Disusun Oleh :
Kelompok 10
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Hiperbarik Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) ” ini dengan baik. Makalah ini disusun dengan berbagai sumber
yaitu melalui media elektronik dan berbagi media pendukung lainnya.
Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kesehatan Masyarakat Kemaritiman Kelautan yang dibimbing oleh
Ibu Nur Chabibah, S.Si., M.Si dan menambah pengetahuan mahasiswa dalam
bidang keperawatan.
Makalah ini tersusun berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Nur Chabibah, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing Kesehatan
Masyarakat Kemaritiman Kelautan kami.
2. Penulis buku dan blog dalam website yang kami jadikan sebagai
sumber materi dalam pembuatan makalah ini.
3. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberi dukungan
kepada kami.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif
dari para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat berguna dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi..................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.......................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi.....................................................................4
2.1.2 Definisi.....................................................................................6
2.1.3 Faktor Resiko............................................................................7
2.1.4 Klasifikasi.................................................................................8
2.1.5 Etiologi...................................................................................10
2.1.6 Patofisiologi............................................................................10
2.1.7 Manifestasi Klinis...................................................................13
2.1.8 Komplikasi.............................................................................14
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang..........................................................14
2.1.10 Penatalaksanaan......................................................................15
2.1.11 Pencegahan.............................................................................18
2.2 Konsep Dasar Hiperbarik Oksigen (HBO).......................................20
2.2.1 Definisi HBO..........................................................................20
2.2.2 Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber...........................21
2.2.3 Tujuan HBO...........................................................................21
2.2.4 Kontraindikasi HBO...............................................................22
2.2.5 Dasar Fisiologi........................................................................22
2.2.6 Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO.....................24
iii
2.2.7 Hubungan HNP dengan Terapi HBO.....................................25
2.2.8 Tabel Kindwall.......................................................................26
2.3 Teori Askep HBO.............................................................................32
2.3.1 Pengkajian..............................................................................32
2.3.2 Diagnosa Terapi Hiperbarik Oksigen.....................................35
2.3.3 Intervensi Keperawatan..........................................................35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................38
3.1 PENGKAJIAN..................................................................................38
3.2 IDENTITAS......................................................................................38
3.3 ANALISA DATA.............................................................................43
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................44
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN....................................................44
3.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................46
3.7 EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................48
BAB 4 PENUTUP...............................................................................................50
4.1 Simpulan...........................................................................................50
4.2 Saran..................................................................................................50
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
BAB 2 Tujuan Umum
Memahamiasuhan keperawatan hiperbarik oksigen pada dengan diagnosa
medis Hernia Nucleus Pulposus.
BAB 3 Tujuan Khusus
1 Mahasiswa dapat memahami konsep dasar Hernia Nucleus Puposus (HNP)
2 Mahasiswa dapat memahami konsep dasar Terapi Oksigen Hiperbarik
3 Mahasiswa dapat memahami manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik terhadap
HNP
4 Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan terapi
oksigen hiperbarik pada pasien dengan HNP mulai dari pre-TOHB, intra
TOHB, dan post-TOHB
3.1 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
1) Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan hiperbarik
pada pasien dengan Hernia Nucleus Pulposus (HNP) sehingga menunjang
pembelajaran praktik lapangan medikal bedah program profesi ners
2) Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan hiperbarik pada
pasien dengan Hernia Nucleus Pulposus (HNP) sehingga dapat digunakan
di kemudian hari pada saat praktik di ruangan dengan hiperbarik oksigen
3
2. Bagi LAKESLA
Makalah ini dapat dijadikan referensi atau kajian pustaka di LAKESLA jika
akan dilakukan kegiatan ilmiah lainnya
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Konsep Dasar Penyakit
BAB 5 Anatomi Fisiologi
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel
yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Servikal (7)
2. Torakal (12)
3. Lumbal (5)
4. Sakral (5, menyatu membentuk sacrum)
5. Koksigeal (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
4
5
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat
otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae
antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Gambar 2.5
HNP
HNP adalah pembengkakan atau penonjolan dari anulus atau mungkin herniasi
melalui anulus ke tulang belakang. Hal ini biasanya terjadi dilokasi posterolateral
dari disk invertebralis dan antara ruang C5-C6 dan C6-C7.(Smeltzer&Suzanne,
2002)
BAB 7 Faktor Resiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
c. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
8
tersebut, misal HNP vertebra L4-L5 akan menimbulkan iritasi pada akar
saraf L5.
3. Far-laterall foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung
bawah. Mengenai akar saraf yang terekat, misal HNP vertebra L4-L5
akan mengenai akar saraf L4.
Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka
pada posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non
trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nucleus
pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus
dapat diam di tempat atau ditunjukkan atau dimanifestasikan dengan
ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba,
biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya
atau jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi
“extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis
vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai
pada celah anulus, biasanya terjadi pada satu sisi atau lainnya (kadang-
kadang ditengah), dimana mereka mengenai sebuah serabut atau beberapa
serabut saraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang
normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps
yang menurun atau menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara
tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7.
Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada
pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu
diawali dengan beberapa gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
10
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis.
Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah,
membuat kejang paraparese, kadang-kadang serangannya mendadak
dengan paraparese.
BAB 9 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut
1. Degenerasi diskus intervertebralis
2. Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
3. Trauma berat atau terjatuh
4. Mengangkat atau menarik benda berat
BAB 10 Patofisiologi
Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang
merenggang, sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.
Prolapsus discus intervertebralis, hanya yang terdorong ke belakang yang
menimbulkan nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf
spinal serta akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis
akan menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan anggota bagian bawah
Herniasi atau ruptur dari discus intervertebra adalah protrusi nucleus
pulposus bersama beberapa bagian anulus ke dalam kanalis spinalis atau foramen
intervertebralis. Karena ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat
daripada ligamentum longitudinalis posterior, maka herniasi diskus hampir
selalu terjadi ke arah posterior atau posterolateral. Herniasi tersebut biasanya
menggelembung berupa massa padat dan tetap menyatu dengan badan diskus,
walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan keluar menembus
ligamentum longitudinalis posterior dan masuk lalu berada bebas ke dalam
kanalis spinalis. Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada diskus adalah
memisahnya lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya.
11
Sela intervertebra lumbal L4-L5 dan L5-S1 adalah yang paling sering
terkena, terutama L5-S1. Sedangkan L3-L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur
diskus lumbal yang lebih tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif.
Karena hubungan anatomis pada vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya
menekan radiks saraf yang muncul satu vertebra di bawahnya. Jika terdapat
fragmen diskus bebas, biasanya mengenai radiks yang muncul di atas diskus yang
mengalami herniasi.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi
L5-S1.
Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan
pada sendi L5-S1.
Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu
perubahan yang mengakibatkan herniasi nucleus pulpolus melalui anulus dengan
menekan akar–akar saraf spinal. Pada umumnya herniassi paling besar
13
3. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan
tingkat protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi
radiks dari neuropati perifer.
4. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda
equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku
emas untuk HNP.
5. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini
normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan
penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.
6. Pemeriksaan Laboratorium klinik
7. Pemeriksaan lain, misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint
block (melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada
saraf yang menuju ke sana).
BAB 14 Penatalaksanaan
Menurut Baticaca (2008), penatalaksanaan pada pasien dengan HNP yaitu:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap
untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan
adalah dengan menyandarkan punggung, lutut, dan punggung bawah
pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan
yang meradang
2. Terapi fisik
a. Traksi pelvis
16
mengangkat barang yang berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang
lanjut usia.
Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang pada akhirnya
memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi nukleus pulposus.
Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :
Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan.
Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :
Pegangan harus tepat.
Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi
lurus.
Punggung harus diluruskan.
Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan
gerakan. Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh
tubuh belakang diluar.
Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan
mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:
Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi
momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
20
Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja,
yaitu hindari manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan
mengangkut.
suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (Atmosfer absolute)
(Lakesla, 2009).
Kondisi lingkungan dalam HBO bertekanan udara yang lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini
dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara
yang bertekanan tinggi (RUBT) yang dirancang baik untuk kasus penyelaman
maupun pengobatan penyakit klinis. Individu yang mendapat terapi HBO adalah
suatu keadaan individu yang berada di dalam ruangan bertekanan tinggi (> 1
ATA) dan bernafas dengan oksigen 100%.
BAB 17 Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber
1) Monoplace Chamber
Chamber yang berukuran kecil dan hanya untuk satu pasien. Klien
menghirup oksigen yang diisikan dalam Chamber.
2) Multiplace Chamber
Chamber yang bisa digunakan untuk beberapa pasien yang melakukan
terapi HBO. Klien menghirup O2 murni 100% dari masker O2 yang telah
tersedia di dalam Chamber.
3) Portable Chamber
Chamber yang bisa dengan mudah dipindahkan untuk kasus emergency.
Contoh : Chamber dalam ambulance TNI AL
4) Animal Chamber
Chamber yang digunakan khusus untuk hewan penelitian.
BAB 18 Tujuan HBO
Tujuan dilakukan Hiperbarik Oksigen (HBO) adalah untuk :
1) Decompresi (DCS) yang terjadi pada kasus penyelaman.
2) Klinis, beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan HBO antara
lain:
(1) Luka DM dan Gangren
(2) Sudden Deafness
(3) Keracunan gas CO2
(4) Rehabilitasi pasca stroke
(5) Infertilitas, meningkatkan motilitas sperma.
22
3) Kebugaran
BAB 19 Kontraindikasi HBO
1) Kontraindikasi absolut
Untreated Pneumothorak yaitu pneumothorak yang belum dilakukan
tindakan pembedahan.
1) Kontraindikasi relatif
Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian tapi bukan merupakan
kontraindikasi absolute pemakaian hiperbarik oksigen adalah sebagai
berikut
(1) Infeksi saluran napas bagian atas
(2) Sinusitis kronis
(3) Riwayat operasi telinga
(4) Penyakit kejang
(5) Emfisema yang disertai retensi CO2
(6) Panas tinggi yang tidak terkontrol
(7) Infeksi Virus
(8) Spherositosis congenital
(9) Riwayat neuritis optic
(10) Keadaan umum lemah, tekanan darah sistolik >170 mmHg atau
<90 mmHg. Diastole >110 mmHg atau <60 mmHg
(11) Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup)
(12) Riwayat operasi dada
(13) infeksi aerob seperti TBC
(14) Wanita hamil
(15) Penderita sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin, bleomycin.
BAB 20 Dasar Fisiologi
Aspek fisiologi dari terapi HBO mencakup beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
1) Fase Respirasi
23
daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada
otot dan jaringan sekitarnya yang mengalami inflamasi (peradangan)
sehingga mengakibatkan jaringan tersebut mengalami hipoksia. Maka dari
itu, dibutuhkan pemberian terapi yang tepat untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan, pemberian terapi tersebut dapat secara medikamentosa,
fisioterapi, pembedahan dan terapi HBO. Terapi hiperbarik oksigen
merupakan pemberian oksigen murni 100% pada tekanan lebih dari 1
atmosfer absolut yang dapat memberikan efek baik terhadap sirkulasi
jaringan yang mengalami hipoksia sehingga dapat menurunkan peradangan
yang terjadi.
Terapi hiperbarik oksigen akan mengurangi inflamasi yang disebabkan
oleh saraf yang terjepit pada Hernia Necleus Pulposus. Terjepitnya saraf akan
menyebabkan rasa nyeri luar biasa.Terapi Hiperbarik Oksigen yang
mengandung 100% oksigen murni akan mengurangi peradangan tersebut.
Keadaan rileks pada chamber akan membuat suasana tenang dan nyeri
berkurang (LAKESLA, 2009)
BAB 23 Tabel Kindwall
Descent Rate = As Fast As
Posible
50
30
20
10
0 14 30 5 30 5 30 14
27
1) Penekanan:
a. Sebelum dimulai penekanan, tender membantu pasien untuk masuk
rubt (yang pakai tempat tidur, kursi roda dan yang terakhir adalah yang
bisa jalan sendiri.
b. Penekanan akan dimulai dengan cara operator menutup pintu rubt dan
akan menyampaikan pelaksanaan TOHB akan segera dimulai.
c. Mengingatkan kepada pasien agar tidak terlambat valsava.
d. Pada saat kedalaman 3 meter, operator akan menyetop penekanan dan
menanyakan ke tender apakah ada kendala, jika tidak ada masalah bagi
pasien, penekanan akan dilanjutkan.
e. Tender monitor dan mengingatkan pasien agar tidak terlambat valsava
dan membantu pasien jika ada yang terlambat valsava dan koordinasi
dengan operator
f. Resiko yang mungkin terjadi adalah barotrauma
g. Penekanan rata-rata berlangsung 14 menit sampai kedalaman 14 meter.
2) Isap Oksigen I
a. Operator akan menginformasikan kepada pasien untuk menghisap
oksigen.
b. Tender membantu memasangkan masker ke pasien.
c. Tender menganjurkan kepada pasien untuk bernafas secara normal.
d. Tender memonitor tanda-tanda keracunan oksigen.
e. Pelaksanaan isapan oksigen pertama selama 30 menit.
3) Istirahat
a. Operator menginformasikan isapan oksigen pertama selesai
b. Tender membantu pasien untuk melepas masker pasien
c. Menghirup udara biasa selama 5 menit.
4) Isap Oksigen II
28
Rupturpada annulus
Nukleuskeluar
Nukluepecah
HNP
Servikal Lumbal
tetraplegi
4
31
Nyeri
32
Kesulitan bernafas
Gangguan pola
eliminasi
Pola nafas tidakefektif
Nitrit oxide
meningkat
Terapi HBO
4
34
e. Monitor adanya udara di IV line dan tekanan tubing line invasif. udara
semua harus dikeluarkan dari tabung, jika ada.
f. Dokumentasikan bahwa semua lini invasif terbebas dari udara
terutama saat chamber di berikan tekanan dan setelah diberikan
tekanan.
2) Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Kriteria Hasil : tanda dan gejala dari barotrauma akan diakui, ditangani,
dan segera dilaporkan.
a. Kelola dekongestan, instruksi dokter, sebelum perawatan terapi
oksigen hiperbarik
b. Sebelum perawatan instruksikan pada pasien tentang teknik
pengosongan telinga,dengan cara menelan, mengunyah, menguap
modifikasi manuver valsava , atau head tilt
c. Kaji kemampuan pasien melakukan teknik pengosongan telinga saat
tekanan dilakukan.
d. Lakukan tindakan keperawatan :
1) Ingatkan pasien untuk bernapas dengan normal selama perubahan
tekanan,
2) Konfirmasi ET / manset Trach diisi dengan NS sebelum tekanan
udara.
3) Beritahukan operator ruang multiplace jika pasien tidak dapat
menyesuaikan persamaan tekanan
3) Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan
atmosfir meningkat.
Kriteria Hasil : Tanda dan gejala keracunan oksigen dikenali dan ditangani
dengan tepat
Intervensi Keperawatan :
a. Catat hasil pengkajian pasien dari dokter hiperbarik :
a) Peningkatan Suhu tubuh
b) Riwayat penggunaan steroid
c) Riwayat kejang oksigen
38
27.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pendaftaran : 05-02-2018 Jam Pendaftaran : 09.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 20-02-2018 No. RM : xxxxx
Jam Pengkajian : 06.45 WIB Diagnosa Masuk : Post HNP
Terapi HBO Ke :6
27.2 IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn.S
2. Umur : 53 Tahun
3. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : TNI AL
6. Alamat : Sukodono
Keluhan Utama
DCS :-
Klinis : Nyeri pinggang kiri
Kebugaran :-
38
40
LAKESLA pada hari selasa pukul 06.30 WIB. Pasien sudah mengikuti
terapi hiperbarik oksigen lima kali.
Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis Apatis Somnolen Sopor
Koma
2. Tanda-Tanda Vital
S: 36,2◦C N : 88x/menit TD: 120/80 mmHg RR :
20x/menit
3. Keadaan Fisik
41
4. Sistem Neurologis
GCS :Mata: 4 Verbal: 5 Psikomotor: 6
Keluhan Pusing : Ya Tidak
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
Lain-Lain :-
5. Sistem Pernapasan
Keluhan : Sesak Nyeri Waktu Nafas Orthopnea
Tidak ada
Batuk : Produktif Tidak Produktif Tidak ada
Sekret :- Konsistensi :-
Warna :- Bau :-
Irama Nafas : Teratur Tidak Teratur
Alat Bantu Nafas : Ya Tidak
Keterangan : -
Penggunaan WSD : Ya Tidak
Keterangan : -
Tracheostmi : Ya Tidak Keterangan : Tidak
ada
Lain-Lain : Tidak ada
6. Sistem Kardiovaskuler
Irama jantung : Reguler Ireguler
CRT :< 2 detik
42
Tabel Tiga
Risiko barotrauma
ke telingga, sinus,
gigi, dan paru-
paru, atau gas
emboli serebral
Selasa, 20 DS : Terapi HBO Risiko keracunan
Februari Pasien mengatakan ini oksigen
2018 adalah terapi HBO yang 6 Peningkatan
06.50 kali tekanan diatas 1
DO : ATA
- Pemberian oksigen murni
100% selama ±120 menit Pemberian
oksigen 100%
Risiko keracunan
oksigen
Selasa, 20 DS : - Terapi HBO Resiko cedera
Februari DO :
45
Pasien transfer
in/out dari ruang
(chamber)
Risiko Cedera
27.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis
2. Risiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
3. Risiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan
atmosfir meningkat.
4. Risiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber),
ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
oksigen dikenali
mendoku-mentasikan tanda
dan ditangani
dan gejala dari keracunan
dengan tepat
oksigen : vertigo, pengelihatan
kabur, dsb.
2. Ingatkan kembali pasien untuk
tetap bernafas biasa pada saat
menggunakan masker oksigen
3. Beritahukan operator dan
dokter hiperbarik jika terjadi
kercunan oksigen pada pasien
4. Berikan oksigen murni 100%
Post HBO
Evaluasi tanda-tanda keracunan
oksigen, mengevaluasi keluhan
pasien setelah melakukan terapi
HBO
27.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari / Diagnosa Jam Implementasi
Tanggal
Selasa, 1,2,3,4 06.50 Pre HBO
20 WIB 1. Membina hubungan saling percaya
Februar Pasien memberikan respon baik saat
i 2018 berkomunikasi
2. Mengkaji tingkat nyeri klien
Skala nyeri 4
3. Mengobervasi TTV
R = 20 x/menit, Nadi = 88 x/m, suhu = 36,2
c,
T/D =120/80 mmHg
4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Pasien memahami tehnik yang diajarkan
5. Memberikan instruksi tentang teknik
pengosongan telinga, dengan cara menelan,
mengunyah, menguap modifikasi maneuver
valsava.
Pasien memahami instruksi yang diberikan.
6. Mencatat hasil pengkajian pasien dari dokter
HBO : Riwayat penggunaan steroid, riwayat
kejang oksigen dan peningkatan suhu.
Tidak ditemukan riwayat penggunaan
steroid,kejang oksigen dan peningkatan suhu.
7. Menganjurkan untuk bernafas biasa saat
menggunakan masker oksigen dan tidak
melakukan gerakan yang berlebihan dalam
48
chamber.
Pasien memahami anjuran yang diberikan.
8. Membantu menyimpan barang-barang
berharga yang dapat mengakibatkan
terjadinya kebakaran/cidera
Pasien menyimpan barang yang berharga di
loker pasien
9. Memastikan pasien menggunakan sandal
dengan benar, serta memastikan lantai sudah
bersih dan tidak licin
Pasien menggunakan sandal yang benar dan
lantai bersih serta tidak licin.
10. Mengantarkan pasien masuk ke dalam
chamber
Pasien embarkasi kedalam chamber.
Selasa, 1,2,3,4 07.30 Intra HBO
20 WIB 1. Melakukan kolaborasi terapi HBO
Februar Terapi HBO dilaksanakan.
i 2018 2. Mengkaji kemampuan pasien melakukan
teknik pengosongan telinga saat tekanan
dilakukan.
Pasien mampu melakukan valsava
3. Memberikan oksigen murni 100%
Oksigen murni diberikan.
4. Monitor peralatan dan supple untuk
perubahan tekanan dan volume
Peralatan,supple,tekanan dan volume
terkontrol
5. Memberitahukan operator bila pasien tidak
dapat beradaptasi dengan perubahan tekanan
Pasien dapat beradaptasi di RUBT.
6. Memonitor kondisi pasien dan mendoku-
mentasikan tanda dan gejala dari keracunan
oksigen : vertigo, penglihatan kabur, dsb.
Tidak ditemukan vertigo,penglihatan kabur.
7. Mengingatkan kembali pasien untuk tetap
bernafas biasa pada saat menggunakan
masker oksigen
Pasien memahami petunjuk yang diberikan
8. Beritahukan operator dan dokter hiperbarik
jika terjadi keracunan oksigen pada pasien
Tidak terjadi keracunan oksigen pada pasien
Selasa, 1,2,3,4 09.30 Post HBO
20 WIB 1. Mengevaluasi tingkat nyeri pasien
Februar Skala nyeri 4
i 2018
49
terbakar
3. Pasien terlihat keluar chamber dengan
normal, tanpa terjadi cidera
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan
Selasa, 4 09.40 S: Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
20 WIB penggunaan obat steroid dan riwayat kejang
Februar oksigen
i 2018 O:
1. Keadaan umum tenang
2. Pasien tampak tidak mengalami tanda gejala
keracunan oksigen, tidak mengalami
penigkatan suhu, vertigo, ataupun
pengelihatan kabur
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan
BAB 28
PENUTUP
28.1 Simpulan
1. Hernia Nukleus Purposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh
trauma atau perubahan degenaratif yang menyerang massa nukleus pada
daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang. Masalah yang
ditemukan pada Tn. S antara lain nyeri kronik, hambatan mobilitas fisik,
dan ansietas.
2. Diagnosa keperawatan yang disusun dari masalah keperawatan pada Tn.S
dengan diagnosa medis HNP Lumbal berdasarkan terapi HBO adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, resiko barotrauma
berhubungan dengan Terapi HBO pemberian Oksigen 100% dengan
tekanan tinggi (2,4 ATA), resiko keracunan oksigen berhubungan dengan
terapi HBO pemberian Oksigen 100%, resiko cedera berhubungan dengan
pasien transfer in/out dari ruangan; ledakan; peralatan
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan terapi HBO, masalah utama
pasien yaitu nyeri pada pinggang kiri mengalami perubahan pada tingkat
nyeri, skala berkurang menjadi skor 3.
28.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik profesi di Lakesla Drs.
Med. Rijadi. S., Phys Surabaya, pada kesempatan ini kami akan
menyampaikan beberapa saran untuk perbaikan Lakesla agar kedepannya
lebih baik lagi. Adapun saran – saran tersebut, yakni:
38
52
DAFTAR PUSTAKA
Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical
Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado.
www.spine-institute.com
Battica, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gngguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting from
Cervical Radiculopathy. www.neckpainsupport.com
Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical
Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado.
www.spine-institute.com
Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting
from Cervical Radiculopathy. www.neckpainsupport.com