PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari sekian banyaknya penyakit mata, ternyata kelainan refraksi pada mata
merupakan salah satu kelainan mata yang sangat umum dijumpai di seluruh dunia.
Kelainan refraksi pada mata pula terdiri dari beberapa jeniss eperti presbiopia,
miopia, hiperopia, hiperopia laten,dan astigmatisme.2 Miopi adalah suatu keadaan
mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar
sejajar yang datang dibiaskan didepan retina.3
1
BAB II
LAPORAN KASUS
a. Nama : Ny. N
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 22 tahun
d. Agama : Islam
e. Suku/bangsa : Makassar/Indonesia
f. Pekerjaan : IRT
g. Alamat : Jl. Panaikang
h. Tanggal Pemeriksaan : Jumat, 8 Juni 2018
2.2 ANAMNESIS
2
2.3 PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
a. Inspeksi
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme Muskular Ke segala arah Ke segala arah
b. Palpasi
OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula Preaurikuler Tidak Ada Pembesaran Tidak Ada Pembesaran
c. Tonometri
OD: 10,5 mmHg
OS: 10 mmHg
3
d. Visus
OD Visus OS
e. Penyinaran Oblik
OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal
Iris Cokelat, Kripte (+) Cokelat, Kripte (+)
Pupil Bulat, Sentral, RC (+/+) Bulat, Sentral, RC (+/+)
Lensa Jernih Jernih
f. Slit Lamp
- SLOD: konjungtiva hiperemis (-), Injeksio konjungtiva (-), pupil,
kornea jernih, BMD kesan normal, iris cokelat, kripte (+), pupil
bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
4
- SLOS: konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan
normal, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa
jernih.
g. Funduskopi
- FOD: Refleks fundus (+), CDR 0,3, a = 2 dan v = 3, refleks fovea
(+), retina perifer kesan normal
- FOS: Refleks fundus (+), CDR 0,3, a = 2 dan v = 3, refleks fovea
(+), retina perifer kesan normal
h. Laboratorium
(-)
2.4 RESUME
Seorang perempuan usia 22 tahun datang ke poliklinik mata RS. Ibnu Sina
dengan keluhan penglihatan jauh kabur yang dirasakan sejak 2 bulan yang terakhir.
Pasien juga mengeluhkan kadang-kadang perlu menyipitkan mata saat melihat
jarak jauh disertai pusing dan mata cepat lelah. Ada riwayat penggunaan kacamata
sejak 8 tahun yang lalu. Kontrol kacamata 9 bulan yang lalu dengan ukuran S-
5,00D kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan fisik oftalmologi, pada inspeksi dan iluminasi obliq ODS
tidak didadapatkan kelainan. Pada pemeriksaan visus jauh didapatkan VOD 3/60
dan VOS 4/60, setelah dilakukan koreksi dengan lensa S- 6,00/ C-1,75 x 150
didapatkan visus 1,0 pada mata kanan dan koreksi dengan lensa S- 6,00/C-1,25 x
80 didapatkan visus 1,0 pada mata kiri. Tidak didapatkan kelainan pada segmen
anterior dan posterior mata dengan menggunakan slit lamp dan funduskopi.
2.5 DIAGNOSIS
ODS Compound Miop Astigmat
2.6 DIAGNOSIS BANDING
Miopia
Hipermetrop
5
2.7 TERAPI
Edukasi
Penggunaan kacamata monofokal
VOD : S -6,00/ C- 1,75 x 150
VOS : S- 6,00/ C- 1,25 x 80
Kontrol kacamata 1 tahun kemudian
2.8 PROGNOSIS
Quad Ad vitam : Bonam
Quad Ad Sanam : Bonam
Quad Ad Visam : Bonam
Quad Ad Cosmetican : Bonam
2.9 DISKUSI
6
terletak di retina yang mana titik fokus ini bisa jatuh di depan retina (miop) ataupun
di belakang retina (hipermetrop) atau di kedua-duanya (astigmat). Myopia adalah
anomali refraksi pada mata dimana bayangan yang difokuskan di depan retina,
ketika dalam kondisi tanpa berakomodasi. Kondisi refraktif dimana cahaya yang
sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh didepan retina, tanpa
akomodasi. Myopia merupakan manifestasi kabur ketika melihat sesuatu objek
yang berjarak jauh tetapi jelas ketika melihat objek yang berjarak dekat. Myopia
juga dikenal sebagai “nearsightedness” yang berarti jelas apabila melihat dekat. Hal
ini sesuai dengan keadaan pasien yang mengeluhkan penurunan visus saat melihat
benda jauh. Pasien ini telah melakukan usaha dengan memperkecilkan matanya
untuk mendapatkan visus yang lebih jelas dan ini merupakan salah satu dari tanda-
tanda bahwa pasien ini mengalami masalah kelainan refraksi yang berupa miop.
Metode memperkecilkan mata ini sama prinsipnya dengan “pin hole” yang
dilakukan ketika melakukan pemeriksaan visus. Prinsipnya itu adalah untuk
memperkecilkan sinar cahaya yang masuk kedalam bola mata dengan harapan agar
cahaya yang masuk itu dapat jatuh ke retina dengan tepat. Koreksi mata myopia
adalah dengan memakai lensa minus dengan prinsip, menggunakan ukuran lensa
yang minimal dengan hasil visus yang optimal. Lensa minus ini berupa lensa yang
berbentuk konkaf dimana dapat membantu untuk membiaskan cahaya dan diatur
supaya titik fokus bisa jatuh ke retina dengan tepat. Sekiranya dengan pemakaian
lensa minus tetap tidak memberikan kemajuan, maka pada keadaan tertentu myopia
dapat diatasi dengan tindakan operatif pada kornea antara lain keratotomy radial,
keratektomi fotorefraktif, atau Laser Asissted In Situ Interlamelar Keratomilieusis
(LASIK). Astigmat terjadi karena kornea dan lensa mempunyai permukaan yang
rata atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu titik fokus, bisa terdapat 2 atau
lebih titik fokus. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata dengan dengan
astigmatisme dapat diibaratkan dengan melihat melalui gelas yang terisi air bening.
Bayangan yang terlihat dapat terjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar dan kabur.
Seseorang dengan astigmat dapat memberikan keluhan kabur ketika melihat jauh
tetapi jelas melihat dekat, melihat ganda dengan menggunakan satu atau kedua
mata, benda bulat dilihat sebagai benda lonjong.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
k. Stroma
l. Dua’s layer 5
m. Membrane descement
n. Endotel
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrana bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapisan epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.3
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui oleh
berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya kornea disebabkan oleh
strukturnya yang uniform, avascular, dan deturgesens. Deturgesens, atau keadaan
dehidrasi relative jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat akttif
pada endotel dan fungsi sawar epitel dan endotel.1
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di
sebelah depan, pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri
dari 50 dioptri pembiasan sinar, masuk ke kornea.3
9
3.1.1.3 Lensa
Lensa berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan
terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat
menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng
cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk
oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa
akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya
serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian
sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa
yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus
embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang
lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah
depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya
korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding
korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn
yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar. Secara
fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur karena
memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, jernih
atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, terletak
ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada
di sumbu mata. Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi
bertambah besar dan berat. 3
10
3.1.1.4 Corpus Vitreous (Badan Kaca)
Corpus vitreous (badan kaca) merupakan suatu jaringan seperti kaca bening
yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair didalam bola
mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang di sebut ora serata,
pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian pada pemeriksaan
funduskopi.3
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan
kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan
benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea.
Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan
bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi
atau istirahat melihat jauh.3
11
3.1.3 Fisiologi Refraksi
12
Gambar 3. Perbedaan Indeks Bias
3.2 Definisi
13
Hipermetropia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar
sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak
berakomodasi dibiaskan pada satu titik di belakang retina (hyperopia).7
Astigmatism adalah jenis gangguan refraksi yang dimana berkas sinar sejajar
yang masuk ke dalam mata dibiaskan pada lebih dari satu titik meridian.7
3.3 Epidemiologi
Berdasarkan WHO myopia dan hypermiopia diperkirakan akan
mempengaruhi 27% (1.893 juta) dan 2,8% (170 juta) dari populasi dunia pada tahun
2010. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan populasi tertinggi myopia berada di
Asia timur dimana China, Jepang, Republik Korea, dan Singapore memilik
prevalensi sekitar 50% dan terendah di Australia, Eropa serta Amerika Utara dan
Selatan.4
14
3.6 Klasifikasi
Gambar 4. Refraksi pada miopia. a) bayangan sinar yang datang sejajar jatuh pada satu titik di depan retina, (b) hanya
objek dekat dimana arah sinar datang secara divergen yang jatuh di satu titik pada retina, c) miopia aksial akibat dari
ukuran bola mata yang terlalu panjang, d) miopia refraktif kekuatan refraksi yang berlebihan, e) miopia pada katarak
nuklear dengan titik fokus ganda (pasien melihat dobel)
Myopia
Hipermetropia
16
Astigmatisme
Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam
pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus dengan astigmat
lengkungan jari-jari meridian yang tegak lurus padanya.3
a) Regularastigmatism
Bila meridian-meridian astigmatisma mempunyai orientasi yang konstan
pada setiap titik yang melewati pupil. Meridian- meridian utama pada
astigmatisma ini (meridian dengan kelengkungan terbesar dan terkecil)
selalu terpisah 90o atau saling saling tegak lurus. Dapat dikoreksi dengan
kacamata lensa silindris.8
b) Irregularastigmatism
ireguler astigmatisme di karakteristikan oleh perubahan ireguler dari
kekuatan refraksi di garian meridian yang berbeda. Hal ini bisa disebabkan
oleh ketidakteraturan permukaan kornea atau kekeruhan tidak merata pada
lensa. Dapat diterapi dengan lensa kontak rigid.7
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular
ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: 3
Astigmatisme with the rule (astigmat lazim)
17
o Pada bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat
atau sferis.3
o Kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih
kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding horizontal
(menyerupai bola American football).7
o Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl – dengan sumbu 180
derajat.3
18
Gambar 7. Astigmatisme Against the Rule
Oblique astigmatism
dengan aksis 45o (antara 30o hingga 60o) dan 135o (antara 120o hingga 150o).8
Bioblique astigmatism
Bila berkas cahaya pada satu meridian terfokus tepat di retina, dan
cahaya pada meridian yang lain terfokus pada titik di depan retina ( Bila
satu titik fokus tepat di retina dan yang lain di depan retina).7
19
Gambar 8. Astigmatismus Myopicus Simplex
20
4. Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
Bila berkas cahaya pada kedua meridian terfokus di belakang
retina.7
5. Astigmatismus Mixtus.
Bila berkas cahaya pada satu meridian terfokus pada titik di depan
retina dan cahaya pada meridian yang lain terfokus di belakang retina.7
21
u. Pasien dengan astigmat dapat mengalami tortikolis pada saat berusaha
untuk memfokuskan pada garis meridian.
v. Menyipitkan mata seperti tanda myopia. Pasien dengan astigmatisme akan
menyipitkan mata untuk mendapatkan penglihatan yang jelas.
Gejala :
- Penurunan penglihatan jarak jauh
- Pandangan yang samar pada suatu objek
- Tergantung pada jenis dan derajat astigmatisme objek tampak
memanjang secara proporsional
- Gejala astenopia yang ditandai dengan nyeri kepala, mata cepat
lelah, mual, nyeri tumpul pada mata, hingga perasaan mengantuk.
3.9 Diagnosis
1) Pemeriksaan pin hole 7
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media
penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah
setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi
yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada
pasien terdapat kekeruhan media penglihatan ataupun retina yang menggangu
penglihatan.
22
2) Uji refraksi
a. Subjektif
Metode yang digunakan adalah dengan Metode ‘trial and error’. Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan
setinggi mata penderita. Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih
dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak
6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam
penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan
menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif menambah
kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam
penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia. Bila setelah
pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal
mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan
uji pengaburan (fogging technique). 7
Pasien astigmatisme dikoreksi dengan lensa silinder, koreksi lensa silinder
dapat menggunakan tehnik Jackson Cross Cylinder Test atau tes kipas astigmat.
Tehnik ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan aksis dari silinder yang
diberikan. Cross Cylinder adalah kombinasi lensa silinder dengan kekuatan yang
sama tetapi di tempatkan pada arah yang berlawanan tes kipas astigmat digunakan
untuk memastikan koreksi lensa silindris.7
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris
positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis
mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 derajat yang jelas, maka
tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder
ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini
dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau
kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat
dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta
23
melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien
melihat jelas.7
b.Objektif
- Autorefraktometer (komputer)
Untuk menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.7
- Retinoskopi
Prosedur untuk menentukan gangguan refraksi dengan menggunakan
metode netralisasi.7
24
Gambar 15. Retinoskopi
- Keratometri
Merupakan pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur
radius kelengkungan kornea.7
25
3.10 Terapi
1) Koreksi lensa
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.
Karena dengan koreksi lensa silindris penderita astigmatismus akan dapat
membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.
Kacamata dengan koreksi penuh dari kekuatan silindris dan aksis yang tepat
sebaiknya digunakan pada penglihatan jauh dan dekat.7
Gambar 17. Koreksi kacamata dengan (A) lensa konkaf pada myopia, (B) lensa
konveks pada hipermetropia, (C) lensa silindris pada astigmatisme
26
- Kelainan yang dikaitkan dengan kacamata (seperti : kelainan peripheral
dan distorsi prisma) dapat disingkirkan.
- Penglihatan binokuler dapat dipertahankan pada anisometropia tinggi
(contoh : Afakia unilateral).
- Secara kosmetik lebih diterima oleh masyarakat terutama pada wanita
dan semua pasien yang menggunakan kacamata tebal akibat kelainan
refraksi yang tinggi.
2) Terapi bedah
a. Radial keratotomy (RK)
Merupakan teknik dengan membuat insisi radial yang dalam pada daerah
perifer kornea, dimana pada saat penyembuhan akan mendatarkan daerah sentral
kornea dan menurunkan kekuatan biasnya. Ratanya kornea bagian tengah akan
memberikan suatu pengurangan kekuatan bias kornea sehingga dapat mengganti
lensa kaca mata negatif. Prosedur ini baik digunakan untuk koreksi Miopia levior
hingga moderate (2 sampai 6 D). Prosedur ini tidak disarankan karena dapat
menyebabkan kelemahan kornea sehingga kemungkinan rupture saat terjadi
benturan meningkat, dapat menyebabkan rasa silau pada malam hari, selain itu
penyembuhan yang tidak merata dapat menyebabkan astigmatisme.7
27
b. Photorefractive keratectomy (PRK)
Merupakan teknik untuk mengoreksi daerah sentral pada stroma
anterior dengan menggunakan excimer laser untuk mendatarkan daerah
sentrak kornea. Prosedur ini baik digunakan pada koreksi myopia -2 sampai
-6 D. Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah
photorefractive keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih.
Pasien tanpa bantuan koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya
lebih baik pada waktu sebelum operasi. Photorefractive keratectomy refraksi
menunjukan hasil yang lebih dapat diprediksi dari pada radial keratotomy.
Prosedur ini tidak disarankan karena penyembuhan pasca operasinya lambat
dan mungkin menyebabkan nyeri, selain itu PRK lebih mahal daripada RK. 7
Kontraindikasi : 11
- Keratokonus
- Mata kering berat yang tidak terkontrol
- Diabetes yang tidak terkontrol
- Glaukoma yang tidak terkontrol
- Katarak
28
Teknik : 11
1. Epitel diangkat, paling tidak sebesar area yang akan diterapi dengan
laser excimer atau secara mekanis.
Komplikasi pascaoperatif : 11
29
kedua sisi kornea. Merupakan teknik pilihan dalam mengoreksi Miopia
hingga -12 D, dan dapat juga digunakan pada astigmatisme.7
- Keratoconus
- Mata kering yang tidak terkontrol
- Diabetes melitus yang tidak terkontrol
- Glaucoma yang tidak terkontrol
- Katarak
- Ketebalan kornea yang akan meninggalkan sisa bantalan stroma kurang
dari 250 mikron.
Teknik :11
30
3. Laser excimer digunakan untuk mengangkat jaringan secara selektif
dari stroma yang terbuka, dan juga melakukan pembentukan ulang
kornea hingga tercapai koreksi kelainan refraksi.
4. Flap kemudian diletakkan dan kembali melekat pada tempatnya
dengan pompa endotel menjaga flap tetap di tempatnya.
Komplikasi :11
- Intraoperatif :
31
-Pascaoperatif :
o Pergeseran flap
o Kerutan pada flap
o Pertumbuhan epitel ke dalam
o Keratitis lamella difus
o Keratoektasia
Merupakan terapi untuk Miopia >12 D. Pada teknik ini ditanamkan lensa
natural intraocular spesial pada kamera anterior atau kameria posterior.7
Indikasi :11
- Pasien dengen myopia sedang dan tinggi (> -6 hingga -8 D) dan hyperopia
tinggi (> 3 hingga 6 D)
- Pasien dengan kornea yang terlalu datar
- Kesehatan mata secara keseluruhan baik
- Pasien berusia 21 tahun atau lebih
- Camera oculi anterior dalam
- Hitung sel endotel tinggi
e. Orthokeratology
32
menurunkan myopia. Cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak digunakan
semalaman untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan miopia hingga -
5D. Teknik ini dapat digunakan pada pasien dibawah 18 tahun.7
Salah satu altenatif terbaru yang bisa menjadi pilihan untuk pembedahan mata
yang mengalami kelainan refraksi. SMILE adalah suatu prosedur operasi yang
menggunakan laser femtosecond yang mana laser femtosecond ini akan menembus
permukaan kornea tanpa membuat sayatan (flap free) dan fokus pada bagian kornea
yang diseut lenticule. Keuntungan menggunakan smile dibanding lasik adalah
hasilnya yang dapat meminimalisasi mata kering dan juga lebih aman digunakan
pada kornea yang tipis dan sensitif. Karena teknik dan teknologi seperti SMILE
berevolusi, hasil refraktif akan meningkat lebih lanjut.13
33
i. Astigmat Keratotomy
3.11 Prognosis
3.12 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah kelainan mata sejak anak-
anak dan menjaga jangan sampai kelainan mata menjadi parah. Tindakan
pencegahan seperti dengan cara : 9
Ambillah waktu istirahat setiap 30 menit ketika membaca atau melakukan
pekerjaan dekat yang intensif. Berdiri dan melihat keluar
jendela saat beristirahat.
Pertahankan jarak yang benar dari buku ke mata yaitu 40 - 45 cm.
Pastikan pencahayaan sudah cukup untuk membaca.
Membaca atau melakukan pekerjaan visual lainnya dengan menggunakan
postur tegak yang santai.
Tentukan batas waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi dan bermain
video game. Duduk 5-6 meter dari televisi.
3.13 Komplikasi
Penyulit yang dapat terjadi pada pasien ini adalah terjadinya ablasi retina
dan strabismus. Strabismus yang terjadi biasanya esotropia atau ke medial akibat
mata berkonvergensi terus menerus. Bila terdapat strabismus yang ke lateral
mungkin salah satu fungsi mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.3
34