Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBARIK PADA PASIEN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)


DI LAKESLA Drs. Med. R. RIJADI S., Phys. SURABAYA

Disusun Oleh :

Kelompok 10

1. Beny Setyo Utomo 1911007

2. Dais Darma Vidyana Andika 1911010

3. Mustika Ayu C. P. W 1911041

PROGRAM S1 KEPERAWATAN PARAREL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Hiperbarik Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) ” ini dengan baik. Makalah ini disusun dengan berbagai sumber
yaitu melalui media elektronik dan berbagi media pendukung lainnya.
Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kesehatan Masyarakat Kemaritiman Kelautan yang dibimbing oleh
Ibu Nur Chabibah, S.Si., M.Si dan menambah pengetahuan mahasiswa dalam
bidang keperawatan.
Makalah ini tersusun berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Nur Chabibah, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing Kesehatan
Masyarakat Kemaritiman Kelautan kami.
2. Penulis buku dan blog dalam website yang kami jadikan sebagai
sumber materi dalam pembuatan makalah ini.
3. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberi dukungan
kepada kami.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif
dari para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat berguna dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya.

Surabaya, 29 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul..........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi..................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.......................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi.....................................................................4
2.1.2 Definisi.....................................................................................6
2.1.3 Faktor Resiko............................................................................7
2.1.4 Klasifikasi.................................................................................8
2.1.5 Etiologi...................................................................................10
2.1.6 Patofisiologi............................................................................10
2.1.7 Manifestasi Klinis...................................................................13
2.1.8 Komplikasi.............................................................................14
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang..........................................................14
2.1.10 Penatalaksanaan......................................................................15
2.1.11 Pencegahan.............................................................................18
2.2 Konsep Dasar Hiperbarik Oksigen (HBO).......................................20
2.2.1 Definisi HBO..........................................................................20
2.2.2 Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber...........................21
2.2.3 Tujuan HBO...........................................................................21
2.2.4 Kontraindikasi HBO...............................................................22
2.2.5 Dasar Fisiologi........................................................................22
2.2.6 Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO.....................24

iii
2.2.7 Hubungan HNP dengan Terapi HBO.....................................25
2.2.8 Tabel Kindwall.......................................................................26
2.3 Teori Askep HBO.............................................................................32
2.3.1 Pengkajian..............................................................................32
2.3.2 Diagnosa Terapi Hiperbarik Oksigen.....................................35
2.3.3 Intervensi Keperawatan..........................................................35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................38
3.1 PENGKAJIAN..................................................................................38
3.2 IDENTITAS......................................................................................38
3.3 ANALISA DATA.............................................................................43
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................44
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN....................................................44
3.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................46
3.7 EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................48
BAB 4 PENUTUP...............................................................................................50
4.1 Simpulan...........................................................................................50
4.2 Saran..................................................................................................50

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan
nasional agar tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap masyarakat disepanjang hidupnya.Tujuan adanya pembangunan
kesehatan untuk mewujudkan kemandirian msyarakat untuk hidup sehat,
memelihara serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) adalah suatu cara terapi dimana
penderita harus berada dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan
oksigen 100 % pada suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA
(Atmosfer absolute) (Lakesla, 2009). Kondisi lingkungan dalam TOHB
bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam
jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu
menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang
dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis.
Individu yang mendapat TOHB adalah suatu keadaan individu yang berada di
dalam ruangan bertekanan tinggi (> 1 ATA) dan bernafas dengan oksigen
100%.Tekanan atmosfer pada permukaan air laut adalah sebesar 1 atm.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh trauma atau perubahan degeneratife yang menyerang massanucleus pada
daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C6-C6 yang menimbulkan nyeri punggung
bawah, kronik dan berulang atau kambuh. Permasalahan yang sering terjadi pada
kasus Hernia Nukleus Pulposus.
HNP yaitu adanya nyeri diam, nyeri gerak, nyeri tekan, mengurangi
spasme otot serta adanya keterbatasan gerak dan menambah kekuatan otot. Pada
kasus Hernia Nukleus Pulposus (HNP), diharapkan fisioterapi dengan
menggunakan static contraction dapat mengurangi nyeri, resisted active exercise
dapat meningkatkan kekuatan otot, pasif exercice dapat meningkatkan LGS dan
teknik MC. Kenzi dapat mengurangi spasme. Dengan pemberian modalitas

1
2

tersebut diharapkan mampu mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot serta


meningkatkan luas gerak sendi dan menambah kekuatan otot.
Terapi hiperbarik oksigen yang akan mengurangi inflamasi atau perdangan
yang disebabkan oleh saraf yang terjepit pada Hernia Nekleus Pulposus (HNP)
dan menimbulkan nyeri. Oksigen murni 100% akan mengurangi peradangan
tersebut dan akan memperingan nyeri yang terjadi pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan hiperbarik oksigen dengan diagnosa
medis Hernia Nucleus Pulposus?

1.3 Tujuan
BAB 2 Tujuan Umum
Memahamiasuhan keperawatan hiperbarik oksigen pada dengan diagnosa
medis Hernia Nucleus Pulposus.
BAB 3 Tujuan Khusus
1 Mahasiswa dapat memahami konsep dasar Hernia Nucleus Puposus (HNP)
2 Mahasiswa dapat memahami konsep dasar Terapi Oksigen Hiperbarik
3 Mahasiswa dapat memahami manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik terhadap
HNP
4 Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan terapi
oksigen hiperbarik pada pasien dengan HNP mulai dari pre-TOHB, intra
TOHB, dan post-TOHB
3.1 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
1) Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan hiperbarik
pada pasien dengan Hernia Nucleus Pulposus (HNP) sehingga menunjang
pembelajaran praktik lapangan medikal bedah program profesi ners
2) Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan hiperbarik pada
pasien dengan Hernia Nucleus Pulposus (HNP) sehingga dapat digunakan
di kemudian hari pada saat praktik di ruangan dengan hiperbarik oksigen
3

2. Bagi LAKESLA
Makalah ini dapat dijadikan referensi atau kajian pustaka di LAKESLA jika
akan dilakukan kegiatan ilmiah lainnya
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Konsep Dasar Penyakit
BAB 5 Anatomi Fisiologi
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel
yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Servikal (7)
2. Torakal (12)
3. Lumbal (5)
4. Sakral (5, menyatu membentuk sacrum)
5. Koksigeal (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

Gambar 2.1 anatomi vertebra


Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar
terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale

4
5

anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat
otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae
antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).

Gambar 2.2 lumbar vertebra Gambar 2.3 lumbar dan


sakrum
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae
yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
ligamentum longitudinalis posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak
terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock
absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
6

Gambar 2.4 invertebrata disk


Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari
nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat
mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan
ekstensi columna vertebralis. Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun
nukleus

pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri.


Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan
otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini
stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan
refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.
BAB 6 Definisi
Herniasi nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan yang diakibatkan
oleh penonjolan nukleus pulposus dari diskus kedalam anulus (cincin fibrosa
disekitar diskus), yang disertai dekompresi dari akar syaraf. Herniasi dapat terjadi
di lumbal, lumbosakral, regioskapula, regio servikal, dan dua kolumna vertebralis.
(Fransisca, 2008)
7

Diskus vertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah


bantalan diantara vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam
satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner &
Suddart,2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra atas atau bawahnya, bisa
juga langsung ke kanalis vertebralis (piguna Sidharta, 1996). Herniasi diskus
intervetrebralis, merupakan penyakit dimana bagian nukleus yang terbuat dari
material berbentuk gel dalam spinal cord keluar dari anulus atau bagian yang
melindunginya sehingga terjadi penekanan atau penyempitan pada syaraf spinal
dan mengakibatkan nyeri (Nettina & Mills, 2006). Nama lain dari HNP yaitu
Herniated Nucleus Pulposus (HNP), Herniated Intervertebral Disk (HID) dan
Degenerative discdiseasedan penyakit ini merupakan nyeri punggung yang paling
sering (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2007)

Gambar 2.5
HNP

HNP adalah pembengkakan atau penonjolan dari anulus atau mungkin herniasi
melalui anulus ke tulang belakang. Hal ini biasanya terjadi dilokasi posterolateral
dari disk invertebralis dan antara ruang C5-C6 dan C6-C7.(Smeltzer&Suzanne,
2002)
BAB 7 Faktor Resiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
c. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
8

2. Faktor risiko yang dapat dirubah :


a. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar
pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang
konstan seperti supir.
b. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.
c. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan
diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
d. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
e. Batuk lama dan berulang
BAB 8 Klasifikasi
Macnab’s Classification membagi HNP berdasarkan pemeriksaan MRI
menjadi :
1. Bulging Disc, suatu penonjolan atau konveksitas dari diskus melewati
batas diskus tetapi anulus tetap intak.
2. Proalapsed Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus
yang mengalami robekan yang tidak komplit.
3. Extruded Disc, suatu penonjolan dari diskus melalui annulus fibrosus
yang mengalami robekan komplit, dan nucleus pulposus mendesak
ligamentum longitudinalis posterior.
4. Sequesteres Disc, sebagian dari nucleus pulposus keluar melalui annulus
fibrosus yang telah robek, kehilangan kontinuitas dengan nucleuos
pulposus yang berada didalam diskus dan telah berada dalam kanal.
Menurut lokasi penonjolan Nucleous Pulposus, terdapat 3 tipe :
1. Central, tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan
gangguan pada banyak akar saraf bila mengenai cauda equina atau
nielopati apabila mengenai medula spinalis.
2. Posterolateral, pada umunya terjadi pada vertebra lumbalis sehubungan
dengan menipisnya ligamentum longitudalis posterior pada daerah
9

tersebut, misal HNP vertebra L4-L5 akan menimbulkan iritasi pada akar
saraf L5.
3. Far-laterall foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung
bawah. Mengenai akar saraf yang terekat, misal HNP vertebra L4-L5
akan mengenai akar saraf L4.
Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka
pada posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non
trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nucleus
pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus
dapat diam di tempat atau ditunjukkan atau dimanifestasikan dengan
ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba,
biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya
atau jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi
“extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis
vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai
pada celah anulus, biasanya terjadi pada satu sisi atau lainnya (kadang-
kadang ditengah), dimana mereka mengenai sebuah serabut atau beberapa
serabut saraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang
normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps
yang menurun atau menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara
tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7.
Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada
pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu
diawali dengan beberapa gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
10

3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis.
Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah,
membuat kejang paraparese, kadang-kadang serangannya mendadak
dengan paraparese.
BAB 9 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut
1. Degenerasi diskus intervertebralis
2. Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
3. Trauma berat atau terjatuh
4. Mengangkat atau menarik benda berat
BAB 10 Patofisiologi
Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang
merenggang, sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.
Prolapsus discus intervertebralis, hanya yang terdorong ke belakang yang
menimbulkan nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf
spinal serta akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis
akan menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan anggota bagian bawah
Herniasi atau ruptur dari discus intervertebra adalah protrusi nucleus
pulposus bersama beberapa bagian anulus ke dalam kanalis spinalis atau foramen
intervertebralis. Karena ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat
daripada ligamentum longitudinalis posterior, maka herniasi diskus hampir
selalu terjadi ke arah posterior atau posterolateral. Herniasi tersebut biasanya
menggelembung berupa massa padat dan tetap menyatu dengan badan diskus,
walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan keluar menembus
ligamentum longitudinalis posterior dan masuk lalu berada bebas ke dalam
kanalis spinalis. Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada diskus adalah
memisahnya lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya.
11

Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.


Karena adanya gaya traurnatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar
dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya
menunggu waktu dan bisa terjadi pada trauma berikutnya. Gaya presipitasi itu
dapat diasumsikan seperti gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan waktu
terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang
belakang di atas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis
vertebralis.Sobekan sirkumferensial dan radial pada annulus fibrosus diskus
intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl atau merupakan
kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian
disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus
pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang
berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral.
Tidak akan ada radiks yang terkena jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada
tingkat L2, dan terus ke bawah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi
yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna
anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus intervertebral ini mengalami lisis,
sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.7
12

Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif


dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang
ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya
kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastis.

Sela intervertebra lumbal L4-L5 dan L5-S1 adalah yang paling sering
terkena, terutama L5-S1. Sedangkan L3-L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur
diskus lumbal yang lebih tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif.
Karena hubungan anatomis pada vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya
menekan radiks saraf yang muncul satu vertebra di bawahnya. Jika terdapat
fragmen diskus bebas, biasanya mengenai radiks yang muncul di atas diskus yang
mengalami herniasi.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
 Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi
L5-S1.
 Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan
pada sendi L5-S1.
 Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu
perubahan yang mengakibatkan herniasi nucleus pulpolus melalui anulus dengan
menekan akar–akar saraf spinal. Pada umumnya herniassi paling besar
13

kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih banyak bergerak (Perbatasan


Lumbo Sakralis dan Servikotoralis).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau
L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena
radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui
foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan
kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan
intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif
kecil (Partono Muki, 2009; Sylvia,1991).
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung
atau tidak langsung pada diskus intervertebralis akan menyebabkan komprensi
hebat dan herniasi nucleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan
mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong
ligamentum longitudinal maka terjadilah herniasi.
Protrusi atau ruptur nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan
pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nucleus.
Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat)
kartilago dapat cidera.
BAB 11 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah,
yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica,
dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma
kauda equina.
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan
berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta)
terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya.
14

Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :


a. Nyeri punggung bawah.
b. Nyeri daerah bokong.
c. Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
d. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai
kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
e. Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri
dan berjalan.
f. Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,
batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
g. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya
otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan
achilles (APR).
h. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis
yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan
fungsi permanen.
i. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk
pada sisi yang sehat.
BAB 12 Komplikasi
1. Infeksi
2. Kerusakan penampang tulang
BAB 13 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
gangguannya, masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi
2. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati
15

3. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan
tingkat protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi
radiks dari neuropati perifer.
4. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda
equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku
emas untuk HNP.
5. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini
normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan
penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.
6. Pemeriksaan Laboratorium klinik
7. Pemeriksaan lain, misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint
block (melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada
saraf yang menuju ke sana).
BAB 14 Penatalaksanaan
Menurut Baticaca (2008), penatalaksanaan pada pasien dengan HNP yaitu:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap
untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan
adalah dengan menyandarkan punggung, lutut, dan punggung bawah
pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan
yang meradang
2. Terapi fisik
a. Traksi pelvis
16

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi


pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang
membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring
dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
b. Diatermi atau kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres
dingin, termasuk bila terdapat edema.Untuk nyeri kronik dapat
digunakan kompres panas maupun dingin.
c. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun
dapat digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut
atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korsetdapat mengurangi
beban diskus serta dapat mengurangi spasme.
d. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal
punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain
berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan untuk
memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi
dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot,
ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.

e. Proper Body Mechanics


Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang
baik untuk menegah terjadinya cedera maupun nyeri.beberapa
prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:
- Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan,
punggung tegak dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan
tulang punggung.
- Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan
ke pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk
mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk. Pada saat
17

akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu


posisi berdiri.
- Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan
menggeser posisipanggul.
- Saat duduk, lengan membantu menyangga dada badan. Saat
berdiri badan diangkat dengan bantuan tangan.
- Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti
hendak jongkok,punggung tetap dalam keadaan lurus dengan
mengencangkan otot perut. Dengan punggung lurus, badan
diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
- Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala,
punggung dan kakiharus berubah posisi secara bersamaan.
- Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc
jongkok dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan
tidak membebani punggung saat bangkit.
3. Terapi farmakologis
a. Obat anti inflamasi seperti ibu profen atau prednisolon
b. Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzaprine
c. Obat analgesik dan narkotik merupakan obat pilihan selama fase
akut
4. Pembedahan
a. Dilakukan jika terjadi defisit neurologis atau kegagalan perbaikan
dengan terapi konservatif
b. Pembedahan
- Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
18

- Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen


neural pada kanalis spinalis,
memungkinkan ahli bedah
untuk menginspeksi kanalis
spinalis, mengidentifikasi dan
mengangkat patologi dan
menghilangkan kompresi
medula dan radiks.

- Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.


- Disektomi dengan peleburan.
Pada  discectomy,  sebagian  dari  discus  intervertebralis
diangkat  untuk mengurangi  tekanan  terhadap  nervus.
Discectomy  dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol
dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2-3 hari tinggal dirumah
sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah
operasi untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Jika lebih
dari satu diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain
herniasi diskus.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Operasi
yang  lebih  ekstensif  mungkin  diperlukan  dan  mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).
Microdisectom Pilihan  operasi  lainnya  meliputi
mikrodiskectomy,  prosedur  memindahkan fragmen of nucleated
disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan x ray
dan  chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim
(yang disebut chymopapin) ke dalam herniasi diskus untuk
melarutkan substansi gelati yang menonjol. Prosedur ini
merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus
tertentu.
- Chemonudeolysis
Untuk herniasi lumbal, injeksi chymopapin ke dalam diskus agar
menghilangkan air dan proteoglikan dari diskus, mengurangi
ukuran diskus dan tekanan subsekuen pada akar saraf.
BAB 15 Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
herniasi nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti
19

mengangkat barang yang berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang
lanjut usia.
Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang pada akhirnya
memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi nukleus pulposus.
Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :
 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan.
 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :
 Pegangan harus tepat.
 Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi
lurus.
 Punggung harus diluruskan.
 Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan
gerakan. Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh
tubuh belakang diluar.
 Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
 Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
 Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan
mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:
 Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi
momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
 Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
 Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
20

Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja,
yaitu hindari manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan
mengangkut.

Gambar 2.8 posisi pencegahan HNP


15.1 Konsep Dasar Hiperbarik Oksigen (HBO)
BAB 16 Definisi HBO
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien
dalam suatu ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada
tekanan barometer tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam
HBOT bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam
jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu
menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang
dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis.
Individu yang mendapat pengobatan HBOT adalah suatu keadaan individu yang
berada di dalam ruangan bertekanan tinggi ( 1 ATA) dan bernafas dengan oksigen
100%. Tekanan atmosfer pada permukaan air laut sebesar 1 atm. Setiap
penurunan kedalaman 33 kaki, tekanan akan naik 1 atm (Wikipedia, 2012).
Hiperbarik oksigen (HBO) adalah suatu cara terapi dimana penderita harus
berada dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100 % pada
21

suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (Atmosfer absolute)
(Lakesla, 2009).
Kondisi lingkungan dalam HBO bertekanan udara yang lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini
dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara
yang bertekanan tinggi (RUBT) yang dirancang baik untuk kasus penyelaman
maupun pengobatan penyakit klinis. Individu yang mendapat terapi HBO adalah
suatu keadaan individu yang berada di dalam ruangan bertekanan tinggi (> 1
ATA) dan bernafas dengan oksigen 100%.
BAB 17 Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber
1) Monoplace Chamber
Chamber yang berukuran kecil dan hanya untuk satu pasien. Klien
menghirup oksigen yang diisikan dalam Chamber.
2) Multiplace Chamber
Chamber yang bisa digunakan untuk beberapa pasien yang melakukan
terapi HBO. Klien menghirup O2 murni 100% dari masker O2 yang telah
tersedia di dalam Chamber.
3) Portable Chamber
Chamber yang bisa dengan mudah dipindahkan untuk kasus emergency.
Contoh : Chamber dalam ambulance TNI AL
4) Animal Chamber
Chamber yang digunakan khusus untuk hewan penelitian.
BAB 18 Tujuan HBO
Tujuan dilakukan Hiperbarik Oksigen (HBO) adalah untuk :
1) Decompresi (DCS) yang terjadi pada kasus penyelaman.
2) Klinis, beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan HBO antara
lain:
(1) Luka DM dan Gangren
(2) Sudden Deafness
(3) Keracunan gas CO2
(4) Rehabilitasi pasca stroke
(5) Infertilitas, meningkatkan motilitas sperma.
22

3) Kebugaran
BAB 19 Kontraindikasi HBO
1) Kontraindikasi absolut
Untreated Pneumothorak yaitu pneumothorak yang belum dilakukan
tindakan pembedahan.
1) Kontraindikasi relatif
Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian tapi bukan merupakan
kontraindikasi absolute pemakaian hiperbarik oksigen adalah sebagai
berikut
(1) Infeksi saluran napas bagian atas
(2) Sinusitis kronis
(3) Riwayat operasi telinga
(4) Penyakit kejang
(5) Emfisema yang disertai retensi CO2
(6) Panas tinggi yang tidak terkontrol
(7) Infeksi Virus
(8) Spherositosis congenital
(9) Riwayat neuritis optic
(10) Keadaan umum lemah, tekanan darah sistolik >170 mmHg atau
<90 mmHg. Diastole >110 mmHg atau <60 mmHg
(11) Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup)
(12) Riwayat operasi dada
(13) infeksi aerob seperti TBC
(14) Wanita hamil
(15) Penderita sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin, bleomycin.
BAB 20 Dasar Fisiologi
Aspek fisiologi dari terapi HBO mencakup beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
1) Fase Respirasi
23

Seperti diketahui, kekurangan oksigen pada tingkat sel menyebabkan


terjadinya gangguan kegiatan basal yang pokok untuk hidup suatu
organisme. Untuk mengetahui kegunaan HBO dalam mengatasi
hipoksia seluler, perlu dipelajari fase-fase pertukaran gas sebagai
berikut :
2) Fase Ventilasi
Fase ini merupakan penghubung antara fase transportasi dan
lingkungan gas diluar. Fungsi dari saluran pernafasan adalah memberi
O2 dan membuang CO2 yang tidak diperlukan dalam metabolisme.
Gangguan yang terjadi dalam fase ini akan menyebabkan hipoksia
jaringan. Gangguan tersebut meliputi gangguan membran alveoli,
atelektasis, penambahan ruang rugi, ketidakseimbangan ventilasi
alveolar dan perfusi kapiler paru (Pennefather 2002).
2) Fase Tranportasi
Fase ini merupakan penghubung antara lingkungan luar dengan organ-
organ (sel dan jaringan). Fungsinya adalah menyediakan gas yang
dibutuhkan dan membuang gas yang dihasilkan oleh proses
metabolisme. Gangguan dapat terjadi pada aliran darah lokal atau
umum, hemoglobin,shunt anatomisatau fisiologis. Hal ini dapat diatasi
dengan merubah tekanan gas di saluran pernafasan (Kindwall&
Whelan 1999).
3) Fase Utilisasi
Pada fase utilisasi terjadi metabolisme seluler, fase ini dapat terganggu
apabila terjadi gangguan pada fase ventilasi maupun transportasi.
Gangguan ini dapat diatasi dengan hiperbarik oksigen, kecuali
gangguan itu disebabkan oleh pengaruh biokimia, enzim, cacat atau
keracunan (Kindwall & Goldman 1998).
4) Fase Difusi
Fase ini adalah fase pembatas fisik antara ketiga fase tersebut
dandianggap pasif, namun gangguan pada pembatas ini akan
mempengaruhi pertukaran gas.
24

BAB 21 Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO


1) Efek kelarutan oksigen dalam Plasma
Pada tekanan barometer normal, oksigen yang larut dalam plasma sangat
sedikit. Namun pada tekanan oksigen yang aman 3 ATA, dimana PO 2
arterial mencapai ±2000 mmhg, tekanan oksigen meningkat 10 sampai
13 kali dari normal dalam plasma. Oksigen yang larut dalam plasma
sebesar ± 6 vol % (6 ml O2 per 100 ml plasma) yang cukup untuk
memberi hidup meskipun tidak ada darah (Grim et al 2009).
2) Haemoglobin (Hb)
1 gr Hb dapat mengikat 1,34 ml O 2, sedangkan konsentrasi normal dari
Hb adalah ±15 gr per 100 ml darah. Bila saturasi Hb 100 % maka 100 ml
darah dapat mengangkut 20,1 ml O2 yang terikat pada Hb (20,1 vol%).
Pada tekanan normal setinggi permukaan laut, dimana PO2 alveolar dan
arteri ±100 mmHg, maka saturasi Hb dengan O 2 ±97 % dimana kadar O2
dalam darah adalah 19,5 vol %. Saturasi Hb akan mencapai 100 % pada
PO2 arteri antara 100-200 mmHg (Grim et al 2009)
3) Utilisasi O2
Utilisasi O2 rata-rata tubuh manusia dapat diketahui dengan mengukur
perbedaan antara jumlah O2 yang ada dalam darah arteri waktu
meninggalkan paru dan jumlah O2 yang ada dalam darah vena diarteri
pulmonalis. Darah arteri mengandung ±20% oksigen, sedangkan darah
vena mengandung ±14 % vol oksigen sehingga 6 vol % oksigen dipakai
oleh jaringan (Lakesla 2009).
4) Efek Kardiovaskuler
Pada manusia, oksigen hiperbarik menyebabkan penurunan curah
jantung sebesar 10-20 %, yang disebabkan oleh terjadinya bradikardia
dan penurunan isi sekuncup. Tekanan darah umumnya tidak mengalami
perubahan selama pemberian hiperbarik oksigen. Pada jaringan yang
normal HBO dapat menyebabkan vasokontriksi sebagai akibat naiknya
25

PO2 arteri. Efek vasokontriksi ini kelihatannya merugikan, namun perlu


diingat bahwa pada PO2 ±2000 mmHg, oksigen yang tersedia dalam
tubuh adalah 2 kali lebih besar dari pada biasanya. Pada keadaan dimana
terjadi edema, efek vasokontriksi yang ditimbulkan oleh hiperbarik
oksigen justru dikehendaki, karena akan dapat mengurangi edema
(Hanabe, 2004).
BAB 22 Hubungan HNP dengan Terapi HBO
Hernia nukleus pulposus (HNP) menyebabkan atrofi muskulus multifindus
lumbal yang merupakan stabilisator zona netral lumbal sehingga hal tersebut
dapat menurunkan kemampuan lumbal berada dalam posisi netral. Hal ini
juga mengakibatkan nyeri pada daerah tersebut hingga menyebar pada lemak
dan jaringan fibrosa disekitanya. HNP juga menyebabkan hiperkontraksi sel
otot yang dapat menguras persediaan energi dan merusak fungsi pompa
kalsium pada otot. Padahal, apabila fungsi pompa kalsium rusak, maka akan
terjadi peningkatan kalsium yang akan mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah dan jaringan otot sehingga terhambatnya aliran darah dan
nutrisi pada daerah tersebut maupun pada ekstremitas bawah.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus
pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis.
Hal ini dapat terjadi apabila tempat herniasi di sisi lateral. Setelah terjadi
hernia nukleus pulposus, sisa duktus intervertebralis mengalami lisis
sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Hiperoksigenasi memberikan pertolongan segera terhadap jaringan yang
miskin perfusi di daerah yang alirannya buruk. Peningkatan tekanan di dalam
RUBT menghasilkan peningkatan oksigen plasma sebesar 10-15 kali lipat
(Sutarno, 2000).
Oksigen pada terapi HBO akan meningkatkan nitrit oxide (NO) yang dapat
menghambat kalsium berlebih sehinggal terjadi vasodilatasi pada pembuluh
darah serta meningkatkan aliran darah dan nutrisi pada daerah tersebut
maupun ekstremitas bawah.
Nyeri pinggang bawah merupakan suatu tanda dan gejala dari HNP. Pada
dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi
26

daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada
otot dan jaringan sekitarnya yang mengalami inflamasi (peradangan)
sehingga mengakibatkan jaringan tersebut mengalami hipoksia. Maka dari
itu, dibutuhkan pemberian terapi yang tepat untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan, pemberian terapi tersebut dapat secara medikamentosa,
fisioterapi, pembedahan dan terapi HBO. Terapi hiperbarik oksigen
merupakan pemberian oksigen murni 100% pada tekanan lebih dari 1
atmosfer absolut yang dapat memberikan efek baik terhadap sirkulasi
jaringan yang mengalami hipoksia sehingga dapat menurunkan peradangan
yang terjadi.
Terapi hiperbarik oksigen akan mengurangi inflamasi yang disebabkan
oleh saraf yang terjepit pada Hernia Necleus Pulposus. Terjepitnya saraf akan
menyebabkan rasa nyeri luar biasa.Terapi Hiperbarik Oksigen yang
mengandung 100% oksigen murni akan mengurangi peradangan tersebut.
Keadaan rileks pada chamber akan membuat suasana tenang dan nyeri
berkurang (LAKESLA, 2009)
BAB 23 Tabel Kindwall
Descent Rate = As Fast As
Posible
50

Total Elapsed Time : 128 Min


40
Ascent Rate = 1Ft/Min

30

20

10

0 14 30 5 30 5 30 14
27

1) Penekanan:
a. Sebelum dimulai penekanan, tender membantu pasien untuk masuk
rubt (yang pakai tempat tidur, kursi roda dan yang terakhir adalah yang
bisa jalan sendiri.
b. Penekanan akan dimulai dengan cara operator menutup pintu rubt dan
akan menyampaikan pelaksanaan TOHB akan segera dimulai.
c. Mengingatkan kepada pasien agar tidak terlambat valsava.
d. Pada saat kedalaman 3 meter, operator akan menyetop penekanan dan
menanyakan ke tender apakah ada kendala, jika tidak ada masalah bagi
pasien, penekanan akan dilanjutkan.
e. Tender monitor dan mengingatkan pasien agar tidak terlambat valsava
dan membantu pasien jika ada yang terlambat valsava dan koordinasi
dengan operator
f. Resiko yang mungkin terjadi adalah barotrauma
g. Penekanan rata-rata berlangsung 14 menit sampai kedalaman 14 meter.
2) Isap Oksigen I
a. Operator akan menginformasikan kepada pasien untuk menghisap
oksigen.
b. Tender membantu memasangkan masker ke pasien.
c. Tender menganjurkan kepada pasien untuk bernafas secara normal.
d. Tender memonitor tanda-tanda keracunan oksigen.
e. Pelaksanaan isapan oksigen pertama selama 30 menit.
3) Istirahat
a. Operator menginformasikan isapan oksigen pertama selesai
b. Tender membantu pasien untuk melepas masker pasien
c. Menghirup udara biasa selama 5 menit.
4) Isap Oksigen II
28

a. Operator akan menginformasikan kepada pasien untuk menghisap


oksigen yang kedua
b. Tender membantu memasangkan masker ke pasien
c. Tender menganjurkan kepada pasien untuk bernafas seperti biasa /
nafas normal
d. Tender memonitor tanda-tanda keracunan oksigen
e. Pelaksanaan isapan oksigen kedua selama 30 menit.
5) Istirahat
a. Operator menginformasikan isapan oksigen kedua selesai
b. Tender membantu pasien untuk melepas masker
c. Pasien menghirup udara biasa selama 5 menit.
6) Isap Oksigen III
a. Operator akan menginformasikan kepada pasien untuk menghisap
oksigen yang ke tiga.
b. Tender membantu memasangkan masker ke pasien
c. Tender menganjurkan kepada pasien untuk bernafas seperti biasa /
nafas normal
d. Tender memonitor tanda-tanda keracunan oksigen.
e. Pelaksanaan isapan oksigen ketiga selama 30 menit.
7) Penurunan Tekanan
a. Setelah selesai isapan oksigen ke tiga, operator akan
menginformasikan akan dilakukan penurunan tekanan.
b. Tender mengawasi kondisi umum pasien.
c. Tender monitor tanda tanda barotrauma.
d. Waktu penurunan tekanan sekitar 14 menit setelah tekanan sampai titik
nol, maka pintu bisa dibuka.
e. Tender membantu pasien untuk keluar daru Rubt.
29
WOC HNP

Trauma Stresfisik Degenarasi

Kompresi dan Ligamen longitudinal postolateral Kadar protein dan


fraksinuklues Respon
menyempit air nucleus
beban berat
pulposus
Annulus fibrosusrobek
Pemisahan lempeng tulang rawan

Nukleus lumer Peningkatanintradistal


Serabut annulus robek

Rupturpada annulus
Nukleuskeluar

Nukluepecah
HNP

Servikal Lumbal

Gangguan saraf Gangguan saraf


Menekan spinal cord Gangguan saraf motorik
sensorik Hiperkontraksi motorik
sel otot MML

tetraplegi

4
31

Mati rasa, hilang


Syok spinal, kelumpuhan
sensitivitas
spasme otot leher Syaraf terjepit
Gangguan mobilitas fisik
cemas G3 mobilitas fisik
Radang syaraf
Nyeri pada leher,
bahuserta Kurang pengetahuan
Hipoksia Gangguan saraf
Energi ↓ dan merusak fungsi
Nyeri Blok sarafsimpatis otonom
pompa kalsium

Kelumpuhan otot pernafasan Gangguan fungsi


↑ kalsium → vasokontriksi rectum dan kandung
pembuluh darah , otot →
kemih
terhambat aliran darah
dilatasi

Nyeri
32

Kesulitan bernafas
Gangguan pola
eliminasi
Pola nafas tidakefektif

Menghambat akumulasi kalsium

Nitrit oxide
meningkat

Terapi HBO

Kurang informasi, ruang Resti intoksikasi Resti barotrauma


HBO yang sempit dan
tertutup
23.1 Teori Askep HBO
BAB 24 Pengkajian
1) Identitas :
Nama, alamat, lahir, pekerjaan, pendidikan, dsb
2) Keluhan utama :
Decompresi, Klinis, Kebugaran
3) Riwayat penyakit sekarang
DCS (Penyelaman dilakukan dimana, dikedalaman berapa, pasien
menunjukkan gejala pada kedalaman brp, pingsan berapa lama,
menyelaman menggunakan apa, dan pertolongan apa yang sdh
dilakukan)
Klinis : Riwayat penyakit s/d dilakukan terapi HBO
Kebugaran
4) Riwayat penyakit dahulu
Kontra indikasi : Absolut : Pneumotorax, Relatif : Asma, klaustrofobia,
penyakit paru obstruksi kronik, disfungsi tuba eustachius, demam tinggi,
kehamilan, infeksi saluran napas atas
5) Pemeriksaan fisik
Suhu, detak jantung, tekanan darah, suara paru, uji otoscopic, gula darah,
nadi, pengkajian kepala, mata, telinga, hidung dan tenggorokan.
Pengkajian sistem neurologis, pernafasan, kardiovaskuler, pencernaan,
perkemihan, musculoskeletal, integument.
6) Zat dan barang pribadi yang dilarang di ruang HBO
Semua zat yang mengandung minyak atau alkohol (yaitu, kosmetik, hair
spray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum, salep). Pasien harus
melepas semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir rambut, dll
Sebelum memasuki ruangan. Lensa kontak harus dilepas sebelum
memasuki ruang. Alat bantu dengar harus dilepas. Menggunakan pakaian
berbahan katun 100%. Untuk antisipasi claustrophobia, premedikasi
dengan obat anti-kecemasan (Valium, Ativan) diberikan sedikitnya 30
menit sebelum memulai pengobatan
7) Pengkajian HBO

4
34

Prosedur penatalaksanaan hiperbarik oksigen adalah sebagai berikut


(Lakesla, 2009):
a. Pra Hiperbarik Oksigen
Dokter jaga HBO dan perawat (tender) melaksanakan:
a) Anamnesis :
Identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
kontra indikasi absolut dan relatif untuk terapi HBO.
Indikasi HBO :
Beberapa indikasi penyakit yang bisa diterapi dengan HBO
adalah penyakit dekompresi, emboli udara, keracunan gas CO,
HCN, H2S, infeksi seperti gas gangren, osteomyelitis, lepra,
mikosis, pada bedah plastik dan rekonstruksi seperti luka yang
sulit sembuh, luka bakar, operasi reimplantasi dan operasi
cangkok jaringan. Keadaan trauma seperti crush injury,
compartment syndrome dan cidera olahraga. Gangguan
Pembuluh darah tepi : berupa shock, MCI, ops, bypass jantung
dan nyeri tungkai iskemik, bedah ortopedi seperti fracture non
union, cangkok tulang, osteoradionekrosis. Keadaan neurologik
seperti stroke, multiple sclerosis, migrain, edema cerebri, multi
infrak demensia, cedera medula spinalis, abses otak dan
neuropati perifer, penyakit diabetes, asfiksi seperti tenggelam.
inhalasi asap. hampir tercekik. Kondisi masa rehabilitasi seperti
hemiplegi spastik stroke, paraplegi, miokard insufisiensi kronik
dan penyakit pembuluh darah tepi.
Kontra indikasi absolut, yaitu penyakit pneumothorak yang
belum ditangani.
Kontra indikasi relatif yaitu meliputi keadaan umum lemah,
tekanan darah sistolik >170 mmHg atau <90 mmHg. Diastole
>110 mmHg atau <60 mmHg. Demam tinggi >38° c, ISPA
(infeksi saluran pernafasan atas), sinusitis, Claustropobhia (takut
pada ruangan tertutup), penyakit asma, emfisema dan retensi
CO2, infeksi virus, infeksi aerob seperti TBC, lepra, riwayat
35

kejang, riwayat neuritis optic, riwayat operasi thorak dan


telinga, wanita hamil, penderita sedang kemoterapi seperti terapi
adriamycin, bleomycin.
b) Pemeriksaan fisik lengkap
c) X-foto thorak PA
d) Pemeriksaan tambahan bila dianggap perlu, yaitu:
- EKG
- Bubble detector untuk kasus penyelainan
- Perfusi dan P02 transcutaneus
- Laboratorium darah
- Konsultasi dokter spesialis
e) Menerangkan manfaat, efek samping, proses dan program terapi
HBO, yaitu :
- Terapi dilaksanakan di dalam Ruang Udara Benckanan
tinggi
- Cara adaptasi terhadap perubahan tekanan : manuver
valsava / equalisasi
- Bernafas mcnghirup O2 100%. melalui masker selama 3
x 30 menit untuk tabel terapi Kindwall atau sesuai tabel
terapi kasus penyelaman.
- Efek samping : barotrauma, intoksikasi oksigen
- Selama terapi didampingi oleh seorang perawat
- Menandatangani inform concern
b. Intra Hiperbarik Oksigen
1) Selarna proses kompresi, tender membantu adaptasi peserta
terapi HBO terhadap peningkatan tekanan lingkungan
2) Selama proses menghirup O2 100%
- Observasi tanda-tanda intoksikasi oksigen seperti pucat,
keringat dingin, twitching, mual, muntah dan kejang. Bila
terjadi hal demikian maka perawar akan memberitahukan
kepada petugas diluar bahwa terapi dihentikan sementara
sampai menunggu kondisi penderita baik, kemudian
36

penderita dikeluarkan dan diberikan perawatan sampai


kondisi adekuat.
- Observasi tanda-tanda vital dan keluhan peserta terapi HBO
- Untuk kasus penyelaman, observasi sesuai keluhan. yaitu :
gangguan motorik dan sensorik, rasa nyeri.
- Selama proses dekompresi perawat membantu adaptasi
peserta terapi HBO terhadap pengurangan tekanan
lingkungan dengan valsava maneuver, menelan ludah, atau
minum air putih.
c. Post Hiperbarik Oksigen
Dokter dan perawat jaga HBO melaksanakan anamnesis setelah
terapi, evaluasi penyakit, evaluasi ada tidaknya efek samping. Bila
kondisi baik maka pasien akan dikembalikan ke ruang perawatan
seperti semula.
BAB 25 Diagnosa Terapi Hiperbarik Oksigen
1. Resiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber),
ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
2. Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
3. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan
atmosfer meningkat.
BAB 26 Intervensi Keperawatan
1) Resiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan
peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
Kriteria Hasil : pasien tidak akan mengalami cedera
Intervensi Keperawatan :
a. Bantu pasien masuk dan keluar dari ruang dengan tepat
b. Amankan peralatan di dalam ruang sesuai dengan kebijakan dan
prosedur
c. Monitor peralatan dan supple untuk perubahan tekanan dan volume
d. Ikuti prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan yang ditentukan
dan prosedur
37

e. Monitor adanya udara di IV line dan tekanan tubing line invasif. udara
semua harus dikeluarkan dari tabung, jika ada.
f. Dokumentasikan bahwa semua lini invasif terbebas dari udara
terutama saat chamber di berikan tekanan dan setelah diberikan
tekanan.
2) Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Kriteria Hasil : tanda dan gejala dari barotrauma akan diakui, ditangani,
dan segera dilaporkan.
a. Kelola dekongestan, instruksi dokter, sebelum perawatan terapi
oksigen hiperbarik
b. Sebelum perawatan instruksikan pada pasien tentang teknik
pengosongan telinga,dengan cara menelan, mengunyah, menguap
modifikasi manuver valsava , atau head tilt
c. Kaji kemampuan pasien melakukan teknik pengosongan telinga saat
tekanan dilakukan.
d. Lakukan tindakan keperawatan :
1) Ingatkan pasien untuk bernapas dengan normal selama perubahan
tekanan,
2) Konfirmasi ET / manset Trach diisi dengan NS sebelum tekanan
udara.
3) Beritahukan operator ruang multiplace jika pasien tidak dapat
menyesuaikan persamaan tekanan
3) Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan
atmosfir meningkat.
Kriteria Hasil : Tanda dan gejala keracunan oksigen dikenali dan ditangani
dengan tepat
Intervensi Keperawatan :
a. Catat hasil pengkajian pasien dari dokter hiperbarik :
a) Peningkatan Suhu tubuh
b) Riwayat penggunaan steroid
c) Riwayat kejang oksigen
38

d) Penggunaan vitamin C dosis tinggi atau aspirin


e) FiO2> 50%, dan
1) Faktor risiko tinggi lainnya
b. Ubah sumber oksigen 100% untuk pasien jika tanda-tanda dan gejala
muncul, dan beritahukan kepada dokter hiperbarik.
c. Monitor pasien selama terapi oksigen hiperbarik dan dokumentasikan
tanda dan gejala keracunan oksigen paru, termasuk:
a) nyeri dan rasa terbakar di dada
b) sesak di dada
c) batuk kering (terhenti-henti)
d) kesulitan menghirup napas penuh, dan
e) Dispneu saat bergerak
d. Memberitahukan dokter hiperbarik jika tanda-tanda dan gejala
keracunan oksigen paru muncul.
BAB 27
ASUHAN KEPERAWATAN

27.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pendaftaran : 05-02-2018 Jam Pendaftaran : 09.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 20-02-2018 No. RM : xxxxx
Jam Pengkajian : 06.45 WIB Diagnosa Masuk : Post HNP
Terapi HBO Ke :6

27.2 IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn.S
2. Umur : 53 Tahun
3. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : TNI AL
6. Alamat : Sukodono
Keluhan Utama

DCS :-
Klinis : Nyeri pinggang kiri
Kebugaran :-

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan nyeri pinggang akibat kecelakaan pada bulan

September 2017. Setelah sebulan kemudian, pasien merasakan nyeri di

pinggang dan melakukan pemeriksaan ke RUMKITAL Dr, Ramelan

Surabaya dan pasien di diagnose HNP.

Pasien mendapatkan advice dari dokter syaraf untuk dilakukan


pembedahan pada 31 Oktober 2017. Setelah tindakan pembedahan, nyeri
berkurang. Beberapa minggu nyeri dirasakan kembali dan pasien disarankan
oleh dokter poli syaraf untuk melakukan terapi hiperbarik oksigen di
LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi S., Phys Surabaya. Tn S datang ke

38
40

LAKESLA pada hari selasa pukul 06.30 WIB. Pasien sudah mengikuti
terapi hiperbarik oksigen lima kali.

Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Terapi HBO
Pernah Dirawat : Ya Tidak Kapan : -
Keluhan Saat Itu : DCS Klinis Kebugaran
2. Riwayat Penyakit Kontraindikasi
Absolut
Pneumothoraks : Sudah Diterapi Belum Diterapi Tidak ada
Keterangan: -
Relatif
ISPA Keterangan: -
Sinusitis Kronis Keterangan: -
Kejang Keterangan:
Emphisema + Retensi O2 Keterangan: -
Panas Tinggi Keterangan:
Pneumothorak Spontan Keterangan: -
Operasi Dada Keterangan: -
Operasi Telinga Keterangan: -
Kerusakan Paru Asimptomatik Keterangan: -
Infeksi Virus Keterangan:
Spherositosis Kongenital Keterangan: -
Neuritis Optik Keterangan: -

Pemerikasaan Fisik

1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis Apatis Somnolen Sopor
Koma
2. Tanda-Tanda Vital
S: 36,2◦C N : 88x/menit TD: 120/80 mmHg RR :
20x/menit
3. Keadaan Fisik
41

Kepala : Tidak ada jejas atau lesi di kepala


Mata : Tidak ada gangguan penglihatan
Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
Hidung : Tidak ada gangguan penciuman
Tenggorokan : Tidak ada gangguan menelan

4. Sistem Neurologis
GCS :Mata: 4 Verbal: 5 Psikomotor: 6
Keluhan Pusing : Ya Tidak
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
Lain-Lain :-
5. Sistem Pernapasan
Keluhan : Sesak Nyeri Waktu Nafas Orthopnea
Tidak ada
Batuk : Produktif Tidak Produktif Tidak ada
Sekret :- Konsistensi :-
Warna :- Bau :-
Irama Nafas : Teratur Tidak Teratur
Alat Bantu Nafas : Ya Tidak
Keterangan : -
Penggunaan WSD : Ya Tidak
Keterangan : -
Tracheostmi : Ya Tidak Keterangan : Tidak
ada
Lain-Lain : Tidak ada
6. Sistem Kardiovaskuler
Irama jantung : Reguler Ireguler
CRT :< 2 detik
42

Akral : Hangat Kering Merah Basah


Pucat Panas Dingin
Nyeri Dada : Ya Tidak Keterangan : Tidak ada
Lain-Lain : Tidak ada
7. Sistem Pencernaan
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Membran Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit Menelan Sulit Menelan Pembesaran
Tonsil
Peristaltik : Tidak diperiksa
BAB : Terakhir Tanggal : 20 Februari 2018
Konsistensi : Keras Lunak Cair Lendir/Darah
Diit : Padat Lunak Cair
Nafsu Makan : Baik Menurun Frekuensi : 3x/hari
Porsi Makan : Habis Tidak Keterangan :-
Lain-Lain : Tidak ada
8. Sistem Perkemihan
Keluhan Kencing: Ada Tidak Keterangan : -
Perkemihan : Spontan Alat bantu Sebutkan :-
Produksi Urine : ± 750 ml/hari Warna: Kuning Bau : -
Lain-Lain : Tidak
9. Sistem Muskuloskletal
Pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan Otot :
5 5
5 5
Kelainan Ektremitas: Ya Tidak Keterangan : -
Spalk/Gips : Ya Tidak Keterangan : -
Lain-Lain :-
10. Sistem Integumen
Pitting Edema : Ada Tidak Grade :
Luka Ganggren : Ada Tidak
43

Jenis : - Lama : - Warna :-


Luas :- Kedalaman : - Infeksi :-
Lain-Lain :-

Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Ekg, Usg, dll)

Tabel Tiga

DATA TAMBAHAN LAIN

Tidak terdapat data


44

27.3 ANALISA DATA


Tanggal Data Etiologi Masalah
Selasa, 20 DS : Trauma langsung Nyeri akut
Februari P : Nyeri dirasakan
2018 dipinggang kiri Pemisahan
06.50 Q : Nyeri seperti tertusuk lempeng tulang
R : Pinggang kiri rawan dari
S : 4 dari 0-10 columna
T : nyeri hilang timbul dan vertebralis yang
meningkat saat aktivitas berdekatan
berat
DO : Robeknya serabut
Pasien tampak meringis anulus fibroisus
menahan sakit
TD : 120/80 mmHg, Keluarnya nucleus
N : 88x/menit, pulposus
RR : 20x/menit,
S : 36,2 C Nyeri Akut
Selasa, 20 DS : Terapi HBO Risiko barotrauma
Februari Pasien mengatakan sudah telinga
2018 pernah mendapatkan terapi
06.50 HBO sebelumnya Peningkatan
DO : tekanan diatas 1
Terlihat sering menutup ATA
hidung untuk mencoba
melakukan valsava Perubahan
tekanan udara di
dalam RUBT

Risiko barotrauma
ke telingga, sinus,
gigi, dan paru-
paru, atau gas
emboli serebral
Selasa, 20 DS : Terapi HBO Risiko keracunan
Februari Pasien mengatakan ini oksigen
2018 adalah terapi HBO yang 6 Peningkatan
06.50 kali tekanan diatas 1
DO : ATA
- Pemberian oksigen murni
100% selama ±120 menit Pemberian
oksigen 100%

Risiko keracunan
oksigen
Selasa, 20 DS : - Terapi HBO Resiko cedera
Februari DO :
45

2018 Ruang gerak sempit pada Ruang gerak


06.50 chamber sempit pada
chamber

Pasien transfer
in/out dari ruang
(chamber)

Risiko Cedera
27.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis
2. Risiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
3. Risiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan
atmosfir meningkat.
4. Risiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber),
ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis

27.5 INTERVENSI KEPERAWATAN


Hari/ Waktu Diagnosa Intervensi
Tanggal keperawatan (Tujuan,
Kriteria Hasil)
Selasa, 06.50 Nyeri akut Pre HBO
20 WIB Tujuan : 1. Bina hubungan saling percaya
Februar Setelah dilakuakan 2. Kaji tingkat nyeri klien
i 2018 3. Obervasi TTV
tindakan keperawatan
selama 1x2 jam nyeri 4. Ajarkan teknik relaksasi nafas
dapat teratasi dengan dalam
kriteria hasil : Intra HBO
1. Nyeri berkurang Kolaborasi terapi HBO
Post HBO
2. Skala nyeri 0-1
Evaluasi tingkat nyeri pasien
Selasa, 06.50 Risiko Barotrauma Pre HBO
20 WIB ke telinga, sinus, 1. Berikan instruksi tentang
Februar gigi, dan paru-paru, teknik pengosongan telinga,
i 2018 dengan cara menelan,
atau gas emboli
mengunyah, menguap
serebral. modifikasi maneuver valsava.
Tujuan : 2. Lakukan observasi TTV
Setelah dilakukan Intra HBO
asuhan keperawatan 1. Kaji kemampuan pasien
dengan terapi HBO melakukan teknik
46

selama 2 jam, pengosongan telinga saat


diharapkan tidak tekanan dilakukan
terjadi barotrauma 2. Berikan oksigen murni 100%
3. Beritahukan operator bila
telinga dengan
pasien tidak dapat beradaptasi
kriteria hasil: dengan perubahan tekanan
1. Tanda dan gejala Post HBO
dari barotrauma Evaluasi tanda-tanda barotrauma,
akan diakui, mengevaluasi kondisi klien setelah
ditangani dan melakukan terapi HBO
segera dilaporkan

Rabu, 06.50 Risiko cedera Pre HBO


30 1. Bantu menyimpan barang-
Tujuan :
Maret WIB barang berharga yang dapat
Setelah dilakukan
2016 mengakibatkan terjadinya
asuhan keperawatan
kebakaran/cidera
dengan terapi HBO
2. Pastikan pasien menggunakan
selama 2 jam,
sandal dengan benar, serta
diharapkan tidak
memastikan lantai sudah bersih
terjadi cidera pada
dan tidak licin
pasien
3. Antarkan pasien masuk ke
dalam chamber
Intra HBO
1. Monitor peralatan dan supple
untuk perubahan tekanan dan
volume
2. Berikan oksigen murni 100%
Post HBO
Evaluasi tanda-tanda cidera
pasien, mengevaluasi keluhan
pasien setelah melakukan terapi
HBO
Selasa, 06.50 Risiko keracunan O2 Pre HBO
20 1. Catat hasil pengkajian pasien
Februar WIB Tujuan : dari dokter HBO : Riwayat
i 2018 Setelah dilakukan penggunaan steroid, riwayat
asuhan keperawatan kejang oksigen dan
dengan terapi HBO peningkatan suhu
selama 2 jam, 2. Anjurkan untuk bernafas biasa
diharapkan tidak saat menggunakan masker
terjadi keracunan oksigen dan tidak melakukan
oksigen dengan gerakan yang berlebihan dalam
kriteria hasil: chamber
1. Tanda dan gejala Intra HBO
keracunan 1. Monitor kondisi pasien dan
47

oksigen dikenali
mendoku-mentasikan tanda
dan ditangani
dan gejala dari keracunan
dengan tepat
oksigen : vertigo, pengelihatan
kabur, dsb.
2. Ingatkan kembali pasien untuk
tetap bernafas biasa pada saat
menggunakan masker oksigen
3. Beritahukan operator dan
dokter hiperbarik jika terjadi
kercunan oksigen pada pasien
4. Berikan oksigen murni 100%
Post HBO
Evaluasi tanda-tanda keracunan
oksigen, mengevaluasi keluhan
pasien setelah melakukan terapi
HBO
27.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari / Diagnosa Jam Implementasi
Tanggal
Selasa, 1,2,3,4 06.50 Pre HBO
20 WIB 1. Membina hubungan saling percaya
Februar Pasien memberikan respon baik saat
i 2018 berkomunikasi
2. Mengkaji tingkat nyeri klien
Skala nyeri 4
3. Mengobervasi TTV
R = 20 x/menit, Nadi = 88 x/m, suhu = 36,2
c,
T/D =120/80 mmHg
4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Pasien memahami tehnik yang diajarkan
5. Memberikan instruksi tentang teknik
pengosongan telinga, dengan cara menelan,
mengunyah, menguap modifikasi maneuver
valsava.
Pasien memahami instruksi yang diberikan.
6. Mencatat hasil pengkajian pasien dari dokter
HBO : Riwayat penggunaan steroid, riwayat
kejang oksigen dan peningkatan suhu.
Tidak ditemukan riwayat penggunaan
steroid,kejang oksigen dan peningkatan suhu.
7. Menganjurkan untuk bernafas biasa saat
menggunakan masker oksigen dan tidak
melakukan gerakan yang berlebihan dalam
48

chamber.
Pasien memahami anjuran yang diberikan.
8. Membantu menyimpan barang-barang
berharga yang dapat mengakibatkan
terjadinya kebakaran/cidera
Pasien menyimpan barang yang berharga di
loker pasien
9. Memastikan pasien menggunakan sandal
dengan benar, serta memastikan lantai sudah
bersih dan tidak licin
Pasien menggunakan sandal yang benar dan
lantai bersih serta tidak licin.
10. Mengantarkan pasien masuk ke dalam
chamber
Pasien embarkasi kedalam chamber.
Selasa, 1,2,3,4 07.30 Intra HBO
20 WIB 1. Melakukan kolaborasi terapi HBO
Februar Terapi HBO dilaksanakan.
i 2018 2. Mengkaji kemampuan pasien melakukan
teknik pengosongan telinga saat tekanan
dilakukan.
Pasien mampu melakukan valsava
3. Memberikan oksigen murni 100%
Oksigen murni diberikan.
4. Monitor peralatan dan supple untuk
perubahan tekanan dan volume
Peralatan,supple,tekanan dan volume
terkontrol
5. Memberitahukan operator bila pasien tidak
dapat beradaptasi dengan perubahan tekanan
Pasien dapat beradaptasi di RUBT.
6. Memonitor kondisi pasien dan mendoku-
mentasikan tanda dan gejala dari keracunan
oksigen : vertigo, penglihatan kabur, dsb.
Tidak ditemukan vertigo,penglihatan kabur.
7. Mengingatkan kembali pasien untuk tetap
bernafas biasa pada saat menggunakan
masker oksigen
Pasien memahami petunjuk yang diberikan
8. Beritahukan operator dan dokter hiperbarik
jika terjadi keracunan oksigen pada pasien
Tidak terjadi keracunan oksigen pada pasien
Selasa, 1,2,3,4 09.30 Post HBO
20 WIB 1. Mengevaluasi tingkat nyeri pasien
Februar Skala nyeri 4
i 2018
49

2. Mengevaluasi tingkat kecemasan pasien


Pasien tidak mengalami cemas
3. Mengevaluasi tanda-tanda barotrauma,
mengevaluasi kondisi klien setelah
melakukan terapi HBO.
Pasien tidak mengalami tanda-tanda
barotrauma
4. Mengevaluasi tanda-tanda cidera pasien,
mengevaluasi keluhan pasien setelah
melakukan terapi HBO
Pasien tidak megalami tanda-tanda cidera.
5. Mengevaluasi tanda-tanda keracunan
oksigen, mengevaluasi keluhan pasien setelah
melakukan terapi HBO
Pasien tidak mengalami keracunan oksigen
27.7 EVALUASI KEPERAWATAN
Hari / Diagnosa Jam Evaluasi (SOAP)
Tanggal
Selasa, 1 09.40 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan
20 WIB tingkat nyeri 3
Februar (0-10)
i 2018 O:
TD : 120/90 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,5 C
RR : 18 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi HBO dilanjutkan
Selasa, 2 09.40 S: Pasien mengatakan tidak mengalami flu,
20 WIB pasien juga mengatakan bahwa sudah dapat
Februar melakukan teknik valsava dengan benar
i 2018 O:
1. Keadaan umum tenang
2. Tidak tampak tanda gejala flu
3. Tidak ada tanda-tanda barotrauma, namun
pasien tampak sering menekan hidung
4. TTV: TD : 130/80 mmHg, N : 88 x/menit,
S : 36,5 C, RR : 18 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan

Selasa, 3 09.40 S: Pasien mengatakan tidak mengalami cedera


20 apapun, tidak ada satupun barang yang dapat
Februar menimbulkan kebakaran yang dibawa saat HBO
i 2018 O:
1. Keadaan umum tenang
2. Pasien tidak membawa barang yang mudah
50

terbakar
3. Pasien terlihat keluar chamber dengan
normal, tanpa terjadi cidera
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan
Selasa, 4 09.40 S: Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
20 WIB penggunaan obat steroid dan riwayat kejang
Februar oksigen
i 2018 O:
1. Keadaan umum tenang
2. Pasien tampak tidak mengalami tanda gejala
keracunan oksigen, tidak mengalami
penigkatan suhu, vertigo, ataupun
pengelihatan kabur
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan
BAB 28
PENUTUP
28.1 Simpulan
1. Hernia Nukleus Purposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh
trauma atau perubahan degenaratif yang menyerang massa nukleus pada
daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang. Masalah yang
ditemukan pada Tn. S antara lain nyeri kronik, hambatan mobilitas fisik,
dan ansietas.
2. Diagnosa keperawatan yang disusun dari masalah keperawatan pada Tn.S
dengan diagnosa medis HNP Lumbal berdasarkan terapi HBO adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, resiko barotrauma
berhubungan dengan Terapi HBO pemberian Oksigen 100% dengan
tekanan tinggi (2,4 ATA), resiko keracunan oksigen berhubungan dengan
terapi HBO pemberian Oksigen 100%, resiko cedera berhubungan dengan
pasien transfer in/out dari ruangan; ledakan; peralatan
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan terapi HBO, masalah utama
pasien yaitu nyeri pada pinggang kiri mengalami perubahan pada tingkat
nyeri, skala berkurang menjadi skor 3.
28.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik profesi di Lakesla Drs.
Med. Rijadi. S., Phys Surabaya, pada kesempatan ini kami akan
menyampaikan beberapa saran untuk perbaikan Lakesla agar kedepannya
lebih baik lagi. Adapun saran – saran tersebut, yakni:

1. Bagi Lakesla Drs. Med. Rijadi. S., Phys Surabaya


Diharapkan menggunakan APD saat melakukan pemeriksaan fisik kepada
klien sebelum masuk chamber.
2. Bagi Mahasiswa Praktik Profesi Universitas Airlangga
Diharapkan meningkatkan kedisiplinan terutama pada tindakan yang harus
dilakukan selama terapi hiperbarik.

38
52

DAFTAR PUSTAKA

Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical
Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado.
www.spine-institute.com
Battica, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gngguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting from
Cervical Radiculopathy. www.neckpainsupport.com

LAKESLA. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Surabaya:


Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL.
Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddart Vol 3. Jakarta:EGC
Smeltzer, S.C Bare B. G., Hinkle, J. L. & Cheever, K.H. 2007.
Brunner&Suddart’s Textbook of Medical Surgical Nursing 11th Ed.
Philippines: Lippincott Williams and Wilkinn

Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical
Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado.
www.spine-institute.com
Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting
from Cervical Radiculopathy. www.neckpainsupport.com

Anda mungkin juga menyukai