Anda di halaman 1dari 40

Oleh :

M u t i a r a P. S u b e k t i
3 01 01 4 07 2 5 5

LAPORAN KASUS
ASTIGMATISME MIOPIA KOMPOSITUS

Pembimbing :
dr. Nindyan P., Sp.M
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. V
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Palangkaraya
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
No.CM : -
ANAMNESIS

Autonamnesis dilakukan pada hari Jumat, 10


Mei 2019 pukul 09.00 WIB di poliklinik THT
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Keluhan Utama

Pandangan ODS kabur


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pandangan dirasa kabur saat melihat


jauh.

Keluhan dirasakan memburuk sejak


pertama kali dirasakan 10 tahun yang lalu,
membaik apabila menggunakan kacamata.

Keluhan mata berkabut, penurunan lapang


pandang, dan benda yang dirasa
mengganggu penglihatan disangkal
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat penggunaan  Dikeluarga tidak ada yang
kacamata (+) mengalami hal serupa
 Riwayat memakai lensa kontak  Riwayat operasi yang
(-)
berhubungan dengan mata
 Riwayat operasi yang
berhubungan dengan mata (-)
(-)
 Riwayat adanya trauma pada
mata seper ti mata terkena
bahan-bahan kimia, terbentur
benda tumpul atau benda tajam
(-)
Riwayat
Sosial Mahasiswa Pekerjaan pasien

Ekonomi
Kesan Ekonomi Cukup

Umum Biaya pengobatan

Sering
menggunakan
Kebiasaan pasien gadget dalam
waktu yang
lama
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENT

KU : compos mentis

Tanda Vital
TD :
HR : 80 120/80 RR : 22
T : 36,5oC
kali/menit kali/menit
mmHg
STATUS OFTALMOLOGI

OD OS
Visus 2/60 2/60
PH 6/6 6/6
BVAC S -4,75 C-1,50 -4,75 C-1,50
X 170  6/6 X 10  6/6
STATUS OFTALMOLOGI

OD OS
STATUS OFTALMOLOGI

OCCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCCULI SINISTRA (OS)


Gerak bola mata normal, enoftalmus (- Gerak bola mata normal, enoftalmus (-),
), eksoftalmus (-), strabismus (-) Bulbus okuli eksoftalmus (-), strabismus (-)

Edema (-), hiperemis(-), nyeri tekan (-), Edema (-), hiperemis(-), nyeri tekan (-),
blefarospasme (-), lagoftalmus (-), blefarospasme (-), lagoftalmus (-),
Palpebra
ektropion (-), entropion (-) ektropion (-), entropion (-)
Edema (-), injeksi silier (-), injeksi Edema (-), injeksi silier (-), injeksi
konjungtiva (-), infiltrat (-), hiperemis (-) Konjungtiva konjungtiva (-), infiltrat (-), hiperemis (-)

Putih Sklera Putih


Bulat, jernih, edema (-),arkus senilis (-), Bulat, jernih, edema (-),arkus senilis (-),
keratik presipitat (-), infiltrat (-), Kornea Keratik presipitat (-), infiltrat (-), sikatriks (-
sikatriks (-) ),
STATUS OFTALMOLOGI

OCCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCCULI SINISTRA (OS)


Jernih, arkus senilis (-), hipopion (-), Jernih, arkus senilis (-), hipopion (-),
Camera Oculi Anterior
hifema (-) hifema (-)

atrofi (-), edema(-), synekia (-) atrofi (-),edema(-), synekia (-)


Iris

Bulat, d= ±3mm, refleks pupil direct Bulat, d= ±3mm, refleks pupil direct (+),
Pupil
(+), refleks pupil indirect (+) refleks pupil indirect (+)

Kekeruhan (-) Lensa Kekeruhan (-)

Tidak dilakukan, epifora (-) Sistem Lakrimasi Tidak dilakukan, epifora (-)
RESUME

Anamnesis :
1. Keluhan kedua mata kabur
2. Keluhan sudah dirasakan sejak 10 tahun yang lalu,
memburuk hingga sekarang
3. Pasien tidak mengeluh mata berkabut, penurunan
lapang pandang dan adanya benda asing yang
menghalangi penglihatan

PF :
1. Visus jauh OD/OS = 2/60 – 2/60
2. PH dan BVAC dengan lensa sferis dan silindris
OD/ OS = 6/6 – 6/6
Diagnosa AMK Miopia
banding

Diagnosis Astigmatisme
miopia
kerja kompositus
PROGNOSIS

OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER


QuoAd sanationam Bonam Bonam
Quo Ad functionam Bonam Bonam
Quo Ad vitam Bonam
Quo Ad kosmetikan Bonam
TATALAKSANA

Medikamentosa : -

Non medikamentosa : kacamata


ANATOMI MEDIA REFRAKTA

Refraksi mata adalah perubahan jalannya cahaya yang diakibatkan oleh media
refrakta mata

Kornea

Aqueous humor

Lensa

Vitreus
KORNEA
 Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,
sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11 ,5 mm
 Kornea mata mempunyai kekuatan refraksi sebesar 40 dioptri
AQUEOUS HUMOR
 Humor aqueous diproduksi oleh badan siliaris COP  pupil 
COA  perifer menuju ke sudut camera oculi anterior 
trabecular meshwork
 Humor aqueous diproduksi dengan kecepatan 2-3 μL/menit dan
mengisi kamera okuli anterior sebanyak 250 μL serta camera
oculi posterior sebanyak 60 μL
L
E
N
S
A
 Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna
 Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm
 Lensa memiliki kekuatan refraksi 15-10D
 Merupakan organ yang berfungsi dalam akomodasi mata
(bersama dengan m. siliaris)
V
I
T
R
E
U
S
 Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular
yang membentuk dua pertiga dari volume dan berat mata
 Vitreus berisi air sekitar 99%; 1% meliputi dua komponen,
kolagen dan asam hialuronat, yang memberikan bentuk dan
konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya
mengikat banyak air
FISIOLOGI PENGLIHATAN

 Keseluruhan sistem refraksi mata membentuk lensa yang


cembung dengan fokus 23 mm
 Rangsangan ini diterima oleh sel batang dan kerucut di
retina, yang diteruskan melalui saraf optik (N II), ke korteks
serebri pusat penglihatan  pada mata yang emetrop dan
dalam keadaan mata istirahat, sinar yang sejajar yang
datang di mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis
dari retina

Fovea sentralis
FISIOLOGI PENGLIHATAN

Trias akomodasi : bola mata konvergensi, pupil kontriksi, lensa mata mencembung
DEFINISI AMETROPIA

Keadaan pembiasaan mata dengan panjang bola mata yang


tidak seimbang. Hal ini akan terjadi akibat kelainan kekuatan
pembiasaan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk
bola mata

 Ametropia aksial  terjadi akibat sumbu optik bola


mata lebih panjang, atau lebih pendek sehingga bayangan
benda difokuskan di depan atau di belakang retina
 Ametropia refraktif  akibat kelainan sistem
pembiasaan sinar di dalam mata
KLASIFIKASI
AMETROPIA

1 2 3 4
MIOPIA

 Bayangan benda yang


terletak jauh difokuskan
di depan retina oleh
mata yang tidak
berakomodasi

 Berdasarkan tinggi dioptrinya, dibedakan menjadi :


 Miopia sangat ringan : ~1D
 Miopia ringan : 1-3 D
 Miopia sedang : 3-6 D
 Miopia tinggi : 6-10 D
 Miopia sangat tinggi : > 10 D
HIPEROPIA / HIPERMETROPIA

 Sinar sejajar jauh tidak


cukup dibiaskan
sehingga titik fokusnya
terletak di belakang
retina

 Hipermetropia manifes: dapat dikoreksi dengan kaca mata positif


maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
 Hipermetropia absolut: kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh
 Hipermetropia fakultatif: kelainan hipermetropia dapat diimbangi
akomodasi ataupun dengan kacamata positif
 Hipermetropia laten: kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (obat yang
melemahkan akomodasi )
 Hipermetropia total: hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan sikloplegia
HIPEROPIA / HIPERMETROPIA

 Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan


mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus
harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan
bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di
daerah makula lutea = ASTENOPIA AKOMODATIF
 Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat
melihat jelas adalah :
 Mata lelah
 Sakit kepala
 Penglihatan kabur melihat dekat

 Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa sferis


positif terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
HIPEROPIA / HIPERMETROPIA

 Komplikasi hipermetropia :
 Ambliopia  akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat
obyek dengan baik dan jelas
 Estropia  akibat pasien selamanya melakukan akomodasi
 Glaukoma sekunder  akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar
yang akan mempersempit sudut bilik mata
ASTIGMATISME

 Keadaan dimana terjadi


penglihatan yang kabur
karena sinar dari arah
berbeda-beda difokuskan
pada titik yang berbeda

 Etiologi :
 Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur
 Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa
 Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasti
 Trauma pada kornea
 Tumor
ASTIGMATISME

Astigmatisme reguler dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena
adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah
satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain

Klasifikasi
astigmatisma
reguler :
Astigmatisma miopia
Astigmatisme ireguler
simpleks
Astigmatisma miopia
Astigmatisme miopia
kompositus

Astigmatisma
hipermetropia simpleks
Astigmatisma
hipermetropia Astigmatisme
hipermetropia
kompositus
Astigmatisma mikstus
ASTIGMATISMA MIOPIA

AMS AMK

 Pola ukuran lensa koreksi


astigmatisme jenis ini adalah  Pola ukuran lensa koreksi
Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl astigmatisme jenis ini
+Y di mana X dan Y memiliki
angka yang sama adalah Sph -X Cyl -Y
ASTIGMATISMA HIPERMETROPIA

AHS AHK

 Pola ukuran lensa koreksi  Pola ukuran lensa koreksi


astigmatisme jenis ini astigmatisme jenis ini
adalah Sph 0,00 Cyl +Y
atau Sph + X Cyl - Y adalah Sph +X Cyl +Y
ASTIGMATISMA MIKSTUS

 Pola ukuran lensa koreksi


astigmatisme jenis ini
adalah Sph +X Cyl -Y,
atau Sph -X Cyl +Y
PRESBIOPIA

 Merupakan hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan


dengan proses penuaan pada semua orang
 Mulai terasa usia sekitar 44 - 46 tahun
 Gejala-gejala ini meningkat hingga 55 tahun, menjadi stabil, tetapi
menetap
 Penatalaksanaan : diberi kacamata sferis positif

Usia Kekuatan lensa positif yang dibutuhkan


40 + 1,00 D
45 + 1,50 D
50 + 2,00 D
55 + 2,50 D
60 + 3,00 D
PRESBIOPIA
Terima
Terima Kasih
Kasih

Anda mungkin juga menyukai