KATARAK TRAUMATIK
Oleh:
Supervisor Pembimbing
Residen Pembimbing:
dr. Melati
KATARAK TRAUMATIK
Oleh
Maret 2019
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
Residen Pembimbing
dr. Melati
BAB I
PENDAHULUAN
Lensa merupakan salah satu media refraksi yang penting. Fungsi utama lensa
ialah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Pada katarak traumatik, lensa menjadi
putih segera setelah masuknya benda asing, karena gangguan pada kapsul lensa
memungkinkan aqueus humor dan kadang-kadang vitreus humor dapat menembus
ke dalam struktur lensa.3 Gejala klinis yang timbul pada pasien katarak traumatik
berupa keluhan pandangan kabur yang biasanya bertambah buruk jika melihat
objek yang jauh secara mendadak, mata silau, pandangan ganda, mata menjadi
merah, lensa keruh dan adanya riwayat trauma pada mata.4-5
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat
terjadinya trauma dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis katarak traumatik
yang dirawat di Irina F Mata RSU Prof. dr. R. D. Kandou.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Lensa8-9
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di sebelah
anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan air
dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela
konsentris yang panjang. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum
suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril
yang berasal dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
B. Definisi10-12
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening Katarak berasal dari bahasa Yunani menjadi keruh. Katarak berasal dari
bahasa Yunani catarata yang berarti air terjun. Asal kata ini mungkin sekali karena
pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan
matanya. Seorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi oleh ditutupi
kabut. Penuaan merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan
faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan
faktor keturunan. Katarak yang berkaitan dengan usia adalah penyebab utama
gangguan penglihatan.
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma, baik trauma tembus
maupun trauma tumpul pada bola mata yang terlihat sesudah beberapa hari atau
beberapa tahun.
Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, ataupun gejala sisa dari
trauma mata. Energi inframerah, aliran listrik, dan radiasi ion jarang menjadi
penyebab katarak traumatik. Katarak yang disebabkan trauma tumpul umumnya
membentuk opasitas posterior yang berbentuk seperti bintang atau seperti bunga
mawar pada aksial posterior yang mungkin stabil atau progresif, sedangkan trauma
tumpul dengan lepasnya kapsul lensa membentuk stabil atau progresif, sedangkan
trauma tumpul dengan lepasnya kapsul lensa membentuk perubahan kortikal yang
tetap fokal jika kecil atau progresif cepat menjadi opasifikasi perubahan kortikal
total
C. Etiologi13-15
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan sejak lahir (kongenital), ataupun akibat dari beberapa penyakit
mata yang diderita sebelumnya. Bermacam-macam penyakit mata dapat
mengkibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa.
Katarak dapat pula terjadi akibat adanya riwayat trauma (benturan) pada daerah
mata. trauma (benturan) pada daerah mata.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga
kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada
usia 40 tahun di mana memfokuskan mulai timbul kesukaran melihat dekat
(presbiopia). Dengan bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya,
keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak. Pada usia 60
tahun hampir 2/3 mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya
berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-
kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen
dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan
protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation.
Usaha-usaha untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan kimiawi ini
dengan terapi medis sampai saat ini belum berhasil.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Katarak juvenile yang terlihat setelah usia 1
tahun dapat terjadi karena Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata. Penyulit
penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu
mata, sepert pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior, glaukoma, ablasio
retina, miopia tinggi.
D. Patofisiologi16-18
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh : gelas
yang pecah) tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak
memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu luka
memar yang signifikan maka katarak tidak akan terbentuk. Hal ini tentunya juga
bergantung kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-hati dan pencegahan
terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti di atas dapat juga melibatkan
kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior. Urutan
dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa
pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa
lensa biasanya secara berangsurangsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam
waktu kurang lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan
jelas karena sebagian besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan
ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan penggunaan
lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan
reaksi inflamasi seperti halnya pada anak namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih
tinggi, dan jaringan fribrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan
menghalangi pupil. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk
kekeruhannya terbatas lebih kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan
mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya
masa lensa di dalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik
masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan
bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah
akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan terbentuknya cincin
Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.
Radiasi sinar Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak.
Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan
gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar gelombang pendek (tidak
terlihat) ini dapat menyebabkan luka bakar kornea superfisial yang dramatis, yang
biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan
“welder’ flash”. Sinar infra merah yang berkepanjangan (prolong), juga dapat
menjadi penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan
pekerja baja. Namun penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya
mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat mengakibatkan
katarak. Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada
pasien-pasien leukemia yang mendapat radioterapi (seluruh tubuh), namun resiko
terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar. Seringnya, manifestasi awal
dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk roset (rosette cataract),
biasanya pada daerah aksial yang melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa
kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada
lensa. Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang
ditemukan). Kimia Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan
katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen
basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan aquos dan
menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun
perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena
trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa maka jarang
menyebabkan katarak. Pembentukan katarak kortikal dapat terjadi akut atau efek
lambat dari trauma zat kimia. Benda asing intralentikular Benda asing di
intralentikular dapat menyebabkan pembentukan katarak di beberapa kasus tetapi
tidak selalu menyebabkan kekeruhan lensa.
E. Diagnosis19-21
7. Fundus-RD, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina, kondisi saraf
optik.
E. Penatalaksanaan22-25
B) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) atau Ekstaksi Katarak Intra Kapsuler
(EKIK) Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada
katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan memutus zonula Zinn
yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini pembedahan intrakapsuler sudah
jarang dilakukan. Wajib dilakukan pada dislokasi anterior dan pada zonular
instability yang ekstrim. Dislokasi anterior lensa ke bilik anterior merupakan
keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal), karena dapat
mengakibatkan terjadinya pupillary block glaucoma
D) Lansektomi dan Vitrektomi pars plana Dapat menjadi pilihan terbaik pada
kasus-kasus ruptur kapsul posterior, dislokasi posterior, atau instabilitas zonular
yang ekstrim.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : Petani
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pandangan kabur pada mata kiri pasien sejak 4 tahun yang lalu sejak
bulan Desember. Pada saat pasien berjalan pasien tertusuk dengan ranting pohon.
Pasien merasakan padangan kabur pada saat itu juga. Pasien merasakan nyeri di
bola mata pada saat pasien tertusuk dengan ranting pohon. Pasien sudah pernah
operasi pada mata kiri pada Desember 2018. Kemudian pasien akan melakukan
operasi kedua pada bln Februari 2019 untuk pengangkatan katarak. Pasien tidak ada
riwayat DM dan hipertensi.
C. Pemeriksaan Fisik
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6oC
2. Status Oftalmikus
Pasien laki-laki berumur 47 tahun datang dengan keluhan mata kabur pada
mata kiri. Riwayat trauma pada pasien dengan dengan tertusuk ranting pohon
pada bulan Desember 2019. Riwayat operasi pada bulan Desember 2019 dan
Februari 2019. Pasien merasakan nyeri pada mata kiri pasien. Riwayat DM (-),
Hipertensi (-). Pada pemeriksaan fisik didaptkan kesadaran compos mentis.
Pemeriksaan visus terdapat visus VOS: 1/∞, mix injeksi (+), lensa keruh dan
Iris: Iridolisiasis, dan sinekia posterior arah jam 12-6.
E. Diagnosis
OD : Emetropia
OS : Katarak Traumatik
F. Diagnosis Banding
H. Tatalaksana
Medikamentosa
Levofloksasin 6 x 1 gtt ED
Metilprednisolon 10 mg 2 x1 tablet
Tropin 2 x 1 gtt
I. Prognosis
J. Edukasi
PEMBAHASAN
PENUTUP
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2015.
2. American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern:
conjunctivitis, 2nd ed. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2003.
3. Stenson S, Newman R, Fedukowicz H. Laboratories studies in acute
conjunctivitis. Arch Opthalmology.1982; 100: 1275-1277.
4. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. 2011.
Section 8 Basic and Clinical Science Course.
5. Batalay AY, Ibrahim HR. Traumatic Hyphema: A Study of 40 Cases. 2008.
Dobuk Medical Journal Volume 2.
6. Rastogi S, Garcia-Valenzuela E. Hyphema Postoperative. 2007. Di unduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1189843-overview pada
tanggal 23 April 2013.
7. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum Edisi
17. 2009. Jakarta: EGC.
8. Sheppard JD, Crouch ER, Williams PB, Crouch ER. Hyphema. 2006. Di
unduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1190165-overview pada
tanggal 23 April 2013.
9. Shingleton BJ, Kuhl F. Chapter 17: Anterior chamber. In: Kuhn F, Piramici
DJ. Ocular Trauma, Principles and Practice. 2002. New York: Thieme.
10. Jack J Kanski. Clinical Ophtalmology – A Systematic Approach 5th ed.
Butterworth-Heinemann;2003