1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata merupakan salah satu indra dari pancaindra yang sangat penting
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata
pelindung yang cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak
sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan
pada bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan
kebutaan.
pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya
bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang juga dapat
2
3
kecelakaan terhadap alat dari permainan yang biasa dimainkan seperti panahan,
Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada
wanita. Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah
atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan
mata: palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan
orbita. Trauma mata merupakan keadaan gawat darurat pada mata. Dari data
WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta
orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami
kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye Injury Registry
kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan
berupa kelainan ringan saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas
trauma tumpul, trauma akibat benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma fisis.
Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan berat ringannya serta
jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang semua organ struktural mata
perforasi, masuknya benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah
untuk mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang
disebabkan yang akan menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah
selanjutnya. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti: slit
lamp, oftalmoskopi direk maun indirek, tes fluoresensi, tonometri, USG, maupun
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok merumuskan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan trauma mata secara
komprehensif.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat mengetahui :
a. Pengertian dan tanda gejala trauma mata
b. Etiologi trauma mata
c. Manifestaasi klinis trauma mata
d. Pathway/patofisiologi trauma mata
e. Pemeriksaan penunjang trauma mata
5
pada usia – usia produktif, terutama pada kelompok – kelompok penduduk yang
perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan
yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan
kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma
mata.
multifaktor, antara lain : penyebab trauma, akibat langsung pada jaringan ikat
bola mata yang terkena, ada atau tidaknya benda asing yang tertahan di dalam
bola mata dan ada atau tidaknya infeksi. Tindakan perbaikan anatomi bola mata
yang segera pada kasus trauma, dapat mencegah terjadinya post traumatic
6
7
Tujuan utama pada evaluasi ini untuk mencari informasi apakah pasien
atau keadaan darurat mata yang juga menentukan tindakan yang akan
b. Evaluasi sistemik
tempat lain sebelumnya (pemberian anti tetanus), waktu terakhir makan dan
B. Etiologi
Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya
trauma :
Diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainnya yang mengakibatkan
Trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras
8
dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan
kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau
daerah sekitarnya.
industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia. Trauma kimia pada mata
memerlukan tindakan yang segera, irigasi pada daerah mata yang terkena
4) Trauma Fisika
konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita secaara
a. Trauma Tumpul
Rongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas
9
rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada
terjadi keratitis. Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan
yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata
mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan.
kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah
tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.
Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea
dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar
dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus
lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu
Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
kacadan koroid. Letaknya antara badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior
berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan
fovea. Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema
kebutaan.
b. Trauma Tajam
Sklera : pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan
Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g
Koroid dan kornea : luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan
c. Trauma Kimia
kornea)
kornea, ulkus kornea, tekanan intra ocular akan meninggi, hipotoni akan
terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar, membentuk jaringan parut
jaringan parut pada kelenjar asesoris air mata, pergerakan mata menjadi
D. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
penglihatan.
2. Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.
jelas.
6. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini
dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa,
14
kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp
dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
benda asing.
retina.
10. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan
13. Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan
F. Penatalaksanaan
1. Trauma tumpul
perdarahan ulang.
perdarahan ulang.
Indikasi Parasentesis :
2. Trauma tajam
mata.
mata intak).
3. Trauma kimia
berikan EDTA.
17
Catatan :
Irigasi
Repitalisasi kornea
Mengendalikan TIO
G. Komplikasi
Ophthalmia.
Jangka panjang : Atropi iris (darah menekan lama), Optik atropi (TIO↑),
H. Discharge planning
18
3. Pada pekerja las sebaiknya melindungi matanya dari sinar dan percikan las
4. Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya
A. Pengkajian
1. Identitas Klien : Inisial nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, pendidikan
klien seperti DM dapat menyebabkan infeksi yang terjadi pada mata sulit
B. Pemeriksaan fisik
1. B1(Breath), Pada sistem ini tidak didapatkan kelainan (tdk ada gangguan pada
19
20
sistem pernafasan).
3. B3 (Brain), Pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO.
C. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kornea atau peningkatan TIO
organ indera
A. Kesimpulan
trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada
trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita.
Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma tumpul, trauma akibat benda
trauma mata sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang
B. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pembaca khususnya penderita trauma
untuk mengurangi resiko terjadinya trauma mata atau komplikasi lainnya dan
untuk pekerja yang berbahaya sebaiknya memakai alat pelindung diri saat
bekerja.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansoer dkk. 1999. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
fakultas kedokteran universitas Indonesia
Evelyn. 2013. Anatomi dan fisiologis untuk para medis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Kusuma, hardi & Nuratif, Amin huda, 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : MediAction.
24