Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis dan Manajemen Sindrom Sjogren


Danny Jaya Jacobus
Dokter Internship RSUD Dolopo dan Puskesmas Kare, Madiun
Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Sindrom Sjogren (SS) merupakan penyakit autoimun yang menyerang kelenjar eksokrin (kelenjar lakrimal dan saliva), dengan manifestasi klinis
berupa keratokonjungtivitis sika (mata kering), xerostomia (mulut kering), dan gejala ekstraglandular (artritis, vaskulitis, disfagia, dan lainnya).
Etiologi SS sampai saat ini masih belum diketahui. Sering terjadi missed diagnosis karena keluhan tidak spesifik. Pemaparan komprehensif
mengenai sejarah, epidemiologi, etiologi, imunopatologi, patofisiologi, manifestasi klinis, manifestasi laboratorium, kriteria diagnosis, terapi,
dan prognosis penting untuk praktisi medis.

Kata kunci: Sindrom Sjogren, keratokonjungtivitis sika, xerostomia, diagnosis, manajemen

ABSTRACT
Sjogren’s syndrome (SS) is an autoimmune disease that attacts the exocrine glands (lacrimal and salivary glands), clinically manifests as
keratoconjunctivitis sicca (dry eye), xerostomia (dry mouth), and extraglandular symptoms (arthritis, vasculitis, dysphagia, etc.). The etiology
is still unknown. Missed diagnosis often occurs because of non-specific complaints. Comprehensive presentation of history, epidemiology,
etiology, immunopathology, pathophysiology, clinical manifestations, laboratory manifestations, diagnostic criteria, treatment, and prognosis is
important for medical practitioners. Danny Jaya Jacobus. Diagnosis and Management of Sjogren Syndrome.

Key words: Sjogren syndrome, keratoconjunctivitis sicca, xerostomia, diagnosis, management

PENDAHULUAN berkisar 0,1-4% populasi.3 Di Amerika Serikat Hubungan SS dengan Virus Hepatitis C (VHC)
Sindrom Sjogren (SS) disebut juga Autoimmune jumlah penderitanya mencapai 2-4 juta masih diperdebatkan, pada tahun 1922
Exocrinopathy, Mickuliczs Disease, Geugerots orang.4-6 Hanya 50% yang tidak didiagnosis Haddad di Spanyol mendapatkan gambaran
Syndrome, Sicca Syndrome adalah penyakit dan hampir 60% ditemukan bersamaan =histologi SS pada 16 pasien dari 28 pasien
autoimun sistemik yang terutama mengenai dengan penyakit autoimun lain. SS dapat VHC, sejak saat itu dilaporkan lebih dari 250
kelenjar eksokrin dan biasanya memberikan dijumpai pada semua usia, paling sering pada kasus SS berhubungan dengan VHC.11 Pada
gejala kekeringan persisten pada mulut dan usia 40-60 tahun, terutama pada wanita tahun 1994 didapatkan 4% pasien Hepatitis
mata akibat gangguan fungsional kelenjar dengan perbandingan wanita dan pria adalah autoimun pada pasien SS Primer, sedangkan
saliva dan lakrimalis. SS pertama kali 9:1.2 Prevalensinya pada populasi wanita di survei terbaru tahun 2008 mandapatkan 2
dilaporkan oleh Hadden, Leber dan Mikulicz China berkisar 0,33-0,77%.7 kasus Hepatitis autoimun dari 109 pasien
tahun 1880, terminologi SS diperkenalkan saat SS.12 Kerusakan hingga kematian sel karena
Sjogren di Swedia tahun 1933 melaporkan ETIOLOGI infeksi virus memicu reaksi antigen dan Toll-
bahwa SS terkait dengan poliartritis dan Penyebab SS sampai saat ini masih belum di- like receptor yang terdapat pada sel dendritik
penyakit sistemik lain. Sebagian besar kasus ketahui pasti; terdapat peranan faktor genetik dan epitel, lewat reaksi antigen antibodi yang
SS masih belum diketahui penyebabnya. SS dan non genetik. Didapatkan adanya kaitan mengaktivasi dan memproduksi sitokin,
diklasifikasikan sebagai SS primer apabila tidak antara SS dengan Human Leukocyte Antigen kemokin, dan molekul adesi. Sehingga saat
berkaitan dengan penyakit autoimun sistemik, (HLA) HLA-DR dan DQ.1,3,4 Frekuensi pasien sel B dan T bermigrasi ke kelenjar eksokrin
sedangkan SS sekunder apabila berkaitan dengan HLA-DR52 pada SS Primer diperkirakan akan diaktivasi oleh sel dendritik dan sel epitel
dengan penyakit autoimun sistemik lain mencapai 87%, sedangkan pada SS sekunder yang berfungsi sebagai Antigen Presenting Cell
seperti Artritis Rematoid (RA), Systemic Lupus akan meningkat seiring penyakit penyertanya (APC).13
Eritematosus (SLE), dan Sklerosis Sistemik.1,2 seperti RA, SLE, Sklerosis Sistemik. Keterkaitan
genetik bervariasi berdasarkan etnis. Pada Keterlibatan struktur kelenjar lakrimal dan
EPIDEMIOLOGI orang kulit putih gen yang berperan adalah saliva juga diduga sebagai salah satu etiologi
SS merupakan penyakit autotimun yang sering HLA-DR3, HLA-DQ2, dan HLA-B8, berkaitan SS. Bentuk patologis kelenjar lakrimal dan
dijumpai selain Systemic Lupus Eritematosus dengan HLA-DRB1*15 pada orang Spanyol, saliva pada SS menunjukkan agregasi limfosit
(SLE), di seluruh dunia angka kejadian SS dan HLA-DR5 pada orang Yunani dan Israel.8-10 pada bagian periduktal, kemudian menuju

Alamat korespondensi email: dannyjacobus89@gmail.com

336 CDK-216/ vol. 41 no. 5, th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

panlobulus. Sel-sel ini terdiri dari 75% sel TCD4 walaupun mekanisme abnormalitas imunitas Anti-Fodrin. Cryoglobulin tipe II (monoclonal
dan sel memori, 10% sel B dan sel plasma humoral maupun selular masih belum dengan aktivitas RF) tampak pada 20% pasien.
yang mensekresi immunoglobulin. Walaupun diketahui pasti.19 Ada beberapa faktor yang Hipokomplemenemia terjadi pada pasien SS
terjadi destruksi lobuli, 40-50% sampel biopsi diyakini bertanggung jawab mencetuskan SS dengan vaskulitis sistemik, glomerulonefritis,
kelenjar saliva pasien SS menunjukkan struktur yaitu kerentanan genetik, stres psikologis, dan limfoma sel B. Antimitochondrial Antibodies
normal sehingga proses destruksi kelenjar hormonal, dan infeksi dapat memicu aktivasi (AMA), sejalan dengan peningkatan
saliva dan lakrimal tidak menentukan derajat sel epitel yang ditandai dengan ter- transaminase dan alkalin fosfatase, ditemukan
manifestasi klinis SS.14 stimulusnya Toll-like receptor. Permulaan setidaknya pada 7% kasus pasien SS dengan
perjalanan SS adalah kelainan struktur kelenjar tampilan histologis sirosis biliaris primer
Keterlibatan struktur pada SS bermanifestasi seperti perubahan matriks ekstraselular akibat stadium I. Antithyroglobulin (anti-TG) dan Anti
sebagai hipergamaglobulinemia dan produksi infiltrasi sitokin, kemokin, dan limfosit. Adanya thyroid peroxidase (anti-TPO) muncul pada
autoantibodi multipel, terutama Anti Nuclear stimulus pada Toll-like receptor memicu pasien SS dengan penyakit dasar Tiroiditis
Antibody (ANA) dan Rheumatoid Factor (RF). Hal aktivasi sel T dan sekresi sitokin pro-inflamasi. Hashimoto yang ditandai munculnya
ini bisa memicu aktivasi sel B poliklonal, tapi Teraktivasinya sel epitel tidak hanya berfungsi antibody Anticentromere Antibodies (ACA) yang
penyebab meluasnya aktivasi ini tidak sebagai APC yang memicu aktivasi sel B atau berkorelasi dengan rendahnya angka
diketahui pasti. Keterlibatan organ dan sel T, tetapi juga mengaktivasi sel dendritik kejadian pembesaran kelenjar parotis dan
jaringan lain dapat menghasilkan reaksi melalui regulasi molekul pro-apoptosis yang antibodi anti-La. Antibodi anti-DNA positif
antibodi, kompleks imun, atau infiltrasi limfosit menyimpan bentukan eksosom sehingga pada pasien SS yang berkaitan dengan SLE,
dan terjadi pada satu per tiga kasus pasien SS. dapat membantu aktivasi sel B. Selanjutnya antiphospholipid (a-PL), dan antineutrophil
Pemanjangan masa hiperstimulasi sel B dapat terjadi peningkatan aktivitas B-cell activating cytoplasmic (ANCA) merupakan antibodi
memicu gangguan pada proses diferensiasi factor (BAFF) yang sekresinya memicu atipikal yang paling sering ditemukan.21,22
dan maturasi, dan dapat memicu peningkatan disproporsi terhadap jumlah sel B yang
insiden limfoma.15 diaktivasi sehingga memicu jumlah limfosit MANIFESTASI KLINIS
tambahan pada jaringan kelenjar yang Gambaran klinik SS sangat luas berupa suatu
IMUNOPATOLOGI selanjutnya memperberat proses destruksi eksokrinopati disertai gejala sistemik dan
Gambaran histopatologi pada kelenjar kelenjar (gambar 1).20 ekstraglandular. Xerostomia dan xerotrakea
lakrimalis dan saliva adalah Periductal Focal merupakan gambaran eksokrinopati mulut.
Lymphocytic Infiltration. Limfosit yang paling Hiperaktivitas sel B merupakan kejadian Gambaran eksokrinopati pada mata berupa
awal menginfiltrasi kelenjar saliva adalah sel peningkatan kadar imunoglobulin dan mata kering atau keratokonjungtivitis sicca
T terutama CD45RO dan sel B CD20+. Pada SS autoantibodi di sirkulasi untuk melawan akibat mata kering. Manifestasi ekstra-
didapatkan peningkatan B Cell Activating Factor autoantigen ribonukleoprotein. Ro/SS-A dan glandular dapat mengenai paru, ginjal, pem-
(BAFF), yang merangsang pematangan sel B. La/SS-B. Anti-La bersifat lebih spesifik tapi buluh darah maupun otot. Gejala sistemik
Kadar plasma BAFF pada pasien SS kurang sensitif untuk SS dibandingkan anti- pada SS sama seperti penyakit autoimun lain
berkorelasi dengan autoantibodi di sirkulasi Ro sejak munculnya penyakit autoimun SLE. dapat berupa kelelahan, demam, nyeri otot,
dan jangka panjang mungkin berperan pada Antibodi sirkulasi yang terlibat meliputi RF dan artritis. Poliartiritis nonerosif merupakan
terjadinya limfoma.

Pada sebagian besar pasien SS terjadi pe-


ningkatan imunoglobulin dan autoantibodi.
Autoantibodi ini ada yang non spesifik seperti
RF, ANA, dan yang spesifik SS seperti anti Ro
(SS-A) dan anti LA (SS-B). Peran anti Ro dan
anti-La pada patogenesis SS masih belum
jelas. tetapi pada wanita hamil dapat memicu
terjadinya komplikasi; setelah kehamilan 20
minggu antibodi ini bisa menembus plasenta
dan mengakibatkan inflamasi sistem konduksi
jantung janin menyebabkan congenital heart
block.1,16,17 Penelitian di Norwegia men- Gambar 1 Patofisiologi SS. Pada keadaan predisposisi
dapatkan dari 58 pasien SS yang hamil, 2 genetik, infeksi virus, pengaruh hormon dan faktor
anaknya mengalami Congenital Heart Block.18 lingkungan menginisiasi aktivasi sel epitel, yang akan
memicu aktivasi sel T dan memperkuat sekresi sitokin pro-
PATOFISIOLOGI inflamasi sehingga memicu aktivasi sel epitel. Hal ini
Mekanisme patofisiologi yang mendasari menghasilkan formasi eksosome, aktivasi sel dendritik dan
terjadinya SS adalah stimulasi terus-menerus sekresi Interferon tipe 1 (IFN-1), dan BAFF memicu stimulasi dan proliferasi sel B sehingga menyebabkan disposisi limfosit. Sel
pada sistem autoimun, baik sel B maupun sel T, T sitotoksik, apoptosis, dan formasi autoantibodi dan destruksi jaringan kelenjar lebih lanjut20

CDK-216/ vol. 41 no. 5, th. 2014 337


TINJAUAN PUSTAKA

bentuk artiritis yang khas pada SS. Raynauds mata menyebabkan gangguan epitel kornea Raynaud dijumpai pada 35% kasus dan
phenomena merupakan gangguan dan konjungtiva yang diketahui merupakan biasanya muncul setelah bertahun-tahun,
vaskular yang sering ditemukan, biasanya penanda KCS. Pada kasus berat, dapat terjadi tanpa disertai telangiektasis dan ulserasi.2
tanpa telangiektasis maupun ulserasi jari. gangguan visus. Komplikasi ulkus kornea
Manifestasi ekstraglandular lain tergantung dapat memicu perforasi dan iridosiklitis.13 4. Manifestasi Ginjal
penyakit sistemik yang terkait misalnya RA, Keterlibatan ginjal hanya sekitar 10%.
SLE, dan Sklerosis Sistemik. Meskipun SS 3. Pembesaran Kelenjar Paratiroid Manifestasi tersering berupa kelainan tubulus
tergolong penyakit autoimun yang jinak, bisa Sekitar 20-30% pasien SS Primer mengalami dengan gejala subklinis. Gambaran kilnis
berkembang menjadi malignan, diduga pembesaran kelenjar parotis atau sub- dapat berupa hipofosfaturia, hipokalemia,
karena transformasi sel B ke arah ganas.2 mandibula yang tidak nyeri. Pembesaran hiperkalemia, asidosis tubular renal tipe
kelenjar ini bisa berubah menjadi limfoma. distal. Manifestasi sering tidak jelas, dapat
Manifestasi Glandular Suatu penelitian mendapatkan 98 orang dari menimbulkan komplikasi batu kalsium dan
1. Xerostomia 2311 pasien SS (4%) berkembang menjadi gangguan fungsi ginjal. Gejala hipokalemia
Lebih dari 90% pasien dengan keluhan gejala limfoma, sementara Ioannidis mendapatkan sering dijumpai dengan klinis kelemahan otot.
SS adalah gangguan fungsional kelenjar 38 dari 4384 pasien SS berkembang menjadi Pada biopsi ginjal didapatkan infiltrasi limfosit
saliva. Pasien sering mengeluhkan rasa tidak limfoma.2,16,23 pada jaringan interstisial.2
enak, sulit memproses makanan kering, dan
membutuhkan minum lebih banyak air. Manifestasi Ekstraglandular 5. Manifestasi Neuromuskular
Pada tahap awal SS, mulut tampak pucat dan Banyak manifestasi ekstraglandular pada SS Manifestasi neurologi akibat vaskulitis sistem
lembap; dengan berjalannya penyakit, tidak yaitu artralgia (25-85%), fenomena Raynoud saraf dengan manifestasi klinik neuropati
tampak saliva pada dasar mulut. Seiring (13-62%), tiroiditis autoimun Hashimoto (10- perifer. Neuropati kranial juga dapat dijumpai
progresifitas penyakit, terutama pada stadium 24%), renal tubular asidosis (5-33%), sirosis pada SS, biasanya tunggal, misalnya neuropati
lanjut, mukosa cavum oris akan menjadi bilier primer dan hepatitis autoimun (2-4%), trigeminal, neuropati optik. Neuropati sensorik
sangat kering. Permukaan lidah menjadi penyakit paru (7-35%), vaskulitis (9-32%). merupakan komplikasi neurologi yang sering
merah dan berlobulasi disertai depapilasi Risiko limfoma meningkat pada pasien SS. dijumpai. Kelainan muskular hanya berupa
parsial maupun komplit. Xerostomia menjadi mialgia dengan enzim otot dalam batas
sangat nyeri disertai sensasi terbakar, disertai 1. Manifestasi Kulit normal.2
pembentukan fisura lidah, disfagia, disertai Merupakan gejala ekstraglandular yang
keilitis angularis. Keadaan di atas dapat paling sering dijumpai, dengan gambaran 6. Manifestasi Gastrointestinal
memicu infeksi Staphylococcus aureus atau klinis yang luas. Kulit kering dan gambaran Keluhan yang sering dijumpai adalah disfagia
Pneumococcus yang bermanifestasi sebagai vaskulitis merupakan keluhan yang sering karena kekeringan daerah mulut dan
sialadenitis akut. Lebih jauh penyakit ini dapat dijumpai. Manifestasi vaskulitis pada kulit esophagus, disamping itu dismotilitas
menyebabkan karies dentis, infeksi periodontal, bisa mengenai pembuluh darah sedang esophagus akan menambah kesulitan proses
peningkatan kejadian kandidiasis.1,13,20 maupun kecil. Vaskulitis pembuluh darah menelan. Mual dan nyeri perut daerah
sedang biasanya terkait dengan krioglobulin epigastrium juga sering dijumpai. Biopsi
dan vaskulitis pada pembuluh darah kecil mukosa lambung menunjukkan gastritis
berupa purpura. Vaskulitis di kulit dikatakan kronik atrofik yang secara histopatologi
merupakan petanda prognosis buruk.2 didapatkan infiltrasi limfosit.2

2. Manifestasi Paru 7. Artritis


Manifestasi penyakit paru yang sering Lima puluh persen gejala artritis pada SS
dijumpai adalah Penyakit Paru Interstisial atau mungkin muncul lebih awal sebelum gejala
fibrosis berat. Adanya pembesaran kelenjar sindrom sicca muncul. Artritis pada SS tidak
limfe parahiler sering menyerupai limfoma erosif. Artralgia, kaku sendi, sinovitis, poliartritis
Gambar 2 Xerostomia pada pasien SS16 (pseudolimfoma). Manifestasi paru pada SS kronis merupakan gejala lain yang mungkin
primer dan sekunder berbeda, manifestasi SS dijumpai.2
2. Keratoconjungtivitis Sicca (KCS) sekunder disebabkan oleh penyakit primer
Mata kering pada SS disebut KCS yang yang mendasari.2 MANIFESTASI LABORATORIUM
lebih sering tampak dibanding xerostomia. Pada SS sering didapatkan peningkatan
Anamnesis yang cermat dibutuhkan untuk 3. Manifestasi Pembuluh Darah imunoglobulin serum poliklonal dan sejumlah
mendeteksi gejala mata kering. Keluhan Vaskulitis ditemukan sekitar 5%, dapat auto antibodi yang sesuai dengan aktivitas
utama KCS adalah rasa mengganjal bisa mengenai pembuluh darah sedang maupun kronis sel B. Laju endap darah meningkat
disertai rasa tebal, fotosensitif, dan sensasi kecil dengan manifestasi klinik berbentuk sesuai peningkatan globulin gama. Suatu
terbakar. Mata kering disebabkan infiltrasi purpura, urtikaria berulang, ulkus kulit, penelitian multisenter atas 400 pasien SS
limfosit pada kelenjar lakrimal sehingga dan mononeuritis multipel. Vaskulitis pada berdasarkan kriteria The European Community
mengganggu produksi dan komposisi air organ internal jarang ditemukan. Fenomena Preeliminary Criteria tahun 1993 mendapatkan

338 CDK-216/ vol. 41 no. 5, th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

Anti Ro 40% dan anti La 26%, ANA 74%, RF saliva paling tidak pada salah satu metode keluhan mata pada SS.27
38% pasien SS. Kelainan hematologi yang diagnostik berikut:
bisa didapatkan pada SS adalah anemia 20%, 1. Salivary Flow <1,5 ml dalam 15 menit 3. Histopatologi
leukopenia 16%, dan trombositopenia 13%, 2. Sialografi parotis menunjukkan adanya Biopsi kelenjar eksokrin minor memberikan
hipergamaglobulinemia ditemukan hampir sialektasi difus tanpa obstruksi duktus mayor gambaran sangat spesifik yaitu infiltrasi limfosit
pada 80% kasus.1,2,16 3. Scintigrafi saliva menunjukkan gangguan dominan. Biopsi saliva minor merupakan
ambilan, berkurangnya konsentrasi dan/atau standar baku diagnosis SS.2,8
Penelitian di London mengevaluasi 34 pasien ekskresi saliva
keluhan mata dan mulut kering tapi tidak 4. Sialometri
termasuk SS yang dikenal dengan Dry Eyes VI. Autoantibodi: pada serum terdapat Merupakan pengukuran kecepatan produksi
and Mouth Syndrome (DEMS); pada Antibodi terhadap antigen Ro/SS-A atau kelenjar saliva (parotis, submandibula,
pemeriksaan anti Ro dan anti La semuanya antigen La/SS-B, atau keduanya. sublingual, atau total) tanpa adanya
negatif walaupun ANA positif (19%).24 Diagnosis SS Primer: rangsangan. Pada SS aliran saliva akan diukur
1. Terdapat 4 dari 6 kriteria mengindikasikan pada kelenjar submandibular/sublingual
KRITERIA DIAGNOSIS adanya SS Primer selama terdapat kriteria IV kemudian dibandingkan dengan kontrol;
(THE EUROPEAN COMMUNITY (histopatologi) atau VI (serologi) positif pengukuran pada kelenjar parotis tidak
PRELIMINARY CRITERIA,1993)25 2. Terdapat 3 dari 4 tanda pada kriteria spesifik karena akan menunjukkan penurunan
I. Gejala Okular: jawaban “YA” pada paling diagnosis (kriteria III,IV,V,VI) aliran saliva baik pada pasien SS dan non-SS.
tidak satu pertanyaan di bawah ini: 3. Klasifikasi berdasarkan survei 2,27

1. Apakah memiliki keluhan mata kering epidemiologi klinis


selama ≥3 bulan? 5. Sialografi
2. Apakah merasakan sensasi/rasa meng- Diagnosis SS Sekunder: pasien dengan klinis Bertujuan untuk mengetahui perubahan
ganjal pada mata? yang berkaitan dengan penyakit lain (penyakit anatomi kelenjar saliva dan duktusnya.
3. Apakah menggunakan suplemen air mata jaringan ikat lain), terdapat kriteria I dan II Pemeriksaan ini menggunakan kontras larut
paling tidak 3 kali sehari? disertai 2 tanda di antara kriteria III, IV, dan V. air yang dimasukkan dengan sistem kanulasi
ke kelenjar saliva kemudian mengevaluasi
II. Gejala Oral: jawaban “YA”pada paling tidak Kriteria Eksklusi: Riwayat terapi radiasi pada kelainan yang terjadi.27
satu pertanyaan di bawah ini: kepala/leher, infeksi HCV, HIV AIDS, limfoma,
1. Apakah memiliki keluhan mulut kering sarkoidosis, penyakit graft vs host, penggunaan 6. Scintigrafi
selama ≥3 bulan? obat anti kolinergik.26 Pemeriksaan ini dilakukan dengan injeksi 99mTc-
2. Apakah memiliki riwayat/saat ini berupa sodium intravena kemudian mengevaluasi
pembesaran kelenjar saliva? PEMERIKSAAN TAMBAHAN ambilan 99mTc-sodium setelah 60 menit.2
3. Apakah banyak minum saat menelan 1. Tes Schirmer
makanan kering? Berfungsi memeriksa fungsi kelenjar lakrimal. PENATALAKSANAAN
Terdapat 2 jenis tes yaitu Schirmer I dan II, Prinsip penatalaksanaan SS adalah meng-
III. Pemeriksaan Mata: tanda objektif Schirmer I adalah pemeriksaan yang masuk gantikan fungsi kelenjar eksokrin dengan
keterlibatan mata sebagai temuan positif, dalam kriteria diagnosis SS, yaitu meletak- memberi lubrikasi sehingga memperbaiki
paling tidak pada satu pemeriksaan di bawah kan kertas kering di kelopak mata bawah kualitas hidup pasien.
ini: selama 5 menit, normalnya adalah ≥15 mm
1. Tes Schrimer I, dilakukan tanpa anestesi kertas akan basah, jika <5 mm maka hal ini 1. Mata
(<5 mm dalam 5 menit) mengkonfirmasi diagnosa mata kering.26 Pengobatan untuk mata kering bisa dimulai
2. Skor Rose Bengal atau Skor Diagnosis secara non-farmakologis seperti menghindari
Mata Kering (≥4 berdasarkan sistem van 2. Rose Bengal kondisi lingkungan yang memperberat mata
Bijsterveld) Pemeriksaan ini menggunakan bahan aniline kering (kering, berasap, ber-AC), dan aktivitas
yang dapat mewarnai epitel kornea dan yang menyebabkan ketidakstabilan lapisan
IV. Histopatologi: Pada sediaan kelenjar saliva konjungtiva yang tidak fungsional. air mata (terlalu lama membaca atau di depan
minor (sediaan diambil dari mukosa yang Penilaiannya: 0-4, bila 3-4 berarti pewarnaan layar komputer). Penggunaan kacamata
tampak normal) terdapat sialadenitis limfositik epitel lebih banyak yang menandakan dengan dukungan ruangan sedikit lembap
fokal, yang dievaluasi oleh ahli Patologi hiposekresi lakrimal. Evaluasi dengan kriteria dapat menguntungkan. Pasien juga harus
Anatomi, dengan focus score ≥1, diartikan Van Bijsterveld membagi permukaan mata menghindari obat yang dapat menghambat
sebagai jumlah foci limfosit (sediaan mukosa menjadi 3 yaitu: konjungtiva bulbar bagian produksi lakrimal seperti diuretik, β-bloker,
acini yang mendekati normal mengandung nasal, kornea, konjungtiva bulbar bagian antidepresan trisiklik, dan antihistamin, atau
>50 limfosit) per 4 mm2 jaringan kelenjar. temporal, yang diberi nilai 0-3 (0: tidak ada dalam dosis minimal.28-29
pewarnaan; 3: pewarnaan jelas). Skor ≥4
V. Keterlibatan Kelenjar Saliva: Temuan klinis sudah bernilai positif. Skor ini merupakan Penggunaan air mata buatan/artifisial
yang mengarah pada gangguan kelenjar metode paling spesifik untuk mengevaluasi merupakan modalitas yang paling sering,

CDK-216/ vol. 41 no. 5, th. 2014 339


TINJAUAN PUSTAKA

terutama pada derajat ringan sampai sedang. sebagai alternatif dapat mengkonsumsi hari selama 6 bulan memperbaiki produksi
Ada 2 jenis sediaan yaitu emulsi dan cairan sugar-free lozenges yang memperbaiki kondisi saliva setelah satu bulan pemberian, mulai
hipotonik. Emulsi mengandung komponen mukosa kavum oris dan mata, dengan efek titrasi dosis rendah selama 48 bulan.47
cairan dan lipid untuk mata kering derajat samping minimal.37-39 Perawatan gigi dan
evaporasi tinggi. Sedangkan cairan hipotonik mulut penting untuk mencegah komplikasi, Hidroklorokuin memperbaiki gejala
digunakan hanya untuk menambah jumlah obat kumur dapat mengurangi komplikasi muskuloskeletal dan gejala konstitusional.
lakrima dan mengurangi osmolaritas lapisan termasuk infeksi Candida yang membutuh- Obat ini mengganggu produksi sitokin pro-
air mata.28,30,31 Saat ini sudah terdapat tetes kan penanganan khusus.17 inflamasi seperti IL-1a dan IL-6; tidak hanya
mata serum autolog terbuat dari bahan non- menghasilkan perbaikan klinis namun juga
alergenik bersifat sama seperti air mata Pemberian saliva artifisial bertujuan sebagai perbaikan serologis IgG, laju endap darah,
normal untuk pasien dengan intoleransi air lubrikan dan membasahi mukosa cavum oris ANA, RF, IL-6. Hidroksiklorokuin meningkatkan
mata artifisial, mendukung reepitelisasi biasa digunakan untuk mulut kering derajat produksi kelenjar saliva setelah terapi selama
karena mengandung Epithelial Growth Factor, sedang hingga berat yang menimbulkan 6 bulan.48 Metotrexate digunakan untuk
fibronektin, dan vitamin.32-34 gangguan pencernaan.40-42 Agen agonis artritis yang mengenai beberapa sendi.49
muskarinik seperti Pilokarpin dan Cevimeline Azathioprine dosis rendah per-oral tidak
Terapi sistemik untuk kasus mata kering adalah meningkatkan aliran saliva, dan mengatasi menghasilkan efikasi klinis dan laboratorium. 50
agonis muskarinik (M) yang menstimulasi sel keluhan mulut kering.36,43-45 Imunomodulator Leflonomide masih diteliti lebih lanjut.51
kelenjar lakrimalis yaitu dengan Pilokarpin 5 Interferon A diberikan jika dicurigai infeksi
mg 4 kali sehari atau Cevimeline 30 mg 3 kali virus sebagai penyebab. Siklosporin A juga ii. Agen Biologis
sehari. Kedua obat tersebut menyebabkan dapat diberikan untuk menekan infiltrasi Penelitian pada 16 pasien SS primer yang
stimulasi sekresi aqueus humor dan mucus limfosit dan stabiliasi sistem imun.36 diterapi Infliximab 3 mg/kg pada minggu 0,
pada reseptor M1 dan M3, cevimeline juga minggu 2, minggu 6 menghasilkan perbaikan
memiliki efek anti-apoptosis yang dimediasi 3. Sistemik klinis.11 Penggunaan Rituximab infus 375
reseptor M1.35 i. Antiinflamasi dan Disease-Modifying mg/m2 dengan prednison 25 mg intravena
Antirheumatic Drugs(DMARD) pada 8 pasien SS primer selama 12 minggu
Pemberian imunomodulator seperti emulsi Mudah lelah, artralgia, myalgia, dan demam dapat mengurangi keluhan mata dan mulut
Siklosporin A 0,05% menstabilkan respon adalah gejala non-eksokrin yang sering kering.52
imun pada mata dengan mengurangi disposisi ditemui. Analgesik dan Non Steroid Anti
limfosit; pemberian oral tidak menunjukkan Inflammatory Drugs (NSAID) menjadi lini iii. Terapi Lain
respon yang berarti.36 pertama untuk mengatasi keluhan Prednisolon secara signifikan menurunkan
muskuloskeletal dan gejala konstitusional, kadar serum IgG dan anti-Ro/SS 20 pasien SS.11
2. Mulut tapi tidak memberikan efek untuk sindrom
Terapi non farmakologi adalah hidrasi kekeringan mata dan mulut.46 PROGNOSIS
adekuat, menghindari iritan (kopi, alkohol, Prognosis pasien SS tidak banyak diteliti;
nikotin), mengkonsumsi minuman/makanan Pemberian kortikosteroid diindikasikan untuk walaupun bukan penyakit ganas, dapat
rendah gula bahkan bebas gula dapat artritis, manifestasi kutaneus, dan gejala terjadi vaskulitis dan limfoma yang dapat
meningkatkan stimulus terhadap aliran saliva; konstitusional pada SS. Prednisolon 40 mg/ menyebabkan kematian.53-54

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumariyono. Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom Sjorgen. Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Reumatologi. 2008.p134-6.
2. Yuliasih. Sindroma Sjogren. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II edisi IV. Pusat Penerbitan IPD FKUI 2006.p1193-6.
3. Helmick CG, Felson DT, Lawrence RC, et al. Estimates of the prevalence of arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Part I. Arthritis Rheum. Jan 2008;58(1):15-25.
4. Fox PC. Autoimmune diseases and Sjögren’s syndrome: an autoimmune exocrinopathy. Ann. NY Acad. Sci.1098,2007;15–21.
5. Kessel A, Toubi E, Rozenbaum M, Zisman D, Sabo E, Rosner I. Sjögren’s syndrome in the community: can serology replace salivary gland biopsy? Rheumatol. Int. 2006;26,337–9.
6. Kruszka P, O’Brian RJ. Diagnosis and management of Sjögren syndrome. Am. Fam. Physician. 2009;79,465–70.
7. Xiang YJ, Dai SM. Prevalence of rheumatic diseases and disability in China. Rheumatol. Int.2009;29,481–90.
8. Price EJ, Venables PJ. The etiopathogenesis of Sjögren’s syndrome. Semin Arthritis Rheum. Oct 1995;25(2):117-33.
9. Mattey DL, González-Gay MA, Hajeer AH, Dababneh A, Thomson W, García-Porrúa C, et al. Association between HLA-DRB1*15 and secondary Sjögren’s syndrome in patients with
rheumatoid arthritis. J Rheumatol. 2000;27(11):2611-6.
10. Papasteriades CA, Skopouli FN, Drosos AA, Andonopoulos AP, Moutsopoulos HM. HLA-alloantigen associations in Greek patients with Sjögren’s syndrome. J Autoimmun. Feb 1988;1(1):85-90.
11. Casals MR Font J. Primary Sjogren Syndrome: Current and emergent aetiopathogenic concepts. Rheumatology. 2005;44:1354-67.
12. Brun JG. Madland TM. Gjesdal CB. Sjogren syndrome in an-out-patient clinic; classification of patient according to the preliminary European criteria and the proposed modified European
criteria. Rheumatology. 2004:41;301-4.
13. Fox RI. Sjögren’s syndrome. Lancet. 2005;366(9482):321-31.
14. Parkin B, Chew JB, White VA, Garcia-Briones G, Chhanabhai M, Rootman J. Lymphocytic infiltration and enlargement of the lacrimal glands: a new subtype of primary Sjögren’s
syndrome?. Ophthalmology. 2005;112(11):2040-7.

340 CDK-216/ vol. 41 no. 5, th. 2014


TINJAUAN PUSTAKA

15. Ng KP, Isenberg DA. Sjögren’s syndrome: diagnosis and therapeutic challenges in the elderly. Drugs Aging. 2008;25(1):19-33.
16. Troy Daniels. Sjogrens Syndrome: Primer on Rheumatic Diseases. 2008;13:389-97.
17. Price EJ. Venables PJ. Dry eyes and mouth syndrome, a subgroup of patient presenting with sicca symptoms. Rheumatol.2003;41:416-25.
18. Kassan SS. Marulampos M. Moutsopolulos MD. Clinical manifestation and early diagnosis of sjogren syndrome. Arch. Int. Med. 2004:164;1275-84.
19. Delaleu N, Jonsson MV, Appel S. New concepts in the pathogenesis of Sjogren’s syndrome. Rheum. Dis. Clin. North America, 2008.34(4);833-45.
20. Kassan SS, Thomas TL, Moutsopoulos HM, Hoover R, Kimberly RP, Budman DR, et al. Increased risk of lymphoma in sicca syndrome. Ann. Intern. Med. 2004;89(6):888-92.
21. Soliotis FC, Moutsopoluos HM. Sjogren’s syndrome. Autoimmunity. 2004;37:305-7.
22. Ramos-Casals M, Brito-Zeron P, Font J. The overlap of Sjogren’s syndrome with other systemic autoimmune diseases. Semin Arthritis Rheum 2007;36:246-55.
23. Casals MR. Tzioufas AG. Front J. Primary sjorgen syndrome; new clinic and therapeutic concepts. Ann. Rheum. Dis. 2005:64;347-54.
24. Rosas J. Casals MR. Ena J.Usefulness of basal and Pilocarpin stimulated salivary flow in primary Sjorgen syndrome correlation with clinical immunological and histological features.
Rheumatology. 2004:41:670-5.
25. Vitali C, Bombardieri S, Jonsson R, Moutsopoulos HM, Alexander EL, Carsons SE, et al. European Study Group on Classification Criteria for Sjogren’s Syndrome. Classification criteria for
Sjogren’s syndrome: A revised version of the European criteria proposed by the American-European Consesnus Group. Ann Rheum Dis. 2002;61:554-8.
26. De Monchy, I., Jonsson M.V., Appel, S., Jonsson R. New concepts in the pathogenesis of Sjogren’s syndrome. Rheum. Dis. Clin. North America. 2011:21(5),656-60.
27. Kalk, W.W., Mansour, K., Vissink, A., Spijkervet F.K., Bootsma, H., Kallenberg, C.G.< et al. Oral and ocular manifestation in Sjogren’s syndrome. J. Rheumatology. 2002;29(5),924-30.
28. Foulks GN. The evolving treatment of dry eyes. Ophtalmol Clin North Am. 2003;16:29-35.
29. Wolkoff P, Nojgaard JK, Franck C., Skov P. The modern office environment desiccates the eyes? Indoor Air. 2006;16:258-65.
30. Korb DR, Scaffidi RC, Greiner JV, Kenyon KR, Herman JP, Blackie CA, et al. The effect of two novel lubricant eye drops on tear film lipid layer thickness in subjects with dry eye symptoms.
Optom Vis Sci. 2005;82:594-601.
31. Aragona P, Di Stefano G, Ferreri G, Spinella R, Stilo A. Sodium hyaluronate eye drops of different of different osmolarity for the the treatment of dry eye in Sjogren’s syndrome patients. Br
J Ophtalmol. 2002;86:879-84.
32. Noble BA, Loh RS, MacLennan S, Pesudovs K, Reynolds A, Bridges LR, et al. Comparison of autologous serum eye drops with conventional therapy in randomized controlled crossover trial
for ocular surface disease. Br J Ophtalmol. 2004;88:647-52.
33. Kojima T, Ishida R, Dogru M, Goto E, Matsumoto Y, Kaido M, et al. The effect of autologous serum eyedrops in the treatment of severe dry eye disease: a prospectice randomized cas-control
study. Am J Ophtalmol. 2005;139:242-6.
34. Geerling G, Maclennan S, Hartwig D. Autologous serum eye drops for ocular surface disorder. Br J Ophtalmol 2004;88:1467-74.
35. Fox RI, Konttinen Y, Fisher A. Use of muscarinic agonists in the treatment of Sjogren’s syndrome. Clin Immunol. 2001;101:249-63.
36. Aikaterini TS, Judith AJ. Primary Sjogren’s Syndrome: Current and Prospective Therapies.Semin Arthritis Rheum. 2008;37:273-92.
37. Silvestre-Donat FJ, Miralles-Jorda L, Martinez-Mihi V. Protocol for the clinical management of dry mouth. Med Oral. 2004;9:273-9.
38. Porter SR, Scully C, Hegarty AM. An update of the etiology and management of xerostomia. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2004;97:28-46.
39. Fox PC, Curnmins MJ, Curnmins JM. A third study on the use of orally administered anhydrous crystalline maltose for relief of dry mouth in primary Sjogren’s syndrome. J Alternat
Complement Med. 2002;8:651-9.
40. Wynn RI, Meiller TF. Artificial saliva products and drugs to treat xerostomia. Gen Dent. 2000;48:630-6.
41. Urquhart D, Fowler CE. Review of the use of polymers in saliva substitutes for sympatomatic relief of xerostomia. J Clin Dent. 2006;17:29-33.
42. Al Hashimi I, Taylor SE. A new medication for treatment of dry mouth in Sjogren’s syndrome. Tex Dent J. 2001;118:262-6.
43. Papas AS, Fernandez MM, Castano RA, Gallagher SC, Trivedi M, Shrotriya RC. Oral pilocarpine for symptomatic relief of dry mouth and dry eyes in patients with Sjogren’s syndrome. Adv
Exp Med Biol. 1998;438:973-8.
44. Vivino FB, Al-Hashimi I, Khan Z, LeVeque FG, Salisbury PL 3rd, Tran-Johnson, et al. Pilocarpine tablets for the treatment of dry mouth and dry eye symptoms in patients with Sjogren
syndrome: a randomized, placebo-controlled, fixed-dose, multicenter trial. P92-01 Study Group. Arch Intern Med. 1999;159:174-81.
45. Petrone D, Condemi JJ, Fife R, Gluck O, Cohen S, Dalgin P. A double-blind, randomized, placebo-controlled study of cevimeline in Sjogren’s syndrome patients with xerostomia and
keratoconjunctivitis sicca. Arthritis Rheum. 2002;46:748-54.
46. Kok MR, yamato S, Lodde BM, Wang J, Couwenhoven RI, Yakar S, et al. Local adeno-associated virus mediated interleukin 10 gene transfer has disease-modifying effects in a murine model
of Sjogren’s syndrome. Hum Gene Ther. 2003;14:1605-18.
47. Miyawaki S, Nishiyarna S, Matoba K. Efficacy of low-dose prednisolone maintenance for saliva production and serological abnormalities in patients with primary Sjogren’s syndrome.
Intern Med. 1999;38:938-43.
48. Sperber K, Quraishi H, Kalb TH, Panja A, Stecher V, Mayer L. Selective regulation of cytokine secretion by hyroxychloroquine: inhibition of interleukin 1 alpha (IL-1-alpha) and IL-6 in human
monocytes and T cells. J Rheumatol. 1993.20:803-8.
49. Skopouli FN, Jagielo P, Tsifetaki N, Mousopoulos HM. Methotrexate in primary Sjogren’s syndrome .Clin Exp Rheumatol. 1996;14:555-8.
50. Price EJ, Rigby SP, Clancy U, Benables PJ. A double blind placebo controlled trial of azathioprine in the treatment of primary Sjogren’s syndrome. J Rheumatol. 1998;25:896-9.
51. Van Woerkom J, Kruize AA, Geenen R, van Roon EN, Goldschmeding R, Verstappen SM, et al. Safety and efficacy of Leflunomide in primary Sjogren’s syndrome- a phase II pilot study. Ann
Rheum Dis. 2007 Jan 12; (Epub ahead of print).
52. Meijer JM, Pijpe J, Vissink A. Treatment of Primary Sjogren syndrome with Rituximab; extended follow up, safety and efficacy of treatment. Ann. Rheum. Dis. 2009;68:284-5.
53. Tsifetaki N, Kitsos CA, Paschides. Oral Pilocarpin for the treatment of ocular symptoms in patient with Sjogren syndrome. A randomized controlled study. Ann. Rheum Dis.
2003;62:1204-7.
54. Dawson L, Caulfield V, Hydroxychloroquine therapy in patient with primary sjogren syndrome may improve salivary gland hypofunction by inhibition of glandular cholinesterase.
Rheumatology. 2005;44:449-55.

CDK-216/ vol. 41 no. 5, th. 2014 341

Anda mungkin juga menyukai