Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya lah laporan Case Based Discussion ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Laporan ini dibuat dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik
di Bagian/SMF Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar, di RSUD
Dr. R. Soedjono Selong .
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Sri Subekti, Sp.M., M.SC
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca.

Selong, 16 November 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
BAB IV LAPORAN KASUS .......................................................................... 14
BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Simblefaron merupakan perlekatan abnormal antara permukaan
konjungtiva yang dapat terjadi akibat reaksi radang, trauma, ataupun operasi.
Simblefaron dapat didefinisikan sebagai sebuah kondisi dimana terjadi
perlekatan bola mata akibat adhesi antara konjungtiva palpebra dan
konjungtiva bulbi.1,2
Simblefaron dapat terjadi akibat proses penyembuhan permukaan antara
konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Penyebab umumnya dapat
berupa trauma kimia, trauma panas, konjungtivitis membran, ulserasi
konjungtiva, dan Stevens Johnson Syndrome. Simblefaron dapat juga
disebabkan oleh komplikasi beberapa penyakit seperti cicatricial
conjunctivitis, cicatrcial pemphigoid, eritema multiform, pemfigus bulosa,
dan kerato conjuntivitis.2,4
Komplikasi yang terjadi pada simblefaron meliputi mata yang kering,
penebalan dan keratinisasi konjungtiva akibat paparan yang lama dan ulserasi
kornea (exposure keratitis). Simblefaron dapat menyebabkan gangguan
penglihatan ringan sampai berat. Hal tersebut terjadi karena cicatricial
entropion atau gangguan dari arah bulu mata, atau trauma mekanis terhadap
permukaan mata. Trauma berulang tersebut dapat menyebabkan defisiensi
limbalstem cell dan penipisan kornea bahkan perforasi kronea. Oleh karena itu
penanganansimblefaron merupakan hal yang sangat penting.5,6
Dalam menangani kasus simblefaron, mencari penyebab simblefaron
adalah hal yang penting. Jika simblefaron bersifat asimtomatik, simblefaron
munkin tidak perlu pengobatan dan hanya mencari kausa terjadinya scarring.
Menyingkirkan simblefaron yang disebabkan oleh progressive conjungtival
scaring disease seperti ocular cicatricial pemphigoid merupakan hal penting
juga. Pengobatan simblefaron yang bersifat kuratif meliputi simblefarektomi.
Area terbuka yang terbentuk dapat ditutupi dengan memobilisasi konjungtiva

3
sekitar pada kasus yang ringan. Conjungtival atau buccal mocusa graft
mungkin perlu dilakukan pada beberapa kasus.2,5,6

1.2 Tujuan
Melaporkan salah satu kasus Simblefaron di RSUD dr. R. Soedjono
Selong.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IdentitasPasien
- Nama : Ayu
- Umur : 59 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Sakra Selatan, Lombok Timur.
- Agama : Islam
- Status : Menikah
- Pekerjaan : IRT

2.2 Anamnesa
KeluhanUtama :
Kesulitan menggerakkan kelopak mata
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Mata dengan keluhan kesulitan
menggerakkan kelopak mata, terasa gatal, mata berair, mata terus menerus
mengeluarkan kotoran sejak 1tahun yang lalu. Diketahui pada tahun 2009
pasien telah melakukan operasi katarak pada kiri, dan dilanjutkan pada
tahun 2010 untuk operasi katarak mata sebelah kanan yang dilakukan di
RSUD dr. R. Soedjono Selong. Tidak ada yang memperberat keluhan dan
yang memperingan keluhan, pasien belum pernah memberikan pengobatan
apapun pada matanya.
Penglihatan kabur dirasakan ada, keluhan seperti ada yang
mengganjal juga ada, dan mata berair terus-menerus, serta pasien sulit
membuka mata. Penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit kepala disertai
rasa sakit pada daerah mata disangkal, kotoran mata yang kental disangkal,
bengkak (-), demam (-).

5
Riwayat Penyakit Dahulu
‐ Pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya (-)
‐ Riwayat operasi : ada, yaitu operasi katarak OS/OD pada tahun 2009 dan
2010.
‐ Riwayat trauma (-)
‐ Riwayat alergi makanan (-)
‐ Riwayat Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama.
- Riwayat keluarga dengan alergi (-), asma (-), hipertensi (-), diabetes (-).
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tinggal bersama suami dan
anaknya.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Genaralis
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis (E4M5V6)
 Tekanan darah : 138/78 mmHg
 Nadi : 80x/menit
 Respirasi rate : 20x/menit
 Tempt. Axilla : 36º C

Status Oftalmologi
Tabel.1. Hasil Pemeriksaan Status Opthalmologi Pasien
ORBITA DEKSTRA STATUS ORBITA SINISTRA
(OD) OFTALMOLOGI (OS)
1/∞ LP (+) Visus 15/70
Injeksi Konjungtiva (-) Injeksi Konjungtiva (-)
Konjungtiva
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)

6
sikatrik (-) Sikatrik (-)
Jernih Jernih
Kornea
Edema (-) Edema (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Normal COA Normal
BentukBulat BentukBulat
Letaksentral Pupil Letaksentral
Reflekcahaya (+) Reflekcahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Terganggu Baikkesagalaarah

Pergerakan bola mata

Palpasi Palpasi
TIO
(Kesan Normal) (Kesan Normal)

Gambar1. Mata Pasien

7
2.4 Diagnosa
 DiagnosaKerja : Simblefaron
 Diagnosa Banding : Ankiloblefaron
Trakoma
Ektropion
Entropion

2.5 Planning Diagnostik


Darah lengkap, gula darah sewaktu, BT-CT.

2.6 Penatalaksaan
 Polidemisin ed 4xODS
 Amlodipin tab 10 mg 1x1

2.7 Komplikasi
 Gangguan penglihatan
 Blepharospasme
 Lagoftalmus
 Entropion
 Trichiasis
 Depresi

2.8 Prognosis
Advitam : Dubia ad bonam
Adsanam : Dubia ad bonam
Adfungsionam : Dubia ad bonam
Adcosmeticum : Dubia ad bonam

8
BAB III
FOLLOW UP
Tanggal Follow Up
04/11/2019 S kesulitan menggerakkan kelopak mata (+), terasa gatal (+), mata
berair(+), mata terus menerus mengeluarkan kotoran(+)
O (OD) STATUS (OS)
OFTALMOLOG
I
1/∞ LP (+) Visus 15/70
Injeksi Konjungtiva Injeksi
Konjungtiva (-) Konjungtiva (-)
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)
sikatrik (-) sikatrik (-)
Jernih Kornea Jernih
Edema (-) Edema (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Normal COA Normal
BentukBulat Pupil BentukBulat
Letaksentral Letaksentral
Reflekcahaya (+) Reflekcahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Terganggu Pergerakan bola Baikkesagalaarah
mata

Palpasi TIO Palpasi


(Kesan Normal) (Kesan Normal)

9
A  Simblefaron
 Ankiloblefaron
 Trakoma
 Ektropion
 Entropion

P  Polidemisin ed 4xODS
 Amlodipin tab 10 mg 1x1

06/11/2019 S kesulitan menggerakkan kelopak mata (+), terasa gatal (+),


mata berair(+), mata terus menerus mengeluarkan kotoran(+)
O (OD) STATUS (OS)
OFTALMOLOGI
1/∞ LP (+) Visus 15/70
Injeksi Konjungtiva Injeksi
Konjungtiva (-) Konjungtiva (-)
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)
sikatrik (-) sikatrik (-)
Jernih Kornea Jernih
Edema (-) Edema (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Normal COA Normal
BentukBulat Pupil BentukBulat
Letaksentral Letaksentral
Reflekcahaya (+) Reflekcahaya (+)
Jernih Lensa Jernih

Terganggu Pergerakan bola Baikkesagalaarah

10
mata

Palpasi TIO Palpasi


(Kesan Normal) (Kesan Normal)
A  Simblefaron
 Ankiloblefaron
 Trakoma
 Ektropion
 Entropion

P  Amlodipin tab 5 mg 0-0-1


 MRS tanggal 11/11/2019
 OD pro simblefrektomi 12/11/2019
11/11/2019 S kesulitan menggerakkan kelopak mata (+), terasa gatal (+),
mata berair(+), mata terus menerus mengeluarkan kotoran(+)
O (OD) STATUS (OS)
OFTALMOLOGI
1/∞ LP (+) Visus 15/70
Injeksi Konjungtiva Injeksi
Konjungtiva (-) Konjungtiva (-)
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)
sikatrik (-) sikatrik (-)
Jernih Kornea Jernih
Edema (-) Edema (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Normal COA Normal
BentukBulat Pupil BentukBulat

11
Letaksentral Letaksentral
Reflekcahaya (+) Reflekcahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Terganggu Pergerakan bola Baikkesagalaarah
mata

Palpasi TIO Palpasi


(Kesan Normal) (Kesan Normal)

OD Simblefaron
A  Simblefaron
 Ankiloblefaron
 Trakoma
 Ektropion
 Entropion
P  Cftriaxon inj 1 gr 2x1
12/11/2019 S kesulitan menggerakkan kelopak mata (+), terasa gatal (+),
mata berair(+), mata terus menerus mengeluarkan kotoran(+)

12
O (OD) STATUS (OS)
OFTALMOLOGI
1/∞ LP (+) Visus 15/70
Injeksi Konjungtiva Injeksi
Konjungtiva (-) Konjungtiva (-)
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)
sikatrik (-) sikatrik (-)
Jernih Kornea Jernih
Edema (-) Edema (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Normal COA Normal
BentukBulat Pupil BentukBulat
Letaksentral Letaksentral
Reflekcahaya (+) Reflekcahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Terganggu Pergerakan bola Baikkesagalaarah
mata

Palpasi TIO Palpasi


(Kesan Normal) (Kesan Normal)

13
OD Simblefaron
A  Simblefaron
 Ankiloblefaron
 Trakoma
 Ektropion
 Entropion
P  Asam mefenamat 500 mg tab 3x1
13/11/2019 S kesulitan menggerakkan kelopak mata (+), terasa gatal (+),
mata berair(+), mata terus menerus mengeluarkan kotoran(+)
O (OD) STATUS (OS)
OFTALMOLOGI
1/∞ LP (+) Visus 15/70
Injeksi Konjungtiva Injeksi
Konjungtiva (-) Konjungtiva (-)
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)
sikatrik (-) sikatrik (-)
Jernih Kornea Jernih
Edema (-) Edema (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Normal COA Normal

14
BentukBulat Pupil BentukBulat
Letaksentral Letaksentral
Reflekcahaya (+) Reflekcahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Terganggu Pergerakan bola Baikkesagalaarah
mata

Palpasi TIO Palpasi


(Kesan Normal) (Kesan Normal)

OD Simblefaron Post OP
A  Simblefaron
 Ankiloblefaron
 Trakoma
 Ektropion
 Entropion
P  Amlodipin tab 5 mg 0-0-1
 Alprazolam tab 0,5 mg 1-0-1
 C. Xitrol ed 6x1 OD
 Ciprofloxacin 500 mg 2x1
18/11/2019 S kesulitan menggerakkan kelopak mata (-), terasa gatal (-),

15
mata berair(-), mata terus menerus mengeluarkan kotoran(-)
O (OD) STATUS (OS)
OFTALMOLOGI
1/300 Visus 15/70
Injeksi Konjungtiva Injeksi
Konjungtiva (-) Konjungtiva (-)
Injeksi Silier (-) Injeksi Silier (-)
sikatrik (-) sikatrik (-)
Jernih Kornea Jernih
Edema (-) Edema (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Normal COA Normal
BentukBulat Pupil BentukBulat
Letaksentral Letaksentral
Reflekcahaya (+) Reflekcahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
Terganggu Pergerakan bola Baikkesagalaarah
mata

Palpasi TIO Palpasi


(Kesan Normal) (Kesan Normal)

16
OD Simblefaron Post OP
A  Simblefaron
 Ankiloblefaron
 Trakoma
 Ektropion
 Entropion
P  C. Xitrol ed 6x1 OD
 Amlodipin tab 5 mg 0-0-1
 Alprazolam tab 0,5 mg 1-0-1
 Ciprofloxacin 500 mg 2x1

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang perempuan berusia 59 tahun mengeluh kesulitan


menggerakkan kelopak mata, terasa gatal, mata berair, mata terus menerus
mengeluarkan kotoran sejak 1tahun yang lalu. Riwayat operasi katarak (+)
OS pada tahun 2009 dan OD pada tahun 2010. Dari pemeriksaan status
optalmologi pada mata kanan didapatkan visus mata kanan 1/∞ LP (+) dan
pada mata kiri didapatkan visus 15/70. Dan pada pemeriksaan pergerakan
bola mata tampak terganggu.
Keluhan kesulitan menggerakkan kelopak mata pada pasien terjadi
karna terjadinya adhesi atau perlengketan abnormal antara konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbi. Hal ini bisa terjadi akibat reaksi radang,

trauma, ataupun operasi. 1,2,3

Berdasarkan anamnesa, simblefaron yang terjadi pada kasus ini


yaitu dikarenakan oleh adanya riwayat operasi 1 tahun yang lalu sehingga
mengakibatkan terjadinya adhesi antara konjungtiva palpebra dan
konjungtiva bulbi. Sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa
Simblefaron serta parut konjungtiva pada forniks dapat menyebabkan
gangguan penglihatan berat. Hal tersebut terjadi karena cicatricial
entropion atau gangguan dari arah bulu mata, serta trauma mekanis
terhadap permukaan mata. Trauma berulang tersebut dapat menyebabkan
defisiensi limbal stem cell dan penipisan kornea bahkan perforasi kronea.
Untuk mencegah trauma tersebut merupakan indikasi perlunya dilakukan

tindakan operasi. 6

Simblefaron adalah pertumbuhan patologis jaringan fibrovaskular


kongjungtiva yang berhubungan dengan penyembuhan luka yang tidak
dapat dikendalikan dan inflamasi. Simblefaron dapat menimbulkan
morbiditas yang signifikan pada mata. Penglihatan yang tidak maksimal

18
dapat terjadi karena kurang basahnya pada permukaan mata dan
pemendekan forniks. Gangguan penglihatan karena penyebab sekunder
dapat terjadi karena obstruksi misal ankiloblefaron ataupun keterbatasan
motilitas mata dan menyebabkan diplopia. Gangguan penglihatan akan
menyebabkan kualitas hidup seseorang sangat menurun. Oleh karena itu
rekontruksi permukaan mata dengan cara menyingkirkan parut
konjungtiva dan simblefaron merupakan tindakan yang sangat penting

untuk memperbaiki fungsi mata dan meningkatkan kualitas hidup. 6

19
BAB IV
KESIMPULAN

Pada kasus ini, pasien datang mengeluh kesulitan dalam


menggerakkan kelopak mata, terasa gatal, mata berair, mata terus menerus
mengeluarkan kotoran. Dari pemeriksaan status optalmologi pada mata
kanan didapatkan visus mata kanan 1/∞ LP (+) dan pada mata kiri di
dapatkan visus 15/70. Dan pada pemeriksaan pergerakan bola mata tampak
terganggu.
Pada kasus simblefaron ini, keluhan kesulitan menggerakkan
kelopak mata pada pasien terjadi karna adanya adhesi atau perlengketan
abnormal antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi yang dimana
hal ini bisa terjadi akibat reaksi radang, trauma, ataupun riwayat operasi.
Penanganan dengan tindakan operatif dapat menimbulkan simblefaron
berulang karena ini merupakan komplikasi umum yang terjadi setelah
dilakukan operasi rekontruksi permukaan mata.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Cantor LB, Rabuano CJ, Cioffi GA. Periocular Malpositions and


Involutional Changes . In: Basic Science and Clinical Course 2015-
2016, Section 7, Orbit, Eyelids,and Lacrimal System. San Fransisco:
American Academy of Ophthalmology;2015.pp199-200
2. Khurana AK. Disease OF Eyelids. In: Comprehensive Ophtalmology
Fourth Edition.India : New Age International Publishers. 2002. P 353-
354
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FK UI. 2009.
4. Trattler W, Kaiser PK, Friedman NJ. Conjungtival Disorders. In:
Review ofOphtalmology Second Edition. Philadephia: Elsevier. 2012.
P 194
5. Brandon D, Ayres MD, Christopher R. Symblepharon – Eksternal and
Internal Eye. Visual Dx 2010. Available From:
https://www.visualdx.com/visualdx/diagnosis/symblepharon?diagnosisI
d=50751&moduleId=21
6. Seery LS, Huang AJ. Conjungtival Symblepharon Surgery. In: Surgical
Managementin Intraocular Inflammation and Infection. London: JP
Medical. 2013. p 1-6.

21

Anda mungkin juga menyukai