukaan
derajat luka II atau
tubuh
III
RULE OF NINE (Dewasa)
BAGIAN PERSENT
TUBUH ASI
Kepala dan 9%
leher
Lengan 18 %

Badan Depan 18 %

Badan 18 %
Belakang
Tungkai 36 %

Genitalia/peri 1%
neum Tatal : 100 %
Rumus 10 untuk bayi dan rumus
10-15-20 untuk anak
Pada anak dan bayi
digunakan rumus lain karena
luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas
relatif permukaan kaki lebih
kecil.
• Kepala leher 15%
• Badan depan belakang
20%
• Ekstremitas bawah
15%
• Ektremitas atas 10%
LUND AND BROWDER
KRITERIA BERAT RINGAN
LUKA BAKAR

Luka Bakar Ringan

Luka bakar derajat II < 15 % pada dewasa

Luka bakar derajat II < 10 % pada anak dan


usia lanjut

Luka bakar derajat III < 2 %


Continue…
Luka Bakar Sedang

Luka bakar derajat II 15 – 25 % pada dewasa

Luka bakar derajat II 10 – 20 % pada anak-anak

Luka bakar dengan derajat III < 10 %


Continue…
Luka Bakar Berat

Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada dewasa


Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak-
anak
Luka bakar dengan derajat III 10 % atau lebih

Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata,


kaki dan genitalia atau perineum

Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik disertai


trauma lain
DIAGNOSIS
a). Anamnesis b). Pemeriksaan luka bakar
Mekanisme trauma Luka bakar diperiksa
perlu diketahui karena ini apakah terjadi luka bakar berat,
penting, apakah penderita luka bakar sedang atau ringan.
terjebak dalam ruang tertutup 1. Ditentukan luas luka bakar.
sehingga kecurigaan adanya Dipergunakan Rule of Nine
trauma inhalasi yang dapat untuk menentukan luas luka
menimbulkan obstruksi jalan bakarnya
napas. Kapan kejadiannya 2. Ditentukan kedalaman luka
terjadi, serta ditanyakan bakar (derajat kedalaman)
penyakit – penyakit yang pernah
di alami sebelumnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah


• Urinalisis
• Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
• Analisis gas darah
• Radiologi – jika ada indikasi ARDS
• Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis SIRS dan MODS
Penanganan Luka Bakar

Tujuan:
1. Life saving (Primary Survey)
2. Pengobatan sistemik
3. Pengobatan lokal
4. Mencegah komplikasi  kontraktur
5. Rehabilitasi cacat fisik yang timbul
Tahap Penanganan
1. Tempat kejadian
a. Stop sumber api (Ingat , api menjalar kearah atas)
b. Lepas seluruh pakaian (mengurangi panas lanjutan).
c. Live saving ( P3K lainnya  ABCD)
d. Pendinginan  mengurangi rasa sakit & menstop proses
koagulasi
• Siram/rendam dalam air dingin bersih sebanyak-banyaknya
(temp 22-250C)(suhu kamar) terutama pada 45 menit
pertama.
• Es kerusakan jaringan  hipotermistik & vasokonstriksi.
• Penderita/ korban ditutup dengan kain selimut yang bersih
e. Indikasi perawatan
• Penderita shock / terancam shock Anak (lb > 10%) dan
Dewasa lb > 15%
• Lb yang memungkinkan jadi cacat wajah, mata, telinga,
tangan / kaki, sendi, perineum, terancam udema larynk
Continue…
2. Tindakan di IGD (RS )
1. Live saving (Primary Survey)
2. Resustasi cairan Memberikan infus cairan dengan
tujuan mengganti cairan:
– Kebutuhan dasar tubuh  2000 cc glucosa / 24 jam
– Cairan yang hilang akibat penguapan , edema dll
– Dasar pemberian ---> lama kejadian & luas luka bakar  pakai
formula
3. Debridement luka
4. Pemasangan kateter
5. Obat-obatan (AB, ATS, Heparin, bila perlu morfin )
FORMULA RESUSITASI CAIRAN
1. METODE EVANS

 % LB X BB X ( 1 cc NaCl+ 1cc Koloid ) + Dextrose 5% 2000 cc

 Hari I (24 Jam I)  8 Jam I (50%) & 16 Jam berikut (50%


sisa)
 Hari II  50% Hari I
 Hari III  50% Hari II
Continue…
2. METODE BAXTER

Dewasa  % LB X BB (kg) X 4 CC RL
– Hari I (24 Jam I)  8 Jam I (50%) & 16 Jam berikut (50%
sisa)
– Hari II ( 50%) dari hari I + Dextrose 5% 2000

3. METODE BROOKE

 % LB X BB (0,5 cc Koloid + 1,5 cc R Lactat) + Dectrose 5%


2000 cc
Pengobatan Topikal
Debridemant  kalau perlu Di OK & Narkose
– Derajat II & III
– Cuci/ bersihkan
– Buang jaringan mati (debris)
– Isap bulae
– Penutupan luka : terbuka atau tertutup

Perawatan lokal lanjutnya:


– Dimandikan dalam air lisol 1-1.5% hari ke 4-5 (keropeng lepas)
– Escharectomi sewaktu mandi
– Nekrotomi
– Skin graft
Rehabilitasi sendi
Perawatan Terbuka

1. Tanpa ditutup khasa


2. Dapat pakai amnion Hari ke 5
lepas dengan sendirinya.
– Murah, Mudah didapat
– Dapat mengurangi nyeri
karena dingin
– Dapat mencegah penguapan
dari luka Perawatan Tertutup
3. LB derajat II  krusta terlepas 1. Pakai khasa + antibakteri
pada mg ke 2 dan 3 2. Salep antibiotika (silver
sulfatiazine dan gentamicin)
4. LB der. III  eschar akan
3. Kasa dibiarkan beberapa
melunak escharectomi hari atau diganti saban tiap
8-24 jam
Resusitasi nutrisi
 Pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan.
 Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat
melalui naso-gastric tube (NGT).
 Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15%
protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak.
 Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi
vili usus.
 Dengan demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak
awal dapat membantu mencegah terjadinya SIRS dan
MODS.
TERAPI BEDAH
1. Eksisi Dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis
dan debris (debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang
dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis.

2. Skin Grafting
• Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana.
Tujuan dari metode ini adalah:
 Menghentikan evaporate heat loss
 Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi
sesuai dengan waktu
 Melindungi jaringan yang terbuka
JENIS JENIS SKIN GRAFT
• Autograft  Graft berasal dari individu yang sama
(berasal dari tubuh yang sama)

• Allograft  Graft yang berasal dari individu yang sama


spesiesnya

• Xenograft  Berasal dari mahluk lain berbeda


spesiesnya (binatang)
KOMPLIKASI
 Segera  Awal
Sindrom  Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka
kompartemen luka bakar luas). Obati dengan insulin dan
bakar sirkumferemsia; dektrosa.
(luka bakar pada  Gagal ginjal akut ( kombinasi dari
ektremitas  iskemia hipovolemi, sepsis, toksin jaringan).
ektremitas, luka bakar Cegah dengan resusitasi dini agresif,
toraks  hipoksia dari pastikan GFR tinggi pada pemberian
gagal nafas restriktif) cairan dan diuretik, obati sepsis.
(cegah dengan  Infeksi ( waspadai streptokokus ).
eskarotomi segera). Obati infeksi yang timbul dengan
antibiotik sistemik.
 Lanjut  Ulkus akibat stres (ulkus Curling)
Kontraktur (cegah dengan antasid, H2 blocker
atau PPI)
Continue…

Keloid Kontraktur

Parut hipertropik
Prognosa Luka Bakar
Berat ringan lb
Umur  jelek pada umur < 2th
dan > 60 th
 < 2th  infeksi  ( imunologis belum
berkembang)
 > 60 th  p. jantung, DM dan
obstruksi menahun
Lokasi LB  sekitar muka, leher
dan perineum.
Adanya trauma penyerta lainnya
LABIOPALATOSKISI
S
Presentan:
Disci Yelfi Putri, S.Ked
(1410070100056)

Preseptor
dr. Khomeini, Sp.B

Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah


Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Bedah
RSI Siti Rahmah Padang
2019
LABIOPALATOSKISIS
DEFINISI
• Labiopalatoshcizis  deformitas daerah mulut berupa celah atau
pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan
embrional dimana bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh
bersatu.
•  suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut palato
shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada bibir) yang
terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio
•  merupakan congenital anomali yang berupa adanya kelainan
bentuk pada wajah
•  suatu kelainan congenital berupa celah pada bibir atas, gusi,
rahang dan langit-langit yang terjadi akibat gagalnya
perkembangan embrio.
Etiologi
• Faktor genetik
• Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
• Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis
menyatu
• Mutasi genetic atau teratogen.
• Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
(agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
• Insufisiensi zat untuk tumbu kembang ole organ
selama masa embrio (asam folat, vitamin C, Zn).
• Beberapa obat teratogenik (anti konsulfan, klorsiklizin).
Continue…
• Faktor lingkungan seperti infeksi virus (misal rubella) dan agen
teratogenik (seperti steroid, antikonvulsan) selama trimester
pertama kehamilan, telah dicurigai berkaitan erat dengan
terjadinya sumbing.
• Resiko terjadinya karena semakin tuanya usia orangtua, terutama
lebih dari 30 tahun, dengan usia sang ayah nampaknya lebih
merupakan faktor signifikan dibandingkan usia ibu.
Continue…
• WANITA yang mengkonsumsi minuman beralkohol pada trimester
awal atau tiga bulan pertama kehamilan memiliki risiko lebih
besar melahirkan bayi dengan bibir sumbing atau langit-langit
mulut yang terbelah
• Beberapa bukti menunjukkan bahwa wanita yang meminum
alkohol selama kehamilan lebih dibanding perempuan yang tak
meminum alkohol untuk memiliki bayi bibir sumbing.
Patofisiologi

• Penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng


• Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim tubuh.
• Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya.
• Sumber makanan yang mengandung seng antara lain : daging, sayur
sayuran dan air.
• Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum
obat obatan/jamu juga bisa menyebabkan bibir sumbing.
Klasifikasi Labiopalatoschizis

• Unilateral complete  Apabila celah sumbing terjadi hanya di


salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
• Unilateral Incomplete  Apabila celah sumbing terjadi hanya
di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
Continue…
• Bilateral complete  Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
• Bilateral Incomplete  Apabila celah sumbing terjadi di kedua
sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
Continue…
Klasifikasi menurut Veau yang membagi palatoskisis menjadi
4 kelas:
• Kelas I: celah hanya terdapat pada palatum molle
• Kelas II: celah mengenai palatum molle dan durum, tidak meluas
ke foramen incicivus, hanya meliputi palatum sekunder
• Kelas III: celah unilateral yang komplit, meluas dari uvula ke
foramen incicivus pada midline, kemudian deviasi ke satu sisi dan
biasanya sampai ke alveolus pada gigi insisivus lateral
• Kelas IV: celah bilateral komplit dengan dua celah meluas dari
foramen incicivus ke alveolus.
Manifestasi klinik
• Deformitas pada bibir
• Kesukaran dalam menghisap/makan
• Kelainan susunan archumdentis.
• Distorsi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
• Gangguan komunikasi verbal
• Regurgitasi makanan.
Continue…
@ Pada Labioschizis
• Distorsi pada hidung
• Tampak sebagian atau keduanya
• Adanya celah pada bibir
@ Pada Palatoschizis
• Tampak ada celah pada tekak, palato lunak, keras dan faramen
incisive.
• Ada rongga pada hidung.
• Distorsi hidung
• Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit
saat diperiksa dgn jari
• Kesukaran dalam menghisap/makan.
Komplikasi
• Gangguan bicara
• Terjadinya otitis media
• Aspirasi
• Distress pernafasan
• Resiko infeksi saluran nafas
• Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
• Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh otitis media akibat
disfungsi tuba eustachius.
• Masalah gigi
• Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat
kecacatan dan jaringan paruh.
Penatalaksanaan
Usia Tindakan
0-1 minggu Pemberian nutrisi dengan kepala miring 45 derajat
1-2 minggu Pemasangan obturator untuk menutup celah pada
palatum agar dapat menghisap susu atau memakai
dot lubang besar ke arah bawah untuk mencegah
aspirasi.
10 minggu Labioplasty dengan memenuhi “Rules of Ten”
1,5-2 tahun Palatoplasty karena bayi mulai bicara
2-4 tahun Terapi wicara
Continue…
Usia Tindakan
4-6 tahun Veropharingopasty untuk mengembalikan fungsi
katub yang dibentuk oleh m. tensor veli palatine dan
m. levator veli palatine sebagai pembentuk huruf
konsonan dan latihan dengan cara meniup
6-8 tahun Ortodonsi (pengaturan lengkung gigi)

8-9 tahun Alveolar bone grafting


9-17 tahun Ortodons tulang
17-18 tahun Cek kesimetrisan mandibula dan maksila
Penatalaksanaan

• Prioritas pertama antara lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang


adekuat untuk mencegah komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan
perkembangan.
• Penanganan  bedah plastik yang bertujuan menutupi kelainan,
mencegah kelainan, meningkatkan tumbuh kembang anak.
• Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai ”rules of overten”
yaitu  umur diatas 10 minggu, BB diatas 10 ponds (± 5 kg), hb >
10 gr/dl.
Continue…
• Palato plasty dilakukan pada umur 12-18 bulan
• Pada usia 7-8 tahun dilakukan ”bone skingraft”, dan koreksi
dengan flap pharing.
• Bila terlalu awal sulit karena rongga mulut kecil.
• Terlambat, proses bicara terganggu, tindaklanjutnya adalah
pengaturan diet.
• Diet minum susu sesuai dengan kebutuhan klien.
• Pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan
koreksi bedah plastik.
Terapi atau Tindakan
• Operasi untuk labiopalatoskisis bertujuan untuk penampilan
bentuk anatomis serta fungsi bibir yang mendekati normal.
Untuk mencapai tujuan tadi perlu diperhatikan beberapa
patokan yaitu :
• Memperbaiki cuping hidung agar bentuk dan letaknya simetris.
• Memberi bentuk dasar hidung yang baik.
• Memperbaiki bentuk dan fungsi bibir atas
Selain itu tujuan umum operasi adalah untuk mencapai:
 Penampilan yang normal
 Mengisap dan makan tanpa terjadi regurgitasi nasal.
 Pertumbuhan gigi yang baik
 Perbicaraan yang normal
 Pendengaran yang normal
Perawatan Pasca Operasi
Perawatan pasca bedah berperan sangat besar dalam
memberikan penampilan akhir bibir yang telah mengalami reperasi.
jaringan parut yang halus akan diperoleh bila selama perawatan
pasca bedah dilakukan dengan baik. Perawatan terdiri dari :
• Pemasangan pembidaian pada kedua siku tangan untuk mencegah
tangan bayi memegang bibir
• Bibir dirawat secara terbuka mulai hari pertama pasca bedah.
• Luka operasi dibersihkan dari sisa-sisa bekuan darah dan kotoran
dengan larutan H2O2 setiap hari.
• setelah dibersihkan, luka operasi dibubuhi salep antibiotik.
• Jahitan diangkat pada hari kelima sampai hari ketujuh
TERIMAKASIH

WASSALAMU’ALAIKUM

Anda mungkin juga menyukai