Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

KATARAK TRAUMATIK

Oleh:

Jonathan Ivryn Nugraha Baan (17014101235)

Supervisor Pembimbing

dr. Yamin M. Tongku, Sp.M

Residen Pembimbing:

dr. Melati

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:

KATARAK TRAUMATIK

Oleh

Jonathan Ivryn Nugraha Baan (1701410123)

Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada :

Maret 2019

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

dr. Yamin M. Tongku, Sp.M

Residen Pembimbing

dr. Melati
BAB I

PENDAHULUAN

Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera


pada mata yang dapat merupakan trauma tembus ataupun trauma tumpul yang
terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Katarak traumatik paling
sering karena adanya cedera yang disebabkan oleh benda asing yang mengenai
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru dari senapan angin dan petasan
adalah penyebab tersering katarak traumatik. Penyebab lain ialah anak panah, batu,
paparan panas dalam waktu yang lama dan radiasi ionisasi.1-3

Lensa merupakan salah satu media refraksi yang penting. Fungsi utama lensa
ialah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Pada katarak traumatik, lensa menjadi
putih segera setelah masuknya benda asing, karena gangguan pada kapsul lensa
memungkinkan aqueus humor dan kadang-kadang vitreus humor dapat menembus
ke dalam struktur lensa.3 Gejala klinis yang timbul pada pasien katarak traumatik
berupa keluhan pandangan kabur yang biasanya bertambah buruk jika melihat
objek yang jauh secara mendadak, mata silau, pandangan ganda, mata menjadi
merah, lensa keruh dan adanya riwayat trauma pada mata.4-5

Di Amerika Serikat, dilaporkan kira-kira 2000 orang pekerja per hari


mengalami trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan danmembutuhkan
pengobatan. Sepertiga dari kasus trauma memerlukan pengobatan ke bagian gawat
darurat rumah sakit, dan lebih dari 100 orang di antara yang mengalami trauma
kehilangan 1 atau lebih dari satu hari kerja. Benda asing di dalam mata merupakan
jenis yang paling sering terjadi 32 (80%) di antara trauma mata secara keseluruhan
yang di antaranya disebabkan oleh benda asing logam. Berbagai benda di bidang
pertanian dapat mengakibatkan trauma mata yang tidak diharapkan, baik oleh orang
yang bekerja di bidang pertanian tersebut maupun oleh orang yang sedang berada
di sekitarnya.5-6

Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung kepada saat terjadinya. Bila


terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya
ambliopia. Untuk mencegah pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer
atau sekunder. Apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata
menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis maka segera
dilakukan ekstraksi lensa. Selain itu, untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan
uveitis dapat diberikan antibiotik sistemik dan topikal dalam beberapa hari. Atropin
sulfat 1%, 1 tetes 3 kali sehari dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan
untuk mencegah pembentukan sinekia posterior.7 Jika terjadi glaukoma karena
katarak traumatik ini, maka tekanan intraokular dapat dikontrol dengan pengobatan
standar.

Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat
terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis katarak traumatik
yang dirawat di Irina F Mata RSU Prof. dr. R. D. Kandou.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Lensa8-9
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di sebelah
anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan air
dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela
konsentris yang panjang. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum
suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril
yang berasal dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa.

B. Definisi10-12

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening Katarak berasal dari bahasa Yunani menjadi keruh. Katarak berasal dari
bahasa Yunani catarata yang berarti air terjun. Asal kata ini mungkin sekali karena
pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan
matanya. Seorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi oleh ditutupi
kabut. Penuaan merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan
faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan
faktor keturunan. Katarak yang berkaitan dengan usia adalah penyebab utama
gangguan penglihatan.
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma tembus
maupun trauma tumpul pada bola mata yang terlihat sesudah beberapa hari atau
beberapa tahun.
Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, ataupun gejala sisa dari
trauma mata. Energi inframerah, aliran listrik, dan radiasi ion jarang menjadi
penyebab katarak traumatik. Katarak yang disebabkan trauma tumpul umumnya
membentuk opasitas posterior yang berbentuk seperti bintang atau seperti bunga
mawar pada aksial posterior yang mungkin stabil atau progresif, sedangkan trauma
tumpul dengan lepasnya kapsul lensa membentuk stabil atau progresif, sedangkan
trauma tumpul dengan lepasnya kapsul lensa membentuk perubahan kortikal yang
tetap fokal jika kecil atau progresif cepat menjadi opasifikasi perubahan kortikal
total

C. Etiologi13-15
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan sejak lahir (kongenital), ataupun akibat dari beberapa penyakit
mata yang diderita sebelumnya. Bermacam-macam penyakit mata dapat
mengkibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa.
Katarak dapat pula terjadi akibat adanya riwayat trauma (benturan) pada daerah
mata. trauma (benturan) pada daerah mata.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga
kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada
usia 40 tahun di mana memfokuskan mulai timbul kesukaran melihat dekat
(presbiopia). Dengan bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya,
keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak. Pada usia 60
tahun hampir 2/3 mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya
berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-
kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen
dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan
protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation.
Usaha-usaha untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan kimiawi ini
dengan terapi medis sampai saat ini belum berhasil.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Katarak juvenile yang terlihat setelah usia 1
tahun dapat terjadi karena Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata. Penyulit
penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu
mata, sepert pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior, glaukoma, ablasio
retina, miopia tinggi.

D. Patofisiologi16-18

Trauma tumpul merupakan respon dari pukulan yg tiba-tiba yg dapat terjadi


pada trauma okuli, dimana pukulan tersebut merupakan mekanisme tubrukan
langsung yang bertanggung jawab pada terjadinya vossius ring (seperti pigmen iris)
Pada saat permukaan bola mata mangalami cedera, terjadi pemendekan pada garis
ekspansi, Sehingga streching dapat mengganggu kapsul lensa, zonula atau
keduanya. Lensa menjadi putih (keruh) segera setelah masuknya benda asing,
karena robeknya kapsul lensa menyebabkan masuknya humor aqeous dan kadang-
kadang korpus vitreum kedalam struktur lensa yang dapat menyebabkan hidrasi
pada serat lensa dan sebagai akibatnya lensa menjadi keruh. Pasien biasanya
mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Patogenesis Katarak traumatik
paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul
terhadap bola mata. Tembakan peluru senapan angin juga sering merupakan
penyebab-penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio,
pajanan berlebih terhadap panas (‘glassblower cataract”), sinar-X, dan bahan
radioaktif. Luka memar/tumpul. Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup
kuat mengenai mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang
disebabkan oleh benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang
munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa tahun. Bila
ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan adanya riwayat
trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang cukup sulit
untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang dapat ditemukan
mengenai adanya trauma sebelumnya. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak
subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak
seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang
disebut cincin Vossius.

Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh : gelas
yang pecah) tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak
memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu luka
memar yang signifikan maka katarak tidak akan terbentuk. Hal ini tentunya juga
bergantung kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-hati dan pencegahan
terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti di atas dapat juga melibatkan
kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior. Urutan
dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa
pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa
lensa biasanya secara berangsurangsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam
waktu kurang lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan
jelas karena sebagian besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan
ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan penggunaan
lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan
reaksi inflamasi seperti halnya pada anak namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih
tinggi, dan jaringan fribrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan
menghalangi pupil. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk
kekeruhannya terbatas lebih kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan
mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya
masa lensa di dalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik
masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan
bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah
akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan terbentuknya cincin
Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.
Radiasi sinar Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak.
Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan
gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar gelombang pendek (tidak
terlihat) ini dapat menyebabkan luka bakar kornea superfisial yang dramatis, yang
biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan
“welder’ flash”. Sinar infra merah yang berkepanjangan (prolong), juga dapat
menjadi penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan
pekerja baja. Namun penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya
mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat mengakibatkan
katarak. Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada
pasien-pasien leukemia yang mendapat radioterapi (seluruh tubuh), namun resiko
terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar. Seringnya, manifestasi awal
dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk roset (rosette cataract),
biasanya pada daerah aksial yang melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa
kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada
lensa. Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang
ditemukan). Kimia Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan
katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen
basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan aquos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun
perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena
trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa maka jarang
menyebabkan katarak. Pembentukan katarak kortikal dapat terjadi akut atau efek
lambat dari trauma zat kimia. Benda asing intralentikular Benda asing di
intralentikular dapat menyebabkan pembentukan katarak di beberapa kasus tetapi
tidak selalu menyebabkan kekeruhan lensa.

E. Diagnosis19-21

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien.


Pada anamnesis diperoleh sebagai berikut:

1. Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul


2. Riwayat keadaan mata sebelumnya, apakah ada riwayat operasi, glaukoma, RD,
penyakit mata karena gangguan metabolik.

3. Riwayat penyakit lain, seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan,


homosistinuria, defisiensi sulfat oksidase.

4. Keluhan mengenai penglihatan, seperti penurunan visus, pandangan ganda pada


satu mata atau kedua mata, dan nyeri pada mata.

Sementara itu, pada pemeriksaan fisik diperoleh sebagai berikut:

1.Visus, lapangan pandangan, dan pupil

2. Kerusakan ekstraokular-fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik

3. Tekanan intraokular-glaukoma sekunder, perdarahan retrobulbar.

4. Bilik anterior-hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut.

5. Lensa-subluksasi,dislokasi, integritas kapsular (anterior dan posterior), katarak


(luas dan tipe).

6. Vitreus-ada atau tidaknya perdarahan dan perlepasan vitreus posterior.

7. Fundus-RD, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina, kondisi saraf
optik.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan sebagai berikut:

1. B-scan - jika pole posterior tidak dapat terlihat.

2. A-scan - sebelum ekstraksi katarak

3. CT scan orbita-adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain.

E. Penatalaksanaan22-25

Bila terdapat benda asing magnetik intraokular maka harus segera


dikeluarkan. Harus diberikan antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid
topikal dalam beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis.
Atropin sulfat 1%, 1 tetes tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap
berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan sinekia posterior. Katarak dapat
dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan mereda.
Apabila terjadi glaukoma selama periode menunggu, bedah katarak jangan ditunda
walaupun masih terdapat peradangan. Beberapa waktu setelah tindakan bedah
katarak, mungkin masih terdapat suatu membran opak tipis; yang mungkin
memerlukan disisi dengan laser neodimium: YAG atau pisau untuk memperbaiki
penglihatan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya digunakan teknik-
teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak kongenital,
terutama pada pasien yang berusia kurang dari 30 tahun.

5 Jenis tindakan pembedahan yang mungkin dilakukan:

A) Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) atau Ekstraksi Katarak Ekstra


Kapsuler (EKEK) Pengangkatan nucleus dan cortex dengan membuka kapsul
anterior yang lebar; 9-10mm, dan meninggalkan pembungkusnya. Kapsul posterior
tetap utuh sebagai tempat penanaman dari lensa atau dengan kata lain lensa diangkat
degan meninggalkan kapsulnya.

B) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) atau Ekstaksi Katarak Intra Kapsuler
(EKIK) Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada
katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn
yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah
jarang dilakukan. Wajib dilakukan pada dislokasi anterior dan pada zonular
instability yang ekstrim. Dislokasi anterior lensa ke bilik anterior merupakan
keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal), karena dapat
mengakibatkan terjadinya pupillary block glaucoma

C) Fakoemulsifikasi Pembedahan dilakukan dengan cara menghisap lensa yang


keruh setelah pembungkusnya dibuka. Tindakan ini dapat dilakukan jika kapsul
lensa intak dan dukungan zonular yang cukup.

D) Lansektomi dan Vitrektomi pars plana Dapat menjadi pilihan terbaik pada
kasus-kasus ruptur kapsul posterior, dislokasi posterior, atau instabilitas zonular
yang ekstrim.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : S.F. (55.79.64)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 47 tahun

Pekerjaan : Petani

Alamat : Motoling, Minahasa Selatan

Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia

Agama : Kristen Protestan

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Pandangan kabur pada mata kiri

2. Riwayat penyakit sekarang:

Pandangan kabur pada mata kiri pasien sejak 4 tahun yang lalu sejak
bulan Desember. Pada saat pasien berjalan pasien tertusuk dengan ranting pohon.
Pasien merasakan padangan kabur pada saat itu juga. Pasien merasakan nyeri di
bola mata pada saat pasien tertusuk dengan ranting pohon. Pasien sudah pernah
operasi pada mata kiri pada Desember 2018. Kemudian pasien akan melakukan
operasi kedua pada bln Februari 2019 untuk pengangkatan katarak. Pasien tidak ada
riwayat DM dan hipertensi.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : tampak sakit ringan

Keadaan sakit : sakit ringan


Kesadaran : compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tekanan cukup

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,6oC

2. Status Oftalmikus

Okulus Dextra Okulus Sinistra


Visus 6/6 1/∞
Tekanan Intraokuler Normal/palpasi N+1/palpasi
Segmen Anterior
Palpebra Edema (-) Edema (-)

Konjungtiva Mix injeksi (-) Mix injeksi (+)

Kornea Jernih Jernih

COA Dalam Dalam


Pupil : sulit dievaluasi

Iris/Pupil RAPD (-), Sinekia (-) Iris: Iridodialisis, sinekia


posterior arah jam 12-6

Lensa Jernih Sulit dievaluasi


Segmen Posterior
Refleks fundus (+) uniform Sulit dievaluasi
perdarahan (-), eksudat (-),
Retina Sulit dievaluasi
cotton wool spot (-)
Bulat, batas tegas, warna
Papil N. II Sulit dievaluasi
vital
Makula Refleks fovea (+) Sulit dievaluasi
D. Resume

Pasien laki-laki berumur 47 tahun datang dengan keluhan mata kabur pada
mata kiri. Riwayat trauma pada pasien dengan dengan tertusuk ranting pohon
pada bulan Desember 2019. Riwayat operasi pada bulan Desember 2019 dan
Februari 2019. Pasien merasakan nyeri pada mata kiri pasien. Riwayat DM (-),
Hipertensi (-). Pada pemeriksaan fisik didaptkan kesadaran compos mentis.
Pemeriksaan visus terdapat visus VOS: 1/∞, mix injeksi (+), lensa keruh dan
Iris: Iridolisiasis, dan sinekia posterior arah jam 12-6.

E. Diagnosis

OD : Emetropia

OS : Katarak Traumatik

Gambar 5 : Katarak Traumatik pasien

F. Diagnosis Banding

Angle Recession Glaucoma, Chroroidal Rupture, Corneoscleral


Laceration, Ectopia Lentis, Hyphema, Senile Cataract, Sudden Visual Loss
G. Komplikasi

Komplikasi katarak traumatik biasanya terjadi ambliopia pada anak, yang


disebabkan oleh nervus II tidak dirangsang disebabkan oleh tidak ada
rangsangan dari luar karena bagian lensa pasien terhalang oleh katarak.
Komplikasi pada pasien dengan katarak traumatik, adalah dengan terjadinya
trauma pada mata bisa menyebabkan dislokasi dan subluaksi lensa.
Komplikasi lainnya yang berhubungan dengan katarak traumatik adalah
phacolytic, phacomorphic, pupillary block, and angle-recession glaucoma,
phacoanaphylactic uveitis, retinal detachment, choroidal rupture,
hyphema, retrobulbar hemorrhage, traumatic optic neuropaty, dan globe
rupture.

H. Tatalaksana

Medikamentosa

Pasien ini diberikan penatalaksanaan:

 Levofloksasin 6 x 1 gtt ED

 Sanbe Tears 3 x 1 gtt ED

 Prednison tetes mata 2 x 1 gtt

 Timol 0.5% tetes mata 2 x 1 gtt

 Metilprednisolon 10 mg 2 x1 tablet

 Natrium diklofenak 50 mg 2 x 1 tablet

 Ranitidin 100 mg 2 x 1 tablet

 Tropin 2 x 1 gtt

 Asam Traneksamat 3 x 500 mg

I. Prognosis

 ad vitam : dubia ed bonam


 ad sanationam : dubia ed bonam
 ad fungsionam : dubia ed bonam

J. Edukasi

 Menjelaskan pada keluarga pasien bahwa selalu menggunakan


pelindung mata
 Menjelaskan prosedur pembedahan yang akan dijalani oleh pasien serta
komplikasi jika tidak dilakukan pembedahan dan komplikasi yang akan
terjadi bila dilakukan pembedahan dan meyakinkan pasien bahwa
prosedur pembedahan akan dilakukan sesuai SOAP
 Meminta kepada keluarga pasien untuk melakukan kontrol di poliklinik
mata.
BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada


anamnesis didapatkan Pandangan kabur pada mata kiri pasien sejak 4 tahun yang
lalu sejak bulan Desember. Pada saat pasien berjalan pasien tertusuk dengan ranting
pohon. Pasien merasakan padangan kabur pada saat itu juga. Pasien merasakan
nyeri di bola mata pada saat pasien tertusuk dengan ranting pohon. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kiri 1/∞, adanya edema palpebral,
konjungtiva hiperemis, terdapat mix injeksi serta terdapat fix and follow pada
COA.24
Klasifikasi Katarak menurut
Penderita pada kasus ini diterapi dengan pemberian antibiotik topikal. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan dimana, penderita dengan katarak traumatik harus
diberikan antibiotik topikal sementara menunggu keadaan mata menjadi tenang.
Untuk mencegah terjadi glaukoma karena katarak traumatik ini, maka tekanan
intraokular dapat dikontrol dengan pengobatan standar.26-28

Selain terapi medikamentosa, direncanakan untuk dilakukan terapi


pembedahan berupa operasi ekstraksi katarak ekstrakapsuler. + reposisi iris. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan untuk dilakukan terapi pembedahan
yaitu operasi ekstraksi katarak ekstrakapsuler + reposisi Iris pada penderita dengan
katarak traumatik.29-31

Komplikasi pada pasien dengan katarak traumatik, adalah dengan terjadinya


trauma pada mata bisa menyebabkan dislokasi dan subluaksi lensa. Komplikasi
lainnya yang berhubungan dengan katarak traumatik adalah phacolytic,
phacomorphic, pupillary block, and angle-recession glaucoma, phacoanaphylactic
uveitis, retinal detachment, choroidal rupture, hyphema, retrobulbar hemorrhage,
traumatic optic neuropaty, dan globe rupture. Prognosis pada pasien ini adalah
dubia ed bonam, selain itu kita harus mempertimbangkan besarnya trauma yang
didapatkan pada mata.20
BAB V

PENUTUP

Pada kasus ini didiagnosa dengan katarak traumatik ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status oftalmikus. Penanganan
katarak traumatik dapat berupa penanganan medikamentosa dan pembedahan.
Edukasi tentang katarak traumatik diperlukan untuk mencegah terjadinya
perburukan keadaan. Prognosis kasus ini adalah dubia ed bonam dengan
penanganan yang tepat dan cepat serta besarnya trauma yang didapatkan pada mata
pasien.
Demikianlah telah dilaporkan suatu kasus dengan judul “Katarak Traumatik”
pada penderita usia 47 tahun yang datang ke IGD Mata RSUP. Prof. dr. R. D.
Kandou, Malalayang, Manado.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2015.
2. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern:
conjunctivitis, 2nd ed. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2003.
3. Stenson S, Newman R, Fedukowicz H. Laboratories studies in acute
conjunctivitis. Arch Opthalmology.1982; 100: 1275-1277.
4. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. 2011.
Section 8 Basic and Clinical Science Course.
5. Batalay AY, Ibrahim HR. Traumatic Hyphema: A Study of 40 Cases. 2008.
Dobuk Medical Journal Volume 2.
6. Rastogi S, Garcia-Valenzuela E. Hyphema Postoperative. 2007. Di unduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1189843-overview pada
tanggal 23 April 2013.
7. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum Edisi
17. 2009. Jakarta: EGC.
8. Sheppard JD, Crouch ER, Williams PB, Crouch ER. Hyphema. 2006. Di
unduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview pada
tanggal 23 April 2013.
9. Shingleton BJ, Kuhl F. Chapter 17: Anterior chamber. In: Kuhn F, Piramici
DJ. Ocular Trauma, Principles and Practice. 2002. New York: Thieme.
10. Jack J Kanski. Clinical Ophtalmology – A Systematic Approach 5th ed.
Butterworth-Heinemann;2003

11. American Academy of Ophthalmology; Cornea/External Disease


Panel.Preferred Practice Pattern Guidelines: Conjunctivitis-Limited
Revision. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2011.
12. Amir A, Azari. Conjunctivitis, A Systematic Review of Diagnosis and
Treatment. JAMA. 2013 October: Volume 310, Number 16
13. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of ophthalmology.
Germany: Thieme; 2006.
14. Rizky G. Hifema.Medicinesia.2013. available at URL: www.
Medicinesia.com.
15. Haring RS, Sheffield ID, Canner JK, Schneider EB. Epidemiology of
sports-related eye injuries in the United States. JAMA Ophthalmol.
2016;134(12):1382–1390
16. Boden BP, Pierpoint LA, Boden RG, Comstock RD, Kerr ZY. Eye injuries
in high school and collegiate athletes. Sports Health. 2017;9(5):444–449
17. Prevent Blindness America. The scope of the eye injury problem. 2010.
Available at: https:// www.preventblindness. org/ sites/ default/files/
national/ documents/ fact_ sheets/FS93_ ScopeEyeInjury. pdf. Accessed
September 6, 2017
18. National Eye Institute, National Eye Health Education Program.
Sportsrelated eye injuries: what you need to know and tips for prevention.
Available at: https:// nei. nih. gov/ sites/ default/files/ nei- pdfs/
SportsRelatedEyeInjuries. pdf. Accessed September 6, 2017
19. Rodriguez JO, Lavina AM, Agarwal A. Prevention and treatment of
common eye injuries in sports. Am Fam Physician. 2003;67(7):1481–1488
20. United States Consumer Product Safety Commission. National Electronic
Injury Surveillance System (NEISS). Available at: https:// www. cpsc.
gov/Research-- Statistics/ NEISS- Injury- Data. Accessed September 6,
2017
21. United States Consumer Product Safety Commission. 2011 annual report to
the President and Congress. 2011. Available at: https:// www. cpsc.gov/
PageFiles/ 123357/ 2011rpt. pdf. Accessed August 10, 2017
22. US Census Bureau. American housing survey. 2015. Available at: https://
www.census. gov/ programs- surveys/ ahs/data. html. Accessed September
6, 2017
23. Langhorst P. Youth sports participation statistics and trends. 2016.
Available at: www. engagesports. com/ blog/post/ 1488/ youth- sports-
participationstatistics-and- trends. Accessed November 9, 2017.
24. Cyr D L, Johnson SB. Eye protection for farmer. Available at URL:
http://www.cdc.gov/nasd/docs/d000901- d001000/d000929/d000929.html.
25. Graham, Robert H., MD. Traumatic Cataract. Available at URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1211083.
26. Vaughan D, Asbury T. Katarak. Dalam : Oftalmologi umum. Edisi 17.
Jakarta : EGC,2012:169-77.
27. Ilyas, Sidarta. Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004.
28. Connecticut Department of Public Health. Keeping an Eye On Eye
Protection [internet]. 2008. Available at URL:
http://www.ct.gov/dph/lib/dph/environmental_health/eoha/pdf/eye_protect
ion_health_alert_final_11_25_08.pdf
29. Tana L, Delima, H Enny, Gondhowiardjo T. Katarak pada petani dan
keluarganya di Kecamatan Teluk Jambe Barat. Media Penelit dan
Pengembang Kesehat. 2006. XVI:4; 43-51
30. International Labour Organization (ILO). Safety and health in agriculture.
Report. Available at http://www.ilo.Org/public/english/standards/r
elm/ilc/ilc88/rep-vi-l.htm. Accessed Mei 18,2008.
31. Tana L. Pengembangan model pencegahan katarak di daerah Teluk Jambe
Barat. Laporan Penelitian. 2006.

Anda mungkin juga menyukai