OLEH :
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
Dalam Kegiatan Timbang Terima (Ronde Keperawatan) di Ruang Inap THT / Mata
di RSUD M.Natsir Solok Pada Tahun 2021” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners Keperawatan dan menyelesaikan stase yang ada. Dalam
pengarahan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan
1. Bunda Ns. Indra Yeni, S.Kep selaku CI Pembimbing Klinik di Ruang Inap THT /
2. Ibu Ns. Astuti Ardi Putri, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners di
5. Serta kepada semua uni dan abang di ruang inap THT/ Mata RUD M. Natsir
Solok
6. Kepada semua teman – teman seangkatan program studi profesi Ners
kekurangan. Hal ini bukan lah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan
kritikan dan saran yang bersifat membangun dari smua pihak demi kesempurnaan
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya,
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................
1.4 Manfaat .........................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Kasus ....................
4.2 Analisa Intervensi ..........................................................................
4.3 Alternatif pemecahan Masalah .......................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
pada ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat dalam
supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen
(Nursalam, 2014).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional
keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Adanya
jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan
(Septiari, 2012).
Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan
beberapa metode salah satunya metode Tim. Metode Tim di terapkan dengan
menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
dapat terpenuhi. Proses keperawatan juga ditujukan untuk memenuhi tujuan asuhan
jika kesehatan yang optimal tidak tercapai, proses keperawatan harus dapat
mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Nursalam, 2012).
hasil yang optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi adalah bagian dari
seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya berupa kata
kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti
ekpresi wajah, intonasi. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang
harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan
kemampuan untuk memeriksa bahwa pasien telah diterima dengan benar. Pelaksanaan
komunikasi yang efektif bagi perawat, dimulai dari elemen terkecil dalam organisasi
yaitu pada tingkat "FirstLine Manager" (kepala ruangan), karena produktifitas (jasa)
berada langsung ditangan individu- individu dalam kerja tim. Namun demikian
komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap menjadi kunci
utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen tersebut dalam
menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk meningkat kan kinerja
dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat prestasi Melalui indikator kinerja klinis
terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang perawat, sejauh mana fungsi dan tugas yang
sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Jurnal ini
adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi
sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi
disebut dengan post conference dan operan setiap pergantian shift. Post conference
merupakan kegiatan diskusi yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana
dan membangun sistem pendukung antar perawat dalam bentuk diskusi formal dan
professional. Proses diskusi pada post conference dapat menghasilkan strategi yang
efektif dan mengasah kemampuan berfikir kritis untuk merencanakan kegiatan pada
kegiatan konsultasi. Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum
dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang
dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim. Sedangkan Post conference adalah komunikasi
katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan
dan hasil observasi langsung pada tanggal 09-12 April 2021 yang dilakukan oleh
dalam metode komunikasi SBAR yang digunakan oleh perawat saat melaksanakan
timbang terima (handover) pada pergantian shift di rawat inap THT/Mata RSUD
maksimal, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: usia, pendidikan,
pengalaman, masa kerja dan lainnya. kegiatan pre dan post conference tidak
dilakukan pada saat sebelum dan sesudah operan shift, tetapi operan tetap di
lakukan setiap pergantian shift. Sedangkan dalam melakukan operan shift banyak
hal – hal yang perlu di sampaikan melalui pre dan post conference yang sifatnya
berkesinambungan.
Hal ini dikarenakan selama masa pandemi ruangan rawat inap THT/Mata
sejak bulan Januari Tahun 2021 telah bergabung dengan ruangan rawat inap
Neurologi dan rawat inap Jantung, menyebabkan rawat inap THT/Mata masih
dalam masa penyesuaian dengan ruangan baru serta perawat sibuk melakukan
pekerjaan, waktu terlalu singkat dan takut terlambat untuk pulang. Sehingga
secara aktif dalam menyelesaikan masalah dan hambatan yang terjadi di ruangan
tersebut. Maka dalam hal ini mahasiswa/i melakukan praktik keperawatan profesi
role play dan berperan sebagai Kepala Ruangan, Ka. Tim dan Perawat Pelaksana.
mampu untuk :
Natsir Solok.
(Role play) atau beperan sebagai Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat
keperawatan
a. Mahasiswa
manajemen keperawatan.
b. Perawat
(role play) beperan sebagai Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat
ditemukan.
c. Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
b. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasikan,
bekerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).
Pengorganisasian adalah tahap berikutnya setelah planning.Untuk itu
manajer perlu memperhatikan konsep-konsep organisasi serta
wewenang-wewenang yang dapat di delegasikan
c. Staffing / Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan kumpulan sekelompok orang-orang
untuk mewujudkan tujuan (Gillies, 1996). Pada dasarnya semua metode
ataupun formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga
keperawatan dirumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang
bersangkutan. Semua kegiatan penyusunan kepegawaian oleh manajer
perawat adalah untuk menempatkan karyawan ke masing-masing unit
keperawatan dengan jumlah yang sesuai di setiap kategori pekerja untuk
melakukan tugas keperawatan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan dan memberikan kenyamanan kepada pasien didalam setiap
unit. Tujuan dari staffing adalah untuk mendayagunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan
pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi kepuasan pengguna jasa.
Jenis metode penugasan dalam ruang keperawatan adalah cara
untuk membagi pekerjaan yang ada disuatu unit perawatan yang terdiri
dari metode fungsional, metode tim, metode utama dan metode modular.
d. Pengarahan/ Directing
Pengarahan meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi
adanya konflik, pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk
kolaborasi. Tujuan dari pengarahan diantaranya menciptakan kerjasama
yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staff,
menumbuhkan rasa memiliki dan meyukai pekerjaan, mengusahakan
suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staff dan membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
e. Pengendalian/Pengawasan (Controling)
Controling merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan
waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.Pengendalian meliputi pelaksanaan penilaian kinerja
staf, pertanggung jawaban, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal
dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.
Aktivitas pengendalian merupakan proses untuk menjamin bahwa
tujuan perusahaan akan tercapai. Pengendalian pada hakekatnya
merupakan usaha memberikan petunjuk para pelaksana agar mereka
selalu bertindak sesuai dengan rencana.
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat diselenggarakan.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan pengendalian
di harapkan agar para pelaksana membatasi tindakan- tindakan mencapai
tujuan sedemikian rupa sehingga tidak begitu menyimpang dari yang
diperbolehkan. Pengendalian menjadi siklus fungsi manajemen lengkap
dan membawa organisasi ke perencanaan.Makin jelas, lengkap dan
terkoordinir.
Pengendalian sendiri berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan
kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi karena :
a) Pengendalian terlebih dahulu harus di rencanakan.
b) Pengendalian dapat dilakukan apabila ada rencana.
c) Pelaksanaan rencana akan baik apabila pengendalian dilakukan
dengan baik.
d) Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak, baru
setelah penilaian/pengendalian dilakukan.
e) Pengendalian (Evaluasi), merupakan proses pengukuran dan
perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
d. Keakutan pasien
b) Menghasilkan keuntungan
b. Standar Praktik
a. Metode Fungsional
Pasien
Kelebihan :
Kelemahan :
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang.
Kepala ruangan
Katim A Katim B
Kelebihan :
2) Ada otonomi
Kepala
Dokter Sarana rumah
ruangan
sakit
Perawat primer
Pasien/keluarga
Kelemahannya :
d. Metode Kasus
Kepala ruangan
Kekurangan :
3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
sikap
a) Melalui komunikasi
b) Melalui supervisi
perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang
5) Menyelenggarakan conference
1) Perencanaan
pergantian dinas
2) Pengorganisasian
keperawatan
3) Pengarahan
4) Pengawasan
b) Melalui supervisi
dibuat
1) Perencanaan
tindakan
e) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas pada
2) Pengorganisasian
kepala tim
e) Mengembangkan kreatifitas
3) Pengawasan
4) Pengarahan
a. Situasi (Situation)
Menyampaikan apa yang terjadi dengan pasien. Dimulai dengan
memperkenalkan diri, mengidentifikasi pasien, dan menyatakan
masalah.
b. Latar belakang (Background)
Menyampaikan apa latar belakang pada pasien ini. Sampaikan hasil
pemeriksaan penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan
waktu memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang mungkin
diajukan oleh komunikator (tenaga kesehatan).
c. Penilaian (Assesment)
Menyampaikan hasil pengamatan dan evaluasi dari kondisi pasien.
d. Rekomendasi (Recommendation)
Menyampaikan atau meminta saran berdasarkan informasi yang ada.
Pada saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Solok kembali menjadi sumber
rujukan utama untuk daerah sekitar. Hal ini utamanya disebabkan oleh
pengembangan dari tahun ke tahun yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini
dapat dilihat denganbertambahnya sarana dan prasarana serta SDM baik tenaga
Spesialis, maupun tenaga kesehatan lainnya, sehingga tahun 1986 RSUD Solok
diusulkan perubahan status menjadi Type C, dan ini dapat terwujud dengan
ditetapkannya RSUD Solok sebagai Rumah Sakit Type C berdasarkan SK
Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor : 36 Tahun 1986 dan SK MenKes RI
No : 303/Men.Kes/SK/IV1987.
Pada tahun 2020 RSUD M.Natsir Solok dengan jenis Rumah Sakit umum
Daerah dengan kelas B dengan akreditasi Tingkat Peripurna dengan direktur drg.
Ernoviaba, M.Kes, dengan tanggal registrasi 13 Desember 2013 penyelenggara
pemerintah provinsi Sumatera Barat dengan Nomor Surat Izin 445-1053-2016
surat izin dari Gubernur Sumatera Barat. RSUD M,Natsir Solok telah dapat
melaksanakan perannya sebagai Rmah Sakit Tipe B dan Rumah Sakit Rujukan
Regional.
a) Poliklinik Bedah
b) Poliklinik Penyakit Dalam
c) Poliklinik Anak
d) Poliklinik Kebidanan
e) Poliklinik Kulit Kelamin
f) Poliklinik Paru
g) Poliklinik THT
h) Poliklinik Mata
i) Poliklinik Neurologi
j) Poliklinik Bedah/ orthopedi
k) Poliklinik Jiwa
l) Poliklinik Jantung
m) Poliklinik Gigi
n) Polklinik VCT
o) Poliklinik Bedah Digestiv (belum ada )
3) Pelayanan Penunjang
Pada Tahun 2018 Gedung Penunjang yang ada;
a) Instalasi Radiologi
b) Instalasi Laboratorium
c) Instaslasi Gizi
d) Instalasi Rekam Medik
e) Instalasi Rehabilitasi Medik
f) Instalasi Perbaikan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
g) Instalasi Farmasi
h) Instalasi Forensik dan Medikolegal
i) Loundry
j) CSSD
k) Bank Darah Rumah Sakit
l) Instalasi PKRS
b. Penampilan Kerja
2) BOR 80,52 %
3) LOS 6 hari
4) BTO 50,41 kali
5) TOI 3,46 hari
Visi dan Misi RSUD Solok ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Sumatera
Observasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya visi dan misi rumah
terima.
1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10
20
11 19
12 1 13 14 15 16 17 18
2%
Metode Tim
Tidak Disebutkan
98 %
1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan dan 6 orang
perwakilan perawat ruangan neurologi pada hari Rabu, 07 April 2021
didapatkan bahwa 98 % mengatakan jenis metode asuhan keperawatan
yang digunakan di ruangan adalah metode tim. Metode ini dianggap
sebagai metode yang paling efektif dilaksanakan di ruangan.
2) Observasi
Bedasarkan hasil observasi ditemukan bahwa pelaksanaan metode tim
sudah terlaksana, namun ada beberapa yang belum sesuai seperti belum
berjalan semestinya. Ruangan terbagi menjadi dua yaitu zaal pria dan zaal
wanita. Pelaksanaan metode tim di ruang THT / mata menggunakan dua tim
yang dikoordinasikan oleh 1 orang ppjp, adapun tugas dari ppjp yaitu
melakukan pembagian tugas dalam kelompok, bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien, serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.
f. Unsur Proses
1. Planning
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan data
bahwa visi misi ruangan tidak dirumuskan melainkan hanya menyesuaikan
dengan visi misi rumah sakit.
a. Perencanaan SDM
1) Wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kepala ruangan
mengatakan bahwa jumlah tenaga perawat yang ada di ruangan dirasa
sudah cukup dengan jumah pasien di ruangan. Pada suatu pelayanan
profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah
pasien dan tingkat ketergantungan pasien, menurut Douglas (1984),
Loveridge, dan Cumming (1996), klasifikasi dan tingkat ketergantungan
pasien dibagi tiga kategori. karu menggunakan rumus Douglas dalam
membagikan jadwal dinas.
KABID KEPERAWATAN
Salmawati, S.Kep, MM
3. Actuating
1) Pre dan Post Conference
a) Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pelaksanaan pre
conference sudah telaksana namun belum optimal. Pre conference
adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai overan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua
tim atau penanggung jawab tim (Amalia, dkk, 2015). Pada saat
observasi perawat langsung melakukan tindakan setelah overan ke
ruangan tanpa berdiskusi lagi sebelum tindakan.
b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa
Karu sudah mengawasi dan mengarahkan pada saat kegiatan pre dan
post conference kecuali jika Karu berhalangan hadir, libur atau pada
saat tugas kontrol.
2) Overan secara Komunikasi SBAR
a) Observasi Dari hasil observasi didapatkan bahwa overan sudah
dilakukan saat pergantian shift dinas dengan menggunakan metode
SBAR namun belum begitu optimal dan dalam pelaksanaannya
perawat di ruangan belum lengkap dalam melakukan overran dengan
cara menggunakan komunikasi SBAR lebih fokus ke terapi medis.
b) Wawancara
Dari hasil wawancara Katim mengatakan bahwa SBAR sudah
dilakukan diruangan tetapi tidak dibuat rician SBAR di status.
3) Ronde keperawatan
a) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang didapat ronde
keperawatan yang dilakukan sudah optimal.
b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara Karu mengatakan sudah maksimal
pelaksanaannya.
4 Controlling
a) Observasi
Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa di ruangan
neurologi adanya blanko pendokumentasian asuhan keperawatan, blanko
intake output, format pengkajian, format evaluasi, dan pengisiannya
sudah optimal. Namun untuk format pengkajian ada beberapa yang tidak
di isi oleh perawat.
Tabel Hasil Observasi Dokumentasi
b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan mengatakan bahwa bahwa
semua blangko pendokumentasian asuhan keperawatan, blanko intake output, format
pengkajian, format evaluasi, dan pengisiannya sudah optimal.
3.1.2 Analisa Data dan Perencanaan
1. Pengisisan Item Internal Factor (IFAS) dan External Factors (EFAS). Cara
pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam
pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan
data pada bagian lain didalam buku ini). Data tersebut dibedakan menjadi 2
yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength)
dan EFAS meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman (threatened).
2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1.0 (paling penting) sampai
dengan 0.0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
strategi perusahaan.
3. Peringkat (Rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara, pemgukuran langsung. Faktor
kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor
kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang negatif.
Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk mendapatkan nilai masing-
masing faktor.
a. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk mendapatkan
nilai IFAS adalah : kekuatan dikurangi kelemahan ( S – W ) dan EFAS
adalah peluang dikurangi ancaman ( O – T ). Hasil dari nilai IFAS dan
EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (kit kuadran) untuk
mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak kuadran.
Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/ turn around
dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk mendapatkan
kesempatan (peluang).
b. Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan
mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluang
yang lebih dalam menghadapi eprsaingan.
c. Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan tujuan
merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman
dari luar.
d. Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan tujuan
mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankannya
A. ANALISIS SWOT
Analisa SWOT
Status RSUD Kesempatan bagi SDM Lokasi RSUD mudah Makin tingginya
M.Natsir Solok yang Keperawatan untuk dijangkau. kesadaran masyarakat
sudah menjadi BLUD, melanjutkan pendidikan akan kesehatan dan
menjadikan RSUD kejenjang yang lebih hukum.
meningkatkan tinggi masih kurang.
pelayanan kepada
masyarakat menjadi
lebih baik dan bisa
mengatur sendiri
pengelolaan
keuangan.
Evaluasi Terlaksananya
MAKP metode
tim dengan baik
dan sesuai.
2 Belum Diseminasi Meningkatkan Karu dan Selasa, Ruang Perawat Ns.Indra
optimalnya ilmu dan pengetahuan ketua tim 20 April THT / disiplin Yeni,
pelaksanaan merancang perawat tentang dan staf 2021 Mata dalam S.Kep
timbang SOP pengkajian dan perawat melakuka
terima mengenai operan/ timbang n operan
secara pelaksanaan terima secara secara
komunikasi operan SBAR SBAR SBAR
SBAR di di ruangan
ruang Role play Mengingatkan
Target
THT/Mata perawat untuk
80%
melakukan
operan SBAR
Evaluasi Terlaksananya
operan dengan
metode SBAR.
Evaluasi Terlaksananya
kegiatan timang
terima yang
sesuai
PEMBAHASAN
pengetahuan yang dimiliki oleh perawat. Menurut hasil jurnal (Suardana IK,
pendidikan yang lebih tinggi (Sarjana/S1) maupun masa kerja yang lebih
(D III) maupun masa kerja yang pendek. Hal ini juga sesuai dengan hasil
yaitu komunikasi akan berjalan efektif atau dapat saja terjadi kesenjangan
antara maksud pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan
sudut pandang, budaya, bahasa dan lainnya sehingga usia yang relatif lebih
muda dan dengan pengalaman yang masih terbatas akan berefek terhadap
2010). Perubahan diharapkan menuju ke arah yang sesuai dengan konsep dan
9,1% cukup dan 9,1% masih kurang dalam melaksanakan komunikasi SBAR,
maka dari itu diharapkan kepada kepala bidang keperawatan, kepala ruangan
sehingga kesalahan dalam komunikasi yang berakibatkan fatal pada pasien tidak
terjadi.
melaksanakan role play selama beberapa hari dari tanggal 19-25 April 2021. Dari
hasil observasi setelah dilakukan role play beberapa hari didapatkan pelaksanaan
Komunikasi SBAR dalam kegiatan timbang terima meningkat dari sebelumnya
dilakukan oleh Kesten (2011) bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara
dengan pemberian teori ditambah role play karena dengan pemnberian teori ditambah
a. Diseminasi
Kegiatan mulai dilakukan pada tanggal 19 April 2021 di ruang rawat
inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok pukul 08.00 WIB. Kegiatan
dihadiri oleh kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang THT/Mata /
Neurologi / Jantung. Pemaparan materi tentang pelaksanaan timbang
terima secara SBAR disampaikan oleh mahasiswa Universitas Dharmas
Indonesia. Materi yang disampaikan mencakup pengertian SBAR, waktu
pelaksanaan SBAR, individu yang dalam pelaksanaan timbang terima
secara SBAR serta teknik pelaksanaan timbang terima secara SBAR
dengan baik, benar dan efektif sesuai prosedur.
b. Role Play
Role play tentang pelaksanaan timbang terima secara SBAR awalnya
dilaksanakan dengan setingan teatrikal yang dimainkan di hadapan para
peserta desiminasi ilmu pada waktu dan tempat yang sama dengan
kegiatan desiminasi ilmu tentang pelaksanaan timbang terima secara
SBAR. Dengan memainkan peran dalam teatrikal tersebut yaitu semua
mahasiswa kelompok manajemen di ruangan THT/Mata RSUD M.Natsir
Solok. Selanjutnya role play tentang pelaksanaan timbang terima secara
SBAR dilaksanakan setiap harinya di ruangan THT.Mata / Neurologi
yaitu mulai tanggal 19 - 25 April 2021, dimana setiap harinya ada
mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim serta perawat
pelaksana. Masing-masing mahasiswa berperan sesuai dengan peran yang
dimainkannya termasuk melakukan pelaksanaan timbang terima secara
SBAR setiap harinya. Diamana sebelumnya kelompok manajemen
mahasiswa Universitas Dharmas Indonesia pada minggu pertama telah
melakukan obsevasi mengenai bagaimana pelaksanaan kegiatan timbang
terima di ruangan THT/Mata dan Pada minggu kedua langsung dengan
melaksanakan simulasi bermain peran di depan semua staf perawat di
ruang inap THT/Mata. Pada minggu ketiga langsung melaksanakan
penerapan mengenai kegiatan timbang terima secara komunikasi SBAR
dengan baik, benar dan efektif langsung di depan semua staf keperawatan
di ruang inap THT/Mata/ Neurologi.
2) Evaluasi
Belum efektifnya pelaksanaan timbang terima secara SBAR di ruang
inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Tetapi setelah dilakukan desimasi
ilmu timang terima secara SBAR dilakukan walaupun belum efektif
dikarenakan masih penyesuaian dengan metode baru dan karu lebih aktif
dalam menerapkan SBAR sesuai SOP di ruang ianap THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok.
b. Role Play
Role play tentang pelaksanaan timbang terima yang tujuan akhirnya
nanti ialah tercapainya pelaksanaan ronde keperawatan yang sesuai dengan
ketetapan dan SOP nya, pelaksanaan kegiatan awalnya dilaksanakan
dengan setingan teatrikal yang dimainkan di hadapan para peserta
desiminasi ilmu pada waktu dan tempat yang sama dengan kegiatan
desiminasi ilmu tentang pelaksanaan timbang terima. Dengan memainkan
peran dalam teatrikal tersebut yaitu semua mahasiswa kelompok
manajemen di ruangan THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Selanjutnya role
play tentang pelaksanaan timbang terima dilaksanakan setiap harinya di
ruangan THT.Mata / Neurologi yaitu mulai tanggal 19 - 25 April 2021,
dimana setiap harinya ada mahasiswa yang berperan sebagai kepala
ruangan, ketua tim serta perawat pelaksana. Masing-masing mahasiswa
berperan sesuai dengan peran yang dimainkannya termasuk melakukan
pelaksanaan timbang terima secara SBAR setiap harinya. Diamana
sebelumnya kelompok manajemen mahasiswa Universitas Dharmas
Indonesia pada minggu pertama telah melakukan obsevasi mengenai
bagaimana pelaksanaan kegiatan timbang terima di ruangan THT/Mata dan
Pada minggu kedua langsung dengan melaksanakan simulasi bermain
peran di depan semua staf perawat di ruang inap THT/Mata. Pada minggu
ketiga langsung melaksanakan penerapan mengenai kegiatan timbang
terima (Ronde keperawatan) dengan baik, benar dan sesuai dengan
ketetapan atau SOP langsung di depan semua staf keperawatan di ruang
inap THT/Mata/ Neurologi.
2) Evaluasi
Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima (ronde keperawatan) di
ruang inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Tetapi setelah dilakukan
desimasi ilmu timang terima dilakukan walaupun belum efektif dikarenakan
masih penyesuaian dengan metode baru dan karu lebih aktif dalam
menerapkan SBAR sesuai SOP di ruang ianap THT/Mata RSUD M.Natsir
Solok.
3) Rencana Tindak Lanjut
Agar lebih efektifnya pelaksanaan timbang terima (ronde keperawatan)
diruangan, sehingga meningkatnya mutu pelayanan maka dijadikan format
khusus timbang terima yang ditetapkan oleh ruangan THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok.
B. EVALUASI
Setelah dilakukan kegiatan desimasi dan Role Play tentang belum optimalnya
pelaksanaan timbang terima dengan metode komunikasi efektif secara SBAR di
ruang inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok, hasil evaluasi yang diperoleh melalui
observasi yaitu pelaksanaan overan secara SBAR di ruang THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok sudah mulai diupayakan penerapannya meskipun belum efektif.
Penerapan SBAR ini belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan
perawat lebih terfokus pada terapi medis.
Forum khusus untuk membahas hasil asuhan yang telah dilakukan, pelaporan
hasil tindakan yang telah dilakukan oleh PP dan penyampaian kesulitan yang
ditemui oleh PP selama mengimplementasikan rencana perawatan dan pemberian
solusi oleh Katim pada PP atas masalah yang ditemui PP tampak belum diadakan
secara rutin. Dari hasil observasi, sebelum adanya desimasi ilmu kepada 22 orang
perawat hanya 7 orang (32%) yang
terpapar dengan metode SBAR dengan baik, 12 orang (55%) perawat cukup
terpapar dengan metode SBAR, dan 3 orang (14%) perawat kurang terpapar dengan
metode SBAR. Namun, setelah dilakukannya role play dan desiminasi ilmu 18
orang (81%) dari 22 orang perawat sudah menggunakan metode SBAR dengan
baik, pelaksanaan penerapan metode SBAR sesuai dengan standar sudah dilakukan
di ruangan THT/Mata. Dan selebihnya 2 orang (9%) perawat masih kurang terpapar
dengan motoe SBAR dan ada 2 orang (9%) perawat masih cukup terpapar dalam
pelaksaan metode komunikasi SBAR di ruang inap THT/Mata dalam terpenuhi dan
tercapainya MAKP (Model asuhan keperawatan professional) yang baik dan efektif
di ruang inap THT/Mata.
Setelah dilakukan kegiatan desimasi dan Role Play tentang belum sesuainya
pelaksanaan timbang terima pada setiap pergantian shift dinas di ruang inap
THT/Mata RSUD M.Natsir Solok, hasil evaluasi yang diperoleh melalui observasi
yaitu pelaksanaan timbang terima pada setiap pergantian shift dinas di ruang
THT/Mata RSUD M.Natsir Solok sudah mulai diupayakan penerapannya meskipun
belum efektif dan belum sesuai. Penerapan tibang terima yang sesuai dan benar ini
belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan perawat berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi dan pengetahuan yaitu tentang cara dan
metode bagaimana melakukan pelaksanaan tibang terima yang sesuai dan benar
pada setiap pergantian shif di ruang inap THT/Mata.
Forum khusus untuk membahas hasil asuhan yang telah dilakukan, pelaporan
hasil tindakan yang telah dilakukan oleh PP dan penyampaian kesulitan yang
ditemui oleh PP selama mengimplementasikan rencana perawatan dan pemberian
solusi oleh Katim pada PP atas masalah yang ditemui PP tampak belum diadakan
secara rutin. Dari hasil observasi, sebelum adanya desimasi ilmu kepada 22 orang
perawat hanya 7 orang (32%) perawat yang sesuai melakukan pelaksaan kegitan
timbang terima di ruangan, dan 12 orang (68%) perawat tidak sesuai dalam
melaksanakan kegiatan timbang terima yang benar di ruang inap. Namun, setelah
dilakukannya role play dan desiminasi ilmu, 20 orang (90%) sudah sesuai dalam
melakukan pelaksanaan timbang terima (ronde keperawatan) dengan baik dan benar
pada setiap pergantian shif dinas sesuai dengan standar sudah dilakukan di ruangan
THT/Mata. Dan selebihnya 2 orang (9%) perawat masih belum sesuai dalam
melakukan pelaksanaan kegiatan timbang terima (ronde keperawatan) di ruang inap
THT/Mata.
Pre Implementasi Post Implementasi Target Pencapaian Target
Pelaksanaan timbang Pelaksanaan post Dilaksanakann Sudah tercapai
terima (ronde timbang terima, ya timbang
keperawatan), setelah terima yang
sebelum adanya dilakukannya role sesuai dan
desiminasi ilmu play dan benar
kepada 22 orang desiminasi ilmu (90%)
perawat hanya 7 kepada 22 orang
(32%) orang yang perawat dan di
sesuai dalam dapatkan 20 orang
melaksanakan (90%) perawat
penerapan timbang sudah sesuai dalam
terima yang benar, pelaksanaan
dan 15 orang (68%) penerapan kegiatan
perawat tidak sesuai timbang terima,
dalam melakukan dan 2 (9%) orang
penerapan timbang perawat masih
terima di ruang inap belum sesuai
THT/Mata dalam
melaksanakan
penerapan kegiatan
timbang terima
(ronde
keperawatan) di
ruang inap
THT/Mata
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa masalah diperoleh 3 masalah terkait manajemen
di ruangan rawat inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok, setelah dilakukan Diseminasi
masalah yang diangkat dan ditindak lanjuti ada 3 antara lain :
a. Belum sesuainya pelaksanaan MAKP di ruangan THT/Mata RSUD M. Natsir Solok
b. Belum efektif pelaksanaan timbang terima secara komunikasi SBAR di ruang
THT/Mata RSUD M. Natsir Solok
c. Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan THT/Mata RSUD M. Natsir
Solok
2. Tindak lanjut untuk ketiga masalah yang telah ditetapkan dalam Diseminasi antara lain :
a. Diseminasi ilmu tentang pelaksanaan MAKP di ruang inap
b. Diseminasi Ilmu tentang pelaksanaan timbang terima secara SBAR.
c. Pemberian format SBAR
d. Role Play tentang timbang terima secara SBAR dalam pelaksaan MAKP.
e. Diseminasi ilmu tentang timbang terima yang sesuai standar
f. Role Play tentang pelaksanaan penerapan timbang terima yang sesuai standar
3. Setelah dilakukan implementasi selama 6 hari hasil evaluasi yang diperoleh antara lain :
a. Target untuk masalah “Belum sesuainya pelaksanaan MAKP di ruangan dan Target
untuk masalah “Belum efektifnya pelaksanaan metode komunikasi secara komunikasi
SBAR” : Dilaksanakan ketika malakukan penerapan timbang terima secara komunikasi
SBAR (tercapai 80%).
b. Target untuk masalah ” Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan
RSUD M.Natsir solok : Dilaksanakan penerapan pelaksanaan kegiatan timang terima
yang sesuai dengan standar (tercapai 90%).
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit lebih memperhatikan koordinasi dengan
kepala-kepala ruangan tentang kebijakan-kebijakan yang mendukung untuk
terlaksananya metode pemberian asuhan keperawatan professional yang diterapkan
di ruangan rawat inap. agar terpenuhinya dan tercapainya asuhan keperawatan yang
terstruktur dan sesaui dengan standar baku.Selain itu pastikan staf ruangan
mendapatkan penghargaan atau reward yang sesuai agar meningkatkan motivasi
kerja perawat.
2. Bagi Ruang Rawat Inap
Tingkatkan motivasi pada staf untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi dan motivasi mereka untuk ikut seminar dan pelatihan-pelatihan untuk
mengupdate ilmu salah satunya penerapan pelaksanaan timbang terima dengan
menggunakan metode komunikasi efektif secara SBAR, serta pelaksanaan timbang
terima (ronde keperawatan) yang sesuai dengan standar baku. Jalin komunikasi yang
persuasive agar perawat diruangan mau melakukan perubahan.
3. Bagi Perawat
Diharakan perawat yang berada diruang rawat inap THT/Mata untuk
meningkatkan penerapan metode komunikasi efektif secara SBAR, serta
melaksanakan kegiatam timbang teria (ronde keperawatan) yang baik dan sesuai
dengan standar baku atau sesuai SOP.
4. Bagi Mahasiswa
Saat melakukan praktek manajemen keperawatan pastikan melakukan
pengkajian masalah manajemen secara lebih komprehensif. Dan jalin komunikasi
efektif dengan semua staf diruangan agar dapat optimal dalam melakukan perbaikan
manajerial diruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Media.
Afrizal. (2016). Analisis Fungsi Kepala Ruang Menurut Perspektif Staf Keperawatan
Di RSJD
Achmad et all. (2011). Fungsi Pengarahan Kepala Ruang dan Ketua Tim
Profil RSUD M.Natsir Solok. (2016). Daftar Data Penyakit. Solok: RSUD M.Natsir
LAMPIRAN
PRE IMPLEMENTASI PADA TGL 9-12 April 2021
PRE IMPLEMENTASI
Frequency Table
KOMUNIKASI SBAR
TIMBANG TERIMA
Frequency Table
KOMUNIKASI SBAR
TIMBANG TERIMA
TIDAK
Valid 2 9.1 9.1 100.0
SESUAI
MINGGU 2
MINGGU 3
MINGGU 4