Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ANESTESI PADA PASIEN GA-LMA

Oleh :

Ayu Cahya Dewi (2002612022)

Ni Kadek Rita Rosadi (2002612025)

Pembimbing :

Dr. dr. Putu Pramana Suarjaya, Sp.An, M.Kes, KNA, KMN, FIPM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/ RSUP SANGLAH

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya maka laporan kasus dengan topik “Anestesi Pada Pasien GA-
LMA” ini dapat selesai pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan kasus ini dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik
Madya di bagian Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar. Untuk itu, ucapan
terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dr. dr. IMG Widnyana, Sp.An, M.Kes, KAR selaku Kepala
Departemen/SMF dan dr. I Gusti Agung Gede Utara Hartawan, Sp.An,
MARS, SH selaku Koordinator Pendidikan di departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah Denpasar yang telah memberikan saya kesempatan untuk belajar
di bagian ini.
2. Dr. dr. Putu Pramana Suarjaya, Sp.An, M.Kes, KNA, KMN, FIPM selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam
pembuatan laporan kasus ini.
3. Dokter-dokter residen yang juga turut membimbing dalam pembelajaran
mengenai laporan kasus ini.
4. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penyusunan laporan kasus
ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan tinjauan pustaka ini. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 6 Februari 2022

Penulis
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv

DAFTAR TABEL...........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II KASUS................................................................................................3

2.1 Identitas Pasien..................................................................................3

2.2 Anamnesis.........................................................................................3

2.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................................4

2.4 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................4

2.5 Permasalahan dan Kesimpulan..........................................................5

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................7

3.1 Pengertian GA-LMA.........................................................................7

3.2 Jenis GA-LMA..................................................................................8

3.3 Indikasi dan Kontraindikasi GA-LMA.............................................12

3.4 Teknik GA-LMA...............................................................................13

3.5 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan GA-LMA..........................16

3.5 Komplikasi GA-LMA.......................................................................18

BAB IV KESIMPULAN.................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. LMA Klasik...................................................................................9

Gambar 2. LMA Porseal.................................................................................9

Gambar 3. LMA Fast Tract............................................................................10

Gambar 4. LMA Unique.................................................................................11

Gambar 5. LMA Flexible................................................................................11

Gambar 6. Index Finger Insertion Technique.................................................14

Gambar 7. Introducer Tool Insertion Technique............................................15

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ukuran LMA......................................................................................12

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian LMA dibandingkan dengan Face


Mask atau ETT..................................................................................................17

v
BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit


ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh. Anestesi telah dilakukan pada lebih dari 75 juta pasien yang
operasi di dunia setiap tahun. Anestesi bisa dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
induksi, pemeliharaan, dan pemulihan kesadaran dari anestesi. Anestesi yang ideal
dapat menghasilkan anestesi dengan tenang dan cepat dan memungkinkan
pemulihan segera setelah perawatan selesai. Jenis anestesi yaitu general anestesi,
local anestesi, regional anestesi.1
General anestesi merupakan teknik yang paling banyak dilakukan pada
berbagai macam prosedur pembedahan. Teknik ini menghilangkan kesadaran
yang bersifat pulih kembali (reversible) dan meniadakan nyeri secara sentral.
Tahapan dari general anestesi dibagi menjadi empat, yaitu analgesia, eksitasi,
surgical anestesi, dan paralisis medular. Analgesia dimulai dari anestesi diberikan
sampai hilangnya kesadaran. Penderita masih sadar dan tidak ada pola tertentu
dari pernapasan maupun gerak bola mata. Pada tahap ini reflek faring negatif.
Tahapan eksitasi ditandai dengan nafas tidak teratur, bola mata masih bergerak,
pupil lebar, reflek jalan napas meningkat (hipersalivasi, batuk, muntah,
laringospasmus), dan reflek laring negatif. Tahap ketiga ditandai dengan pupil
melebar, otot menjadi relaksasi, napas menjadi teratur (gerak dan suara seperti
orang tidur nyenyak), dan reflek kornea negatif. Paralisis medular memiliki tanda
peringatan berupa napas yang hanya semata-mata napas perut, pasien mengalami
gasping, pupil melebar hampir maksimum, reflek cahaya negatif, tensi rendah,
dan kulit menjadi pucat, dingin, dan basah berkeringat.2
Perhatian utama pada general anestesi adalah keamanan dan keselamatan
pasien baik itu dalam hemodinamik maupun dalam pernafasan pasien. Keamanan
dari pernafasan pasien terkait dengan manajemen pernafasan yang merupakan
salah satu keterampilan di bidang anestesiologi. Beberapa macam alat bantu

1
2

pernafasan yang digunakan di bidang anestesiologi diantaranya : sungkup muka /


face mask (FM), pemasangan pipa trakea/endotracheal tube (ETT), sungkup
laring / laryngeal mask airway (LMA).3
LMA adalah perangkat jalan napas supraglotis sekali pakai atau dapat
digunakan kembali yang dapat digunakan sebagai metode sementara untuk
mempertahankan jalan napas terbuka selama pemberian anestesi atau sebagai
tindakan penyelamatan segera pada jalan napas yang sulit atau gagal. LMA
diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada tahun 1980-an, LMA awalnya
digunakan terutama di ruang operasi tetapi sekarang telah banyak digunakan di
unit perawatan intensif, gawat darurat dan pengaturan lapangan. LMA lebih
mudah digunakan dan lebih efektif daripada bag-valve-mask di tangan penyedia
bantuan hidup dasar dan dapat digunakan sebagai alternatif intubasi oleh penyedia
bantuan hidup tingkat lanjut. Beberapa model dapat digunakan sebagai saluran
untuk memfasilitasi intubasi endotrakeal.4,5,6
BAB II

KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Jimiditus Galung
No. RM : 22003100
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Agama : Kristen Katolik
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Cewang Umung Satarmese Manggarai NTT
Diagnosis : Tumor Regio Thorax Anterior Wall
Tindakan : Open Biopsy
MRS : 31 Januari 2022 Pukul 19.22 WITA

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : benjolan di dada sebelah kanan
 Pasien datang diantar oleh orang tua dengan keluhan benjolan di dada
sebelah kanan yang disadari sejak 5 tahun yang lalu. Benjolan tersebut
awalnya berukuran sebesar telur ayam dan membesar hingga saat ini
sebesar telur bebek. Keluhan nyeri, kemerahan dan keluar cairan dari
benjolan disangkal. Tidak ada keluhan penurunan berat badan.
Demam, batuk, pilek dan sesak nafas 2 minggu terakhir disangkal.
Makan dan minum dikatakan baik. BAB dan BAK dikatakan normal.
 Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
 Riwayat asma, hipertensi, dan penyakit sistemik lainnya tidak ada
 Kebiasaan minum alkohol dan merokok tidak ada
 Riwayat operasi sebelumnya tidak ada

3
4

 Pasien adalah seorang pelajar yang dapat melakukan aktivitas sehar-


hari dengan mandiri

2.3 Pemeriksaan Fisik


Berat badan 46.2 kg; Tinggi badan 150cm; BMI 20.4 kg/m 2; Suhu aksila
36.70C; NRS diam 0/10; NRS bergerak 0/10.
 Susunan saraf pusat : compos mentis
 Respirasi : frekuensi nafas 18 kali/menit, vesikular pada kedua lapang
paru, rhonki dan wheezing tidak ada, saturasi oksigen perifer 98%
room air
 Kardiovaskular : tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 74 kali/menit,
bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, regular, murmur tidak ada, gallop tidak
ada
 Abdomen : bising usus positif normal, supel, nyeri tekan (-), distensi
(-)
 Urogenital : Buang air kecil spontan
 Muskuloskeletal : fleksi defleksi leher baik, mallampati I, gigi geligi
utuh, gigi palsu tidak ada, turgor kulit baik, mukosa oral basah,
capillary refill time < 2 detik

2.4 Pemeriksaan Penunjang


 Darah lengkap (29/01/2022)
WBC : 8.31 x 103/µL (4.1 – 11)
HGB : 15.00 g/dL (13.5 – 17.5)
HCT : 46.0% (41-53)
PLT : 340 x 103µL (150 – 440)
 Faal Hemostasis (29/01/2022)
PT : 11.6 (10.8 – 14.4) detik
aPTT : 27.7 (24 – 36) detik
INR : 1.03 (0.9 – 1.1)
5

 Swab NP/OP (31/01/2022)


Negatif SARS CoV2
 USG Superfisial Thorax (17/01/2022)
Lesi heteroechoic, batas tidak tegas, tapi kesan irregular, ukuran axial
berkisar 1.75 x 4.97 cm pada regio anterior-lateral kanan – curiga
malignant mass
 FNAB (18/01/2022)
Apusan terdiri dari sedikit sebaran dan kelompok sel-sel adiposit
matur, fragmen sel otot, dan bahan amorf. Tidak tampak sel neoplastic
pada sediaan ini. Latar belakang berupa sebaran droplet lemak dari
eritrosit.

2.5 Permasalahan dan Kesimpulan


Permasalahan Aktual :
-
Permasalahan Potensial :
-
Pembedahan :
 Lokasi : Antero-lateral Dextra
 Posisi : Supine
 Durasi : 1-2 jam
 Manipulasi :-
Kesimpulan: Status Fisik ASA I
Persiapan Pra Anestesi :
Informed consent, SIO, puasa, STATICS, obat anestesi dan emergency, infus
warmer, IV line bore besar.
Rencana Anestesi : GA-LMA
Premedikasi : Midazolam 1mg IV, Ketamin 10mg IV
Analgetik : Fentanyl 100 mcg
6

Induksi : Propofol titrasi hingga pasien terhipnotis


Pemeliharaan : O2; compressed air; Propofol kontinyu 50-150
mcg/kgBB/menit; Fentanyl intermitten 0.25 mcg/kgBB tiap
30-45 menit
Medikasi Lain :-
Pasca Operasi :
Analgetik : Fentanyl 250 mcg dalam 50 cc NS kecepatan 2.1 cc/jam;
Paracetamol 500 mg tiap 6 jam PO
Perawatan : Ruangan
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian GA-LMA


General anestesi adalah keadaan menghilangkan rasa sakit di seluruh tubuh
dan kehilangan sementara kesadaran yang disebabkan oleh hasil dari penekanan
sistem saraf pusat karena induksi farmakologis atau kompresi sensorik saraf.
Agen general anestesi bekerja dengan menekan sistem saraf pusat (SSP) secara
reversible. General anestesi adalah suatu kondisi yang dikendalikan oleh
ketidaksadaran reversible dan diperoleh melalui penggunaan obat-obatan melalui
suntikan dan atau inhalasi yang ditandai dengan hilangnya respon nyeri
(analgesia), kehilangan memori (amnesia), hilangnya respons terhadap rangsangan
atau refleks dan hilangnya gerakan spontan (imobilitas), dan kehilangan kesadaran
(unconsciousness).1
Salah satu teknik anestesi umum dapat dilakukan dengan menggunakan
Laryngeal Mask Airway (LMA). LMA dibuat dari karet lunak silicone khusus
untuk kepentingan medis, terdiri dari masker yang berbentuk sendok yang elips
yang juga berfungsi sebagai balon yang dapat dikembangkan, dibuat bengkok
dengan sudut sekitar 30°. LMA dapat dipakai berulang kali dan dapat disterilkan
dengan autoclave, namun demikian juga tersedia LMA yang disposable.7
LMA adalah salah satu teknik/alat yang umum digunakan untuk manajemen
supraglottic airway untuk mempertahankan patensi jalan napas selama prosedur
bedah di bawah general anestesi untuk mencegah cedera hipoksia. LMA
dikembangkan oleh Dr. Archie I. J. Brain pada tahun 1983 dan secara luas
digunakan pada anak-anak untuk prosedur yang dilakukan dengan general anestesi
setelah terbukti kemanjuran dan keamananannya dalam manajemen jalan napas
pada orang dewasa. Meskipun bukan manajemen airway definitif, LMA telah
merevolusi praktek anestesi karena kemudahan penyisipan dan kemampuan untuk
mempertahankan patensi jalan napas yang sangat baik tanpa jaw thrust, chin lift
dan laringoskopi.8

7
8

Insersi LMA menghasilkan stimulasi simpatis yang lebih sedikit dan


menurunkan perubahan hemodinamik karena penyisipannya tidak ada visualisasi
pita suara atau penetrasi laring. Patofisiologi dari respon hemodinamik terhadap
stimulasi jalan nafas diyakini sebagai refleks simpatik dan respons simpatoadrenal
terhadap rangsangan atau iritasi jalan napas, aferen anggota badan dari reflex arc
adalah melalui saraf kranial jalan napas atas, sedangkan ekstremitas eferen
melalui saraf simpatis. Dengan demikian, obtundasi refleks jalan napas adalah
penting untuk penyisipan LMA dan penggunaan baik intravena (IV) atau agen
induksi inhalasi diperlukan untuk menekan refleks jalan napas. Hingga saat ini,
beberapa tambahan telah ditambahkan ke agen induksi untuk penyisipan LMA,
tetapi kombinasi yang ideal yang memberikan kondisi penyisipan terbaik dengan
sisi minimal efek belum diidentifikasi terutama pada anak-anak.8

3.2 Jenis GA-LMA


Sampai saat ini berbagai jenis telah diproduksi dengan keunggulan dan tujuan
tertentu dari masin-masing jenis LMA. Terdapat beberapa jenis Laryngeal mask
airway (LMA), diantaranya adalah:

a. LMA Klasik
LMA ini merupakan alat bantu jalan napas supraglotis yang paling sering
digunakan sebagai alternatif pilihan dari intubasi endotrakea. Jenis klasik ini
mempunyai kemampuan menjaga jalan napas secara adekuat serta
menyebabkan angka kejadian komplikasi dan morbiditas faringolaringeal
yang rendah. Keberhasilan LMA yang klasik mendorong munculnya berbagai
jenis LMA lainnya dengan beberapa tujuan tertentu seperti untuk blind
intubasi disertai dengan akses ke lambung (Proseal LMA).  Jenis LMA proseal
memberikan dua keuntungan: (1) adanya akses ke lambung memungkinkan
untuk memasukkan selang lambung dan kemudian dekompresi lambung; (2)
desain ulang terhadap balon LMA memungkinkan untuk mengembangkan
balon LMA lebih besar dan posisi balon LMA yang lebih tepat terhadap jalan
nafas.9
9

Gambar 1. LMA Klasik.9


b. LMA Proseal
Ventilasi tekanan positif yang berlebihan pada ventilasi face mask dapat
menyebabkan dilatasi lambung, dan dengan meningkatnya tekanan dalam
lambung dapat meningkatkan resiko regurgitasi isi lambung.  Kebanyakan
anak-anak memiliki compliance paru yang lebih besar daripada orang
dewasa dan apabila level ventilasi tekanan positif yang nyaman bagi orang
dewasa diberikan pada pasien anak-anak akan menyebabkan penutupan
spingter esofagus atas dan bawah dan akan menyebabkan distensi lambung. 
Distensi lambung yang berlebihan dapat mengurangi pergerakan diapraghma
sehingga mengganggu ventilasi efektif.  LMA proseal dengan akses lambung
dapat medekomprasi lambung seketika LMA dipasang. LMA proseal dengan
akses lambung dapat medekomprasi lambung seketika LMA dipasang. 
LMA proseal lebih sesuai secara anatomis untuk jalan nafas dan lebih cocok
untuk ventilasi tekanan positif.9

Gambar 2. LMA Porseal.9


10

c. LMA Fast Track
LMA Fast track terdiri dari sutu tube stainless steel yang melengkung
(diameter internal 13 mm ) yang dilapisi dengan silicone, connector 15 mm,
handle, cuff, dan suatu batang pengangkat epiglottis. LMA ini dirancang
sebagai saluran untuk intubasi dan memiliki fitur khusus yang
meningkatkan tingkat sukses intubasi dan tidak membatasi ukuran
tabung endotrakeal.9

Gambar 3. LMA Fast Tract.9


d. LMA Unique
LMA Unique adalah alat jalan nafas yang baik dengan sekali pemakaian
dan digunakan untuk indikasi yang sama seperti LMA klasik. LMA Unique
juga dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi rutin mulai dari anestesi
umum, penggunaan darurat atau sebagai suatu alat resusitasi. LMA Unique
sekali pakai terbuat dari bahan bening berkelas medis polyvinyl chloride.
tabung saluran udara pada LMA Unique lebih kaku dan cuff lebih tebal. Hal
ini 17 disediakan dalam keadaan steril dan untuk penggunaan satu kali pakai
saja.9 Berikut merupakan gambar LMA Unique.
11

Gambar 4. LMA Unique.9


e. LMA flexible
Bentuk dan ukuran mask nya hampir menyerupai cLMA, dengan airway
tube terdapat gulungan kawat yang menyebabkan fleksibilitasnya meningkat
yang memungkinkan posisi proximal end menjauhi lapang bedah tanpa
menyebabkan pergeseran mask. Berguna pada pembedahan kepala dan leher,
maxillo facial dan THT. Ukuran fLMA : 2 – 5. Insersi fLMA dapat lebih sulit
dari cLMA karena flexibilitas airway tube. Mask dapat berotasi 180 15 pada
sumbu panjangnya sehingga masknya mengarah ke belakang. Harga fLMA
kira-kira 30 % lebih mahal dari cLMA dan direkomendasikan untuk
digunakan 40 kali.9

Gambar 5. LMA Flexible.9


12

Tabel 1. Ukuran LMA.9

Ukuran Berat Badan (Kg) Volume Balon (mL)

1 <5 4
1,5 5 - 10 7
2 10 – 20 10
2½ 20 – 30 14
3 30 - 50 20
4 50 - 70 30
5 > 70 40

3.3 Indikasi dan Kontraindikasi GA-LMA


Prinsipnya LMA dapat digunakan pada semua pasien yang bila dilakukan
anastesi dengan face mask dapat dilakukan dengan aman (kecuali penderita-
penderita yang memiliki kelainan oropharynx).  LMA telah digunakan secara rutin
pada prosedur-prosedur minor ginekologi, orthopedi, bronkoskopi dan endoskopi. 
Prosedur yang lain yang dapat menggunakan LMA antara lain ekstraksi gigi,
adenotonsilektomy, repair celah langitan, myringotomi, prosedur memasukkan
pipa timpanostomy, dan operasi mata.  Akhir-akhir ini penggunaan LMA untuk
penanganan jalan nafas sulit juga meningkat.10

a. Indikasi Penggunaan LMA


1. Alternatif face mask dan intubasi endotrakheal untuk penanganan jalan
nafas
2. Penanganan airway selama anastesi umum pada :
- rutin ataupun emergency
- radioterapi
- CT-Scan / MRI
- Resusitasi lua bakar
- ESWL
- Adenotonsilektomy
- Bronkhoskopi dengan fiberoptik fleksibel
13

- Resusitasi neonatal
3. Situasi jalan nafas sulit :
- Terencana
- Penyelamatan jalan nafas
- Membantu intubasi endotracheal

b. Kontraindikasi Penggunaan GA LMA 


Kondisi-kondisi berikut ini merupakan kontraindikasi penggunaan LMA :
- Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung (tidak puasa)
- Terbatasnya kemampuan membuka mulut atau ekstensi leher
(misalnya artitis rematoid yang berat atau ankilosing spondilitis),
menyebabkan memasukkan LMA lebih jauh ke hipopharynx sulit.
- Compliance paru yang rendah atau tahanan jalan nafas yang besar
- Obstruksi jalan nafas setinggi level larynx atau dibawahnya
- Kelainan pada oropharynx (misalnya hematoma, dan kerusakan
jaringan)
- Ventilasi paru tunggal.

3.4 Teknik GA-LMA


Terdapat beberapa teknik insersi LMA, diantaranya :
1. Teknik Klasik/standard (Brain’s original technique)
2. Inverted/reserve/rotation approach
3. Lateral apporoach à inflated atau deflated cuff
Teknik insersi LMA yang dikembangkan oleh dr. Brain telah menunjukkan
posisi terbaik yang dapat dicapai ini pada berbagai variasi pasien dan prosedur
pembedahan.  Walaupun sampai sekarang telah banyak teknik insersi yang
dianjurkan namun demikian teknik dari dr. Brian ini membuktikan secara
konsisten lebih baik.  Banyak teknik insersi lainnya yang menyebabkan
penempatan LMA yang teralalu tinggi dari jalan nafas atas dan pengembangan
balon terlalu besar untuk mencegah kebocoran gas anastesi disekeliling LMA. 
Tekanan balon LMA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembengkakan
14

struktur pharyngeal dan menyebabkan pengurangan toleransi terhadap LMA pada


kasus-kasus emergensi.10
Konsep insersi LMA mirip dengan mekanisme menelan.  Setelah makanan
dikunyah, maka lidah menekan bolus makanan terhadap langit-langit rongga
mulut berasamaan dengan otot-otot pharyngeal mendorong makanan kedalam
hipopharyng.  Insersi LMA, dengan cara yang mirip balon LMA yang belum
terkembang dilekatkan menyusuri langit-langit dengan jari telunjuk menekan
LMA menyusuri sepanjang langit-langit keras dan langit-langit lunak terus sampai
ke hipopharyngx.  Teknik ini sesuai untuk penderita dewasa ataupun anak-anak
dan sesuai untuk semua model LMA.10

Gambar 6. Index Finger Insertion Technique.10


15

Gambar 7. Introducer Tool Insertion Technique.10

Teknik-teknik lain yang dapat dilakukan bila kesulitan insersi LMA yaitu
ditangan yang terampil, teknik standard insersi LMA dapat berhasil pada sebagian
besar pasien (>98%) pada usaha yang pertama atau yang kedua.  Penyebab yang
lazim akan kegagalan insersi LMA adalah karena penguasaan teknik yang rendah,
anastesi yang dangkal (yang menyebabkan terjadi batuk, mual, dan
laryngospasme), pengguna belum berpengalaman, sulit mengatasi lengkungan 90°
dibelakang pharynx ke hipopharynx, lidah dan tosil yang besar, dan penggunaan
ukuran LMA yang tidak tepat.  Beberapa teknik manuver telah dilakukan untuk
mengatasi kesulitan tersebut diantaranya: menarik lidah kedepan, menggangkat
dagu, dan menggunakan laryngoscope, menggunakan bilah lidah atau forcep
Magill untuk menggangkat lidah.  Masukkan LMA dengan balon menghadap ke
bawah dan kemudian diputar 180° setelah sampai dinding posterior parynx.11
Balon dapat dikembangkan sebagian atau penuh bila memasukkan LMA
tanpa kesulitan.  Walaupun trik ini dapat memudahkan operator yang belum
berpengalaman namun dapat terjadi komplikasi berupa obstruksi parsial jalan
nafas jika ujung LMA arytenoid didepan larynx.  lebih jauh hal tersebut dapat
menyebabkan batuk atau laryngospame karena rangsangan pada refleks pelindung
jalan nafas yang disebabkan oleh posisi LMA yang tinggi di dalam pharynx. Pada
pasien dengan lengkung palatum yang tinggi, mendekati palatum durum secara
16

agak diagonal dari samping dengan posisi LMA bersudut 15° atau 20° dari lateral
ke midline dapat juga membantu.11

3.5 Kelebihan dan Kekurangan GA-LMA


a. Keuntungan LMA dibandingkan Face Mask
Bila dibandingkan dengan pemakaian dengan face mask maka LMA dapat
memberikan ahli anastesi lebih banyak kebebasan untuk melaksanakan tugas
yang lain (misalnya mencatat perjalanan anastesi, memasukkan obat-obatan
dll) dan mengurangi angka kejadian kelelahan pada tangan operator. Dengan
LMA dapat memberikan data capnography yang lebih akurat dan dapat
mempertahankan saturasu oksigen yang lebih tinggi.  Kontaminasi ruangan
oleh obat-obat anastesi inhalasi dapat dikurangi tetapi dengan manipulasi
yang lebih kecil terhadap jalan nafas.  Cedera pada mata dan saraf wajah
dapat dihindari dibandingkan bila memakai face mask.12

b. Keuntungan LMA dibandingkan dengan ETT


Walaupun LMA tidak dapat menggantikan posisi ETT (khususnya pada
prosedur operasi yang lama dan yang memerlukan proteksi terhadap aspirasi)
namun LMA mempunyai berbagai kelebihan.  LMA lebih mudah dimasukkan
dan mengurangi rangsangan pada jalan nafas dibandingkan ETT (sehingga
dapat mengurangi batuk, rangsang muntah, rangsang menelan, tahan nafas,
bronchospame, dan respon kardiovaskuler) adalah dua keuntungan yang
dimiliki LMA dibandingkan ETT.  Level anastesi yang lebih dangkal dapat
ditolenransi dengan menggunakan LMA dibandingkan ETT.  Ditangan yang
terampil, penempatan LMA dapat lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan
menempatkan ETT, sehingga lebih memudahkan untuk resusitasi.  Trauma
pada pita suara dapat dihindari karena LMA tidak masuk sampai ke lokasi
pita suara.  Insidens kejadian suara serak setelah penggunaan LMA dapat
dikurangi bila dibandingkan dengan pemakaian ETT mask.12
Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian LMA dibandingkan dengan Face Mask atau ETT.12

Keuntungan Kerugian
Dibandingkan -   Tangan operator bebas -   Lebih invasif
17

dengan Face-   Fiksasi yang lebih baik pada


Mask penderita yang berjenggot
-   Resiko trauma pada jalan
-   Lebih leluasa pada operasi nafas lebih besar
THT
-   Membutuhkan
-   Lebih mudah untuk keterampilan baru
mempertahankan jalan nafas
-   Membutuhkan tingkat
-   Terlindung dari sekresi jalan anastesi lebih dalam
nafas
-   Lebih membutuhkan
-   Trauma pada mata dan saraf kelenturan TMJ (temporo-
wajah lebih sedikit mandibular joint)

-   Polusi ruangan lebih sedikit -   Difusi N2O pada balon

-   Ada beberapa
kontraindikasi

Dibandingkan dg -   Kurang invasif -   Meningkatkan resiko


ETT aspirasi gastrointestinal
-   Kedalam anastesi yang
dibutuhkan lebih dangkal -   Harus dalam posisi prone
atau jackknife
-   Berguna pada intubasi sulit
-   Tidak aman pada pasien
-   Trauma pada gigi dan laryngx
obisitas berat
rendah
-   Maksimum PPV (positive
-   Mengurangi kejadian
pressure ventilation)
bronkhospasme dan
terbatas
laryngospasme
-   Keamanan jalan nafas
-   Tidak membutuhkan relaksasi
kurang terjaga
otot
-   Resiko kebocoran gas dan
-   Tidak membutuhkan mobilitas
leher
18

-   Mengurangi efek pada tekanan polusi ruangan lebih tinggi


introkular
-   Dapat menyebabkan
-   Mengurangi resiko intubasi ke distensi lambung
esofagus atau endobronchial

3.6 Komplikasi GA-LMA


Ujung distal pada LMA terkadang dapat menggulung ke atas pada saat
disisipkan sehingga dapat menghambat penempatan yang optimal. Beberapa ahli
merekomendasikan inflasi parsial pada manset sebelum memasukkan atau
memasukkan LMA dengan terbalik dan memutarnya ke posisinya untuk
mencegah komplikasi ini namun tidak ada cukup bukti untuk merekomendasikan
praktik ini. Insersi yang kuat dapat menyebabkan abrasi jaringan faring atau
perdarahan serta dapat menyebabkan insuflasi lambung. Tidak diketahui sejauh
mana LMA akan mencegah aspirasi isi lambung dan harus dipertimbangkan
sebagai tindakan sementara atau penyelamatan pada pasien yang berisiko muntah
dan aspirasi.13
LMA bukanlah alat jalan napas utama yang baik pada pasien obesitas karena
pasien tersebut membutuhkan tekanan jalan napas positif yang lebih tinggi yang
dapat menyebabkan kebocoran di sekitar manset LMA. Selain itu, pasien obesitas
bernapas secara spontan melalui LMA selama anestesi dapat menyebabkan
hipoventilasi yang signifikan karena posisi pasien dan berat perut.14
BAB III

KESIMPULAN

General anestesi adalah keadaan menghilangkan rasa sakit di seluruh


tubuh dan kehilangan sementara kesadaran yang disebabkan oleh hasil dari
penekanan sistem saraf pusat karena induksi farmakologis atau kompresi sensorik
saraf. Salah satu teknik anestesi umum dapat dilakukan dengan menggunakan
Laryngeal Mask Airway (LMA). LMA adalah salah satu teknik/alat yang umum
digunakan untuk manajemen supraglottic airway untuk mempertahankan patensi
jalan napas selama prosedur bedah di bawah general anestesi untuk mencegah
cedera hipoksia. Jenis LMA yaitu ada LMA klasik, LMA Proseal, LMA Fast
Track, LMA Unique, LMA flexible. Prosedur yang dapat menggunakan LMA
antara lain ekstraksi gigi, adenotonsilektomy, repair celah langitan, myringotomi,
prosedur memasukkan pipa timpanostomy, dan operasi mata. Teknik GA-LMA
yaitu teknik klasik/standard (Brain’s original technique),
Inverted/reserve/rotation approach, Lateral apporoach à inflated atau deflated
cuff. Salah satu komplikasi insersi GA-LMA yaitu abrasi jaringan faring.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Sirait, Robert Hotman. The Comparison of the Use of Spinal Anesthesia with
General Anesthesia in Appendectomy Patients at Rumah Sakit Umum
Universitas Kristen Indonesia from January 2016 - August 2018. Solid State
Technology. 2020. 63;5.
2. Forman S, Chin V. General Anesthetics and Molecular Mechanisms of
Unconsciousness. International Anesthesiology Clinics. 2018;46(3):43-53.
3. Aisyah, Irawan, D., Syukri, A. Gambaran Kejadian Nyeri Tenggorok (Sore
Throat) Pada Pasien Yang Menjalani Anestesi Umum Dengan Menggunakan
Laryngeal Mask Airway (LMA) Di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.
Education of Medical. 2013.
http://repository.unri.ac.id:80/handle/123456789/2681
4. Strametz R, Bergold MN, Weberschock T. Laryngeal mask airway versus
endotracheal tube for percutaneous dilatational tracheostomy in critically ill
adults. Cochrane Database Syst Rev. 2018 Nov 15;11
5. Singh A, Bhalotra AR, Anand R. A comparative evaluation of ProSeal
laryngeal mask airway, I-gel and Supreme laryngeal mask airway in adult
patients undergoing elective surgery: A randomised trial. Indian J
Anaesth. 2018 Nov;62(11):858-864.
6. Armstrong L, Caulkett N, Boysen S, Pearson JM, Knight CG, Windeyer MC.
Assessing the Efficacy of Ventilation of Anesthetized Neonatal Calves Using
a Laryngeal Mask Airway or Mask Resuscitator. Front Vet Sci. 2018;5:292.
7. Gomillion MC, Jung Hee Han. Magnetic Resonance Imaging a case of 2
years old boy. Anesthesiology Problem-Oriented Patient Management Yao &
Artusio’s. 6th ed. 2008. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, USA.
8. Okeyemi, A., Suleiman, A.Z., Oyedepo, O.O., Bolaji, B.O., Adebogye, B.M.,
Ige, O.A. Comparative Study of Haemodynamic Effects of Intravenous
Ketamine-fentanyl and Propofol-fentanyl for Laryngeal Mask Airway
Insertions in Children Undergoing Herniotomy under General Anaesthesia in
a Nigerian Tertiary Hospital. Nigerian Postgraduate Medical Journal. 2022.
29;1.
9. Harahap, Yustisa Sofirina, et al. 2016. “Perbandingan Angka Keberhasilan
Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA) Jenis Klasik Pada Usaha
Pertama Antara Teknik Balon Dikempiskan Dan Dikembangkan Sebagian
Pada Pasien Dewasa.” Jurnal Anestesi Perioperatif, vol. 4, no. 1
10. Agung H, 2015. Referat Laryngeal Mask Airway (Pada Penatalaksanaan
Jalan Nafas Yang Sulit), Bagian Anesthesiologi dan Reanimasi FK UGM,
Yogyakarta.

20
21

11. Hartono P. 2015. Referat LMA. Sumber:


https://id.scribd.com/doc/32734500/Referat-LMA. Yang diakses pada tanggal
09 Februari 2022
12. Yustisa, S.H, Tavianto. D, and Surahman, E. 2016. Perbandingan Angka
Keberhasilan Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA) Jenis Klasik pada
Usaha Pertama antara Teknik Balon Dikempiskan dan Dikembangkan
Sebagian pada Pasien Dewasa. Jurnal Anestesi Perioperatif Vo. 4. No. 1, p
30-35
13. Sabuncu U, Kusderci HS, Oterkus M, Abdullayev R, Demir A, Uludag O,
Ozdas S, Goksu M. AuraGain and i-Gel laryngeal masks in general anesthesia
for laparoscopic cholecystectomy. Performance characteristics and effects on
hemodynamics. Saudi Med J. 2018 Nov;39(11):1082-1089.
14. Kim HY, Baek SH, Cho YH, Kim JY, Choi YM, Choi EJ, Yoon JP, Park JH.
Iatrogenic Intramural Dissection of the Esophagus after Insertion of a
Laryngeal Mask Airway. Acute Crit Care. 2018 Nov;33(4):276-279.

Anda mungkin juga menyukai