KELOMPOK 2 :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya y
ang telah di limpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHA
N KEPERAWATAN LAMINEKTOMI” makalah ini di susun untuk memenuhi tugas KMB I
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahanya serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu harapan saya agar tulisan ini dapat di terima dan ber
guna bagi semua pihak. Untuk itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membang
un dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN PENULISAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. PENYAKIT LAMINEKTOMI 2
1. PENGERTIAN PENYAKIT LAMINEKTOMI 2
2. INDIKASI LAMINEKTOMI 2
3. PERINGATAN LAMINEKTOMI 3
4. SEBELUM LAMINEKTOMI 3
5. PROSEDUR LAMINEKTOMI 4
6. SETELAH LAMINEKTOMI 5
7. KOMPLIKASI LAMINEKTOMI 6
B. ASUHAN KEPERAWATAN LAMINEKTOMI 6
1. PENGAKJIAN 6
2. ANALISA DATA 6
3. DIAGNOSA LAMINEKTOMI 7
4. RENCANA KEPERAWATAN 7
5. IMPLEMENTASI 13
6. EVALUASI 13
A. KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
A. Menjelaskan tentang penyakit laminektomi.
B. Menjeleskan askep penyakit laminektomi.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penyakit Laminektomi.
1. Pengertian Penyakit Laminektomi.
Laminektomi adalah operasi untuk menciptakan ruang dengan menghilangkan taji t
ulang dan jaringan yang terkait dengan radang sendi tulang belakang. Biasanya dilakukan
dengan mengangkat sepotong kecil bagian belakang (lamina) dari tulang-tulang kecil tula
ng belakang (vertebra).
Prosedur ini dapat memperbesar kanal tulang belakang untuk mengurangi tekanan p
ada sumsum tulang belakang atau saraf. Ini sering dilakukan sebagai bagian dari operasi d
ekompresi.
Laminektomi umumnya hanya digunakan ketika perawatan yang lebih konservatif s
eperti pengobatan, terapi fisik, atau suntikan, gagal meredakan gejala. Ini mungkin juga di
rekomendasikan jika gejalanya parah atau semakin parah.
2. Indikasi Laminektomi.
Laminektomi dilakukan untuk mengatasi stenosis spinal yang menjadi penyebab uta
ma munculnya tekanan pada saraf tulang belakang. Stenosis spinal itu sendiri dapat diseb
abkan oleh berbagai kondisi dan penyakit, di antaranya :
Penipisan bantalan dan pengapuran tulang akibat penuaan
Penyakit Paget
Kelainan bawaan pada bentuk tulang belakang
Tumor pada tulang belakang
Cedera pada tulang belakang
Bantalan tulang belakang yang mengalami penonjolan atau herniasi
Peradangan sendi tulang belakang (artritis)
Achondroplasia, yaitu salah satu penyebab dwarfisme
Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat muncul akibat stenosis spinal :
Akan tetapi, karena laminektomi merupakan salah satu pengobatan invasif atau pros
edur yang membutuhkan sayatan, dokter akan terlebih dahulu menganjurkan pengobatan
atau metode penanganan lain yang bersifat non-invasif, seperti :
3. Peringatan Laminektomi.
Laminektomi tidak dianjurkan untuk dilakukan pada anak-anak atau pada orang yan
g memiliki riwayat kyphosis. Sebelum memutuskan untuk menjalani operasi, pastikan ba
hwa Anda sudah menjalani seluruh terapi lain yang dianjurkan dan seluruh terapi tersebut
tidak berhasil meredakan keluhan. Ada beberapa hal lain yang juga perlu dilakukan sebel
um menjalani laminektomi, yaitu :
Beri tahu dokter obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk vitamin dan suple
men. Jika sedang mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin, dokter biasa
nya akan meminta konsumsi obat tersebut dihentikan.
Beri tahu dokter kondisi kesehatan terkini dan riwayat penyakit yang dimiliki.
Beri tahu dokter jika memiliki alergi tertentu, seperti alergi obat-obatan, termasuk
obat bius.
Beri tahu dokter jika sedang hamil atau telat haid.
4. Sebelum Laminektomi.
Untuk memastikan kondisi yang dialami pasien, dokter akan melakukan pemeri
ksaan dengan foto Rontgen. Jika diperlukan, pasien mungkin juga akan disarankan un
tuk menjalani pemeriksaan dengan MRI atau CT myelogram.
Pasien akan diminta untuk berpuasa selama beberapa jam sebelum menjalani op
erasi. Jika pasien adalah perokok, dokter juga akan meminta pasien untuk berhenti me
rokok sebelum menjalani laminektomi. Setelah operasi hingga masa pemulihan, pasie
n perlu didampingi oleh keluarga atau teman.
5. Prosedur Laminektomi.
Sebelum prosedur laminektomi dimulai, dokter anestesi akan memberikan anest
esi umum (bius total) dalam bentuk gas campuran, sehingga pasien akan tertidur dan t
idak merasakan sakit selama prosedur berlangsung. Selain bius, dokter juga dapat me
nyuntikkan obat penenang.
Setelah itu, dokter akan memasang alat bantu pernapasan (intubasi). Jika pasien
sudah tertidur dan intubasi sudah terpasang, prosedur laminektomi sudah bisa dimulai.
Pasien akan diposisikan tidur tengkurap untuk memudahkan proses operasi. Dokter ak
an membersihkan daerah kulit di area yang akan dioperasi menggunakan cairan antise
ptik, sehingga steril dari kuman.
Setelah steril, dokter akan membuat sayatan (insisi) pada kulit di bagian punggu
ng atau leher, sehingga jaringan di bawahnya menjadi terbuka. Jaringan lunak, ligame
n, dan otot yang menutupi tulang belakang akan digeser ke samping, sehingga dokter l
ebih mudah mengamati dan memperbaiki tulang belakang. Sebagian atau seluruh lami
na akan diangkat dari tulang belakang, dan terkadang penonjolan tulang serta bantalan
tulang belakang juga ikut diangkat.
Selanjutnya, dokter dapat menyambungkan dua atau lebih bagian tulang belakan
g, sehingga tulang belakang pasien lebih stabil. Jika diperlukan, dokter juga akan mel
akukan foraminotomi, yaitu tindakan untuk memperlebar saluran tulang belakang, aga
r jaringan saraf tulang belakang lebih leluasa. Jika operasi laminektomi sudah selesai,
dokter akan mengembalikan jaringan, ligamen, dan otot ke posisi semula. Setelah itu,
sayatan yang dibuat untuk operasi akan dijahit dan ditutup dengan perban steril guna
mencegah infeksi. Operasi laminektomi umumnya berlangsung sekitar 1–3 jam.
6. Setelah Laminektomi.
Setelah operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan untuk kemudian dievaluasi
apakah timbul efek samping baik akibat prosedur atau prosedur pembiusan. Beberapa pasi
en mungkin dapat langsung pulang ke rumah setelah operasi dan pemeriksaan selesai dila
kukan. Namun, umumnya pasien akan dirawat di rumah sakit terlebih dahulu selama bebe
rapa hari.
Bila efek obat bius telah hilang sepenuhnya, pasien akan diminta untuk turun dari te
mpat tidur dan mencoba berjalan. Pasien mungkin masih merasa nyeri setelah operasi, tet
api dokter akan memberikan obat pereda rasa nyeri.
Biasanya setelah 1–3 hari pemantauan dan perawatan, pasien yang perlu menginap
di rumah sakit dapat pulang. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pasien yang menj
alani pemulihan setelah laminektomi adalah :
Tingkatkan aktivitas fisik secara bertahap dan hindari melakukan aktivitas fisik be
rat yang dapat mengganggu pemulihan tulang belakang.
Selalu berhati-hati ketika berjalan dan menaiki atau menuruni tangga.
Jangan lupa untuk melakukan kontrol rutin ke dokter agar proses pemulihan dapat
dipantau.
Jangan menggosok jahitan operasi, karena dikhawatirkan akan menimbulkan infek
si.
Hindari luka jahitan terkena air atau mengoleskan losion ke daerah jahitan.
Jangan mengendarai mobil atau motor selama masa pemulihan.
Nyeri dada
Demam
Pembengkakan di daerah jahitan operasi
Keluar cairan atau nanah dari lokasi jahitan operasi
Pembengkakan di bagian tungkai
Kehilangan kontrol buang air kecil atau buang air besar
Sulit buang air kecil
Sulit bernapas
Jika muncul nyeri di daerah luka jahitan, pasien dapat mengonsumsi obat pereda ny
eri yang diberikan oleh dokter. Perlu diingat, pasien tidak boleh minum sembarang obat d
i luar anjuran dokter, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak
diinginkan, seperti perdarahan. Jika luka operasi sudah menutup dengan baik, jahitan aka
n dilepas oleh dokter sewaktu kontrol rutin.
7. Komplikasi Laminektomi.
Secara umum, laminektomi merupakan prosedur yang aman. Namun, pada kasus ter
tentu, prosedur ini dapat menimbulkan komplikasi berupa :
Nyeri yang muncul terus-menerus.
Infeksi luka operasi.
Perdarahan.
Stroke.
Emboli paru akibat penggumpalan darah.
Sesak napas.
Serangan jantung.
Reaksi alergi terhadap obat-obatan yang diberikan.
Kerusakan saraf tulang belakang.
Kebocoran cairan di saraf tulang belakang (cairan serebrospinal), akibat robekan p
ada selaput pelindung saraf tulang belakang (meninges).
c. Sebelum insisi (time out) : menjelaskan secara verbal indentitas pasien, prosedur,
antibiotic yang sudah diberikan, konfirmasi seluruh anggota tim sesuai prosedur.
2. Analisa Data
DO : Pasien masih dalam pengaruh anestesi, on ventilator
DS : pasien terlihat belum sadar
3. Diagnosa Laminektomi
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agan injuri fisik
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Intra Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
2. Kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
4. PK : perdarahan
5. PK : syok
Post Operasi
1. Resiko aspirasi dengan faktor resiko penurunan kesadaran
2. Resiko cedera posisi perioperatif dengan faktor resiko gangguan persepsi
sensori karena anestesi
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
4. Kurang pengetahuan tentang perawatan post operatif berhubungan dengan
kurangnya paparan informasi
4. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia
(proses kanker, diskontinuitas jaringan)
3. fasilitas lingkungan
nyaman 4. mengurangi nyeri dan
memungkinkan pasien
4. Berikan obat anti sakit
untuk mobilitasi tanpa
5. Bantu pasien
nyeri
menemukan posisi
5. Peninggi lengan
nyeri nyaman
menyebabkan pasien
Ꝋ Ps menyatakan nyeri
6. Ajarkan penggunaan rileks
berkurang
teknik tanpa (ct : 6. meningkatkan rileksasi
Ꝋ Ps mampu
relaksasi, distraksi, dan membantu untuk
istirahat/tidur
massage, guidet imageri) memfokuskan perhatian
Ꝋ Menggunakan teknik
sehingga ddapat sumber
non tfarmakologi 7. tekan dada saat latihan
coping
batuk
7. memudahkan
b. Kelola alnalgetik partisipasi pada aaktifitas
karakteristrik, nyaman
kualitas
c. terapi relaksasi
d. Manajemen
lingkungan
3. membantu ps dalam
meningkatkan
1. Bina hub. Saling
hilnag atau berkurang pengetahuan tentang
percaya
dengan : status kesehatan dan
2. Libatkan keluarga meningkatkan konrtol
Indikator :
3. Jelaskan semua kecemasan
Ps mampu : prosedur 4. merasa dihargai
Ꝋ mengungkapkan cara 4. Hargai pengetahuan ps 5. dukungan akan
mengatasi cemas tentang penyakitnya memberikan keyakinan
Ꝋ mapu menggunakan 5. bantu ps untuk terhadap pernyataan
coping mengefektifkan sumber harapan untuk
c. Dx. Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (proses
kanker, diskontinuitas jaringan)
d. Manajemen lingkukan
5. Pastikan penanganan
aseptic daerah IV
6. Berikan PEN-KES
tentang resiko infeksi
NIC : Pencegahan
sirkulasi
5. . Implementasi
Memberikan intruksi kepada pasien untuk membuka mata dan memangkat tangan.
Menginformasikan pasien terkait keberadaan dai PACU dan keadaan sudah selesai
operasi.
Menstimulus secara terus menerus dengan gerakan atau sentuhan.
6. Evaluasi
S:
P : Reality orientation
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Laminektomi adalah prosedur pembedahan untuk membebaskan tekanan pada tulang
belakang atau akar saraf tulang belakang yang disebabkan oleh stenosis tulang belakang.
Stenosis tulang belakang adalah penyempitan kanal tulang belakang yang menekan pada
urat tulang belakang yang berisi saraf. Ini menyebabkan rasa nyeri, mati rasa, atau lemas
pada kaki, punggung, leher, atau lengan. Sehingga dalam masalah ini perlu dilakukan
tindakan, salah satunya yaitu dengan tindakan pembedahan laminektomi untuk
menghilangkan gejala yang ditimbulkan akibat penykit tersebut atau menyembuhkan
penyakit secara kelseluruhan.
Untuk dilakukan tinfakan laminektomi hanya pasien yang mengalami gangguan
seperti fraktur vertebrae, skolioasi, stenosis tulang bealakang dan hernia nucleus puposus.
Tetapi jika penata laksanaan tindakan ini tidak tersedia ventilator dan terdapat ulkus pada
daerah insis tidak dapat dilakukan tindakan pembedahan karena akan menyebabkan
msalah pada saat operasi maupun dapat menimbulkan komplikasi yang tidk diinginkan.
Daftar Pustaka
Marlyn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk pencegahan dan pendokumtentasian perawat psien, EGC,
Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakrta.
Suddarth Doris smith, (1991), The Lippincott Manual Of Nursing Practice, Fifth edition,
JB Lippincott Company, Philadelphia.