Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

(GUNUNG MELETUS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah (Keperawatan Bencana) yang diampu
oleh (Dian Ika Puspitasari, S. Kep., Ns., M. Kes)

Kelompok 2

Indri Nur Safitri :717.6.2.0911

Noer Kholis :717.6.2.0913

Moh. Syarif Hidayatullah A:717.6.2.0919

Yayak Kuntina :717.6.2.0921

Vera Okta Lianty S :717.6.2.0923

Khairul Anam :717.6.2.0931

Ivan Fajriyanto :717.6.2.0936

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang peran perawat dalam penanggulangan bencana
gunung meletus .
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun dapat bermanfaat untuk
menambah ilmu dan wawasan untuk kami dan orang pembacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Sumenep, 12 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................4
2.1 Definisi Bencana......................................................................................................4
2.2 Definisi Gunung Meletus.........................................................................................4
2.3 Penanggulangan Bencana Gunung Meletus............................................................10
2.4 Peran Perawat dalam Tanggap Bencana.................................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan............................................................................................................15
3.2 Saran......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai negara yang tercakup pada satu planet yang bernama bumi
memiliki kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam mengingat
beberapa struktur lapisan yang membentuk bumi mengakibatkan perubahan,
pergeseran ataupun kerusakan yang berdampak pada suatu fenomena ataupun
peristiwa yang menganggu penghidupan atau kehidupan seluruh komunitas
ataupun populasi yang menempati wilayah di suatu Negara. Bencana alam terbagi
atas bencana yang disengaja maupun disengaja, Bencana alam yang disengaja
merupakan bencana yang terjadi atas perilaku manusia yang mengganggu
ekosistem alam seperti masyarakat yang berada pada suatu daerah yang memiliki
pola perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab dengan membuang sampah
sembarangan dan membiarkannya tanpa mengolah dan mengacu pada prinsip 3R,
serta bencana yang tidak disengaja merupakan bencana yang disebabkan karena
rusaknya ekosistem akibat perubahan, pergesaran struktur bumi. Seperti gempa
bumi, tanah longsor, tsunami, hingga gunung meletus yang tercatat telah
memberikan sumbangsih terhadap penekanan angka mortalitas.
Terutama peristiwa gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia seperi
peristiwa gunung kelud, merapi, galunggung hingga Krakatau yang telah
menyebabkan perubahan iklim global dan menyebabkan gelapnya dunia hingga
kurun waktu 2 setengah hari akibat tertutupnya atmosfir oleh debu vulkanis.
Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Sewaktu – waktu
lempeng ini akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya,
tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi
di Aceh. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia, Indonesia juga merupakan
jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik) yang merupakan rangkaian
jalur gunung api aktif.

iv
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan
tersebut, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana seharusnya
mempersiapkan diri menghadapi musibah dan bencana alam sebagai upaya
meminimalisasi jumlah korban.Salah satu bentuk persiapan adalah mitigasi.
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Salah satu bentuk penerapan mitigasi pada
keadaan bencana sebagai upaya meminimalisasi dampak musibah dapat dilihat
dan diperhatikan pada penanganan bencana Gunung Merapi pada tahun
2010.Upaya mitigasi pemerintah adalah dengan membangun bungker – bungker
di sekitar daerah kaki gunung di wilayah Gunung Merapi, Yogyakarta.Selain itu,
pemerintah juga membangun instalasi sirine yang aktif pada saat darurat untuk
peringatan status awas atau siaga Gunung Merapi sebagai early warning
system (EWS). Sirine ini akan berdering sebagai tanda bahwa masyarakat di
sekitar kaki Gunung Merapi harus segera mengungsi di tempat yang lebih aman
pada jarak radius yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah, dalam hal ini BMG
(Badan Meteorologi dan Geofisika), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi, dan
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Di
samping itu, penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana
Gunung Merapi juga perlu disiapkan antara lain sosialisasi kepada masyarakat
yang tinggal di sekitar rawan bencana Gunung Merapi. Latihan evakuasi,
persiapan dapur umum, manajemen tandu dan tenda, manajemen pengungsi, dan
koordinasi pemerintah desa adalah beberapa contoh pelatihan bagi masyarakat
sebagai upaya menghadapi bencana meletusnya Gunung Merapi.
Makalah dan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya mitigasi apa
saja yang telah dipersiapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang tinggal
di sekitar kaki gunung untuk menghadapi ancaman bencana meletusnya Gunung
Merapi. Penulisan ini juga diharapkan mampu melihat kekurangan apa saja yang
terdapat di lapangan sebagai upaya mitigasi bencana Gunung Merapi di
Yogyakarta. Selain itu, penulisan ini juga diharapkan dapat memberikan

v
gambaran yang jelas mengenai upaya mitigasi yang baik, tepat, dan aman
sehingga upaya yang terarah dan terencana dapat meminimalisasi kerugian akibat
bencana meletusnya Gunung Merapi baik secara material maupun nonmaterial.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana definisi bencana?
1.2.2 Bagaimana definisi gunung meletus?
1.2.3 Bagaimana penanggulangan bencana gunung meletus?
1.2.4 Bagaimana peran perawat dalam manajemen penanggulangan bencana
gunung meletus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana perann perawat dalam penanggulangan
bencana gunung meletus secara detail
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui peran perawat dalam manajemen penanggulangan
bencana gunung meletus pada tahap pra bencana.
2. Untuk mengetahui peran perawat dalam manajemen penanggulangan
bencana gunung meletus pada tahap bencana.
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam penanggulangan bencan gunung
meletus pada tahap pasca bencana

vi
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Bencana
Peristiwa yg terjadi secara mendadak/tidak terencana atau secara perlahan
tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau
kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia dan lingkungannya.
2.2 Definisi Gunung Meletus
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat meletus. Gunung meletus, terjadi akibat endapan
magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan
tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya
yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau
lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan
gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai
ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi
ini.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan
suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma
yang keluar dari dalam bumi disebut .lava Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung berapi sering
meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
2.2.1 Bentuk dan Tipe Letusan Gunung Berapi
1. Tipe Gunung Api

vii
a. Berdasarkan bahan lepas yang dihasilkan
 Gunung api lava/gunung api tameng (shield volcano) yang menghasilkan
lava basalan.Gunung api tameng dibentuk oleh lava yang sangat cair dari
lava basalan atau andesitan.Ada dua tipe jenis gunung api tameng,yaitu
tipe Hawaii dan tipe Iceland yang dibedakan berdasarkan skala dan jalur
retakan yang ada:
a) Tipe Hawaii : Tipe ini akan membentuk gunung api tameng yang
dibangun oleh leleran lava yang keluar dari beberapa retakan dan
memencar membentuk suatu jalur celah yang cukup besar. contoh :
mauna Loa di Hawaii.
b) Tipe Iceland : Dicirikan dengan lavanya yang keluar dari kawah utama
dan mempunyai skala yang lebih kecil dari tipe Hawaii.contoh : Izu
peninsula (Iceland),Hakone (jepang), dan fase pertama gunung
Tambora (Sumbawa)
 Gunung api piroklastik,merupakan gunung api yang dibentuk oleh bahan
lepasgunungapi piroklastik.Contoh gunung Lamongan,Gunung Tambora
(Sumbawa)
 Gunung api gas yaitu gunungapi yang terjadi karena kegiatan magmatik
umumnya membentuk mar yaitu suatu lekukan yang disebabkan oleh
letusan tunggal yang bersifat meledak,dikelilingi oleh kawah berbentuk
cincin dan umumnya terisi air.contoh : kaki uatar pegunungan tengger
(jawa timur), Iwo Jima (Jepang).
2. Bentuk-bentuk Gunung api
a. Bentuk kerucut, umumnya dijumpai pada gunungapi berlapis.Bentuk
kerucut ini dapat dibangun oleh bahan lepas gunungapi.Onggokan
batuapung akan membentuk kerucut batuapung.
b. Bentuk kubah,biasanya dijumpai pada gunungapi lava.Kubah lava
merupakan bentukan dari leleran lava kental yang keluar melalui celah
dan dibatasi oleh sisi curam di sekelilingnya.Bentuk-bentuk kubah

viii
sangat dipengaruhi oleh viskositas lava.Contoh : disepanjang sesar
lampung
c. Bentuk maar yaitu pada gunung api gas.
d. Bentuk datar tinggi dijumpai pada gunung api lava,berupa datartinggi
yang relatif menonjol pada daerah sekitarnya yang tersusun oleh lava
tebal dan umumnya bersifat basalan sehingga disebut juga dengan basal
tinggi. Tapi ada juga yang dikenal dengan datar tinggi bahan lepas
gunungapi,yang tersusun oleh endapan batuapung dan abu yang
diletuskan dari celah dan mempunyai struktur kaldera atau lekuk
ambrukan.Contoh : daerah disekitar danau Toba (Sumatera Utara).
e. Bentuk barangko (barronco), yaitu alur-alur pada tubuh gunungapi yang
kasar dan tak teratur yang disebabkan oleh erosi dan sesar Cinder Cones,
merupakan tipe gunungapi yang sederhana yang terbentuk oleh partikel
dan lava yang dikeluarkan oleh vent tunggal.Karena tekanan gas, lava
tersembur keras ke udara dan pecah menjadi fragmen kecil yang padat
sehingga jatuh sebagai cinder di sekitar vent yang kemudian membentuk
melingkar atau cone yang oval.Sebagian cinder cone mempunyai
kawah berbentuk mangkok dan jarang muncul lebih dari seratus kaki
atau di bawah lingkungannya, cinder core ini kebanyakan terdapat di
Amerika Utara bagian barat sebagai bagian dari terrain vulkanik dunia.
f. Composite Volcanoes, kadang-kadang dinamakan stratovolcanoes,
biasanya saaling bersisisan,berbentuk kerucut simetris yang
besar sengan lapisan berasal daria aliran lava,debu
vulkanik,cinder,block dan bomb yang dimungkinkan muncul di sekitar
8000 kaki di atas pusatnya.Contoh composite volcano adalah gunung
fuji di Jepang,Gn st Helens,Gunung Merapi,Gunung Agung.Gunung
Rinjani. Pada puncak composite volcano kebanyakan terdapat kawah
yang berisikan vent utama atau kumpulannya.lava yang mengalir
memecah dinding kawah atau melalui sisi cone.Bagian terpenting dari
composite volcano adalah sebuah sistem conduit (saluran), dimana

ix
magma dari reservoir di bawah kerak bumi meningkat ke permukaan
volcano dibangunoleh ekumulasi material yang tererupsi melalui conduit
dengan meningkatnya ukuran lava,cinder,debu serta yang lainnya, yang
menambah kemiringan volcano. Apabila composite volcano sedang
tidak aktif, erosi atau pengikisan terjadi pada cone.Magma yang telah
keras/beku mengisi saluran (sumbat vulkanik) mengikuti jalur pada
cone,dan rekahan (dikes) membuka dimana prosesnya akan berkurang
perlahan-lahan oleh adanya erosi.Sampai akhirnya, dari proses
lengkapnya hanya tersisa plug dan dike di bawah permukaan tanah,
tinggal volcano dengan kenampakan bagian yang hilang.
g. Shield Volcano, merupakan tipe gunungapi yang terbentuk kebanyakan
dari aliran lava cair, aliran setelah tertuang ke segala arah dari vent pusat
atau kumpulan vent, yang meluas,menumpahkan vent dari
daratan,domical shape, dengan profil dengan tameng prajurit.Aliran tsb
terbentuk secara perlahan dengan akresi ribuan lava cair yang disebut
lava basalt, yang melebar seiring bertambahnya jarak.lava juga biasanya
bererupsi dari vent selama retakan yang berkembang di pinggir cone.
h. Lava Domes, tipe ini terbentuk relative kecil, berbentuk seperti umbi
lava, konsekuensinya, timbunan lava yang berasal dari sekitar
vent.Sebuah dome (kubah) tumbuh besar dengan ekspansi dari
dalam.ketika tumbuh, permukaan luarnya dingin dan keras,kemudian
hancur, menumpahkan fragmen di sis-sisinya. Beberapa dome berbentuk
tonjolan karang atau spine yang bentuk lainnya pendek,aliran lava
bersisisan (steep side).Volcanic dome biasanya berada dalam kawah
atau pada sisi composite volcano.
3. Tipe Letusan Gunung Api
Tipe – tipe letusan Gunungapi menurut Escher, berdasarkan tekanan gas,
derajat kecairan magma dan kedalaman dapur magma :

x
a. Tipe Hawaii, ciri-cirinya : lava cair, dapur magma yang dangkal, tekanan
gas rendah. Contoh : gunungapi perisai di Hawaii, yaitu Kilaueaa dan
Maunaloa
b. Tipe stromboli, ciri-cirinya : lava cair, dapur magma dangkal tapi lebih
dalam dari tipe Hawaii, tekanan gas sedang.
c. Tipe Volcano, ciri-cirinya : lava agak cair, terbentuk awan debu berbentuk
bunga kol, tekanan gas sedang. Contoh : Gunung Raung dan Vesuvius.
d. Tipe Merapi, ciri-cirinya : lava agak kental, dapur magma agak dangkal,
tekanan gas rendah, terdapat sumbat lava dan kubah lava
e. Tipe Peele, ciri-cirinya : viskositas lava hampir sama dengan tipe merapi,
tekanan gasnya cukup besar, peletusan mendatar, Contoh : Gunung Peele
f. Tipe Vincent, ciri-cirinya : lava agak kental, tekanan gas sedang,
kawahnya terdapat danau. Contoh : gunung kelud.
g. Tipe Perret, ciri-cirinya : tekanan gas sangat kuat, lava encer, penyebab
kaldera. Contoh : gunung krakatau.
2.2.2 Penyebab Terjadinya Gunung Meletus
Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan
aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).
Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-
rekahan mendekati permukaan bumi. Gunung berapi terbentuk dari magma,
yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat
panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas ini
sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi. Saat
batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan
magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km di
bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24 hingga
48 km.

xi
Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke permukaan
karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di
sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di
dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3 km
dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan
gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam
kondisi di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini
menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian
batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini
menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di
dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan membentuk
lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan
material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui lubang ini.
Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai mangkuk biasanya
terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara lubang utama terdapat
di dasar kawah tersebut.
Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul
pada letusan berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat
magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau
bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini
mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau
mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.
2.2.3 Tanda-tanda Gunung Api Meletus
1. Munculnya asap putih tebal sekitar puncak gunung
2. Gempa bumi tektonik (lindu)
3. Hujan abu
4. Suara gemuruh dipuncak gunung
5. Hewan-hewan hutan di gunung turun ke pemukiman penduduk

xii
2.3 Penanggulangan Bencana Gunung Meletus
a. Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung api
antara lain :
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman
ancamannya;
2. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;
3. Membuat sistem peringatan dini;
4. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api;
5. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang;
6. Membuat perencanaan penanganan bencana;
7. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan
bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika
diperlukan;
8. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting;
9. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan
status gunung api lewat radio komunikasi.
b. Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus
Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau becana.
1. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
a. Lengkapi semua informasi. Dan klasifikasi kebenaran berita
b. Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c. Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan
tim)

xiii
d. Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas
yang sudah ditetapkan saat preparednees)
e. Sistem Komunikasi memegang peran penting
2. Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
a. Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja
( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
b. Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan
kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air
bersih, transportasi tim dan korban)
c. Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau
bantuan
d. Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
1) Lakukan seleksi korban
2) Untuk memberikan prioritas pelayanan
3) Gunakan Label / Tag
4) Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda
5) Memenuhi kebutuhan dasar
6) Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
7) Perlindungan
8) Pengurusan pengungsi
Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung api
antara lain :
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran
sungai kering dan daerah aliran lahar;
b. Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan;
c. Masuk ruang lindung darurat;
d. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;
e. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya;

xiv
f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata;
g. Jangan memakai lensa kontak;
h. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
i. Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.
c. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana yaitu:
1. Rehabilitasi
a) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
b) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
c) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
d) Pemulihan social psikologis.
e) Pelayanan kesehatan
f) Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g) Pemulihan social ekonomi budaya
h) Pemulihan keamanan dan ketertiban
i) Pemulihan fungsi pemerintahan, dan
j) Pemulihan fungsi pelayanan public.
2. Rekonstruksi
a) Pembangunan kembali prasarana dan sarana
b) Pembangunan kembali sarana social masyarakat
c) Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
d) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik
e) Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan
dunia usaha dan masyarakat.
f) Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
g) Peningkatan fungsi pelayanan public, dan

xv
h) Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.
2.4 Peran Perawat dalam Tanggap Bencana
Peran perawat pada pra-bencana:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut.
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
c) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
d) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
e) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana.
f) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan lainnya.
g) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans
h) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang
sesuai.
Peran Perawat dalam intra bencana:
a. Bertindak cepat

xvi
b. Melakukan pertolongan pertama
c. Menentukan status korban berdasarkan triase
d. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
e. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan
pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban
selamat.
f. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
g. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create
leadership).
h. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk
jangka waktu 30 bulan pertama.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah
perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara
menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres
psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic
stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama
yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya
melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan
individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai
konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang
terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju
keadaan sehat dan aman. Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-
pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi
ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat
di sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan
lewat kemampuan yang dimilikinya.

xvii
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak.
Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung
api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia.
Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009)
adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara
menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis
yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadipost-traumatic stress
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu
trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu
akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling.
Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan
aman.
3.2 Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan
yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau
komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada
masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya
untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah
gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul
yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry and Makhfudli, Makhfudli (2009) Keperawatan kesehatan komunitas:


teori dan praktik dalam keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Agus, khairul anam, dkk. 2018. Upaya Perawat Dalam Fase Mitigasi Bencana
Gunung Kelud Berdasarkan ICN Framework. Jurnal Keperawatan Terapan
vol 4 no. 2. (https://ojs.poltekkes-
malang.ac.id/index.php/JKT/article/download/261/113/ ) (diakses 18 Oktober
2020)

Arsi susilowati, dkk. 2019. Gambaran Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Dalam


Manajemen Bencana di Puskesmas Wilayah Rawan Bencana. Indonesian
Journal of Community Health Nursing vol. 4 no. 1. (https://e-
journal.unair.ac.id/IJCHN/article/download/12395/pdf) (diakses 19 Oktober
2020)

xix

Anda mungkin juga menyukai