Oleh :
Pembimbing :
Pendamping :
Cover....................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan......................................................................... 1
BAB V Penutup................................................................................. 29
Daftar Pustaka.........................................................................................` 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
diinduksi sebelum janin viabel. Banyak yang lebih menyukai istilah abortus
hidup yang belum mencapai viabilitas. The National Center for Health Statistics
minggu atau berat janin <500 gram. Abortus spontan termasuk subkategori aborsi
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering
pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang
obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya
mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan
kelahiran hidup.1
Penyebab utama kematian pada ibu hamil di Indonesia didominasi oleh tiga
penyakit yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, serta adanya infeksi pada
ibu hamil. Abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan pada ibu
hamil. Diperkirakan lebih dari 2,3 juta kasus abortus terjadi setiap tahunnya.2
Salah satu penyebab perdarahan pada trimester pertama dan kedua kehamilan
dan kematian ibu hamil.3 Pada beberapa penelitian diketahui bahwa faktor yang
dapat menyebabkan abortus ialah aktifitas, usia ibu saat hamil, penyakit ibu,
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Abortus
A. Definisi
penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1
B. Klasifikasi
A. Definisi
6
Abortus inkomplit adalah hilangnya sebagian hasil konsepsi dalam 20
sedang hingga berat, yang mungkin berhubungan dengan nyeri perut bagian
B. Epidemiologi
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2009 dari 46 juta
tahunnya. Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus
di Indonesia, artinya terjadi 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup. Dari angka
tersebut diatas angka kejadian abortus inkomplit menempati urutan paling atas
C. Etiologi
7
peningkatan apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal. Sekitar 42%
struktur vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun
kelainan perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan
sebagai unit fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada
fetus. Penelitian histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus,
ditunjukkan bahwa 97% menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili
mengalami fibrosis stroma, 75% mengalami degenerasi fibroid, dan 75%
mengalami pengurangan pembuluh darah. Inflamasi dan gangguan genetik
dapat menyebabkan aktivasi proliferasi mesenkim dan edema stroma vili.
Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna dan digantikan dengan
jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes melalui desidua
akan membentuk lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian, material
pecah dan merangsang degenerasi fibrinoid.
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang
timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang
berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri.
Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat
mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau selama
persalinan. Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling
sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau
pada missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum.
Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas.
Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis
yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk
mendukung implatansi hasil pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur
pada serviks. Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan abortus pada
trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga dapat
menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan kehamilan dari
8
flora bakteri vagina dan kebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan
barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
4. Kelainan endokrin
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu
keadaan dimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi
progesteron tidak cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding
endometrium.
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus. Dua
mekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah
peningkatan hormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap
fungsi ovarium.
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
d. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan insiden
abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi
dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor
autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodi
antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%.
Selain itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar
atau reseptor leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi, dan
terjadi peningkatan risiko abortus. Mekanismenya berhubungan dengan
timbal balik aktif reseptor di vili dan ekstravili tropoblas.
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi
hal ini tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum,
Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina,
virus herpes simpleks, sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai
berperan sebagai penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat
9
menyebabkan abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma
urealyticum dari 4 traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami
abortus telah menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi
mikoplasma yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan
abortus. Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum
merupakan penyebab utama.
7. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasus
yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling
banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan
menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri,
trauma janin langsung.
D. Faktor Risiko
1. Faktor Janin
bahkan dari evaluasi dengan teknik sitogenetik yang lebih baru. Namun, di luar
2. Faktor Maternal
10
a) Penyakit Penyerta
keguguran.1
b) Prosedur Pembedahan
usia kehamilan.1
c) Nutrisi
11
Defisiensi tunggal dari satu nutrisi atau defisiensi sedang dari
kafein, laporan mengaitkan asupan berat sekitar lima cangkir kopi per
atau hijau memiliki setengah dari dosis ini. Saat ini, American College
keguguran yang besar dan bahwa setiap risiko yang terkait dengan
Faktor Perilaku
d) Faktor Lingkungan
12
Meskipun banyak infeksi yang didapat selama kehamilan, hal ini
E. Patogenesis
oleh nekrosis jaringan sekitar, kemudian sebagian atau seluruh hasik konsepsi
sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam sehingga
sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertingga karena itu akan terjadi banyak
F. Gambaran Klinis
13
Riwayat lengkap dari etiologi yang dapat dimodifikasi dan faktor
risiko adalah hal penting yang harus digali. Pastikan tentang perawatan prenatal,
siklus menstruasi terakhir dan tanggal taksiran persalinan. Hal ini penting karena
semakin besar janin, semakin banyak komplikasi yang akan terjadi, dan intervensi
diketahui, serta jika ada jaringan atau bekuan yang keluar. Mengganti lebih dari
perhatian segera. Gumpalan darah dalam jumlah besar juga merupakan indikasi
pendarahan hebat. Kram yang mirip dengan persalinan, tetapi kurang intens.
Dapatkan dan pantau tanda-tanda vital sesering mungkin untuk tanda-tanda awal
syok akibat kehilangan darah. Demam dapat menunjukkan adanya infeksi dan
berat dan sering disertai dengan nyeri perut bagian bawah dan/atau panggul
suprapubik, yang dapat menjalar ke punggung bawah, pantat, alat kelamin, dan
ostium eksternum serviks terbuka dengan hasil konsepsi yang mudah terlihat.
tertutup, namun mungkin masih ada beberapa fragmen konsepsi yang terlihat.
Syok serviks dapat terjadi jika terdapat terlalu banyak rangsangan vagal pada
serviks yang disebabkan oleh keluarnya hasil konsepsi yang tidak sempurna; hal
ini dapat muncul dengan bradikardia dan hipotensi yang tidak merespon cairan
IV.7
14
G. Diagnosis
H. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk nyeri perut bagian bawah dan/atau panggul
dengan perdarahan vagina pada wanita hamil termasuk kehamilan ektopik,
perdarahan idiopatik pada kehamilan yang layak, perdarahan subkorionik,
kehamilan mola, trauma vagina, infeksi vagina atau serviks, aborsi spontan, atau
kelainan serviks (berlebihan). kerapuhan, keganasan, atau polip).8 Jika pasien
menunjukkan tanda-tanda syok, perbedaannya dapat melebar hingga mencakup
aborsi septik, syok hemoragik, syok serviks, atau ruptur uteri.7
15
Tabel 2.1. Diagnosis Banding Abortus Inkomplit1,3
Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional
sebelum 20 sac (+), fetal plate
minggu berupa (+), fetal
flek-flek movement (+),
- nyeri perut fetal heart
ringan movement (+)
- keluar jaringan
(-)
Abortus - perdarahan - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipient banyak dari umur kehamilan masih positif
uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional
kehamilan sac (+), fetal plate
sebelum 20 (+), fetal
minggu movement (+/-),
- nyeri perut berat fetal heart
- keluar jaringan movement (+/-)
(-)
Abortus - perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkomplit banyak / sedang umur kehamilan masih positif
dari uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
kehamilan - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
sebelum 20 cavum uteri atau
minggu masih menonjol
- nyeri perut pada osteum uteri
ringan eksternum
- keluar jaringan
sebagian (+)
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
(+) setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan terhentinya
keluhan apapun pertumbuhan
kecuali kehamilan.
merasakan - USG : gestasional
pertumbuhan sac (+), fetal plate
kehamilannya (+), fetal
tidak seperti movement (-), fetal
16
yang heart movement (-)
diharapkan. Bila
kehamilannya >
14 minggu
sampai 20
minggu
penderita
merasakan
rahimnya
semakin
mengecil,
tanda-tanda
kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa kehamilan (+) kehamilan masih positif
- Terdapat banyak - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih
atau sedikit atau sedikit dari 100,000
gelembung gelembung mola mIU/mL)
mola - DJJ (-) - USG : adanya
- Perdarahan pola badai salju
banyak / sedikit (Snowstorm).
- Nyeri perut (+)
ringan
- Mual - muntah
(+)
Blighted - Perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
ovum berupa flek-flek usia kehamilan positif
- Nyeri perut - OUE menutup - USG : gestasional
ringan sac (+), namun
- Tanda kosong (tidak terisi
kehamilan (+) janin).
KET - Nyeri abdomen - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb
(+) - Tanda-tanda syok rendah, eritrosit
- Tanda (+/-) : hipotensi, dapat meningkat,
kehamilan (+) pucat, ekstremitas leukosit dapat
- Perdarahan dingin. meningkat.
pervaginam - Tanda-tanda akut - Tes kehamilan
(+/-) abdomen (+) : positif
perut tegang - USG : gestasional
bagian bawah, sac diluar cavum
nyeri tekan dan uteri.
nyeri lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
17
- Uterus dapat teraba
agak membesar
dan teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba
I. Penatalaksanaan
wanita masih memerlukan kuretase yang tidak terjadwal, yang telah digunakan
tingkat kegagalan yang mendekati 25 persen dalam percobaan acak. Terapi obat
J. Prognosis
18
Pasien dengan aborsi inkomplit biasanya memiliki prognosis yang baik
dan dapat ditangani dengan harapan dengan tingkat keberhasilan 82% sampai
96% tanpa konsekuensi pada fertilitas di masa mendatang. 8,9 Tidak ada
juga terbukti bermanfaat karena lebih sedikit efek samping. Aborsi tidak tuntas
setelah 12 minggu memiliki peningkatan risiko 3,4% untuk hasil yang tidak
diinginkan, termasuk kematian ibu, operasi besar, atau kemandulan. Hal ini
ukuran uterus. Setelah usia kehamilan 14 minggu, risiko kematian ibu dan
komplikasi serius semakin meningkat. Faktor risiko lain untuk prognosis buruk
adalah waktu yang tertunda untuk mencari pengobatan dapat dilihat di pedesaan
19
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
B. Anamnesis
18
dirasakan sejak 3 hari, tetapi sejak 1 hari terakhir nyeri mulai berkurang. Keluhan
demam (-). Riwayat trauma (-), riwayat minum jamu dan obat-obatan disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi (-), Asma (-), DM (-), Alergi (-),
Riwayat Penyakit Keluarga: Hipertensi (-), Asma (-), DM (-), Alergi (-)
Riwayat Haid: Menarche umur 13 tahun, siklus haid 28 hari, lama 6-7 hari
Tempat
Kehamila Jenis Jenis
No bersalin/ Tahun BBL Keadaan
n Persalinan kelamin
penolong
3200
1 RS 2019 Aterm SC Perempuan Hidup
gram
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Umum
Berat badan : 41 kg
Nadi : 96 x/ menit
19
RR : 20 kali/menit
T : 36,5oC
Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
hidung.
Paru
Perkusi : sonor
Jantung
20
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), BU (+) normal, tinggi fundus uteri
tidak teraba
portio utuh, OUE terbuka, darah (+) dari OUE, discharge (-)
Ekstremitas :
D. Pemeriksaan penunjang
Hasil Laboratorium (17 November 2022 Pukul 19.14 wita)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.3 12.30 – 15.30 g/Dl
Leukosit 6.800 4.4 – 11.3 ribu/Ul
Eritrosit 4.10 4.10 – 5.10 juta/Ul
Hematokrit 35.9 35.0 – 47.0 %
Trombosit 114 142 – 424 rb/ul
MCV 87.6 75.0 – 96.0 Fl
MCH 30.1 28.0 – 33.0 Pg
Golongan Darah “AB” -
Bleeding Time 2 1-3 Menit
Clotting Time 5 2 -6 Menit
HBsAg Stick REAKTIF NON REAKTIF -
KIMIA
SGOT 57 0 – 40 U/L
SGPT 99 0 – 41 U/L
Rapid Antigen
Negatif Negatif
SARS-Cov 2
21
E. Diagnosis
Diagnosis awal:
G2P1A0 H 8 minggu dengan Abortus Inkomplit
Diagnosis akhir:
P1A1 Post Dilatasi Kuretase a/i Abortus Inkomplit
Kuretase
Konsul anestesi
G. Follow Up
22
- Kontrol perdarahan, didapat perdarahan + 15 cc
- Spekulum sims posterior dilepas
- Kuretase selesai
Assesment
P1A1 Post Dilatasi Kuretase a/i Abortus Inkomplit
Planning
Hari/ Tanggal: Jumat/ 18 November 2022
IVFD RL 20 tpm
P.O Cefadroxil 3x500 mg
P.O Asam mefenamat 3x500 mg
P.O Myotonic 3x1 tablet
P.O Obdhamin 2x1 kapsul
KIE mobilisasi, Monitor tanda-tanda perdarahan
BLPL, kontrol Poli Kandungan
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini dilaporkan seorang wanita usia 40 tahun diagnosis P1A1
Post Dilatasi Kuretase a/i Abortus Inkomplit datang dengan keluhan perdarahan
dari jalan lahir sejak 2 hari, berupa gumpalan-gumpalan berwarna merah hati.
Awalnya keluar berupa flek sejak 1 minggu. Keluhan disertai nyeri perut bawah
sejak 3 hari. Demam (-). Riwayat trauma, konsumsi jamu dan obat-obatan
kali/menit, suhu 36,50C. Pada pemeriksaan genital didapatkan OUE terbuka, darah
hati, pemeriksaan genital didapatkan perdarahan dari OUE, dan usia kehamilan
yang kurang dari 20 minggu. Tatalaksana yang diberikan pada pasien dalam kasus
ini adalah dilakukannya dilatasi kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
tersisa, dan diberikan drip oksitosin dan gastrul 2 tablet (misoprostol 400 mcg) per
24
vaginam untuk membantu pembukaan serviks. Beberapa dokter kandungan
Sesuai dengan teori, abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal dengan umur kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan
hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis masih terbuka dan terdapat jaringan dalam kavum uteri atau
jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
berjalan terus.1
dari faktor janin, faktor maternal, dan faktor lingkungan. Faktor janin contohnya
plasenta. Faktor maternal terdiri dari faktor internal terdiri dari usia ibu, jumlah
penyerta, adanya infeksi saat kehamilan, kelainan uterus, dan adanya riwayat
Pada kasus ini, riwayat trauma saat kehamilan tidak didapatkan. Sehingga
penyebab abortus yang disebabkan oleh trauma dapat disingkirkan. Usia pasien
25
saat ini dapat menjadi faktor risiko terjadinya abortus. Kehamilan di usia kurang
dari 20 tahun dapat menimbulkan masalah seperti abortus karena kondisi fisik
yang belum 100% siap. Usia lebih dari 35 tahun juga digolongkan dengan
kehamilan berisiko tinggi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Sebuah
hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa ibu yang bekerja lebih berisiko
reaktif pada HbsAg, disertai peningkatan fungsi hati. Hal ini menandakan bahwa
pasien sedang terinfeksi virus Hepatitis B. Hepatitis B pada ibu hamil disebabkan
karena kegagalan fungsi hati. Ibu hamil merupakan kelompok berisiko terpapar
infeksi oportunistik dan virus akibat penurunan aktivitas sel The World Health
Assembly (WHA) melalui program Global Health Sector Strategy (GHSS) (2016-
2021) menargetkan Dunia bebas dari infeksi virus Hepatitis pada tahun 2030
dengan melakukan program pencegahan penularan VHB dari ke bayi pada 90%
ibu hamil. Faktor risiko yang melekat pada ibu hamil sebagai host dan
berhubungan erat dalam penularan secara vertikal pada bayi dan horizontal pada
keluarga (suami dan anak) dari analisis beberapa penelitian terdahulu antara lain
umur ibu hamil, tingkat pendidikan, riwayat keluarga, riwayat imunisasi dan
26
persalinan dan pelayanan kontrasepsi yang dapat menjadi pintu masuk penularan
VHB.13
(misoprostol) dengan dosis 400 mcg per vaginam. Misoprostol merupakan analog
uterus sehingga menjadi salah satu pilihan sebagai obat penginduksi persalinan. 14
sublingual 400 μg, atau misoprostol oral 600 μg. 1 Penggunaan Misoprostol secara
vaginal dapat diserap dengan cepat, sehingga konsentrasi plasma akan meningkat
secara bertahap. Misoprostol yang diberikan secara vaginal bekerja lebih lama di
kadar obat yang masih terdeteksi setelah 6 jam. Walaupun konsentrasi puncak
Pasien pada kasus ini kemudian dirawat selama 1 hari di Ruang Nifas
setelah dilakukan kuretase, dan diberi tatalaksana cairan infus RL, antibiotik
27
Asam Mefenamat sebagai anti-nyeri, dan Myotonic (metilergometrin) yang
28
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus atas nama Ny. F usia 40 tahun dengan diagnosis P1A1 post
Dilatasi Kuretase a/i Abortus Inkomplit yang dirawat di Ruang Nifas RSUD Pambalah
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Setelah ditegakkan diagnosis tersebut, pasien mendapatkan
terapi dan mengalami perbaikan kondisi. Setelah 1 hari dirawat pasien membaik sehingga
dipulangkan, mendapatkan terapi lanjut di rumah, dan kontrol ke poli kandungan sesuai
jadwal.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC, Wenstrom KD, editors.
William Obsetrics. 26th ed. USA : The McGraw-Hills Companies, Inc ; 2022 : p. 198-202.
2. Akbar, Aidil. Faktor Penyebab Abortus Di Indonesia Tahun 2010-2019: Studi Meta
Analisis. Jurnal Biomedik: JBM. 2019; 11(3).
3. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. 2010. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono.
4. Kim C, Barnard S, Neilson JP, Hickey M, Vazquez JC, Dou L. Medical treatments for
incomplete miscarriage. Cochrane Database Syst Rev. 2017 Jan 31;1.
5. Gumayesty Y. Abortus inkomplit dan faktor yang berhubungan di RSUD Arifin
Achmad Pekan Baru. Jurnal Kesehatan Abdurrab.2017;1(1):33-9.
6. Medical management of abortion. World Health Organization; Geneva: 2018
7. Birch JD, Gulati D, Mandalia S. Cervical shock: a complication of incomplete abortion.
BMJ Case Rep. 2017 Jul 14;2017.
8. Griebel CP, Halvorsen J, Golemon TB, Day AA. Management of spontaneous abortion.
Am Fam Physician. 2005 Oct 01;72(7):1243-50.
9. Gemzell-Danielsson K, Kopp Kallner H, Faúndes A. Contraception following abortion
and the treatment of incomplete abortion. Int J Gynaecol Obstet. 2014 Jul;126 Suppl
1:S52-5.
10. Gebretsadik A. Factors Associated with Management Outcome of Incomplete Abortion in
Yirgalem General Hospital, Sidama Zone, Southern Ethiopia. Obstet Gynecol Int.
2018;2018:3958681.
11. Redinger A, Nguyen H. Incomplete Abortions. [Updated 2022 Jun 27]. In: StatPearls.
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan.
12. Pitriani, Risa. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus Inkomplit di Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan Komunitas. 2013
Mei; 2(2).
13. Diniyarti F, Rohani T, Prasentya W. Determinant Factors of Hepatitis B Incidence On
Pregnant Women. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Bandung. 2022; 14(1).
14. Setiadi, Antonius A. P., et al. Kajian Penggunaan Misoprostol Oral Dan Vagina Sebagai
Penginduksi Persalinan. Jurnal Kesehatan. 2021; 12(1): 61-66.
15. Wibowo, Aji M. I, et al. Penggunaan Off-Label Misoprostol Pada Pasien Obstetri-
Ginekologi Di Rumah Sakit Swasta kab. Banyumas. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 2021;
8(1): 9-18.
30