Anda di halaman 1dari 32

Meet The Expert

Oleh :
Angraini 07923024
Silfia Rahmi 07120116

Pembimbing :
Dr. Sri Handayani Mega Putri, SpM
* Istilah diplopia berasal dari bahasa
Yunani: diplous yang berarti ganda,
ops yang berarti
mata.
* Merupakan keluhan subjektif yang
umum dan sering didapatkan dalam
pemeriksaan mata.
* Sering menjadi manifestasi pertama
dari banyak kelainan, seperti
kelainan muskuler, neurologis, atau
kelainan pada organ lainnya.
* Etiologinya sangat bervariasi

Penting untuk memberikan


penanganan yang tepat pada pasien
dengan keluhan ini!!
*Tujuan Penulisan

* Penulisan Makalah Meet The Expert (MTE) ini


bertujuan untuk memahami serta menambah
pengetahuan tentang diplopia.
*Batasan Masalah

* Dalam Makalah Meet The Expert ini akan


dibahas mengenai definisi, klasifikasi, etiologi
dan tatalaksana diplopia.
*Metode Penulisan

* Penulisan Makalah Meet The Expert ini


menggunakan berbagai literatur sebagai
sumber kepustakaan.
*Diplopia (penglihatan ganda) :
*Keadaan melihat sebuah benda ganda
bila dilihat dengan satu atau dua mata.
* Sistem sensoris menerima rangsang

* Pusat pengaturan lebih tinggi

* Dibantu sistem motorik mengarahkan kedua mata

* Kedua retina mendapat gambaran yang sama

* Otak memroses menjadi penglihatan binokuler


Penglihatan Simultan:
Kedua mata mempunyai titik fiksasi yang sama di
fovea sentralis kedua mata, bayangan kedua
objek di titik korespondensi retina.
Fusi:
Proses kedua retina membuat impresi visual yang
sama, 2 gambaran retinal akan bercampur
menjadi persepsi tunggal.
*Diplopia secara umum dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Diplopia Binokular
*Penglihatan ganda yang terjadi apabila seseorang
melihat dengan kedua mata dan menghilang bila
salah satu mata ditutup.
* Umumnya disebabkan oleh :
* Gangguan pergerakan otot bola mata
* Kerusakan saraf yang melayani otot-otot bola mata
* Diabetes
* Miastenia Gravis
* Penyakit Graves
* Trauma atau cidera pada otot mata
* Kerusakan pada tulang penyangga bola mata
2) Diplopia Monokular
*Diplopia yang hanya terjadi pada satu mata.
*Penglihatan ganda muncul saat salah satu mata
ditutup.
*Gangguan ini dapat terjadi pada pasien dengan :
* Astigmatisme,
* Gangguan lengkung kornea,
* Pterigium,
* Katarak,
* Dislokasi lensa mata,
* Gangguan produksi air mata
* Gangguan pada retina.
*Dua mekanisme utama terjadinya
diplopia adalah:
*Ketidaksejajaran Okuler
*Aberasi Okuler (misal defek kornea,
iris, lensa, atau retina)
* Ketidaksejajaran okuler

* terganggunya kapasitas fusional sistem binokuler

* Koordinasi neuromuskuler yang normal tidak dapat menjaga


korespondensi visual objek pada retina kedua mata

* objek yang sedang dilihat tidak jatuh pada fovea kedua retina

* objek akan tampak pada dua tempat spasial berbeda

* diplopia
* Kebanyakan diplopia monokuler terjadi akibat:
* Aberasi lokal pada kornea, iris, lensa, atau retina (jarang).
* Diplopia monokuler tidak pernah disebabkan oleh
ketidaksejajaran okuler.
* Lengkap dan Menyeluruh
* Tentukan monokuler atau binokuler??
* Jika diplopia binokuler Evaluasi kelainan-kelainan yang dapat
menimbulkan ketidaksejajaran okuler
baik karena proses neurologis maupun
karena penyakit orbita.
* Jika diplopia monokuler Fokuskan pada kelainan di mata.
* Tanyakan informasi mengenai onset, durasi, frekuensi, gejala-
gejala yang berhubungan, dan faktor yang menimbulkan atau
menghilangkan keluhan.
* Tanyakan juga mengenai penurunan visus, trauma, strabismus
masa kanak-kanak, ambliopia, dan riwayat pembedahan mata atau
strabismus sebelumnya.
*Apakah menutup salah satu mata membuat diplopia
hilang?
*Apakah deviasi sama pada semua arah
pandang atau oleh
penekukan dan pemutaran kepala dalam berbagai
posisi?
*Apakah objek kedua terlihat horizontal (bersisian) atau
vertikal (atas dan bawah)?
* Penyebab Oftalmik
* kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
* defek kornea
* katarak
* Defek retina
* Penyebab Neurologis
* Gangguan kortikal Diplopia monokuler
bilateral (jarang)
*Diplopia binokuler terjadi karena ketidaksejajaran
mata, yang mungkin disebabkan oleh :
*Gangguan pada saraf,
*Gangguan pada otot,
*Gangguan persimpangan otot saraf
*Gangguan pada tulang sekitar mata
* Tanyakan apakah diplopianya horizontal, vertikal, atau obliks??
* Memburuk pada arah pandang tertentu??
* Memburuk saat melihat jauh atau dekat??

* Diplopia horizontal impaired abduksi atau adduksi


(berhubungan dengan kontrol dan pergerakan otot rektus medial, rektus lateral,
atau keduanya) .
* Diplopia vertikal impaired elevasi atau depresi
(berhubungan dengan kontrol dan pergerakan otot rektus inferior, rektus superior, oblik
inferior, oblik superior, atau kombinasi dari otot-otot ini).
* Lakukan pemeriksaan oftalmologik lengkap.
* Pemeriksaan kornea, iris, lensa, media okuler, dan retina.
* Jika pinhole mengoreksi diplopia, maka penyebabnya
mungkin melibatkan kornea atau lensa.
* Kelainan macula retina tidak akan membaik dengan pinhole.
* Pemeriksaan Diplopia dengan Hess Screen:
* Penilaian kelumpuhan / kelemahan otot gerak mata dengan
cara bergantian.
* Mata yang lumpuh dan yang baik dipaksa memfiksasi titik-
titik tertentu pada layar dan dari penunjukan arah posisi
mata sebelahnya oleh pasien sendiri diketahui data durasi
dan amplitudo geraknya berdasarkan prinsip retinal
correspondence
* Layar kelabu atau hitam selebar kira-kira 1 m2 mengandung
garis-garis yang sebagian melengkung sesuai proyeksi arah
pandang.
* Dua senter proyeksi merah dan hijau yang memproyeksikan
garis atau titik sinar pada layar.
* Kacamata merah hijau.
* Formulir gambar copy miniatur layar.
* Mata kiri dan mata kanan yang dipasang filter merah dan
hijau melihat objek cahaya pada layar-layar sendiri
independent tanpa usaha fusi.
* Bila mata yang lumpuh dipaksa memfiksasi dengan ekstra
tenaga akan timbul impuls berlebihan pada joke muscle
mata sebelahnya yaitu otot mata pada sebelah mata lainnya.
* Itu yang juga menggerakkan ke arah lirik yang sama.
Akibatnya disparitas deviasinya lebih besar daripada bila
yang tidak lumpuh yang memfiksasi.
* Dari gambar penyambungan titik-titik yang ditunjuk pasien
untuk masing-masing mata dapat diketahui deviasi dan
amplitudo gerak masing-masing mata dalam mengikuti gerak
mata yang dipakai memfiksasi.
* Pasien duduk setengah meter dari tengah layar dalam ruang
setengah gelap.
* Pasien memakai filter merah depan mata kanan dan filter hijau
depan mata kiri.
* Pasien memegang senter proyeksi sinar hijau, pemeriksa
memegang senter merah.
* Pemeriksa menyenter dengan sinar merahnya titik persilangan
garis-garis pada layar.
* Pasien melihat sinar merah itu dengan mata kanannya. (sama
berwarna merah)
* Pasien diminta menunjukkan dengan senternya (sinar hijau)
posisi sinar merah.
* Karena perlu diimpitkan pasien memfungsikan kedua fovea kiri
dan kanan.
* Posisi salah itu (menurut penglihatan pasien benar) dicatat
pada formulirnya.
* Jarak dan arah salah tunjuk itu serta tegak miringnya garis
cahaya menunjukkan deviasi dan arah putar dari mata yang
tidak memfiksasi. Sambung-sambungkan titik itu.
* Ganti kaca, hijau depan mata kanan, kaca merah sebelah
kiri. Atau tukar senternya (sekarang pasien memegang senter
merah (kiri memfiksasi)
* Analisa distorsi gambar saat kanan memfiksasi dan kiri
memfiksasi.
*Penatalaksanaan diplopia bergantung pada penyebab
diplopia itu sendiri.
*Pembedahan, pemberian obat-obatan atau penggunaan
lensa prisma dapat mengurangi gejala diplopia bila
etiologinya telah ditemukan dan keadaan umum telah baik.
* Menutup Satu Mata
* Lensa Oklusif Stick-On
* Prisma Fresnel
* Pengobatan Miastenia Gravis
* Pada strabismus, kadang diperlukan pembedahan untuk
memperbaiki kelemahan pada otot mata.
* Operasi Transposisi (Hummelsheim Surgery)
* Pada pasien dengan paralisis permanen muskulus rectus
lateral
* Paralisis Otot Obliks Superior Knapp
* Kemodenervasi
*Prognosis bergantung pada etiologi yang mendasari
terjadinya diplopia:
*Untuk diplopia yang disebabkan oleh penyebab-
penyebab optikal (diplopia monokuler) seperti
kelainan refraksi yang tidak terkoreksi dan defek
kornea yang lain (misal dislokasi lensa, kelainan
korneal) maka prognosisnya baik.
*Untuk diplopia yang disebabkan karena kerusakan
pada saraf pusat memiliki prognosis yang jelek,
begitu pula dalam hal tumor primer atau sekunder,
prognosisnya jelek.

Anda mungkin juga menyukai