Anda di halaman 1dari 26

ABLASIO RETINA

Tugas Ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa II

Di Susun Oleh :

Asep Saepul Bahri

Ai Maemunah

Devi Silvia

Jaja Winarja

Putri Andini Ramadhani

Tomi Alin Jaya

Yesi Nurindayani

PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 2B

STIKES KHARISMA KARAWANG


Tahun 2016
Jalan Pangkal Perjuangan KM.01 By Pass - KarawangKATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas
ini.

Penulisan tugas ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari
berbagai pihak. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada orang tua, keluarga dan
teman-teman yang tidak mungkin di sebutkan satu persatu atas doa dan motivasinya. Dan
semoga tugas ini bisa memberikan banyak manfaat untuk kami selaku penyusun dan bagi
mahasiswa yang lainnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca.

Karawang, 15 Februari 2016

Penyusun
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ABLESIO RETINA


Ablasio adalah pelepassan retina dari lapisan epitalium neurosensoris retina
dan lapisan epitalia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991).

Ablasi Retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas.
Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh
terbentuknya robekkan atau lubang didalam retina (P.N. Oka, 1993)

Ablasi Retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina
dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekeat erat
dan membran bruch. Sesungguhnya antara sel kerucut dan batang retina tidak terdapat
suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan
titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.

B. ETILOGI
Penyakit ablasio retina dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti tumor,
peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi diabetes. Ablasio dapat
terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada
retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi
penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhematogen) atau
tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi) .

Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis,


koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada
badan kac dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.

Lepasnya retina atau sel krucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel
akan mengakibatkan gangguan nutrisi reptina dari pembulu darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan pungsi yang menetap.

3 bentuk ablasi retina, yaitu :


1. Ablasi retina regmatogenosa
2. Abalsi retina eksudatif
3. Abalsi retina traksi (tarikan)
Berikut ini definisi dari ketiga bentuk ablasi retina, yaitu :
1. Ablasi retina regmatogenosa
Pada ablasi retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi akibat adanya
robekan pada retina sehingga cairan masuk kebelakang antara sel pigmen epitel
pada retina terjadi pendorongan retina oleh badan kaca air (fluidvitreus) yang
masuk melalui robekan atau lubang pada retina kerongga subretina sehingga
mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.

Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai paktor predis posisi untuk
terjadi ablasi retina. Terauma hanya merupakan paktor pencetus untuk
terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat.

Mata yang berbakat untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan
miopia tinggi, paska retinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi
dibagian periper, 50% ablasi yang timbul pada apakiayah terjadi pada hujan
pertama.

Abalsi retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan


penglihatan yang kadang kadang terlihat sebagai tabir yang menutup.
Terdapatnya riwayat adanya pijaran api (potopsia) pada lapangan penglihatan.

Ablasi retina yang berlokalisasi didaerah suprotemporal sangat


berbahaya karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara
mendadak pada ablasi retina bila lepasnya retina mengenai maklua lutea.

Pada pemeriksaan pundus kopi akan terlihat retina yang terangkat


berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan
retina berwarna merah
Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas bergoyang.
Kadang-kadang terdapat pigmen di dalam badan kaca,pupil terlihat adanya
devek averen pupil akibat penglihatan menurun. Tekanan bola mata rendah dan
dapat meninggi bila terjadi neofaskular blaukoma pada ablasi yang telah lama.

Pengobatan ablasi retina adalah pembedahan. Sebelum pembedahan


pasien di rawat dengan mata tertutup. Pembedahan di lakukan secepat mungkin
dan sebaiknya antara satu sampai dua hari pengobatan di tunjukan untuk
meletakan kembali bagian retina yang lepas dengan krio terapi atau laser. Krio
terapi ini dapat berupa :
1) Krioterapi permukaan
2) Krioterapi setengah tebal sklera sesudah reseksi sklera
Hal ini dapat dilakukan dengan atau tanpa mengeluarkan cairan subretina.
Pengeluaran di lakukan di luar daerah reseksi dan trauma di daerah di mana ablasi paling
tinggi. Berbagai teknik bedah lainnya :

1) Retinopeksi pneumatik
Udara atau gas yang di suntikan ke dalam pitreus untuk mempertahankan
retina pada posisinya.

2) Scleral buckling
Mempertahankan retina di posisinya dengan melakukan sklera dengan
menggunakan eksplan yang dijahitkan pada daerah robekan retina

3) Vikteroktomi
Pelepasan traksi vitreoretina jika di perlukan menyuntikan perfluorocarbon
atau cairan dan udara atau gas yang dapat mempertahankan posisinya, jika di
butuhkan tamponade retina lebih lama prognosis pasca bedah tergantung dari keadaan
makulanya, jika sudah terlepas biasanya hasil tidak sempurna, tetapi jika maksula
masih melekat tindakan bedah harus segera di lakukan dan akan mendapatkan hasil
yang lebih baik.

2. Ablesi Retina Eksudatif


Ablasi retina eksudatif , ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya
eksudut dibawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina
sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina koroid
(ekstravasasi). Hal ini disebabkan penyakit epitel pigmen retina koroid.
Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang
uvea, ideovati, toksemia gravidarum. Cairan dibawah retina tidak dipengaruhi
oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin.

Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasi ini dapat
hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau
hilang.

3. Ablasi retina tarikan atau traksi


Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan
perut pada badan . kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan
turun tanpa rasa sakit.
Pada badan kaca terdapat jaringan pibrosis yang dapat disebabkan
diabetes melitus proliperatif, trauma, dan pendarahan badan kaca akibat bedah
atau infeksi.

Pengobatan ablasi akibat tarikan didalam kaca dilakukan dengan


melepaskan tarikan jaringan parut atau pibrosis didalam badan kaca dengan
tindkaan yang disebut dengan vitretomi.

C. TANDA dan GEJALA :


Fotoplasia, munculnya kilatan cahaya yang sangat terang di lapang pandang
Bintik-bintik hitam yang bertebrangan dilapang pandang (floaters)
Muncul tirai hitam dilapang pandang
Tidak ditemukan adanya rasa nyeri atau nyeri kepala

D. PATOFISIOLOGI

E. MANIFESTASI KLINIS
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan
menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang
terkena maka daerah sentral yang terganggu.

F. PENATALAKSANAAN
Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya,
seperti : Foto koagulasi laser, krioterapi, retinopexy pneumatic, bila terjadi akibat
jaringan parut dilakukan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi gas intraokuler.
Usaha Pre-operatif.
Sedikitnya 5 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah
sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh
digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua
mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan
obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi jalannya operasi
(kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi
katarak, operasi ablasio retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila menggunakan
anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil
(100 mg) IM, kemudian jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan
(25mg).
Usaha Post-Operatif :
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi kepala,
per-gerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan lanjutan (follow
up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala, tergantung posisi/keadaan
sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi cairan subretina dilakukan. Pada robekan
yang sangat besar, posisi kepala dan badan dipertahankan sedikitnya 12 hari.
Pergerakan mata, bila operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi
koagulasi dengan suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup
selama 48 72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan
matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup selama 48
jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum semua tertutup, maka
kedua mata harus ditutup selama 12 14 hari, retina menempel kembali dengan kuat
pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena itu selama periode 3 minggu itu
diberikan sebagai berikut :
1) Jangan membaca.
2) Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter.
3) Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila berkendaran hendaknya mata
ditutup.

Obat-obatan :
Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500 mg,
bila mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak perlu diberikan
obat-obat, kecuali bila merasa sakit. Penggantian balut dilakukan setelah 24 jam,
saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1 %. Bila kelopak mata bengkak,
diberikan Kortikosteroid lokal disertai babat tindih (druk verban) dan kompres
dingin.
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS

ABLASIO RETINA

DI RUANG MAWAR RS. DEWI SRI

Di Susun Oleh :

Asep Saepul Bahri

Ai Maemunah

Devi Silvia

Jaja Winarja

Putri Andini Ramadhani

Tomi Alin Jaya

Yesi Nurindayani
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes KHARISMA KARAWANG

2016

FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 15 Februari 2016 No. Register : 045

Jam Pengkajian : 09. 00 WIB Tgl. MRS : 14 Februari 2016

Ruang / Kelas : Ruang Mawar / III

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Guru
Gol. Darah :O
Alamat : Perumnas Karawang Indah. Blok A

2. Identitas Penganggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Perumnas Karawang Indah. Blok A
Hubungan dengan Klien : Isteri

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama saat MRS
Pasien menyatakan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan
secara tiba-tiba.

2. Keluhan Utama saat Pengkajian


Pasien mengeluh tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik
hitam yang beterbangan di ruang pandang.
III. DIAGNOSA MEDIS
Ablasio Retina

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit sekarang

2. Riwayat Kesehatan yang lalu

3. Riwayar Kesehatan keluarga

V. RIWAYAT POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN KLIEN


1. Pola Aktivitas Sehari-hari

ADL Di Rumah Di Rumah Sakit


Pola pemenuhan Makan / Minum Makan / Minum
Jumlah : 3 kali / hari Jumlah : 2 kali / sehari
kebutuhan nutrisi dan
Jenis : Jenis :
cairan - Nasi : Putih - Nasi : Putih
- Lauk : Tempe - Lauk : Tempe & tahu
- Sayur : Bayam - Sayur : Sop wortel
- Minum : Air Putih - Minum : Air putih

Pantangan :
Pantangan : Kesulitan makan/minum :
Kesulitan makan/minum :
Kesulitan penglihatan untuk
Kesulitan penglihatan untuk
melakukan aktivitas
melakukan aktivitas.
Usaha mengatasi kesulitan :
Usaha mengatasi kesulitan : Di bantu oleh perawat dan
Di bantu oleh isteri untuk anggota keluarga untuk
pemenuhan nutrisi makan pemenuhan nutrisi makan dan
dan minum. minum.

Pola Eliminasi BAK :


BAK BAK : - Jumlah : 2 x sehari
- Jumlah : 2 x sehari - Warna : kuning jernih
- Warna : kuning jernih - Bau :
- Bau : - - Masalah : -
- Masalah : - - Cara mengatasi : -
- Cara mengatasi : -
BAB BAB :
BAB : - Jumlah : 1 X sehari
- Jumlah : 1 X sehari - Warna : kuning
- Warna : kuning
kecoklatan
kecoklatan - Bau : -
- Bau : - - Konsistensi : -
- Konsistensi : - - Masalah : -
- Masalah : - Cara mengatasi : -
- Cara mengatasi : -
Pola Istirahat Tidur - Jumlah/waktu : 8 jam - Jumlah/waktu : 8 jam
sehari sehari
- Gangguan tidur : - - Gangguan tidur :
- Upaya mengatasi
Insomnia
gangguan tidur : - - Upaya mengatasi
- Hal-hal yang
gangguan tidur : cegah
mempermudah
pasien tidur di
bangun : -
sianghari
- Hal-hal yang
mempermudah
bangun : nyeri, gatal,
tidur di siang hari

Pola Kebersihan Diri - Frekuensi mandi : 2 x - Frekuensi mandi : 2x


(Personal Hygiene) sehari sehari
- Frekuensi mencuci - Frekuensi mencuci
rambut : 2 x sehari rambut : 2 x sehari
- Frekuensi gosok gigi : - Frekuensi gosok gigi :
2 x sehari 2 x sehari
- Keadaan kuku : bersih - Keadaan kuku : kotor,
panjang

Aktivitas Lain Melakukan aktivitas sosial Melakukan akivitas spiritual


Aktivitas apa yang
dilakukan klien untuk
mengisi waktu luang ?

2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
1) Ekspresi hati dan perasaan klien : Gelisah
2) Suasana yang membahagiakan klien : Terjadi perkembangan
penyembuhan
3) Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman : Rasa nyeri
yang dirasakan

b. Gaya Komunikasi
1) Klien tampak berhati-hati dalam berbicara.
2) Pola komunikasi klien lambat.
3) Klien tidak menolak untuk di ajak komunikasi.
4) Komunikasi klien jelas.
5) Kepribadian klien terbuka.

c. Dampak dirawat di Rumah Sakit


Perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di RS
yaitu

d. Kondisi emosi / Perasaan klien


1) Suasana hati yang menonjol pada klien : Sedih.
2) Emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya : Ya.

3. Riwayat Sosial
Pola Interaksi Klien :
1) Klien berespon pada perawat dan istri klien.
2) Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien isteri klien.
3) Klien dalam berinteraksi aktif

4. Riwayat Spiritual
1) Kebutuhan untuk beribadah : terpenuhi.
2) Masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual : Klien tidak bisa melihat
dengan jelas seperti untuk membaca Al-Quran.
3) Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spiritual : Setiap
klien melakukan aktivitas spiritual dibantu oleh perawat dan istri klien.

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Keadaan secara umum yang tampak dari fisik klien :
1) Pasien tampak lemah
2) Pasien tampak kotor
Kesadaran serta kualitatif pasien : Composmentis

2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


a. Pengkajian Tanda-tanda vital sebelum pasien sakit :
Tanda-tanda vital (TTV) yang diperiksa meliputi
1) Tekanan Darah (TD) : mmHg
2) Nadi :..x/menit
3) Suhu :.. C O

4) Respiratory Rate (RR) :x/menit


5)
b. Pengkajian Tanda-tanda vital sebelum pasien sakit :
Tanda-tanda vital (TTV) yang diperiksa meliputi :
1) Tekanan Darah (TD) : mmHg
2) Nadi :..x/menit
3) Suhu :.. C O

4) Respiratory Rate (RR) :x/menit

3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + / - ), Kelopak mata/palpebra oedem
( + / - ), ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( + / - ),
peradangan ( + / - ), luka ( +/ - ), benjolan ( + / - ), Bulu mata rontok atau
tidak, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (anemis / an anemis),
Warna iris (hitam, hijau, biru), Reaksi pupil terhadap cahaya
(miosis/midriasis), Pupil (isokor / an isokor), Warna Kornea.

b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi
(adakah pembengkokan atau tidak). Amati meatus : perdarahan ( + / - ),
Kotoran ( + / - ), Pembengkakan ( + / - ), pembesaran / polip ( + / - ).

c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau
labiopalatoscisis), warna
bibir, lesi ( + / - ), Bibir pecah (+ / - ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries
( + / - ), Kotoran (+/- ), Gigi palsu (+ / - ), Gingivitis ( + / - ), Warna lidah,
Perdarahan (+ / - ) dan abses (+ / - ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : (ada /tidak )

d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk Ukuran Warna , lesi ( + / - ),
nyeri tekan ( + / - ), peradangan ( + / - ), penumpukan serumen ( + / - ).
Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna .....,
transparansi ......, perdarahan ( + / - ), perforasi ( + / - ).

4. Pemeriksaan Kepala dan Leher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/ bulat),
kesimetrisan (+/- ). Hidrochepalus ( + / - ), Luka ( + / - ), darah ( +/-),
Trepanasi ( + / - ). Palpasi : Nyeri tekan ( + / - ), fontanella / pada bayi
(cekung / tidak).
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan ( + / - ),
jaringan parut ( + / - ), perubahan warna ( + / - ), massa ( + / - ) Palpasi :
pembesaran kelenjar limfe ( + / - ), pembesaran kelenjar tiroid ( + / - ),
posisi trakea (simetris/tidak simetris), pembesaran Vena jugularis ( + / - ).
5. Pemeriksaan Thoraks / Dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak : Normal chest.
- Bentuk dada : Simetris.
- Keadaan kulit : Ada lesi di tangan.
- Pola nafas : Eupnea.

PERKUSI
Area paru : Sonor.

AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : Bersih.
- Area Bronchial : Bersih.
- Area Bronkovesikuler : Halus / kasar ).

No Dx Keperawatan Intervensi Rasional


1. Penurunan persepsi 1. Kaji ketajaman 1. Mengidentifiasi
sensori:- penglihatan penglihatan klien kemampuan
Identifikasi
yang berhubungan visual klien.
alternatif untuk 2. Memberikan
dengan penurunan
optimalisasi keakuratan
ketajamandan kejelasan
sumber penglihatan dan
penglihatan .
Subjektif: rangsangan. perawatannya.
a. Melaporkan Sesuaikan lingkungan 3. Meningkatkan
adanya untuk optimalisasi kemampuan
penglihatan penglihatan: persepsi sensori.
- Orientasikan
seperti kilatan
klien terhadap
cahaya.
b. Laporkan ruang rawat.
- Letakkan alat
pandangan kabur.
c. Melaporkan yang sering
penurunan lapang digunakan di
pandang. dekat klien atau
d. Menyatakan
pada sisi mata
riwayat trauma.
yang lebih sehat.
Objektif:
- Berikan
Pada pemeriksaan
pencahayaan
ditemukan
cukup
penurunan lapang
- Letakkan alat
4. Meningkatkan
pandang.
ditempat yang
Tujuan: tetap. kemampuan
Klien - Hindari cahaya
respons terhadap
mealaporkan menyilaukan.
stimulus
Anjurkan penggunaan
kemampuan yang
lingkungan.
alternatif rangsang
lebih baik untuk
lingkungan yang dapat
proses rangsang
diterima : auditorik,
penglihatan dan
taktil.
mengkomunikasi
kan perubahan
visual.
Kriteria hasil:
a. Klien
mengidentifik
asi faktor-
faktor yang
memerngaruh
i fungsi
penglihatan.
b. Klien
mengidentifik
asi dan
menunjukan
pola-pola
alternatif
untuk
mengingkatka
n penerimaan
rangsang
penglihatan.
2. Resiko perluasan cedera 1. Kaji lapang 1. Mengidentifikasi
r yang berhubungan andang klien pada perkembangan
dengan peningkatan mata yang sakit kerusakan
aktivitas, kurangnya dan sehat setiap (pelepasan
pengetahuan. hari. retina). Gangguan
Subjektif: 2. Instruksikan klien
lapang pandang
Menyakatan pernah
mengalami trauma. untuk melakukan menunjukan
Objektif:
tirah baring total kerusakan
Perilaku tubuh yang
dengan posisi (pelepasan retina)
tidak dikontrol.
Tujuan: khusus sesuai pada sisi area
Kehilangan penflihatan
penyakit. yang berlawanan.
tidak berlanjut. 3. Terangkan pada 2. Tirah baring
Krteria hasil:
klien untuk preoperasi
a. klien
meminimalkan dilakukan dalam
menyebutkan
pergerakan, posisi telentang
faktor resiko
menghindari atau miring,
meluasnya
pergerakan tiba- dengan
kehilangan
tiba serta mengusahakan
penglihatan.
b. Klien melindungi mata rongga retina
memeragakan dari cedera dalam posisi
penurunan (terbentur benda). menggantung.
4. Anjurkan klien
aktivitas total. Salah satu atau
untuk segera
kedua mata di
melaporkan pada
tutup.
petugas bila 3. Gerakkan tiba-
terjadi gangguan tiba dan trauma
lapang pandang dapat memicu
yang meluas kerusakan
dengan tiba-tiba. berlanjut. Alih
baring diusahakan
seminimal
mungkin dan
posisi anjuran
diusahakan
sebagai posisi
dominan.
4. Perluasan
kehiangan lapang
pandang secara
masif mungkin
terjadi akibat
perluasan
pelepasan retina.
3. Resiko cedera 1. Diskusikan 1. Meningkatkan
berhubungan dengan tentang rasa sakit, kerjasama dan
peningkatan TIO, pembatasan pembatasan yang
perdarahan, kehilangan aktivitas dan diperlukan.
2. Istirahat di tempat
vitreus, pelepasan pembalutan mata.
2. Tempatkan klien tidur dilakukan
buckling, kegagalan
pada tempat tidur selama 3-7 hari
pelekatan retina.
Subjektif: yang lebih rendah pasca operasi,
Menyatakan nyeri, rasa
dan anjurkan bergantung pada
tidak nyaman pada mata
untuk membatasi kondisi dan jenis
Objektif:
Perilaku tubuh tidak pergerkan operasi yang
terkontrol. mendadak/tiba- dijalani.
Tujuan: 3. Mencegah/menur
tiba serta
Tidak terjadi cedera mata
unkan resiko
menggerakan
pascaoperasi
komplikasi
Kriteria hasil: kepala berlebih.
a. Klien 3. Bantu aktivitas cedera. Klien
menyebutkan selama fase dianjurkan untuk
faktor yang istirahat. istirahat di tempat
menyebabkan Ambulasi tidur selama 3-7
cedera. dilakukan dengan hari.
b. Kien tidak 4. Tindakan yang
hati-hati.
melakukan 4. Ajarkan klien dapat
aktivitas yang untuk menngkatkan TIO
meningkatkan menghindari dan menimbulkan
resiko cedera. tindakan yang kerusakan
dapat struktur mata
meningkatkan pasca operasi:
- Mengejan
cedera.
5. Amati kondisi (valsava
mata : luka maneuver)
- Menggerakan
menonjol, bilik
kepala mendadak.
mata depan
- Membungkuk
menonjol, nyeri
terlalu lama.
mendadak. - Batuk
5. Berbagai kondisi
seperti luka
menonjo, bilik
mata depan
menonjol, nyeri,
mendadak,
hiperemia, serta
hipopion
mungkin
menunjukkan
cedera mata
pascaoperasi.
Apabila
pandangan
melihat benda
mengapung
(floater) atau
pandangan terasa
gelap mungkin
menunjukan
ablasio retina atau
tidak terjadi
perlengketan
retina.
4. Nyeri yang berhubungan 1. Kaji derajat nyeri 1. Normalnya
dengan luka setiap hari. nyeri terjadi
pascaoperasi. dalam waktu
Subjektif:
kurang lima
Menyatakan nyeri.
Objektif: hari setelah
Meringis, wajah tegang.
operasi yang
Tujuan:
Nyeri berkurang, hilang, berangsur
dan terkontrol. menghilang.
Kriteria hasil:
Nyeri dapat
a. Klien
mendemonstrasik meningkat
an teknik karena
penurunan nyeri. peningkatan
b. Melaporkan nyeri
TIO 2-3 hari
berkurang atau
pasca operasi.
hilang.
Nyeri
mendadak
menunjukan
pningkatan

2. Anjurkan untuk TIO masif.


2. Meningkatkan
melaporkan
kolaborasi;
perkembangan
memberikan
nyeri setiap hari
rasa aman
atau segera saat
untuk
terjadi
peningkatan
peningkatan nyeri
dukungan
mendadak.
3. Anjurkan pada psikologis.
3. Beberapa
klien untuk tidak
kegiatan klien
melakukan
dapat
gerakan tiba-tiba
meningkatkan
yang dapat
nyeri, seperti
memprovokasi
gerakan tiba-
nyeri.
tiba,
mengucek
mata, batuk,
dan
mengejan.
4. Ajarkan teknik
4. Menurunkan
distraksi dan
ketegangan
relaksasi.
dan
mengurangi
nyeri
5. Lakukan tindakan 5. Mengurangi
kolaboratif dalam nyeri dengan
pemberian meningkatkan
analgesik ambang nyeri.
topikal/sistemik.
5. Gangguan perawatan diri 1. Terangkan 1. Klien dianjurkan
yang berhubungan pentingnya untuk istirahat di
dengan penurunan perawatan diri tempat tidur pada
penglihatan, pembatasan dan pembatasan 2-3 jam pertama
aktivitas pascaoperasi. aktivitas selama pascaoperasi atau
Subjektif:
pascaoperasi. 12 jam, jika ada
Menyatakan penurunan
komplikasi.
kemampuan pnglihatan.
Objektif: Selama fase ini,
Klien banyak istirahat di
bantuan total
tempat tidur.
diperlukan bagi
Tujuan:
Kebutuhan perawatan klien.
2. Bantu klien untuk 2. Memenuhi
diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil: memenuhi kebutuhan
a. Klien
kebutuhan perawatan diri.
mendapatkan
perawatan diri.
bantuan 3. Secara bertahap, 3. Perlibatan klien
parsial dalam libatkan klien dalam aktivitas
pemenuhan dalam memenuhi perawatan dirinya
kebutuhan kebutuhan diri. dilakukan
diri. bertahap, dengan
b. Klien
berpedoman pada
memeragakan
prnsip bahwa
perilaku
aktivitas tidak
perawatan diri
memicu
secara
peningkatan TIO
bertahap.
dan menyebabkan
cedera mata.
Kontrol klinis
dilakukan dengan
menggunakan
indikator nyeri
mata pada saat
melakukan
aktivitas.
6. Risiko ketidakefektifan 1. Kaji tingkat 1. Sebagai modalitas
penatalaksanaan regimen pengetahuan dalam pemberian
terapeutik yang klien tentang pendidikan
berhubungan dengan perawatan kesehatan tentang
kurang pengetahuan, pascahospitalisasi perawatan
kurang sumber . pulang.
2. Aktivitas yang
pendukung.
Subjektif: 2. Terangkan dierbolehkan:
a. Menyatakan tidak - Menonton
aktivitas yang
tahu bagaimana televisi, membaca
diperbolehkan
mencegah jangan terlalu
dan dhindari
kambuhnya lama.
(minimal untuk - Mengerjakan
penyakit.
b. Menyatakan tidak satu minggu) aktivitas biasa
tahu perawatan untuk mencegah (ringan dan
setelah di rumah. komplikasi sedang).
Tujuan: pascaoperasi. - Mandi waslap,
Perawatan rumah 3. Terangkan selanjutnya
berjalan efektif. berbagai kondisi dengan bak
Kriteria hasil:
a. Klien mampu yang perlu mandi atau
mengidentifikasi dikonsultasikan. pancuran (dengan
4. Terangkan cara
kegiatan perawatan bantuan).
penggunaan obat- - Tidak boleh
rumah (lanjutan)
obatan. membungkuk
yang diperlukan. 5. Berikan
b. Keluarga pada wastafel
kesempatan
menyatakan siap atau bak mandi,
bertanya
untuk mendampingi 6. Tanyakan condongkan
klien dalam kesiapan klien kepala sedikit ke
melakukan untuk perawatan belakang saat
perawatan. pascahospitalisasi mencuci rambut.
- Tidur dengan
.
perisai pelindung
mata logam pada
malam har,
mengenakan
kacamata pada
siang hari.
- Aktivitas dengan
duduk.
- Menggunakan
kacamata hitam
untuk
kenyamanan.
- Berlutut atau
jongkok saat
mengambil
sesuatu dari
lantai.
3. Dihindari
(minimal 1
minggu):
- Tidur pada sisi
yang sakit.
- Menggosok mata,
menekan kelopak
mata.
- Mengejan saat
defekasi.
- Memakai sabun
mendekati mata.
- Mengangkat
benda lebih dari 7
kg.
- Melakukan
hubungan seks.
- Mengendarai
kendaraan.
- Batuk, bersin,
muntah.
- Menundukan
kepala sampai
bawah pinggang.
4. Kondisi yang
harus segera
dilaporkan:
- Nyeri pada dan di
sekitar mata, sakit
kepala menetap.
- Setiap nyeri yang
tidak berkurang
dengan obat
pengurang nyeri.
- Nyeri disertai
mata merah,
bengkak, atau
keluar cairan;
inflamasi dan
cairan dari mata.
- Nyeri dahi
mendadak.
- Perubahan
ketajaman
penglihatan,
kabur, pandangan
ganda, selaput
pada lapang
penglihatan,
kilatan cahaya,
percikan atau
bintik di depan
mata, halo
disekitar sumber
cahaya.
5. Klien mungkin
mendapatkan obat
tetes atau salep
(topikal).
6. Meningkatkan
rasa percaya, rasa
aman, dan
mengeksplorasi
7. Identifikasi pemahaman serta
kesiapan keluarga hal-hal yang
dalam perawatan mungkin belum
diri klien dipahami klien.
7. Respons verbal
pascahospitalisasi
untuk
.
meyakinkan
kesiapan klien
dalam perwatan
pascahospitalisasi
.
8. Kesiapan
keluarga meliputi
orang yang
bertanggung
jawab dalam
perawatan,
pembagian peran
dan tugas serta
penghubung klien
dan institusi
pelayanan
kesehatan.
No Implementasi Evaluasi
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai