LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Suku : Makassar
No. RM : 102342
B. ANAMNESIS
Riwayat Pengobatan:
- C. Prednison Ed 6 dd 1 tts
- C Tobros 6 dd 1 tts
C. STATUS GENERAL
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
D. STATUS LOKALISASI OFTALMOLOGIS
1. Pemeriksaan Inspeksi
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
TIO Tn Tn
Nyeri tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
3. Tonometri
TOD : 10
4. Visus
SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh (stria), BMD : Hipopion setinggi
limbus, flare (+), pupil bulat setral, RC (+), IOL (+).
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), iris coklat, pupil bulat sentral, RC (+), lensa
keruh.
6. Pemeriksaan Funduskopi
7. Pemeriksaan Laboratorium
8. Pemeriksaan Penunjang
USG B-Scan :
Riwayat penggunaan kacamata (+) seajak 5 tahun yang lalu. Riwayat HT (+),
Riwayat DM (-), Riwayat Alergi (-). Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam
amggota keluarga.
F. DIAGNOSIS KERJA
- OS Katarak Imatur
G. DIAGNOSIS BANDING
- Endoftalmitis
- Konjungtivitis
H. TERAPI
Medikamentosa
- Oral :
Methyl Prednisolon 8 mg 3 dd 2 tab
Ciprofloxacin 500 mg 2 dd 1 tab
- Topikal :
R/ Prrednison ED 1 tts/2 jam OD
R/ C. Vigamox ED 6 dd 1 tts OD
R/ C, Eyefresh ED 6 dd 1 tts OD
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad visam : malam
Quo ad functionam : dubia
Quo ad cosmeticam : bonam
J. DISKUSI
Pada pasien didapatkan gejala mata merah, sakit, fotofobia, mata berair, dan
penglihatan menurun pada mata kanan. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan
VOD : 1/300 dan VOS : 20/80. OD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh, BMD :
Hipopion setinggi limbus, flare (+), dan lensa keruh. OS : Lensa keruh. Gejala klinik
dan hasil pemeriksaan tersebut secara teori merupakan tanda dari uveitis. Pada
pemeriksaan visus didapatkan hasil 1/300 yang merupakan tanda dari pseudofakia,
sehingga pasien didiagnosis dengan uveitis cum hipopion dan pseudofakia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Diperkirakan setiap tahun kasus baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar
0,1% dari jumlah penduduk atau kira-kira 250.000 orang/tahun. Sementara itu kemampuan
kita untuk melakukan operasi katarak setiap tahun diperkirakan baru mencapai
180.000/tahun sehingga setiap tahun selalu bertambah backlog katarak sebesar lebih
kurang 70.000. Jika kita tidak segera mengatasi backlog katarak ini maka angka kebutaan
di Indonesia semakin lama akan semakin tinggi, tegas Menkes.2
Besarnya backlog katarak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata masih terbatas terutama di daerah-
daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan yang belum memiliki fasilitas pelayanan
kesehatan dan SDM kesehatan yang memadai termasuk keberadaan dokter spesialis mata.2
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mmengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu lama.1
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan retinitis
pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular lainnya.1
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa
jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti : eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot,
dan antikolinesterase topical.1
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
mellitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.1
Klasifikasi Katarak
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berate terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.1
2. Katarak Rubela
Rubella pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus. Terdapat 2
bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara atau
kekeruhan di luar nuclear yaitu korteks anterior dan posterior atau total. Mekanisme
terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubel dapat dengan mudah melalui
barrier plasenta1
3. Katarak Juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya
pada usia kurang darri 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital.1
Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit lainnya seperti :1
1. Katarak metabolik
2. Otot
3. Katarak traumatic
4. Katarak komplikata
4. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara
pasti.1
a. Katarak Insipien
Kekruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior ( katarak kortikal).1
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refaksi yang
tidak sama pada semmua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama.1
b. Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapt bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan asmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glukoma
sekunder.1
c. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak
dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa lensa kembali pada
ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayagan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negatif.1
d. Katarak Hipermatur
Gambar 4 : Katarak Hipermatur.4
Lensa Mata
Gambar 5-6 : Lensa Mata.5,6
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avascular, tak berwarna, dan hamper
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. lensa tergantung
pada zonula dibelakang iris, zonula menghubungkannya dengan korpus ciliare. Di
sebelah anterior tensa terdapat aqueous humor, disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul
lensa adalah suatu membran semipermeable (sedikit lebih permeable daripada dinding
kapiler) yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.1,7
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada
saat terjadinya akomodasi.1,7
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di
dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk
atau serat lensa yang tertua didalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan
nucleus embrional, fetal, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa
yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah
depan nucleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks
posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras disbanding korteks lensa
yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn yang
menggantungkan lensa diseluruh ekuatornya pada badan siliar.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein
(kandungan proteinnya tertinggi di antara jaringan-aringan tubuh). Selain itu, terdapat
sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. 7,8
C. PATOGENESIS
D. GAMBARAN KLINIK
Subjektif : penglihatan kabur, silau, rasa penglihatan sseperti berawan atau tertutup tirai
asap.1,7,8
E. PENANGANAN
b. Fakoemulsifikasi
Keuntungan yang didapat dengan tindakan insisi kecil ini adalah pemulihan
visus lebih cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi
pasca bedah minimal.1
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmat, glaucoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.1
F. KOMPLIKASI
terbagi dari ; pada saat operasi, dan setelah operasi. Oleh karena itu perlu untuk
mengevaluasi pasien post operasi katarak selama 1 hari, 1 minggu, 1 bulan dan 3 bulan.
Komplikasi awal pembedahan adalah setiap kejadian klinis yang terjadi baik selama
operasi maupun 48 jam setelah operasi. Komplikasi lanjut adalah setiap kejadian klinis
akan menjadi dangkal karena pemasukan yang tidak adekuat dari keseimbangan
solution garam kedalam ruangan anterior, kebocoran akibat insisi yang terlalu lebar,
tekanan luar bola mata, tekanan positif pada vitreus, perdarahan pada suprachoroidal.
maka gel vitreous dapat masuk kedalam bilik anterior, yang merupakan resiko
(vitrektomi).
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai faerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
3. Endoftalmitis dan Uveitis : Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat
kehilangan vitreous.
6. Edema macular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila
disertai hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan
7. Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior
berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu
UVEITIS
Istilah uveitis menunjukkan suatu peradangan pada iris, corpus ciliare, atau
koroid. Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput
pelangi (iris) dan keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea
maka keadaan ini disebut sebagai uveitis anterior. Bila mengenai selaput hitam bagian
belakang mata maka disebut koroiditis.1,7
UVEITIS ANTERIOR
Uveitis anterior adalah peradangan mengenai iris dan jaringan badan siliar
(iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut.1
Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran kliniknya
saja. Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi
imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Pada
kekambuhan atau rekuren terjadi reaksi imunologik humoral. Bakteriemia ataupun
viremia dapat menimbulkan iritis ringan, yang bila kemudian terdapat antigen yang
dama dalam tubuh akan dapt timbul kekmbuhan. Penyebab uveitis anterior akut
dibedakan dalam bentuk nongranulomatosa dan granulomatosa akut-kronis.
Npngranulomatosa akut disertai rasa nyeri, fotofobia, penglihatan buram keratik
presipitat kecil, pupil mengecil, sring terjadi kekambuhan. Penyebabnya dapat oleh
trauma, diare kronis, penyakit Reiter, herpes simpleks, sindrom Bechet, sindrom
Posner Schlosman, pascabedah, infeksi adenovirus, parotitis, influenza, dan klamidia,
nongranulomatosa kronis dapat disebabkan artritis rheumatoid dan Fuchs
heterokromik iridosiklitis.1,7
Gejala Klinik :
Subyektif : Mata merah, sakit, fotofobia, penglihatan turun ringan, mata berair., sulit
melihat dekat.1,7
Obyektif : Pupil kecil, edem iris, miopisasi, fler, hifema/hipopion, edema macula,
katarak, terbentuk sinekia posterior, miosis pupil, tekanan bola mata menurun/
meningkat.1,7
Penanganan :
Pengobatan pada uveitis anterior adalah dengan steroid yang diberikan pada
siang hari bentuk tetes dan malam hari bentuk salep. Steroid sistemik jika perlu
diberikan dalam dosis tunggal seling hari yang tinggi kemudian diturunkan sampai
dosis efektif. Steroid dapat juga diberikan subkonjungtiva dan peribulbar. Pemberian
steroid untuk jangka lama dibagi dapat mengakibatkan timbulnya katarak, glaucoma
dan midriasis pada pupil. Sikloplegik diberikan untuk mengurangi rasa sakit, melepas
sinekia yang terjadi, memberi istirahat pada iris yang yang meradang. Pengobatan
spesifik diberikan apabila kuman penyebab diketahui.1,7
UVEITIS POSTERIOR
Koroiditis adalah peradangan lapis koroid bola mata dapat dalam bentuk :1
Penyakit ini dapat disebabkan oleh trauma, pasca bedah, infeksi melalui
sebaran darah seperti TBC, syphilis dan toksoplasma. Juga penyakit autoimun :
oftalmia simpatikum, VKH, easles disease.
Gejala Klinik :
Subyektif : pengluhatan buram, mata jarang menjadi merah, tidak sakit, dan
fotofobia.1,7
Obyektif : floater, vitreus keruh, infiltrate dalam retina dan koroid, edema papil,
perdarahan retina, dan vascular sheathing.1,7
Penanganan :
Lesi kecil di retina perifer yang tidak jelas disertai vitritis dapat dibiaarkan
tanpa pengobatan. Sebaliknya, infeksi berat atau di daerah posterior biasanya diobati
selama 4-6 minggu dengan pyrimethamine, 0,5-1 g per oral empat kali sehari. Dosis
awal 75 mg pyrimethamine per hari selama 2 hari dan 2 g trisulfapyrimidine dosis
tunggal harus diberikan pada awal pengobatan. Selain itu, pasien umumnya diberikan 3
mg kalsium leucovarin dua kali seminggu untuk mencegah depresi sumsum tulang.1
PROGNOSIS UVEITIS :
Perjalanan penyakit dan prognosis uveitis tergantung pada banyak hal, seperti
derajat keparahan, lokasi, dan penyebab peradangan. Secara umum, peradangan yang
berat perlu waktu lebih lama untuk sembuh serta lebih sering menyebabkan kerusakan
intraokular dan kehilangan penglihatan dibandingkan peradangan ringan atau sedang.
Selain itu, uveitis anterior cenderung lebih cepat merespon pengobatan dibandingkan
uveitis intermediet, posterior, atau difus. Keterlibatan retina, koroid, atau nervus
opticus cenderung memberi prognosis yang lebih buruk.7
G. PROGNOSIS
H. PERAWATAN PASCAOPERASI
Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien umumnya boleh pulang pada hari operasi, tetapi dianjurkan untuk
bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat
selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut pada hari operasi. Perlindungan pada
malam hari dengan pelindung logam sering kali disarankan selama beberapa hari
pascaoperasi. Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi
kebanyakan pasien dapat melihat cukup baik melalui lensa intraocular sambil menunggu
kacamata permanen (biasanya disediakan 4-8 minggu setelah operasi).7
BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya
kekeruhan mmengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan
tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata local menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi,
uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokular
lainnya.
komplikasi baik saat operasi maupun setelah operasi. Saat operasi berlangsung ruangan
anterior mungkin akan menjadi dangkal karena pemasukan yang tidak adekuat dari
keseimbangan solution garam kedalam ruangan anterior, kebocoran akibat insisi yang terlalu
lebar, tekanan luar bola mata, tekanan positif pada vitreus, perdarahan pada suprachoroidal.
Operation dan Late Complication Post Operation, yaitu : Hilangnya vitreous, prolaps iris,
Istilah uveitis menunjukkan suatu peradangan pada iris, corpus ciliare, atau koroid.
Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput pelangi (iris)
dan keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini
disebut sebagai uveitis anterior. Bila mengenai selaput hitam bagian belakang mata maka
disebut koroiditis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2013. Page : 175-177, 204-2016.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Katarak Sebabkan 50% Kebutaan. 2016.
Available from : http://www.depkes.go.id/article/view/16011100003/katarak-sebabkan-
50-kebutaan.html.
5. Life Map Discovery. The Anatomy and Structure of the Adult Human Lens. Available
from : https://discovery.lifemapsc.com/library/images/the-anatomy-and-structure-of-the-
adult-human-lens.
6. Tim Root Virtual Eye Professor. Chapter 10: Introduction to the lens and cataract surgery.
Available from : https://timroot.com/cataract/.
7. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Ed 17. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2009. Page : 150, 153, 169, 176.