PENDAHULUAN
refraksi antara kedua mata. Perbedaan refraksi antara kedua mata dapat sama
kompositus anisometropia terjadi jika kedua mata memiliki miopia namun salah
satu mata memiliki miopia lebih dari 1 D atau lebih dibandingkan mata lainnya.1-5
dan binokularitas dapat menjadi lebih baik secara signifikan.4 Lensa kontak
merupakan metode alternatif untuk koreksi anomali refraksi dan solusi yang lebih
1
Lensa kontak merupakan suatu lempeng optis sangat tipis yang dipakai
secara langsung pada mata. Penggunaan lensa kontak menjadi popular beberapa
tahun belakangan. Lensa kontak dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu lensa
kontak lunak dan keras. Lensa kontak lunak mudah untuk diadaptasi dan cukup
nyaman. Lensa kontak keras terdiri atas non gas-permeable dan gas-permeable
diadaptasi namun lebih awet dan dapat menghasilkan bayangan yang lebih jelas
penglihatan, pergerakan lensa saat berkedip, dan kenyamanan. Uji pasang lensa
kontak merupakan interaksi yang kompleks antara berbagai faktor okular dan tentu
saja membutuhkan pemahaman yang baik mengenai teknik uji pasang lensa kontak.
Dibutuhkan ketrampilan untuk melakukan uji pasang lensa kontak RGP pada
kontur kornea individu. Uji pasang lensa RGP lebih kompleks daripada lensa
kontak lunak. Penilaian uji pasang lensa kontak menjadi lebih baik dengan
1.2 Tujuan
Laporan kasus ini bertujuan untuk melaporkan pemilihan jenis lensa kontak
dan uji pasang lensa kontak RGP pada penderita anisometropia, sehingga tercapai
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
1. Identifikasi
Keluhan Utama :
penderita.
Sejak usia 18 tahun saat duduk dibangku kuliah penderita mengeluh kedua
mata kabur bila melihat jauh, terutama sulit waktu membaca tulisan di papan tulis
bila penderita duduk di bangku bagian belakang. Mata cepat lelah dan pegal setelah
membaca dan menonton TV. Bila melihat benda pada jarak jauh penderita sering
optik kaca mata, lalu diberi kaca mata minus ( penderita tidak ingat ukurannya )
penderita sudah tidak nyaman menggunakan kacamata yang lama. Penderita merasa
penglihatannya bertambah kabur jika melihat jarak jauh dengan kaca mata yang
lama terutama penglihatan mata kiri. Penderita mengatakan ukuran minus kacamata
3
untuk mata kiri jauh lebih tinggi dari mata kanan. Kacamata yang dibuat penderita
± Sejak 2 bulan yang lalu, penderita sering merasa pusing saat memakai
kacamata yang baru dibuat penderita. Keluhan pandangan kabur saat memakai
3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : afebris
4
Status Oftalmologikus
OD OS
5
Papil Bulat, batas tegas, warna merah Bulat, batas tegas, warna merah
normal, c/d 0,3, A:V 2:3, myopic normal, c/d 0,3, A:V 2:3, myopic
4. Pemeriksaan Penunjang
OD OS
Kesan: Kesan:
6
Hasil Pemeriksaan Foto Fundus
OD OS
5. Diagnosis kerja :
6. Penatalaksanaan
Informed consent
Hasil Keratometri
HVID OD = 11 mm
HVID OS = 11 mm
7
Ukuran Pupil
ODS : Medium
Laju berkedip
OD: 15x/menit
OS: 16x/menit
OD: 15 mm
OS: 16 mm
OD : 18 “
OS : 18 "
Power OD S -1.00
Power OS S -6.00
8
7. Prognosis:
1. Identifikasi
Keluhan Utama :
Pusing saat memakai kacamata yang baru dipakai selama satu minggu.
Sejak usia 15 tahun saat duduk di sekolah menengah atas penderita mengeluh
kedua mata kabur bila melihat jauh, terutama sulit waktu membaca tulisan di papan
tulis bila penderita duduk di bangku bagian belakang. Mata cepat lelah dan pegal
setelah membaca dan menonton TV. Bila melihat benda pada jarak jauh penderita
di optik kaca mata, lalu diberi kaca mata minus (penderita tidak ingat ukurannya)
± 6 bulan yang lalu penderita berobat ke poli mata RSMH karena pandangan
penderita memiliki minus tinggi pada kedua mata dan perbedaan minus antara
9
karena perbedaan minus yang besar antara kedua mata, namun penderita memilih
kacamata dengan ukuran yang diberikan saat berobat ke poli mata RSMH 6 bulan
yang lalu. Penglihatan kedua mata jelas saat memakai kacamata, namun penderita
merasa pusing saat memakai kacamata tersebut sehingga penderita datang berobat
3. Pemeriksaan fisik
Status Generalis :
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : afebris
10
Status Oftalmologikus :
OD OS
11
Papil Bulat, batas tegas, warna merah Bulat, batas tegas, warna merah
normal, c/d 0,3, A:V 2:3, myopic normal, c/d 0,3, A:V 2:3, myopic
4.Pemeriksaan Penunjang
OD OS
Kesan: Kesan:
12
Hasil Pemeriksaan Foto Fundus
OD OS
5. Diagnosis kerja :
6. Penatalaksanaan
Informed consent
Pro Uji Pasang Lensa Kontak Rigid Gas Permeable (RGP) ODS
Hasil Keratometri
13
Hasil Pengukuran Horizontal Visible Iris Diameter (HVID)
HVID OD = 11 mm
HVID OS = 11 mm
Ukuran Pupil
ODS : Medium
Laju berkedip
OD: 16x/menit
OS: 16x/menit
OD: 16 mm
OS: 16 mm
OD : 18“
OS : 18 "
= 0.45 = 7.88 mm
14
OS = 8.03 mm – 7.54 mm = 8.03 – 0.20
= 0.49 = 7.83 mm
Setelah uji pasang, Base curve lensa kontak yang digunakan 7.85mm pada ODS.
OD OS
OD
OS
Binokuler dengan lensa kontak RGP + Over refraction → nyaman dan tidak pusing
7. Prognosis:
15
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
refraksi antara kedua mata. Perbedaan refraksi antara kedua mata dapat sama atau
anisometropia terjadi jika kedua mata memiliki miopia namun salah satu mata
memiliki miopia lebih dari 1 D atau lebih dibandingkan mata lainnya. Miopia
adalah salah satu kelainan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari jarak
tak terhingga difokuskan di depan retina oleh mata dalam keadaan tanpa
akomodasi. Miopia tinggi adalah miopia dengan ukuran 6 dioptri atau lebih, atau
panjang aksial bola mata lebih dari 26.5 mm. Astigmatisme adalah keadaan dimana
sinar sejajar tidak dibiaskan secara seimbang pada seluruh meridian. 1-5,11-13
3.2 Etiologi
bahwa anisometropia terjadi karena adanya perbedaan panjang aksial bola mata
16
unilateral dan patologi pada kelopak mata dapat menyebabkan anisometropia.
(anisomiopia)
Antimetropia : salah satu mata hyperopia dan mata yang lainnya myopia
2. Berdasarkan pembesaran
>6 D (very high/sangat tinggi): pasien tidak mengeluhkan adanya gejala karena
3. Berdasarkan etiologi
atau didapat.
17
Anisometropia dapat terjadi karena adanya keterlibatan komponen okular
yaitu panjang aksial bola mata, lensa, dan kornea. Perbedaan panjang aksial bola
mata antara kedua mata terdapat pada 97% kasus anisometropia yang diperiksa,
3. 4 Gejala Klinis
Pandangan kabur
Asthenopia
Sakit kepala
atau dilakukan operasi bedah refraktif. Lensa kontak merupakan solusi yang lebih
18
baik daripada kacamata pada sebagian besar penderita dengan anisometropia,
khususnya pada anak-anak, dimana fusi masih memungkinkan. Lensa kontak dapat
lensa kontak. Informasi tersebut meliputi: aktivitas sehari-hari pasien, alasan ingin
menggunakan lensa kontak, dan riwayat penyakit dahulu yang dapat meningkatkan
risiko komplikasi penggunaan lensa kontak. Sebelum pemakaian lensa kontak ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: produksi air mata yang cukup, refleks
mengedip yang normal, epitel kornea yang sehat, tidak ada radang/infeksi pada
Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa
kontak keras (hard lens) yang terdiri atas non gas-permeable dan Rigid Gas
kontak keras sekarang ini terbuat dari bahan gas permeabel seperti siloxane
19
methacrylate, fluorosiloxane methacrylate, cellulose acetate butyrate (CAB),
singkat, mudah memakainya, dislokasi lensa kontak minimal, dapat dipakai untuk
sementara waktu. Kerugian lensa kontak lunak adalah risiko terjadinya komplikasi
(infeksi) lebih besar, memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal pada
penderita astigmat, kurang awet serta perawatannya sulit. Lensa kontak lunak saat
ini ada dalam bentuk sekali pakai, sehingga perawatan tidak sulit dan dapat
dapat digunakan oleh pasien dengan higienitas kurang, perawatan lebih mudah, dan
ketidaknyamanan saat pemakaian pertama kali, adanya deposit lipid dan protein
pada lensa, permukaan mudah tergores dan kontrol harus tepat waktu karena dapat
penderita yang menggunakan lensa kontak hanya untuk berolah raga lebih baik
menggunakan lensa kontak lunak karena adaptasi lebih cepat. Sedangkan penderita
memiliki besar astigmat kurang dari 1 D dapat menggunakan lensa kontak lunak
sferis atau lensa kontak RGP dan penderita yang memiliki besar astigmat 2-3 D
dapat menggunakan lensa kontak RGP atau lensa kontak lunak torik.2,6
20
Tabel 1. Pemilihan lensa kontak berdasarkan besarnya astigmat.2
Merupakan kurva belakang lensa kontak yang berada pada bagian depan
permukaan mata. Untuk mencapai posisi yang tepat kurva ini harus sejajar dengan
Power
Power lensa berada di depan permukaan lensa. Lensa plus lebih tebal pada
Diameter lensa kontak lunak biasanya 12-15 mm dan lensa kontak RGP 8-10 mm.
Kurva perifer
Kurva perifer memiliki lebar yang tetap 0.3-0.5 mm, tergantung dari diameter zona
21
Zona optik
Bagian optik sentral yang terdapat pada base curve lensa dikenal sebagai
zona optik. Berada di bagian sentral lensa dimana terdapat power lensa. Diameter
rata-rata zona optik adalah 7-8.5 mm pada lensa kontak RGP dan 7-12 mm pada
lensa kontak lunak. Zona optik harus tepat menutupi pupil untuk menghindari silau.
Diameter zona optik lebih lebar 2 mm dari diameter pupil di penerangan redup.
Ketebalan sentral
Tujuan uji pasang lensa kontak adalah untuk kepuasan pasien, tajam
penglihatan baik, yang tidak fluktuasi dengan kedipan atau gerakan mata. Uji
22
pasang lensa kontak dikatakan baik jika posisi lensa di sentral dan bergerak sedikit
saat berkedip.6,9,10
3. Pemeriksaan keratometri.
uji pasang lensa kontak dilakukan. Pembacaan dalam skala diopter dan
23
Diameter kornea diperoleh dengan mengukur jarak dari limbus ke limbus pada
Visible Iris Diameter (HVID) yang dinyatakan dalam milimeter. HVID penting
Ukuran pupil penting untuk menentukan ukuran zona optik lensa kontak.6,9,10
Tidak ada instrumen khusus untuk mengukur tonus kelopak mata. Metode subjektif
untuk mengukur tonus kelopak mata adalah dengan meminta pasien melihat ke
Penilaian normal laju berkedip (15 kali permenit) adalah penting untuk keamanan
pemakai lensa kontak. Selain itu kualitas kedipan apakah komplit atau sebagian
perlu dicatat. Kedipan yang tidak komplit menyebabkan gangguan lapisan air mata
Lapisan air mata penting untuk memperkirakan kecocokan pemakai lensa kontak.
a. Tes Schirmer
Tes ini berguna untuk menentukan apakah produksi air mata cukup untuk
Pasien diminta menutup mata untuk mengurangi efek berkedip. Area yang basah
24
diukur setelah 5 menit. Apabila filter basah 10 – 25 mm maka sekresi lakrimal
dinilai normal.5,6,9,10,14,19
Tes Break up time merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai kestabilan film air
mata yang melindungi kornea, dimana diukur kekeringan kornea sesudah kedipan
dengan filter kobalt biru pada slitlamp dan diukur timbulnya bercak kering dalam
detik. Bercak kering yang timbul kurang dari 10 detik dianggap abnormal. 6,9,10,14,19
Dilakukan penilaian base curve dan power lensa kontak. Pengukuran base curve
didasarkan dari hasil keratometri. Power lensa kontak harus disesuaikan dengan
2. Lakukan Keratometri
3. Ukur HVID
Lensa yang dipilih diameternya 1.5-2 mm lebih besar dari ukuran HVID
25
6. Pemeriksaan air mata
9. Lakukan overrefraksi
Uji pasang lensa RGP lebih kompleks dibanding lensa kontak lunak.
Dibutuhkan ketrampilan untuk uji pasang lensa RGP pada kornea seseorang. Hasil
evaluasi uji pasang menjadi lebih baik dengan pengalaman dan latihan.6,10
2. Keratometri
3. Ukur HVID
Diameter lensa yang dipilih diameternya 1.2-1.4 mm lebih kecil dari ukuran HVID.
26
6. Pemeriksaan air mata
9. Dilakukan overrefraksi
Tabel 3. Faktor astigmat kornea pada penentuan base curve lensa kontak (flat-K
dalam mm).2
0.10 mm BC = flat-K
Power
Power lensa ditentukan secara empiris dengan menambahkan power lensa kontak
27
Penilaian pemasangan lensa kontak
Tiga kriteria yang digunakan untuk menentukan uji pasang lensa kontak
yang baik adalah kualitas penglihatan, pergerakan lensa, dan penilaian fluoresens.
Lensa RGP dengan diameter yang kecil harus berada di sentral di atas permukaan
kornea tetapi bergerak bebas saat berkedip agar terjadi perubahan air mata. Uji
1. Statis
Pada posisi lensa yang statis, pola fluoresent sejajar di sentral, penilaian jarak ruang
mid perifer minimal dan pooling yang adekuat pada kurva perifer. Lensa RGP yang
Hal ini memungkinkan perubahan air mata secara maksimum dengan penekanan
2. Dinamis
Penilaian pergerakan lensa saat berkedip dan perubahan air mata dikenal sebagai
Pergerakan
Pergerakan lensa penting pada uji pasang lensa RGP karena memfasilitasi
perubahan air mata, mengangkat debris di bawah lensa, dan pertukaran oksigen
selama berkedip. Posisi ideal saat bergerak adalah 1 sampai 1.5 mm vertikal saat
berkedip. Pergerakan yang halus menandakan posisi yang bagus. Lensa posisi ketat
28
akan bergerak sedikit, menyebabkan stagnasi debris di bawah lensa dan mata
merah. Lensa yang bergerak berlebihan berada pada posisi longgar dan
Sentrasi
Lensa pada posisi sentral berada pada kornea pada semua posisi gerakan. Zona
optik menutupi aksis visual atau seluruh bagian pupil. Lensa yang tidak sentral akan
Penutupan
Lensa RGP lebih kecil dari kornea sehingga dapat memfasilitasi perubahan air mata
yang halus di bawah lensa dengan beberapa kedipan dan tidak mencapai limbus.
Diameter juga tidak boleh terlalu kecil sehingga tidak menutupi pupil yang dapat
29
BAB 4
DISKUSI
kota. Penglihatan kabur pada jarak jauh mulai dikeluhkan sejak penderita duduk di
bangku sekolah, dimana penderita sulit membaca tulisan di papan tulis. Mata terasa
lelah atau pegal bila selesai membaca atau menonton TV. Sering memincingkan
kedua mata bila melihat benda pada jarak jauh. Penderita sudah memakai kacamata
dimana penglihatan kedua mata jelas, namun penderita mengeluh pusing saat
penderita ini termasuk gejala subjektif dari suatu mata minus/ miopia.
kanan didapatkan 6/9 ph 6/6 dan visus pada mata kiri 4/60 ph 6/30, Best Corection
Visual Aquity (BCVA) didapatkan pada mata kanan 6/9 ʃ-1,00 6/6, pada mata
kiri 4/60 ʃ-6,50 6/6, binokuler 6/6. Pada penderita kedua visus pada mata
kanan didapatkan 6/30 ph 6/12 dan visus pada mata kiri 2/60 ph 6/12, BCVA
didapatkan pada mata kanan 6/30 ʃ-5,50 C-2,50 Axis 18006/6, pada mata kiri
2/60 ʃ-9,00 C-2,50 Axis 1800 6/6, binokuler 6/6. Pemeriksaan segmen
posterior dengan funduskopi dan foto fundus didapatkan pada papil saraf optikus
terdapat myopic cresent dan di retina terdapat tiggroid appearance. Gambaran ini
sering ditemukan pada penderita dengan miopia yang disebabkan oleh terjadinya
penipisan dari koroid dan retina, akibat dari pemanjangan axial length. Pada
pemeriksaan USG didapatkan adanya axial length yang panjang. Pada kedua pasien
30
ini miopia yang tejadi bersifat aksial. Axial length menentukan keseimbangan
dalam pembiasan sinar. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang bola mata (lebih panjang
atau lebih pendek), maka sinar paralel tidak dapat terfokus pada retin.
pada penderita, maka ditegakkan diagnosis kerja yaitu Miopia Simpleks OD + High
(pada pasien kedua). Setelah dilakukan BCVA, kedua mata memiliki miopia namun
salah satu mata memiliki miopia lebih dari 1 D atau lebih dibandingkan mata
dan anisometropia adalah kaca mata, lensa kontak, atau dilakukan bedah refraktif.
refraksi yang ada. Namun penderita mengeluh pusing saat memakai kacamata
dikarenakan adanya perbedaan ukuran gambar yang diterima kedua mata saat
kemudian disarankan memakai lensa kontak. Lensa kontak telah menjadi pilihan
yang baik untuk penderita anisometropia karena lensa kontak dapat meminimalisir
Pada pasien pertama diberikan lensa kontak lunak sferis karena terdapat
miopia kompositus anisometropia tanpa astigmat (astigmat < 1 D). Selain itu,
31
pasien menginginkan adaptasi cepat saat memakai lensa kontak. Keuntungan
penggunaan lensa kontak lunak adalah nyaman, masa adaptasi singkat, mudah
memakainya, dislokasi lensa kontak minimal, dan dapat dipakai untuk sementara
waktu. Namun lensa kontak lunak juga memiliki kerugian yaitu risiko terjadinya
komplikasi lebih besar, kurang awet serta perawatannya sulit, sehingga pasien yang
astigmat 2.5 D maka penderita diberikan pilihan menggunakan lensa kontak RGP
(astigmat 2 – 3 D). Lensa kontak RGP memiliki keuntungan yaitu dapat mengoreksi
astigmat, tajam penglihatan lebih baik, transmisi oksigen lebih baik, namun
kerugiannya yaitu adanya deposit lipid dan protein pada lensa, permukaan mudah
tergores dan kontrol harus tepat waktu karena dapat menyebabkan masalah pada
Sebelum pemakaian lensa kontak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu: produksi air mata yang cukup, refleks mengedip yang normal, epitel kornea
yang sehat, tidak ada radang/infeksi pada segmen anterior mata dan penderita harus
kooperatif.
Pada kedua penderita sebelum dilakukan uji pasang lensa kontak dilakukan
beberapa pemeriksaan yaitu : ukuran pupil, keadaan air mata, keratometri, dan
tonus kelopak mata. Ukuran pupil diperiksa dua kali, pertama dalam kamar dengan
penerangan redup dan kedua di kamar dengan penerangan cukup. Ukuran pupil
pada penerangan redup adalah penting ketika memilih zona optik lensa kontak. Jika
zona optik terlalu kecil akan ada masalah dengan ketajaman penglihatan. Untuk
32
menjamin ketajaman penglihatan yang baik, zona optik harus cukup besar untuk
menutupi pupil pada pencahayaan yang cukup maupun kurang. Zona optik biasanya
lebih besar 2 mm daripada ukuran pupil pada kondisi penerangan redup. Tonus
kendur, medium, atau kaku. Jika kelopak mata memiliki tonus yang kendur, ia akan
pemeriksaan schirmer’s test dan break up time. Schirmer’s test merupakan suatu
pemeriksaan fungsi sekresi sistem lakrimal untuk menentukan apakah produksi air
mata cukup untuk membasahi mata. Pemeriksaan dengan mengunakan kertas filter
Whatman 41 dan didapatkan hasil yang normal. Break Up Time merupakan suatu
pemeriksaan untuk menilai kestabilan air mata yang melindungi kornea, dimana
diukur kekeringan kornea sesudah suatu kedipan pada suatu waktu tertentu. Dengan
meneteskan fluoresein kemudian disinari dengan filter kobalt biru pada slitlamp
dan diukur dalam detik. Pada kedua penderita didapatkan hasil yang normal,
Untuk menghitung base curve pada lensa kontak lunak adalah dengan
menghitung Nilai rata-rata K + 1, didapatkan BC lensa kotak lunak ODS 8.90 mm.
Power lensa kontak yang dipesan untuk OD ʃ -1.00 D dan OS ʃ -6.00 D. Pada mata
kiri power lensa kontak disesuaikan dengan vertex distance karena saat koreksi
didapatkan >4 D. Pada lensa kontak RGP, langkah pertama adalah menentukan
33
Kemudian ditentukan faktor astigmat untuk menentukan base curve lensa kontak
Pada penderita kedua setelah dilakukan uji pasang RGP didapatkan hasil
yang baik. Uji pasang lensa dibagi dalam uji pasang dinamis dan statis. Uji pasang
statis diperlukan untuk mengevaluasi hubungan antara bagian belakang lensa dan
fluoresen. Pola uji pasang statis biasanya berhubungan dengan uji pasang dinamis.
Setelah adaptasi dicapai, sekitar 20-30 menit, penderita kedua menghadap depan
dan disuruh untuk berkedip secara normal. Posisi lensa kontak di kornea diamati
sentrasi, pergerakan, dan penutupan. Berdasarkan pada respon dari uji pasang lensa
lensa kontak, serta pergerakan, sentrasi, dan penutupan lensa kontak baik.
Tujuan over refraksi yaitu untuk menentukan kekuatan dari lensa kontak
yang akan dipakai. Jika saat over refraksi didapatkan > 4 D maka hasil over refraksi
dikonversikan sesuai vertex distance. Pada penderita kedua, saat dilakukan uji
pasang lensa kontak RGP, hasil over refraksi yang didapatkan < 4 D, maka dapat
langsung dijumlahkan hasil over refraksi dengan kekuatan lensa kontak RGP uji
coba.
masih tercapainya koreksi maksimal 6/6 pada kedua mata dan segmen posterior
yang masih normal serta pola higien yang baik pada kedua penderita.
34
BAB 5
KESIMPULAN
orang perempuan yang datang berobat ke RSMH dengan keluhan pusing saat
penderita pertama, dianjurkan memakai lensa kontak lunak karena tidak memiliki
astigmat. Penderita kedua dianjurkan memakai lensa kontak RGP karena memiliki
astigmat 2.5 D.
pemeriksaan seperti ukuran pupil, keadaan air mata, keratometri, dan tonus kelopak
mata. Pada penderita pertama dilakukan penentuan base curve dan power lensa
kontak lunak yang dibutuhkan. Dilakukan uji pasang lensa kontak RGP pada
penderita kedua dan didapatkan bahwa tajam penglihatan baik, kedudukan lensa
stabil, sentral, pergerakan baik. Setelah dilakukan uji pasang kemudian dilakukan
35
DAFTAR PUSTAKA
36