Tugas Ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa II
Di Susun Oleh :
Ai Maemunah
Devi Silvia
Jaja Winarja
Yesi Nurindayani
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas
ini.
Penulisan tugas ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari
berbagai pihak. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada orang tua, keluarga dan
teman-teman yang tidak mungkin di sebutkan satu persatu atas doa dan motivasinya. Dan
semoga tugas ini bisa memberikan banyak manfaat untuk kami selaku penyusun dan bagi
mahasiswa yang lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca.
Penyusun
BAB II
PEMBAHASAN
Ablasi Retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas.
Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh
terbentuknya robekkan atau lubang didalam retina (P.N. Oka, 1993)
Ablasi Retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina
dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekeat erat
dan membran bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan batang retina tidak terdapat
suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan
titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
B. ETILOGI
Penyakit ablasio retina dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti tumor,
peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi diabetes. Ablasio dapat
terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada
retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi
penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhematogen) atau
tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi) .
Lepasnya retina atau sel krucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel
akan mengakibatkan gangguan nutrisi reptina dari pembulu darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan pungsi yang menetap.
Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai paktor predis posisi untuk
terjadi ablasi retina. Terauma hanya merupakan paktor pencetus untuk
terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat.
Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan
miopia tinggi, paska retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi
dibagian periper, 50% ablasi yang timbul pada apakiayah terjadi pada hujan
pertama.
1) Retinopeksi pneumatik
Udara atau gas yang di suntikan ke dalam pitreus untuk mempertahankan
retina pada posisinya.
2) Scleral buckling
Mempertahankan retina di posisinya dengan melakukan sklera dengan
menggunakan eksplan yang dijahitkan pada daerah robekan retina
3) Vikteroktomi
Pelepasan traksi vitreoretina jika di perlukan menyuntikan perfluorocarbon
atau cairan dan udara atau gas yang dapat mempertahankan posisinya, jika di
butuhkan tamponade retina lebih lama prognosis pasca bedah tergantung dari keadaan
makulanya, jika sudah terlepas biasanya hasil tidak sempurna, tetapi jika maksula
masih melekat tindakan bedah harus segera di lakukan dan akan mendapatkan hasil
yang lebih baik.
Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat
hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau
hilang.
D. PATOFISIOLOGI
E. MANIFESTASI KLINIS
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan
menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang
terkena maka daerah sentral yang terganggu.
F. PENATALAKSANAAN
Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya,
seperti : Foto koagulasi laser, krioterapi, retinopexy pneumatic, bila terjadi akibat
jaringan parut dilakukan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi gas intraokuler.
Usaha Pre-operatif.
Sedikitnya 5 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah
sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh
digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua
mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan
obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi jalannya operasi
(kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi
katarak, operasi ablasio retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila menggunakan
anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil
(100 mg) IM, kemudian jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan
(25mg).
Usaha Post-Operatif :
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi kepala,
per-gerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan lanjutan (follow
up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala, tergantung posisi/keadaan
sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi cairan subretina dilakukan. Pada robekan
yang sangat besar, posisi kepala dan badan dipertahankan sedikitnya 12 hari.
Pergerakan mata, bila operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi
koagulasi dengan suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup
selama 48 72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan
matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup selama 48
jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum semua tertutup, maka
kedua mata harus ditutup selama 12 14 hari, retina menempel kembali dengan kuat
pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena itu selama periode 3 minggu itu
diberikan sebagai berikut :
1) Jangan membaca.
2) Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter.
3) Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila berkendaran hendaknya mata
ditutup.
Obat-obatan :
Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500 mg,
bila mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak perlu diberikan
obat-obat, kecuali bila merasa sakit. Penggantian balut dilakukan setelah 24 jam,
saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1 %. Bila kelopak mata bengkak,
diberikan Kortikosteroid lokal disertai babat tindih (druk verban) dan kompres
dingin.
ASUHAN KEPERAWATAN
ABLASIO RETINA
Di Susun Oleh :
Ai Maemunah
Devi Silvia
Jaja Winarja
Yesi Nurindayani
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2016
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Guru
Gol. Darah :O
Alamat : Perumnas Karawang Indah. Blok A
Pantangan :
Pantangan : Kesulitan makan/minum :
Kesulitan makan/minum :
Kesulitan penglihatan untuk
Kesulitan penglihatan untuk
melakukan aktivitas
melakukan aktivitas.
Usaha mengatasi kesulitan :
Usaha mengatasi kesulitan : Di bantu oleh perawat dan
Di bantu oleh isteri untuk anggota keluarga untuk
pemenuhan nutrisi makan pemenuhan nutrisi makan dan
dan minum. minum.
2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
1) Ekspresi hati dan perasaan klien : Gelisah
2) Suasana yang membahagiakan klien : Terjadi perkembangan
penyembuhan
3) Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : Rasa nyeri
yang dirasakan
b. Gaya Komunikasi
1) Klien tampak berhati-hati dalam berbicara.
2) Pola komunikasi klien lambat.
3) Klien tidak menolak untuk di ajak komunikasi.
4) Komunikasi klien jelas.
5) Kepribadian klien terbuka.
3. Riwayat Sosial
Pola Interaksi Klien :
1) Klien berespon pada perawat dan istri klien.
2) Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien isteri klien.
3) Klien dalam berinteraksi aktif
4. Riwayat Spiritual
1) Kebutuhan untuk beribadah : terpenuhi.
2) Masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual : Klien tidak bisa melihat
dengan jelas seperti untuk membaca Al-Quran.
3) Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spiritual : Setiap
klien melakukan aktivitas spiritual dibantu oleh perawat dan istri klien.
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem
( + / - ), ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ),
peradangan ( + / - ), luka ( +/ - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata rontok atau
tidak, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (anemis / an anemis),
Warna iris (hitam, hijau, biru), Reaksi pupil terhadap cahaya
(miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor), Warna Kornea.
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi
(adakah pembengkokan atau tidak). Amati meatus : perdarahan ( + / - ),
Kotoran ( + / - ), Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - ).
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau
labiopalatoscisis), warna
bibir, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries
( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah,
Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : (ada /tidak )
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk Ukuran Warna , lesi ( + / - ),
nyeri tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna .....,
transparansi ......, perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).
PERKUSI
Area paru : Sonor.
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : Bersih.
- Area Bronchial : Bersih.
- Area Bronkovesikuler : Halus / kasar ).