Oleh :
HENNY DWI NURLITA
NPM. 300321212011
Didalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang akan dikaji yaitu
dan paramedis, apakah ada pengaruh komunikasi terhadap kinerja petugas medis
dan paramedis, dan apakah ada pengaruh kepemimpinan dan komunikasi secara
bersama terhadap kinerja petugas medis dan paramedis di Rumah Sakit Umum
penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi
masih dirasakan banyak kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang………………………………………….. 1
1.2. Perumusan Masalah…………………………………….. 4
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………….. 5
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….. 6
2.1. Kepemimpinan………………………………………….. 6
2.2. Komunikasi…………………………………………….. 8
2.3. Kinerja Petugas Medis dan Paramedis.…………………. 10
2.4. Penelitian Terdahulu…………………………………….. 15
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN DAN
HIPOTESIS………………………………………………….. 16
3.1. Kerangka Pemikiran…………………………………….. 16
3.2. Kerangka Hipotesis…………………………………….. 19
3.3. Hipotesis Penelitian…………………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu………………………………………. 15
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual…………………………………….. 19
v
BAB I
PENDAHULUAN
suatu kondisi masyarakat Indonesia yang sehat baik secara fisik maupun mental.
Pemerintah menyadari akan arti penting masyarakat yang sehat dalam mendukung
masyarakatnya kurang sehat. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk mampu
sehingga dapat diandalkan pada saat dibutuhkan tanpa adanya hambatan, baik
mampu diandalkan sehingga semua lapisan masyarakat baik dari kalangan bawah
upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Sampai saat ini hasilnya telah
pengadaan fasilitas kesehatan seperti fasilitas rumah sakit. Kemajuan yang telah
kenyataan ini harus diakui bahwa upaya pemerintah hingga sekarang telah
2001).
kesehatan yang bermutu mungkin masih perlu mendapat perhatian. Salah satu
1
2
tingkat pemanfaatan fasilitas kesehatan rumah sakit. Hingga saat ini tingkat
menggunakan fasilitas rumah sakit hanya 7,1%. Jumlah ini masih jauh di bawah
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu yang mencapai angka 33,4% maupun dokter
praktek yang mencapai 27,5%. Di samping itu kategori lain seperti BOR (Bed
Occupancy Rate) atau prosentase yang menunjukkan rata-rata tempat tidur yang
dipakai setiap harinya) yang ada selama ini masih berada di bawah standar yang
seharusnya dicapai. Tingkat BOR yang dicapai oleh rumah sakit umum yang ada
di Indonesia sekarang ini masih berada dikisaran 50% (DEPKES RI tahun 2004).
Padahal standar nilai atau angka ideal yang seharusnya dicapai adalah 70-80%.
Nilai standar ini dihasilkan dari perbandingan antara jumlah pasien yang
kualitas pelayanan dari rumah sakit yang bersangkutan rendah. Salah satu alasan
yang menyebabkan rendahnya nilai BOR ini adalah rendahnya kualitas pelayanan
di rumah sakit tersebut. Pasien atau calon pasien cenderung enggan untuk tinggal
lebih lama jika dirinya merasa diperlakukan secara kurang profesional. Bagi
pasien yang telah mendapat perawatan di rumah sakit tersebut, memang lama atau
tidaknya dia tinggal bisa tergantung dari penyakit yang dialaminya. Namun
rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan juga dapat mengurangi minat calon
pasien lain untuk memilih rawat inap di rumah sakit. Pasien pada umumnya lebih
memilih untuk dirawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara baik.
3
konsekuensinya, jika angka BOR rendah maka pihak manajemen rumah sakit
terutama bagi mereka yang sedang dalam rawat inap (Suryadi, 2001).
diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi. Dalam kondisi
seperti ini rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan dituntut untuk
menjadi tempat rujukan yang baik, mampu memberi kepuasan kepada para pasien,
(Djojosugito, 2001). Para konsumen rumah sakit (pasien baik secara individu
maupun hasil rujukan dari puskesmas atau dokter praktek) akan memilih untuk
dirawat di rumah sakit yang memiliki perilaku pelayanan yang baik. Namun,
bentuk pelayanan yang baik ini relatif jarang ditemui di rumah sakit-rumah sakit
di Indonesia. Berawal dari kenyataan inilah maka, penelitian ini hendak meneliti
pimpinannya. Gaya atau sikap yang ditunjukkan pimpinan akan mewarnai cara
4
berfikir para karyawannya yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku kerja
bahwa peranan komunikasi dalam suatu organisasi juga memainkan peran yang
atau individu dalam organisasi tersebut. Selain itu, komunikasi juga dapat
komunikasi yang efektif dan lancar, seorang pemimpin dapat melakukan koreksi
antara lain :
paramedis?
paramedis?
1.3 Tujuan
dan paramedis.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan
organisasi. Sikap atau gaya seorang pemimpin akan mewarnai kegiatan operasional
mengarahkan, membujuk, dan berada di depan. Sementara itu Leavit (dalam Behling
atau bawahan untuk merealisasikan misi tersebut. Sedangkan Conger dan Kanungo
(dalam Behling dan McFillen, 1996) berpendapat bahwa pemimpin yang berhasil
adalah mereka yang dapat mengembangkan suatu visi yang berbeda dari status quo
(keadaan pada umumnya), akan tetapi visi tersebut tetap dapat diterima oleh
seorang pemimpin sebagai orang yang diharapkan memandu organisasi dan para
tujuannya tanpa melihat apakah ide atau cara yang digunakannya berbeda dari
6
7
DeGroot et al 2000) menyatakan bahwa karisma pimpinan yang nampak dalam setiap
timbul dari perilaku seperti ini adalah upaya-upaya dari bawahan untuk berkinerja
dengan baik. Seorang bawahan akan berperilaku kerja yang baik jika dirinya melihat
bahwa pimpinannya juga bekerja dengan baik. Sedangkan hasil penelitian dari
yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi perilaku bawahan. Sebagai contoh,
pada timbulnya semangat atau motivasi dari bawahan sehingga akan berperilaku kerja
pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan dengan perilaku petugas medis
berkualitas pada konsumen. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya yang meneliti pelayanan dalam organisasi jasa. Salah satunya adalah
penelitian dari Schneider & Bowen (Zerbe et al, 1998) yang dalam penelitiannya
pengawasan serta pengarahan pada mereka maka mereka akan bebas dalam
Akan tetapi menurut penelitian Zerbe et al (1998), kepemimpinan sebagai bagian dari
petugas medis dan paramedis dalam hal pemberian pelayanan yang berkualitas.
positif antara kepemimpinan dengan perilaku pelayanan petugas medis dan paramedis
pelayanan petugas medis dan paramedis ini menghasilkan temuan bahwa perilaku
paramedis yang pada gilirannya akan dapat membawa dampak positif pada
2.2 Komunikasi
individu dalam organisasi dan akan memubat suasana kerja menjadi lebih
sebagai proses yang digunakan untuk mentransfer informasi serta mempengaruhi dari
komunikasi yang terjadi dalam dan antar bagian dalam organisasi (Zeithaml et al,
1988). Komunikasi yang demikian ini dapat diharapkan akan dapat mempengaruhi
perilaku petugas medis dan paramedis rumah sakit pasien. Sebab sebenarnya tujuan
9
yang mendasar dari komunikasi semacam ini adalah untuk mengkoordinasikan orang-
orang dan bagian-bagian dalam organisasi sehingga hal-hal yang menjadi tujuan dari
organisasi dapat tercapai (Zeithaml et al ,1988). Sebenarnya hal ini menjadi masuk
akal karena manakala salah satu bagian dalam organisasi (misalnya organisasi rumah
sakit) dikembangkan atau dilatih secara terpisah dari bagian lain (misalnya pelaksana
atau petugas medis dan paramedis yang berhubungan langsung dengan pasien seperti
maka bagian yang berhubungan langsung dengan konsumen (pasien) tidak akan dapat
atau mampu memberikan pelayanan yang seperti yang digambarkan oleh bagian yang
telah dilatih oleh organisasi rumah sakit tersebut. Kondisi yang seperti ini
(Zeithaml et al 1988).
baik akan membawa pada perbaikan moral dan produktifitas petugas medis dan
paramedis yang tinggi. Sebab dampak dari komunikasi adalah bahwa mereka menjadi
tahu akan misi dan visi dari perusahaan tempat mereka bekerja. Petugas medis dan
Sementara itu hasil penelitian lain juga mengindikasikan hal yang sama yaitu
penerapan dari upaya pengembangan kualitas. Sebab komunikasi yang efektif yang
terdiri dari pembicaraan, tulisan, simbolisasi atau perilaku untuk mencapai sasaran
10
yang diharapkan dengan cara-cara yang dapat diterima dengan baik akan berdampak
positif pada komitmen petugas medis dan paramedis terhadap visi atau mencapai visi-
visi organisasi. Hasil ini menunjukkan secara implisit hubungan antara komunikasi
dan perilaku pelayanan, karena komitmen pada visi organisasi adalah berarti pula
memiliki perilaku yang sesuai atau sejalan dengan visi organisasi. Disamping itu
komunikasi dapat mendorong manajer dan petugas medis dan paramedis untuk
mengembangkan nilai-nilai bersama dan kepercayaan antara mereka, yang mana hal
pelayanan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan komunikasi yang efektif
Istilah kinerja berasal dari kata Job Perfomance atau Actual Perfomance yang
artinya prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Namun
sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya dapat diartikan
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut, kinerja adalah tentang apa
prestasi kerja yang dihasilkan oleh petugas medis dan paramedis sesuai dengan
perannya dalam perusahaan. Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan
secara individu dan unit kerjanya tetapi juga kerja seluruh organisasi. Dari beberapa
definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu pencapaian hasil
kerja oleh petugas medis dan paramedis dalam melakukan tugas maupun perannya
dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
a. Faktor Individu
integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisik (jasmani). Dengan
adanya integritas yang tinggi antara fungsi fisik dan psikis, maka individu
tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini
prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian
jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola
12
komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja
respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
didalam organisasi.
Tujuan kinerja petugas medis dan paramedis dapat didefinisikan sebagai apa
yang diharapkan untuk dicapai oleh suatu organisasi, fungsi, departemen dan individu
dalam suatu periode tertentu. Arti pentingnya menetapkan tujuan adalah sebagai
proses manajemen yang memastikan bahwa setiap pekerja individual tahu peran apa
yang harus mereka lakukan dan hasil apa yang perlu mereka capai untuk
memungkinkan pekerja mengetahui apa yang diperlukan dari mereka, atas dasar apa
kinerja harus dilakukan dan bagaimana kontribusinya akan dinilai. Menurut Wibowo
(2012:50) bahwa pada dasarnya terdapat banyak tujuan dalam suatu organisasi.
dicapai.
tujuan pada tingkatan ini dihubungkan dengan tujuan organisasi, target, dan
proyek yang harus diselesaikan oleh unit bisnis, fungsi atau departemen.
dengan maksud dan akuntabilitas tim dan kontribusi yang diharapkan dari tim.
pelaku, hasil utama, atau tugas pokok yang mencerminkan pekerjaan individual
dan fokus pada hasil yang diharapkan untuk dicapai dan kontribusinya pada
b. Kuantitas yang dihasilkan, yaitu berkenaan dengan berapa jumlah produk atau
c. Waktu kerja, yaitu menerangkan akan berapa jumlah absen dan keterlambatan.
Pada dasarnya kinerja petugas medis dan paramedis perlu diukur untuk
mengetahui apakah selama pelaksanaan, kinerja dilakukan dari rencana yang telah
ditentukan atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan,
14
atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan oleh
mengukur apa yang penting dan relevan. Untuk itu, perlu jelas tentang apa yang
dikatakan penting dan relevan sebelum menentukan ukuran apa yang harus
digunakan.
a. Efektif
b. Efisien
c. Kualitas
Indikator ini mengukur derajat kesesuaian antara kualitas produk atau jasa yang
d. Ketepatan Waktu
Indikator ini mengukur tingkat produktivitas suatu organisasi. Untuk itu, perlu
ditentukan kriteria yang dapat mengukur berapa lama waktu yang seharusnya
e. Produktivitas
yang ilmiah, indikator ini mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu
proses dibandingkan dengan nilai yang dikonsumsi untuk biaya modal dan
tenaga kerja.
f. Keselamatan
Dari berbagai kriteria di atas, maka dapat dipahami bahwa tujuan pengukuran
kinerja adalah untuk memberikan bukti apakah hasil kinerja petugas medis dan
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
Paramedis (Y)
a. Fungsi Instruktif
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
c. Fungsi Partisipasi
16
17
dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikut
sertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan
pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
e. Fungsi Pengendalian
kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya
upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah
Paramedis (Y)
informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari suatu anggota organisasi,
secara aktif.
organisasi, dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan
dalam turut serta mengelola organisasi. Ini merupakan modal utama ketika hendak
membangun lingkungan yang positif dalam organisasi. Pegawai akan semakin giat
dan semangat bekerja sesuai dengan arahan ketika merasa sudah diperlakukan
19
secara manusiawi, yang selanjutnya akan dapat bermuara pada kinerja yang
berikut.
KEPEMIMPINAN (X1)
KINERJA PETUGAS
MEDIS DAN
PARAMEDIS (Y)
KOMUNIKASI (X2)
3.3 Hipotesis
alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang
yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang
berubah menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
paramedis.
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga,
Jakarta.
Siagian, Sondang P, 2003. Teori & Praktek Kepemimpinan, Rineka Cipta, Jakarta.
Sutrisno, Edy, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Sutrisno, Edy, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta
Sutrisno, Edy, 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi I, Kencana
Prenadamedia Group, Jakarta.
Thoha, Miftah, 2011. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi I,
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Wibowo, 2012. Manajemen Kinerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta