PEMBIMBING :
PENYUSUN :
Terhadap Spinal Cord Injury” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah
Surabaya.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkah dan rahmat-NYA, saya bisa menyelesaikan case
report dengan judul “Hubungan Terapi Hiperbarik Oksigen Dengan Spinal
Cord Injury” dengan baik. Case Report ini disusun sebagai salah satu
tugas untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian LAKESLA TNI
AL DRS. MED. R. Rijadi Sastropanola., PHYS Surabaya, dengan harapan
dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Ni Komang Sri Dwi U., M.Kes, Sp.S selaku pembimbing.
2. Para dokter di bagian LAKESLA TNI AL DRS. MED. R. Rijadi
Sastropanola., PHYS Surabaya.
3. Para perawat dan pegawai di LAKESLA TNI AL DRS. MED. R.
Rijadi Sastropanola., PHYS Surabaya.
Saya menyadari bahwa case report yang saya buat ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi
manfaat dan berguna bagi perkembangan terapi oksigen hiperbarik.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
5
BAB 1
PENDAHULUAN
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
hingga 2 jam per pengobatanya selama 20 hingga 40 terapi, bahkan bisa
sampai 60x terapi (Lam G, Fontaine R, Ross FL, 2017).
Karena pasien harus mengalami peningkatan tekanan (> 1 ATA)
selama perawatan HBOT yang benar, penting untuk dicatat bahwa
bernapas 100% oksigen pada 1 ATA bukan merupakan HBOT (Lam G,
Fontaine R, Ross FL, 2017).
12
1. Hiperoksigenasi
Bernapas dengan oksigen murni 100% pada tekanan 2-3
atm memberikan 20 kali lebih banyak oksigen ke jaringan
daripada dalam kondisi normal (21%). Hal ini memberikan
manfaat bagi jaringan iskemik lewat aliran darah marginal.
2. Tekanan Langsung
Oksigen pada tekanan rendah akan memperkecil volume
gelembung gas yang mengarah ke reabsorbsi. Hal ini berguna
pada arteri yang mengalami emboli gas dan nitrogen dalam
jaringan, yang disebabkan karena kecelakaan menyelam
3. Bakterial dan Bakterisidal
Hiperoksigenasi dari jaringan akan meningkatkan
pembunuhan bakteri terutama yang bersifat anaerob, dan
penting dalam menyembuhkan infeksi yang resisten. HBOT
memfasilitasi system peroksidase oksigen sesuai dengan
tempat leukosit membunuh bakteri tersebut.
4. Vasokonstriksi
Terapi HBO dapat menyebabkan penyempitan dari lumen
pembuluh darah, terutama di jaringan yang terluka, sehingga
mengurangi edema dan penting dalam pengobatan luka bakar,
crush injury dan injury tissue.
5. Angiogenesis
HBOT memicu aliran darah kolateral yang diproduksi oleh
peningkatan fibroblast pada jaringan yang terluka, sehingga
menyebabkan peningkatan kolagen. Oleh karena itu, di daerah
yang iskemik, oksigen hiperbarik mendorong atau merangsang
pembentukan pembuluh darah kapiler baru sehingga dapat
meningkatkan kecepatan penyembuhan luka.
6. Stimulasi Superoksida Dismutase
Superoksida dismustase merupakan salah satu antioksidan
utama tubuh dan melawan radikal bebas. HBOT merangsang
13
antioksidan yang baik untuk perbaikan jaringan yang terjadi
peradangan akibat produk radikal bebas.
7. Antibiotik Sinergi
HBOT bersinergi dengan antibiotic berikut : floroquinolones,
aminoglikosida, dan amfoterisin B. Antibiotik ini menggunakan
oksigen untuk melintasi membrane sel.
8. Penurunan Lactic Acid
HBOT menurunkan akumulasi laktat pada jaringan iskemik,
yang sangat membantu pada fase penyembuhan.
9. Leucocyte Oxidative Killing
Dalam lingkungan anaerobic, kapasitas leukosit berkurang.
Dengan memberikan oksigen tambahan, kapasitas dekstruktif
leukosit lebih meningkat.
10. Menurunkan Inflamasi
HBOT mengurangi peradangan dengan beberapa
mekanisme. Sitokin dan mediator inflamasi lainnya, termasuk
asam laktat yang dibersihkan dengan HBOT. HBOT
merangsang antioksidan dalam tubuh untuk mengurangi
inflamasi.
11. Meningkatkan Stem sel
HBOT memicu delapan kali lebih tinggi dari tingkat normal
agar stem sel keluar dari bone marrow dan mengatasi daerah
inflamasi.
14
2.1.6 Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik (Gill & Bell, 2004)
Emboli gas atau udara
Keracunan Karbon monoksida, Sianida, Inhalasi asap
Clostridial myositis dan myonecrosis (gas gangrene)
Crush Injury, Compartmen syndromes dan iskemia perifer
akut traumatik lainnya
Penyakit Dekompresi
Peningkatan penyembuhan dalam masalah luka tertentu
Anemia kehilangan darah yang luar biasa
Abses intracranial
Infeksi jaringan lunak nekrotik
Osteomielitis refrakter
Flaps dan Graft kulit
Osteoradionekrosis
Radionekrosis jaringan lunak
Luka bakar
15
2.1.7 Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
16
c. Accelerated cataract maturation
2. Efek samping mayor :
a. Kejang
b. Gagal jantung kongestif eksaserbasi
c. Edema paru
d. Perubahan retina
3. Kontraindikasi relative
a. Demam
b. Penyakit kejang
c. Hipertirodisme
d. CHF
e. Penyakit paru (ex : PPOK)
f. Claustrophobia berat
4. Kontraindikasi absolut :
a. Untreated Pneumothorax
17
2.2 Spinal Cord Injury
2.2.1 Penelitian Tentang Hubungan HBOT dengan Spinal Cord Injury
Terapi oksigen hiperbarik meningkatkan fungsi motorik pada pasien
dengan cedera medulla spinalis. Dalam penelitian Wang Y, dkk.,
mekanisme yang terkait dengan pemulihan fungsi neurologis setelah
terapi oksigen hiperbarik dalam model tikus cedera tulang belakang.
Model cedera sumsum tulang belakang akut menggunakan modifikasi
metode objek jatuh bebas, dan memperlakukan hewan dengan oksigen
pada 0,2 MPa selama 45 menit, 4 jam setelah cedera. Perawatan
diberikan empat kali per hari, selama 3 hari.
18
Tikus yang terpapar oksigen hiperbarik memiliki skor BBB yang
lebih tinggi (A), mencapai sudut yang lebih besar pada uji bidang miring
(B) dan memiliki skor Tarlov yang dimodifikasi lebih tinggi (C) daripada
tikus model, menunjukkan fungsi motorik yang lebih baik. Data dinyatakan
sebagai mean ± SD (n = 8 tikus per kelompok). * P <0,05, vs. kelompok
palsu; # P <0,05, vs. kelompok model (pengukuran ulang analisis varians
dan tes Student-Newman-Keuls). I: Sebelum pemodelan; II – VII: 1 hari, 3
hari, 1, 2, 3, 4 minggu setelah pemodelan; BBB: skala Basso-Beattie-
Bresnahan.
19
Gambar 2. 6 Pengaruh terapi oksigen hiperbarik (HBO) pada apoptosis
pada jaringan sumsum tulang belakang tikus dengan cedera medulla
spinalis.
20
Gambar 2. 7 Pengaruh terapi oksigen hiperbarik pada aquaporin (AQP)
4/9 mRNA (A) dan protein (B) tingkat ekspresi pada sumsum tulang
belakang tikus dengan cedera medulla spinalis.
22
belakang. Terapi oksigen hiperbarik mengurangi kehilangan serat NF-200
positif setelah cedera medulla spinalis. Data dinyatakan sebagai mean ±
SD (n = 5 tikus per kelompok). * P <0,05, vs. kelompok palsu; # P <0,05,
vs. kelompok model (pengukuran ulang analisis varians dan tes Student-
Newman-Keuls).
23
ulang analisis varians dan tes Student-Newman-Keuls). I: Model grup; II:
kelompok HBO; III: kelompok sham.
24
BAB 3
HUBUNGAN TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN DENGAN SPINAL CORD
INJURY
Peradangan yang berlebihan mempromosikan apoptosis
oligodendrocyte, cedera sumsum tulang belakang yang diperburuk, dan
menghambat pemulihan fungsi neurologis setelah cedera sumsum tulang
belakang. Pada tahap awal setelah cedera sumsum tulang belakang akut,
gangguan mikrosirkulasi dapat memicu hipoksia dan iskemia lokal, dan
menyebabkan peradangan kekebalan. Selama periode ini, tumor necrosis
factor-α, interleukin-1 dan faktor inflamasi lainnya dilepaskan, dan aktivasi,
proliferasi dan migrasi mikroglia dan astrosit terjadi, berkontribusi terhadap
sitotoksisitas sekunder dan pembentukan bekas luka. Saraf iskemia /
hipoksia sumsum tulang belakang yang berkelanjutan dan gangguan
metabolisme tidak kondusif untuk regenerasi saraf dan aksonal, yang
mengakibatkan cedera tulang belakang sekunder lebih lanjut.
Penelitian Wang Y dkk., menunjukkan bahwa terapi oksigen hiperbarik
diberikan segera setelah cedera sumsum tulang belakang meningkatkan
pemulihan pada tikus dengan mengurangi ekspresi gen dan protein yang
berhubungan dengan edema di sumsum tulang belakang yang cedera,
menipiskan apoptosis di lokasi cedera, memperpendek latensi dan
meningkatkan amplitudo potensial yang ditimbulkan, dan meningkatkan
fungsi motor belakang. Mekanisme untuk tindakan terapi oksigen
hiperbarik dalam memperbaiki lingkungan mikro di sumsum tulang
belakang yang cedera: (1) Cedera medula spinalis menyebabkan edema
lokal dan hipoksia, dan terapi oksigen hiperbarik mengurangi apoptosis
neuronal hipoksia yang diinduksi oleh peningkatan konsentrasi oksigen
darah. di sumsum tulang belakang yang terluka. (2) Oksigen hiperbarik
menurunkan regulasi gen AQP4 / 9 dan ekspresi protein, mengurangi
peradangan pada sumsum tulang belakang yang cedera. (3) Perawatan
juga memperbaiki asidosis pada sumsum tulang belakang yang cedera,
meningkatkan mikrosirkulasi, berkontribusi pada pemeliharaan
metabolisme energi, dan meningkatkan pemulihan fungsi saraf setelah
25
cedera reversibel. Singkatnya, terapi oksigen hiperbarik membantu
mengurangi apoptosis neuronal, menurunkan tingkat kecacatan, dan
mencegah kerusakan setelah cedera tulang belakang. Kemanjuran jangka
panjang, keamanan dan keandalan perawatan ini, dan komplikasi terkait
yang minimal, menjadikan terapi oksigen hiperbarik sebagai pengobatan
baru yang menjanjikan untuk cedera sumsum tulang belakang.
26
BAB 4
KESIMPULAN
Terapi oksigen hiperbarik meningkatkan fungsi motorik pada pasien
dengan cedera medulla spinalis. Model cedera sumsum tulang belakang
akut menggunakan modifikasi metode objek jatuh bebas, dan
memperlakukan hewan dengan oksigen pada 0,2 MPa selama 45 menit, 4
jam setelah cedera. Perawatan diberikan empat kali per hari, selama 3
hari. Dibandingkan dengan tikus model yang tidak menerima pengobatan,
tikus yang terpapar oksigen hiperbarik memiliki lebih sedikit sel apoptosis
di jaringan sumsum tulang belakang, tingkat ekspresi yang lebih rendah
dari aquaporin 4/9 mRNA dan protein, dan lebih banyak serabut saraf
positif NF-200. Selanjutnya, mereka memiliki rongga sumsum tulang
belakang yang lebih kecil, pemulihan cepat dari somatosensori dan motor
yang membangkitkan potensi, dan terutama pemulihan fungsi motor
belakang belakang yang lebih baik daripada tikus model. Temuan kami
menunjukkan bahwa terapi oksigen hiperbarik mengurangi apoptosis,
menurunkan regulasi aquaporin 4/9 mRNA dan ekspresi protein pada
jaringan sumsum tulang belakang yang cedera, meningkatkan lingkungan
mikro lokal untuk regenerasi saraf, dan melindungi dan memperbaiki
sumsum tulang belakang setelah cedera. Untuk itu dapat kami simpulkan
dari penelitian Wang Y, dkk., bahwa terapi oksigen hiperbarik memberikan
perbaikan terhadap spinal cord injury.
27
BAB 5
STATUS PASIEN
5.1 IDENTITAS
Nama : Tn. AY
Usia/ Tanggal Lahir : 37 tahun/ 29 Januari 1981
Alamat : Jl. S. Parman, No. 06, Waru, Sidoarjo
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : PNS BKN
Terapi HBO : 14 kali
5.2 SUBJEKTIF
1. Keluhan utama : Kedua kaki tidak bisa digerakkan
2. Keluhan tambahan : Kebas (-), geringgingan (-), mual (-), muntah (-)
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa menggerakkan kedua
kakinya, ± sejak 3 bulan yang lalu, dimana awalnya pasien pada tanggal
25 september 2018 sempat jatuh terduduk (split) saat setelah pasien
mandi. Pasien awalnya merasakan bahwa ada sengatan listrik pada saat
jatuh terduduk di daerah punggung (dari pantat menjalar ke punggung).
Kemudian kakinya merasa lemas, dan dicoba untuk berdiri, tetapi pasien
tidak bisa berdiri. Pasien masih bisa merasa sensasi raba pada kedua
kakinya. Nyeri punggung disangkal. Otot kaki pada bagian belakang
merasa kayak seperti ditarik. Kemudian pasien dibantu oleh temannya
untuk tidur rebahan selama satu jam, tetapi kaki masih tidak bisa
digerakkan dan badan terasa sakit semua.
Pasien sempat dirawat di RSUD Sidoarjo selama 4 hari dan
diberikan obat secara suntikan, dan pasien merasa bahwa badannya agak
enakan (sakitnya hilang) dan kakinya sempat bisa untuk diangkat. Setelah
pasien pulang pasien sempat berlatih untuk berdiri, dimana kaki kirinya
lebih kuat dibanding yang kanan. Kalau pasien batuk/ bersin, badan
terasa sakit. Kemudian pasien control ke poli spesialis saraf di RSUD
28
Sidoarjo dan dirujuk ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Pasien sempat
merasa bahwa kaki kirinya semakin kuat sedangkan kaki kanannya
semkin kuat, tetapi agak nyeri apabila digerakkan.
Pasien melakukan operasi HNP pada tanggal 23 oktober 2018.
Setelah operasi, pasien merasa tidak bisa sama sekali untuk
menggerakkan kakinya selama 2 hari. Setelah 7 hari opname, pasien
pulang. Kemudian pasien kontrol dan dikonsulkan untuk melakukan
fisioterapi. Pasien disarankan oleh dokter untuk menjalani terapi HBO di
Lakesla Surabaya.
4. Riwayat penyakit dahulu : HT(-) ; DM(-); asma(-); penyakit jantung(-)
5. Riwayat penyakit keluarga : HT(-) ; DM(-); asma(-)
6. Riwayat penggunaan obat :
7. Fisioterapi : 7x, dua kali seminggu
8. Akupuntur : 6x
9. HBOT : 14x
5.3 OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS l : 4-5-6
TD : 150/90
RR : 22 br/min
Nadi : 84 b/min reguler
Suhu : 37ºC
HBOT : 14x
BB : 90 Kg
TB : 176 cm
31
32
33
34
35
Daftar Pustaka
1. Calvert, J. W., Cahill, J., & Zhang, J. H. 2007. Hyperbaric
oxygen and cerebral physiology. Neurological Research, 29(2),
132–141. https://doi.org/10.1179/016164107X174156.
2. Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2
3. Gill, A. L., & Bell, C. N. A. 2004. Hyperbaric oxygen: Its uses,
mechanisms of action and outcomes. QJM - Monthly Journal of
the Association of Physicians, 97(7), 385–395.
https://doi.org/10.1093/qjmed/hch074
4. Lam G, Fontaine R, Ross FL, C. E. 2017. Hyperbaric oxygen
therapy: Exploring the clinical evidence. Advances in Skin &
Wound Care, 30(40), 181–190. https://doi.org/10.1094/PDIS-92-
9-1364A.
5. Leach et al, B. 2012. Indications for Hyperbaric Oxygen
Therapy. DVM.
6. Li, H., Zhao, D., Diao, M., Yang, C., Zhang, Y., Lv, Y., … Pan, S.
2015. Hyperbaric Oxygen Treatments Attenuate the Neutrophil-
to-Lymphocyte Ratio in Patients with Idiopathic Sudden
Sensorineural Hearing Loss. Otolaryngology-Head and Neck
Surgery, 153(4), 606–612.
https://doi.org/10.1177/0194599815589072
7. Liu, W., Zhang, J., Ma, C., Liu, Y., Li, R., Sun, X., & Xu, W. G.
2009. Dual effects of hyperbaric oxygen on proliferation and
cytotoxic T lymphocyte activity of rat splenic lymphocytes.
Undersea Hyperb Med, 36(3), 155–160. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retrieve&db
=PubMed&dopt=Citation&list_uids=19860137
8. Mahdi. 1999.Pengaruh Oksigen Hiperbarik Terhadap Sel
Jaringan Tubuh, Proses Penyembuhan Luka, Ilmu Kesehatan
Penyelaman dan Hiperbarik,h 351-355.
9. Noori S., Al-Waili., Glenn J. Butler. 2006. Effects of Hyperbaric
Oxygen on Inflammatory Response to Wound and Trauma:
36
Possible Mechanism of Action.
10. Raveenthiraraja, T., Subha, M. 2013. Hyperbaric Oxygen
Therapy: A Review. Int J Pharm Pharm Sci, vol. 5, issue 4, pp.
52-54.
https://innovareacademics.in/journal/ijpps/Vol5Issue4/7741.pdf
11. Shahriari, A., Khoosideh, M., Heidari, M. 2014. Diseases
Treated With Hyperbaric Oxygen Therapy: A Literature Review.
Med Hypothesis Discov Innov Interdisciplinary, 1(2).
https://www.researchgate.net/publication/269280137_-
_Diseases_Treated_With_Hyperbaric_Oxygen_Therapy_a_Liter
ature_Review
12. Wadhawan, R. et al. 2014. Hyperbaric Oxygen Therapy: Utility
in Medical & Dental Fields a Review. Journal of Science, vol. 4,
issue 10, pp. 604-614.
13. Wibowo, A. 2015. Oksigen Hiperbarik: Terapi Percepatan
Penyembuhan Luka.
14. Zhao, LL., Wu, L., Pierce, GF., Landin, DA. 1995.” Effect of
oxygenon wound responses to growth factors ; Kaposi’s FGF
, but not Basic FGF Stimulates in Ischaemic Wound ”, 12 ( 1 )
: 29-35.
37