Anda di halaman 1dari 101

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

“EFEKTIVITAS METODE KOMUNIKASI SBAR DALAM PENERAPAN


PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA (RONDE KEPERAWATAN)
DI RUANG INAP THT / MATA DI RSUD M. NATSIR
SOLOK PADA TAHUN 2021”

OLEH :

1. JEYSRI RAHMI, S. Kep (2001031003)


2. WIDIA ELMIATI, S.Kep (2001031009)
3. NIA RETMIYANTI, S. Kep (2001031004)
4. PARZAN LIPARTA, S. Kep (2001031005)
5. ANJASMORO SAPUTRO, S. Kep (2001031002)
6. AKTOMI HADIWIJAYA, S. Kep (2001031001)
7. PUJI WAHYUDI, S.Kep (2001031008)
8. PONI YULIANTARI, S.Kep (2001031006)
9. RESI WAHYUNI, S.Kep (2001031007)
10. ILHAM TRINOVIALQI, S.Kep (2001310010)
11. NILA OKTARIANI, S.Kep (2001310011)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Stase Manajemen Keperawatan ini dengan judul “Pelaksanaan Komunikasi SBAR

Dalam Kegiatan Timbang Terima (Ronde Keperawatan) di Ruang Inap THT / Mata

di RSUD M.Natsir Solok Pada Tahun 2021” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ners Keperawatan dan menyelesaikan stase yang ada. Dalam

penulisan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan

sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat terselesaikan :

1. Bunda Ns. Indra Yeni, S.Kep selaku CI Pembimbing Klinik di Ruang Inap THT /

Mata di RSUD M. Natsir Solok

2. Ibu Ns. Astuti Ardi Putri, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners di

Universitas Dharmas Indonesia

3. Bapak Ns. Muhammad Chandra, M.Kep selaku CI Pembimbing Akademik I

Program Studi Profesi Ners Universitas Dharmas Indonesia

4. Bapak Ns. Chandra Syah Putra, M.Kep selaku CI Pembimbing Akademik II

Program Studi Profesi Ners Universitas Dharmas Indonesia

5. Serta kepada semua uni dan abang di ruang inap THT/ Mata RUD M. Natsir

Solok
6. Kepada semua teman – teman seangkatan program studi profesi Ners

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan. Hal ini bukan lah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan

ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan tanggapan,

kritikan dan saran yang bersifat membangun dari smua pihak demi kesempurnaan

Laporan Stase Manajemen Keperawatan.

Akhir kata penulis berharap Laporan Stase Manajemen Keperawatan ini

bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya,

serta penulis mendo’akan semoga segala bantuan yang telah di berikan,

mendapatkan balasan dari Allah SWT A a m i i n y r b .

Solok, April 2021

Mahasiswa Profesi Ners


Universitas Dharmas Indonesia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................


DAFTAR ISI ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................
1.4 Manfaat .........................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Konsep Manajemen Keperawatan ..................................................
2.2 Konsep MAKP ...............................................................................
2.3 Konsep Komunikasi SBAR ............................................................
2.4 Konsep Timbang Terima ................................................................

BAB III ANALISA SITUASI RUANGAN MANAJEMEN KPERAWATAN

3.1 Profil Ruangan Rawat Inap ............................................................


3.2 Analisa Data dan Perencanaan ........................................................

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Kasus ....................
4.2 Analisa Intervensi ..........................................................................
4.3 Alternatif pemecahan Masalah .......................................................

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


5.1 Implementasi ..............................................................................
5.2 Evaluasi ......................................................................................
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................
6.2 Saran ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan kegiatan pemberian asuhan kepada individu,

keluarga, kelompok baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Pelayanan

keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan

pada ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat dalam

keadaan sehat maupun sakit (Infodatin, 2017).

World Health Organization (WHO) menyatakan, rumah sakit adalah institusi

perawatan kesehatan yang memiliki staf medis professional yang terorganisir,

memiliki fasilitas rawat inap, dan memberikan layanan 24 jam. Menyediakan

pelayanan komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat (WHO, 2017).

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi, yang mencakup kegiatan POAC

(Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Serta kegiatan koordinasi dan

supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen

keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan

pelayanan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen keperawatan

sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan

keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang

(Nursalam, 2014).
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional

dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan 4 fungsi manajemen yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Keempat fungsi

tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis,

hubungan antara manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan

keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Adanya

alasan tersebut manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam

pengembangan keperawatan dimasa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntunan

profesi dan tuntunan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan

memerlukan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang

terjadi (Nursalam, 2014).

World Health Organization (WHO) menyatakan, rumah sakit adalah

institusi perawatan kesehatan yang memiliki staf medis profesional yang

terorganisir, memiliki fasilitas rawat inap, dan memberikan layanan 24 jam.

Menyediakan pelayanan komprehensif, penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat (WHO, 2017).

Undang - Undang No. 44 Tahun 2009, mendefinisikan rumah sakit

sebagai institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara menyeluruh dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan

kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat mencakup pelayanan

medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan

(Septiari, 2012).
Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan

praktik keperawatan langsung pada klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan

yang pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti

praktik keperawatan. Dalam melaksanakan tugasnya perawat memberi asuhan

keperawatan yang terbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan ada

beberapa metode salah satunya metode Tim. Metode Tim di terapkan dengan

menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat

professional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan

kepada kelompok pasien (Kuntoro, agus 2010).

Tujuan proses keperawatan secara umum untuk membuat suatu kerangka

konsep berdasarkan kebutuhan individu dari pasien, keluarga, dan masyarakat

dapat terpenuhi. Proses keperawatan juga ditujukan untuk memenuhi tujuan asuhan

keperawatan, yaitu untuk mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang optimal,

jika kesehatan yang optimal tidak tercapai, proses keperawatan harus dapat

memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan keadaannya untuk

mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Nursalam, 2012).

Komunikasi dalam praktek keperawatan professional merupakan unsur

utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai

hasil yang optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi adalah bagian dari

strategi koordinasi yang berlaku dalam pengaturan pelayanan di rumah sakit

khususnya pada unit keperawatan. Komunikasi terhadap berbagai informasi

mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan dirumah sakit merupakan

komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Suhriana, 2012).


Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau informasi

seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya berupa kata

kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti

ekpresi wajah, intonasi. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang

harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan

kemampuan untuk memeriksa bahwa pasien telah diterima dengan benar. Pelaksanaan

komunikasi yang efektif bagi perawat, dimulai dari elemen terkecil dalam organisasi

yaitu pada tingkat "FirstLine Manager" (kepala ruangan), karena produktifitas (jasa)

berada langsung ditangan individu- individu dalam kerja tim. Namun demikian

komitmen dan dukungan pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap menjadi kunci

utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen tersebut dalam

menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk meningkat kan kinerja

dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat prestasi Melalui indikator kinerja klinis

akan menyentuh langsung faktor faktor yang menunjukkan indikasi-indikasi obyektif

terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang perawat, sejauh mana fungsi dan tugas yang

dilakukan memenuhi standar yang ditentukan (Putra CS, 2016).

Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat berfungsi

sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Jurnal ini

menunjukkan bahwa SBAR dapat membantu dalam pengembangan skema yang

memungkinkan membuat keputusan yang cepat oleh perawat. Komunikasi SBAR

adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi

sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efesien. Komunikasi

dengan menggunakan alat terstruktur SBAR (Situation, Background, Assesement,

Recomendation) untuk mencapai ketrampilan berfikir kritis dan menghemat waktu.


Komunikasi yang efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami

oleh pasien akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan

pasien (NHS, 2012).

Kemampuan berkomunikasi dapat dilihat dari kualitas timbang terima atau

disebut dengan post conference dan operan setiap pergantian shift. Post conference

merupakan kegiatan diskusi yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana

mengenai kegiatan selama shift sebelum dilakukan operan shift berikutnya.

Kegiatan post conference sangat diperlukan dalam pemberian pelayanan

keperawatan karena ketua tim dan anggotanya harus mampu mendiskusikan

pengalaman klinik yang baru dilakukan, menganalisis, mengklarifikasi keterkaitan

antara masalah dengan situasi yang ada, mengidentifikasi masalah, menyampaikan

dan membangun sistem pendukung antar perawat dalam bentuk diskusi formal dan

professional. Proses diskusi pada post conference dapat menghasilkan strategi yang

efektif dan mengasah kemampuan berfikir kritis untuk merencanakan kegiatan pada

pelayanan keperawatan selanjutnya agar dapat berkesinambungan (Keliat, 2012).

Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan

kegiatan konsultasi. Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien, sementara Post Conference adalah

diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien (Syah Putra C, 2016 ).

Menurut Modul MPKP (2006), Pre conference adalah komunikasi katim

dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift

tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang

dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi
preconference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan

rencana dari katim dan PJ tim. Sedangkan Post conference adalah komunikasi

katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum

operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan

dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan rawat inap THT/Mata

dan hasil observasi langsung pada tanggal 09-12 April 2021 yang dilakukan oleh

Mahasiswa Profesi Ners Universitas Dharmas Indonesia yang sedang melakukan

praktek Stase Manajemen Keperawatan di Ruangan rawat inap THT/Mata di

RSUD M.Natsir Solok. Ditemukan bahwa dalam penerapan pelayanan manajemen

keperawatan dalam pelaksanakan komunikasi SBAR belum berjalan optimal, dan

dalam metode komunikasi SBAR yang digunakan oleh perawat saat melaksanakan

timbang terima (handover) pada pergantian shift di rawat inap THT/Mata RSUD

M.Natsir Solok menunjukkan kemampuan masing-masing perawat dalam

menggunakan metode komunikasi SBAR berbeda, khususnya dalam menerapkan

manajemen keperawatan seperti pre dan post conference dilakukan belum

maksimal, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: usia, pendidikan,

pengalaman, masa kerja dan lainnya. kegiatan pre dan post conference tidak

dilakukan pada saat sebelum dan sesudah operan shift, tetapi operan tetap di

lakukan setiap pergantian shift. Sedangkan dalam melakukan operan shift banyak

hal – hal yang perlu di sampaikan melalui pre dan post conference yang sifatnya

berkesinambungan.
Hal ini dikarenakan selama masa pandemi ruangan rawat inap THT/Mata

sejak bulan Januari Tahun 2021 telah bergabung dengan ruangan rawat inap

Neurologi dan rawat inap Jantung, menyebabkan rawat inap THT/Mata masih

dalam masa penyesuaian dengan ruangan baru serta perawat sibuk melakukan

pekerjaan, waktu terlalu singkat dan takut terlambat untuk pulang. Sehingga

informasi tentang asuhan keperawatan pasien yang disampaikan kurang optimal.

Implementasi praktik Profesi Ners Universitas Dharmas Indonesia dalam Stase

Manajemen Keperawatan di RSUD M.Natsir Solok Ruangan Rawat Inap THT/Mata

menggunakan strategi yang mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing,

Actuating, Controlling). Strategi ini dilakukan dengan melibatkan perawat ruangan

secara aktif dalam menyelesaikan masalah dan hambatan yang terjadi di ruangan

tersebut. Maka dalam hal ini mahasiswa/i melakukan praktik keperawatan profesi

manajemen di ruang THT/Mata terdiri dari beberapa tahap yaitu pengkajian,

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan evaluasi. Mahasiswa/i juga melakukan

role play dan berperan sebagai Kepala Ruangan, Ka. Tim dan Perawat Pelaksana.

2.2 Tujuan Penulisan

2.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam

aplikasi prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan manajemen

asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan diruang rawat inap

THT/Mata Di RSUD M.Natsir Solok.


2.2.2 Tujuan Khusus

Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa diharapkan

mampu untuk :

a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip manajemen

keperawatan yang terdapat di ruang rawat inap THT/Mata Di RSUD M.

Natsir Solok.

b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik

manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.

c. Mengaplikasikan model keperawatan modular dengan cara bermain peran

(Role play) atau beperan sebagai Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat

Pelaksana di ruangan rawat inap THT/Mata Di RSUD M.Natsir Solok.

d. Memudahkan perawat yang ada di ruangan rawat inap THT/Mata Di RSUD

M.Natsir Solok dalam mengatasi masalah yang terkait dengan manajemen

keperawatan

3.1 Manfaat Penulisan

Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan akan

memberikan manfaat kepada :

a. Mahasiswa

1) Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip

manajemen keperawatan di lapangan.

2) Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal penerapan

manajemen keperawatan.
b. Perawat

1) Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek berlangsung

di ruang rawat inap THT/Mata Di RSUD M.Natsir Solok

2) Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen pelayanandan

manajemen asuhan keperawatan melalui bermain peran oleh mahasiswa

(role play) beperan sebagai Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat

Pelaksana serta penyegaran yang diberikan sesuai dengan masalah yang

ditemukan.

c. Rumah Sakit

Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan

masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial

pelayanan rumah sakit.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN


2.1.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalani suatu kegiatan diorganisasi sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan secara professional (Nursalam, 2014).
Manajeman adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Menurut P.Siagian (2012) manajemen berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.
Sedangkan Lian g.Lie (2013) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu
ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol
dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Menurut Suyanto (2008), Manajemen keperawatan diartikan secara
singkat sebagi proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa
aman kepada pasien/ keluarga/ masyarakat.Manajemen keperawatan adalah
perencanaan. Perencanaan adalah yang utama untuk seluruh aktivitas yang
lain atau fungsi-fungsi dari manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran
atau konsep nyata yang sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun
banyak orang dalam perawatan menggunakan perencanaan secara informal,
tanggung jawab dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak
dilaksanakan (Swansburg, 2012).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan dirasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat (Nursalam, 2015). Kita ketahui disini bahwa manajemen
keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber-sember yang ada, baik sumber daya
maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan
dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia/kepegawaian,
pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan.

2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen Keperawatan


Menurut Nursalam (2015) pembagian fungsi–fungsi manajemen ini
tujuannya adalah supaya sistematika urutan pembahasan lebih teratur, agar
analisis pembahasan lebih mudah dan lebih mendalam. Dan untuk
menjadikan pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer.
Perlengkapan fungsi–fungsi manajemen diakui oleh para ahli
berbeda. Namun kenyataannya itu tidaklah manjadi permasalahannya
terhadap proses pencapaian tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
Dalam penelitian ini penulis mengambil fungsi–fungsi manajemen yaitu
yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, staffing/
ketenagakerjaan, pengarahan dan pengendalian mutu (Candra Syah Putra,
2016)
a. Perencanaan (Planning)
Pada proses perencanaan, menentukan visi, misi, tujuan ,
kebijakan, prosedur dan peraturan-peraturan dalam pelayanan
keperawatan, kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek,
jangka panjang serta mengatur menentukan jumlah biaya dan mengatur
adanya perubahan berencana.
Keberhasilan suatu perusahaan sangat di tentukan oleh pelaksanaan
manajemen yang baik dalam istilah manajemen tersebut sangatlah
membutuhkann suatu perencanaan.perencanaan adalah tugas manajer
dimulai dengan menetapkan tujuan dan kemudian mengatur strategi,
kebijakan, dan metode utnuk mencapapainya. Dengan perencanaan
manajer menetapkan tindakan, cara, waktu, pelaksana yang akan
melaksanakan rencana. Perencanaan membantu perusahaan
meningkatkan posisi kompetitif perusahaan,
Perencanaan tersebut tentu saja bukan suatu peristiwa tanggal
dengan awal dan akhir yang serba jelas. Perencanaan itu malah
merupakan suatu proses yang terus berlanjut yang mencerminkan dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan baik dalam lingkungan
langsung maupun lingkungan kekuatan tidak langsung. Untuk tetap
berada dipuncak suatu perusahaan harus mengevaluasi kendali rencana-
rencananya dan menetapkan suatu jalan ke masa yang akan datang.Hal
ini sesuai dengan pendapat G.R Terry (2012) yang mengemukakan
bahwa: perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta-fakta
dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Tanpa adanya perencanaan berarti semua orang yang berada di
dalam suatu organisasi bekerja secara acak dan kurang teratur serta tidak
mempunyai standar yang jelas. Proses awal perencanaan dimulai dari
penetapan tujuan kemudian merici berbagai cara. Teknik dan tujuan
yang telah di rumuskan dapat dicapai sepenuhnya dan semakin jauh
pencapaian tujuan dari yang direncanakan berarti tujuan efektif.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasikan,
bekerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2006).
Pengorganisasian adalah tahap berikutnya setelah planning.Untuk itu
manajer perlu memperhatikan konsep-konsep organisasi serta
wewenang-wewenang yang dapat di delegasikan

atau tidak.Dari proses pengorganisasian ini akan di peroleh stuktur


organisasi, untuk itu perlu pula dikemukakan bentuk–bentuk organisasi
serta kelebihan dan kelemahan setiap bentuk organisasi. Tugas
pengorganisasian adalah mengharmoniskan suatu kelompok orang-orang
yang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan dan
memanfaatkan kemampuan kesemuanya ke suatu arah tertentu.
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang–orang. Sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien dengan demikian memperoleh
kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu.Pengorganisasian adalah sebagai suatu
proses di mana pekerjaan yang ada dalam komponen- komponen yang
dapat ditangani dan aktifitas mengkoordinasi hal-hal yang dapat dicapai
untuk mencapai tujuan pengorganisasian yaitu mempermudah
pelaksanaan tugas, mempermudah pimpinan melakukan pengendalian,
agar kegiatan bawahan terarah ke satu tujuan yang telah ditentukan dan
dapat menentukan orang-orang yang tepat untuk tugas-tugas yang ada
(Candra Syah Putra, 2016).
Jadi dalam uraian di atas terjadi suatu proses pembagian kerja yang
kemudian hasilnya dikoordinasikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Seorang manajer harus dapat menempatkan setiap pekerjaan sesuai
dengan kecakapan yang dimiliki sehingga pencapaian tujuan dapat lebih
efektif dan efisian.

c. Staffing / Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan kumpulan sekelompok orang-orang
untuk mewujudkan tujuan (Gillies, 1996). Pada dasarnya semua metode
ataupun formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga
keperawatan dirumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang
bersangkutan. Semua kegiatan penyusunan kepegawaian oleh manajer
perawat adalah untuk menempatkan karyawan ke masing-masing unit
keperawatan dengan jumlah yang sesuai di setiap kategori pekerja untuk
melakukan tugas keperawatan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan dan memberikan kenyamanan kepada pasien didalam setiap
unit. Tujuan dari staffing adalah untuk mendayagunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan
pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi kepuasan pengguna jasa.
Jenis metode penugasan dalam ruang keperawatan adalah cara
untuk membagi pekerjaan yang ada disuatu unit perawatan yang terdiri
dari metode fungsional, metode tim, metode utama dan metode modular.
d. Pengarahan/ Directing
Pengarahan meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi
adanya konflik, pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk
kolaborasi. Tujuan dari pengarahan diantaranya menciptakan kerjasama
yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staff,
menumbuhkan rasa memiliki dan meyukai pekerjaan, mengusahakan
suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staff dan membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
e. Pengendalian/Pengawasan (Controling)
Controling merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat
tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan
waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.Pengendalian meliputi pelaksanaan penilaian kinerja
staf, pertanggung jawaban, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal
dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.
Aktivitas pengendalian merupakan proses untuk menjamin bahwa
tujuan perusahaan akan tercapai. Pengendalian pada hakekatnya
merupakan usaha memberikan petunjuk para pelaksana agar mereka
selalu bertindak sesuai dengan rencana.
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap
pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat diselenggarakan.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan pengendalian
di harapkan agar para pelaksana membatasi tindakan- tindakan mencapai
tujuan sedemikian rupa sehingga tidak begitu menyimpang dari yang
diperbolehkan. Pengendalian menjadi siklus fungsi manajemen lengkap
dan membawa organisasi ke perencanaan.Makin jelas, lengkap dan
terkoordinir.
Pengendalian sendiri berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan
kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi karena :
a) Pengendalian terlebih dahulu harus di rencanakan.
b) Pengendalian dapat dilakukan apabila ada rencana.
c) Pelaksanaan rencana akan baik apabila pengendalian dilakukan
dengan baik.
d) Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak, baru
setelah penilaian/pengendalian dilakukan.
e) Pengendalian (Evaluasi), merupakan proses pengukuran dan
perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.

Hakekat penilaian merupakan fase tertentu sebelum kegiatan


dan setelah selesai kegiatan sebagai korektif dan pengobatan
ditunjukkan pada fungsi organik administrasi manajemen.
Pengawasan langsung, merupakan pengawasan yang
dilakukan sendiri secara langsung oleh manajer.Manajer malakukan
pemeriksaan pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mengatahui
apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai dengan yang
dikehendaki. Pengendalian langsung ini dapat dikemukakan dengan
cara inspeksi langsung, observasi di tempat (on the spot
observation) dan laporan di tempat (on the spot report).
Pengawasan tidak langsung, merupakan pengawasan jarak
jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh
bawahan.Laporan ini dapat lisan maupun tulisan tentang
pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasilnya.Sedangkan pengawasan
berdasarkan kekecualian adalah pengendalian yang dikhususkan
untuk kesalahan–kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar
yang diharapkan. Pengendalian ini dilakukan dengan cara kombinasi
langsung dan tidak langsung oleh manajer.
2.1.3 Lingkup Manajemen Keperawatan
Mempertahankan kesehatan telah menjadi industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian
menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang yang memberikan
pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan
menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan
sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdpat
didalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.Manajer keperawatan
yang efektif seharusnya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan
perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi:
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa

c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang


dilaksanakan oleh perawat
d. Menerima akuntabilitas untuk hasil-jasil keperawatan
e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinsiasi oleh manejer
keperawan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatandengan
melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka
lingkup manejer keperawatan terdiri dari :
a. Manajer operasional
Pelayanan keperawatan di RS dikelola oleh bidang keperawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu :
1) Manajemen puncak
2) Manajemen menengah
3) Manajemen bawah
b. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan
yang menggunakan konsep-konsep manajemen didalamnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau
evaluasi.
Persyaratan ruangan menjalankan MPKP
Syarat-syarat ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
1) Memiliki fasilitas perawatan yang memadai
2) Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang
ada
3) Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi
4) Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan
primer

2.2 MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

2.2.1 Definisi Model Asuhan Keperawatan Profesional

Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem


(struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996 dalam Hamid, 2001).

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat ditentukan


pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Mc. Laughin,
Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah
Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer (Marquis & Huston, 2013).

Setiap jenis model dasar pengelolaan asuhan keperawatan telah mengalami


banyak modifikasi sehingga mengahasilkan isitilah baru, saat ini keperawatan
primer sering disebut sebagai model praktik profesional dan keperawatan tim
sering disebut mitra dalam asuhan atau mitra layanan pasien dan berbagai nama
serupa lainnya (Burns dalam Marquis & Huston, 2013). Lima model utama
pengelolaan asuhan keperawatan untuk pemberian asuhan pasien adalah (1)
asuhan pasien total, (2) keperawatan professional, (3) tim dan keperawatan
modular, (4) keperawatan primer dan (5) manajemen kasus.
Pemilihan model pengelolaan pemberian asuhan pasien yang paling tepat
untuk setiap unit atau organiasi bergantung (Marquis & Huston 2013) pada:

a. Keterampilan dan keahlian staf

b. Ketersediaan perawat professional yang terdaftar

c. Sumber daya ekonomi dari organisasi

d. Keakutan pasien

e. Kerumitan tugas yang harus diselesaikan

Setiap perubahan akan berdampak terhadap stress, maka perlu


mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam,
2015) yaitu:

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.

b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.

d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

e. Kepuasan kinerja perawat.

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim


kesehatan lainnya.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP

a. Kualitas pelayanan keperawatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara


mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
a) Meningkatkan asuhan keperawatn kepada pasien

b) Menghasilkan keuntungan

c) Mempertahankan eksistensi institusi

d) Meningkatkan kepuasan kerja


e) Meningkatkan kepercayaan konsumen

f) Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar

b. Standar Praktik

Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh DEPKES RI


terdiri atas beberapa standar yaitu:
a) Menghargai hak-hak pasien.

b) Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit.

c) Observasi keadaan pasien.

d) Pemenuhan kebutuhan nutrisi.

e) Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif.

f) Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif.

g) Pendidikan kepada pasien dan keluarga.

h) Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

2.2.3 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP)


Ada Empat metode pemberian asuhan keperawatan professional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi trend
keperawatan (Nursalam, 2015).

a. Metode Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan


asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis
intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kepala Ruangan

Perawat Perawat Perawat Perawat


pengobatan merawat pengobatan merawat
luka luka

Pasien

Kelebihan :

1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas


yang jelas dan pengawasan yang baik.
2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.

3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,


sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau
beul m berpengalaman.

Kelemahan :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan


proses keperawatan.
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan ketrampilan saja.

b. Metode Perawatan Tim

Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat


profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif & kolaboratif (Douglas, 1992)
Tujuan Metode Tim :

1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif

2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar

3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Konsep Metode Tim :

1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan


berbagai teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik jika didukung oleh kepala ruang.

Kepala ruangan

Katim A Katim B

Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Kelebihan :

1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah


diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :

1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk


konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung
untuk bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim
kabur
c. Metode Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab


penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :

1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat

2) Ada otonomi

3) Ketertiban pasien dan keluarga

Kepala
Dokter Sarana rumah
ruangan
sakit

Perawat primer

Pasien/keluarga

Perawat Perawat Perawat


pelaksana pelaksana pelaksana jika
sore malam dibutuhkan
dipagi hari
Kelebihannya :

1) Model praktek profesional

2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap


hasil dan memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya

Kelemahannya :

1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman


dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, akontable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar

d. Metode Kasus

Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani


seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti : isolasi, intensive care.

Kepala ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien


Kelebihan :

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus

2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangan :

1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab

2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan


dasar yang sama

Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap


ruangan/unit perawatan dapat mempertimbangkan kemungkinan
penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan prinsip
pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun
dalam mengembangkan metode penugasan Tim, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.

Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan


Anggota Tim
Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1) Tanggung Jawab Karu :

a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf

b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan

c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan


keterampilankepemimpinandan managemen

d) Mengorientasikan tenaga baru

e) Menjadi narasumber bagi tim

f) Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan

g) Menciptakan iklim komunikasi terbuka


2) Tanggung Jawab Katim :

a) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga

b) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana


keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi renpra
c) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui
komunikasi yang konsisten
d) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas
asuhan keperawatan melalui konfrens
e) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh
anggota tim
f) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan

3) Tanggung Jawab Anggota Tim :

a) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim

b) Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien

c) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama


katim tidak ada di tempat
d) Berkontribusi terhadap perawatan

→ observasi terus menerus

→ ikut ronde keperawatan

→ berinterkasi dgn pasien & keluarga

→ berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

2.2.4 Kepala Ruangan


Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan tanggung
jawab dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan keperawatan
serta tatalaksana peronalia pada satu ruangan atau bangsal Rumah Sakit
(Nursalam, 2003).
a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1) Manajemen personalia atau ketenagaan
2) Manajemen operasional meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
3) Manajemen kualitas pelayanan

4) Manajemen financial meliputi budget coss control dalam pelayanan


keperawatan

b. Uraian Tugas Kepala Ruangan


1) Perencanaan
a) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan dan standar
prosedur tindakan
b) Menunjuk perawat yang bertugas sebagai katim
c) Mengidentifikasi perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat
ketergantungan klien
d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
e) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan
dan pelatihan
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap klien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan
j) Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah
k) Memberikan informasi pada keluarga dan pasien atau keluarga yang
baru masuk

l) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan


m) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan sistem metoda penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua
anggota tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
g) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
h) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada
di tempat, kepada ketua tim
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
j) Membuat jadwal dinas
k) Identifikasi masalah dan cara penanganan

3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik

c) Memberi moifasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

sikap

d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan

dengan askep pasien dan pelayanan keperawatan di ruangan

e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan

dalam melaksanakan tugasnya

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim


4) Pengawasan

a) Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dan

perawat pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang telah

diberikan kepada pasien

b) Melalui supervisi

(1) Pengawasan lansung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau

melalui laporan lansung secara lisan dengan

memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada pada

saat itu juga

(2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengcek daftar hadir ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta

mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas

(3) Evaluasi bersama katim hasil upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan

2.2.5 Ketua Tim

Ketua tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam

perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang

dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya (Nursalam, 2003).

a. Fungsi Ketua Tim

1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang

yang didegelasikan oleh kepala ruangan

2) Membuat penugasan supervise dan evaluasi

3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien


4) Mengembangkan kemampuan anggota tim

5) Menyelenggarakan conference

b. Uraian Tugas Ketua Tim

1) Perencanaan

a) Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada setiap

pergantian dinas

b) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya

c) Menyusun rencana asuhan keperawatan

d) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

e) Mengikuti visite dokter

f) Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan

masalah yang ada

g) Menciptakan kerja sama yang harmonis antar tim

h) Memberikan pertolongan segera pada klien dengan kegawatdaruratan

i) Membuat laporan klien


j) Mengorientasikan klien baru

2) Pengorganisasian

a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan

b) Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien

c) Membuat rincian anggota tim dalam memberikan askep

d) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim

e) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian asuhan

keperawatan
3) Pengarahan

a) Memberikan pengarahan/bimbingan kepada anggota tim

b) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan


keperawatan

c) Mengawasi proses asuhan keperawatan

d) Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan

e) Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim

4) Pengawasan

a) Melalui dan berkomunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat

pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan

b) Melalui supervisi

(1) Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan

keperawatan yang dilaksanakan oleh anggota lain. Secara tidak

langsung melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan

memeriksa catatan keperawatan, membaca perawat yang

dibuat

selama proses keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan

dari anggota tim tentang tugas yang dilakukan.

(2) Mengevaluasi pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab

kepada kepala ruangan dan menyelenggarakan asuhan secara

optimal kepada klien yang berada dibawah tanggung jawab

2.2.6 Perawat Pelaksana

Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi

wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di ruang


rawatan (Nursalam, 2003).

a. Uraian Tugas Perawat Pelaksana

1) Perencanaan

a) Melakukan pengkajian pada klien

b) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien

berdasarkan hasil pengkajian

c) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan rencana

tindakan

d) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah

sehingga tujuan keperawatan tercapai

e) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas pada

setiap pergantian dinas

f) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan tindakan keperawatan

g) Mendampingi visite dokter pada klien yang menjadi tanggung jawab

bersama kepala tim untuk menilai kondisi klien dan memungkinkan

penyebabnya, rencanatindakan medis, mengetahui

program pengobatan yang akan dilakukan selanjutnya

h) Menyiapkan klien secara fisik dan mental untuk tindakan pengobatan

atau pemeriksaan penunjang.

2) Pengorganisasian

a) Menerima pendelegasian tugas askep dari kepala ruangan melalui

kepala tim

b) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien yang menjadi

tanggung jawab askep yang telah dilakukan kepada kepala ruangan


melalui kepala tim

c) Menghindari pertentangan antara anggota tim

d) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang berlaku

e) Mengembangkan kreatifitas

f) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien

3) Pengawasan

a) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan klien dan

keluarga selama memberikan askep

b) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap tindakan

perawatan dan pengobatan

c) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan apakah tujuan

telah tercapai bersama kepala tim

4) Pengarahan

a) Memberikan pengarahan kepala keluarga tentang tindakan yang akan

dilakukan, cara minum obat, aktifitas

b) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai peraturan

yang berlaku, jam kunjungan dan pengadaan obat-obat

c) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan kerja

sama keluarga dengan petugas.


3.3 KONSEP KOMUNIKASI SBAR
(SITUATION, BACKGROUND, ASSESMENT, RECOMMENDATION)
3.3.1 Pengertian Komunikasi SBAR
Komunikasi yang berbasis SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation) merupakan strategi komunikasi yang dipakai oleh tim
pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun menyampaikan keadaan pasien
kepada teman sejawat. Komunikasi SBAR dilakukan pada saat timbang terima
(handover), pindah ruang rawat maupun melaporkan kondisi pasien ke dokter
atau tim kesehatan lain (Tim KP-RS RSUP Sanglah, 2011).
Kerangka komunikasi SBAR memuat informasi pasien tentang Situation,
Background, Assessement, Recommendation. Komunikasi SBAR adalah cara
sederhana yang secara efektif telah mengembangkan komunikasi dalam setting
lain dan efektif pula digunakan pada pelayanan kesehatan (Ohio’s Medicare,
2010).

3.3.2 Tujuan Komunikasi SBAR


SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan
untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk serah terima
pasien, transfer pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Ini menciptakan
harapan bersama antara pengirim dan penerima informasi sehingga keselamatan
pasien dapat tercapai. Menggunakan SBAR, laporan pasien menjadi lebih akurat
dan efisien.

3.3.3 Manfaat Komunikasi SBAR


Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :
1) Meningkatkan patient safety
2) Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang
3) Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yangefektif
4) Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap
3.3.4 Kerangka Komunikasi dengan metode SBAR
Kerangka Komunikasi SBAR adalah kerangka tehnik komunikasi yang
disediakan untuk berkomunikasi antar para petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien (Permanente, 2011). SBAR adalah kerangka
yang mudah untuk diingat, mekanisme yang digunakan untuk menyampaikan
kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan tindakan segera. SBAR
menyediakan metode komunikasi yang jelas mengenai informasi yang berkaitan
tentang kondisi pasien antara tenaga medis (klinis), mengajak semua anggota tim
pelayanan kesehatan untuk memberikan masukan pada situasi/kondisi pasien
termasuk rekomendasi. Fase pemeriksaan dan rekomendasi memberikan
kesempatan untuk diskusi diantara tim pelayanan kesehatan. Metode ini
mungkin agak sulit pada awalnya bagi pemberi dan penerima informasi
(Leonard, 2014).
Menurut Leonard (2014), prinsip-prinsip menggunakan SBAR dan apa
yang harus dikomunikasikan, sebagai berikut :
1) S (Situation) mengandung informasi tentang identifikasi pasien,
masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis.

2) B (Background) menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang


mendukung situasi saat ini seperti :
a. Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya
b. Riwayat pengobatan
c. Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan
d. Riwayat alergi
e. Pemeriksaan penunjang yang mendukung
f. Tanda-tanda vital terakhir

3) A (Assesment) : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang


timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada
pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang
lebih buruk.
4) R (Recommendation): Komponen recommendation menyebutkan hal-
hal yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus
direkomendasikan oleh perawat.
Tehnik komunikasi dengan metode SBAR menurut Arini, 2012 terdiri
dari empat langkah :

a. Situasi (Situation)
Menyampaikan apa yang terjadi dengan pasien. Dimulai dengan
memperkenalkan diri, mengidentifikasi pasien, dan menyatakan
masalah.
b. Latar belakang (Background)
Menyampaikan apa latar belakang pada pasien ini. Sampaikan hasil
pemeriksaan penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan
waktu memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang mungkin
diajukan oleh komunikator (tenaga kesehatan).
c. Penilaian (Assesment)
Menyampaikan hasil pengamatan dan evaluasi dari kondisi pasien.
d. Rekomendasi (Recommendation)
Menyampaikan atau meminta saran berdasarkan informasi yang ada.

3.3.5 Fungsi SBAR dalam proses Komunikasi


SBAR merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan dalam
sebuah percakapan, terutama guna menyampaikan hal yang kritis dan
membutuhkan perhatian segera seorang dokter untuk memberikan suatu
tindakan. Alat ini mempermudah dan dijadikan standar oleh tenaga kesehatan
untuk menjelaskan informasi apa yang harus dikomunikasikan antara anggota
tim, dan bagaimana tindakan selanjutnya. Hal ini juga dapat membantu petugas
kesehatan untuk mengembangkan dan meningkatkan budaya keselamatan
pasien (Arini, 2012).

3.3.6 Kelebihan Dokumentasi SBAR

1) Menyediakan cara yang efektif dan efisien untuk menyampaikan


informasi dan timbang terima;
2) Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan
menggunakan elemen komunikasi SBAR;

3) Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien;

4) Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

3.3.7 Manfaat Dokumentasi SBAR


1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien
3) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai
informasi mengenai pasien telah dicatat

3.3.8 Keuntungan Dokumentasi SBAR


1) Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
2) Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien.
3) Menurut Vardaman (2012) bahwa sistem komunikasi SBAR dapat
berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara perawat dan
dokter.

3.3.9 Penerapan Komunikasi SBAR


1) Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatiulaporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Tujuan dilakukan
operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien, menyampaikan
asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal yang
harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan
harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.
2) Pelaporan Kondisi Pasien
Pelaporan kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis
lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setiap kondisi
pasien kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang
sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat
meningkatkan keselamatan pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi
pelaporan kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak
efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan
pasien.
3) Transfer Pasien
Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke ruangan
lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien
internal dan eksternal. Transfer pasien internal adalah transfer antar
ruangan didalam rumah sakit dan transfer pasien eksternal adalah transfer
antar rumah sakit. Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer.
Kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki
adalah memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi
saat transfer pasien.

3.3.10 Kebijakan Komunikasi dalam Timbang Terima / Handover


Komunikasi dalam timbang terima pasien berhubungan dengan proses
pemberian/perpindahan informasi spesifik tentang pasien yang bertujuan
untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan keselamatan informasi yang
diberikan biasanya berhubungan dengan kondisi pasien saat itu, perubahan
kondisi yang terjadi, penatalaksanaan pengobatan serta kemungkinan
terjadinya perubahan kondisi maupun komplikasi yang biasa terjadi. Timbang
terima pasien merupakan aktivitas yang berkesinambungan dalam rentang
selama pelayanan pasien antar shift, pelaporan perawat ketika pasien pindah
ruangan serta persiapan pasien pulang.
Menurut The Joint Commision Acreditation of Health Care
Organization (WHO) menetapkan komunikasi efektif dalam timbang terima
menjadi aspek penting dalam perawatan pasien untuk menjamin keselamatan
pasien diantaranya sebagai strategi untuk mengurangi kejadiannya
tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) serta sentinell event.
JCAHO menetapkan komunikasi efektif sebagai tujuan kedua dari enam
national safety goals.

3.4 PENERAPAM TIMBANG TERIMA PASIEN


3.4.1 Pengertian Timbang Terima
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat
disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga
kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut
Australian Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan
pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa
atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang
lain atau kelompok profesional secara sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat
melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu
mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan
keperawatan sebelumnya.
3.4.2 Tujuan Timbang Terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai
pengaturan kesehatan.

Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:

1) Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.


2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

3.4.3 Manfaat Timbang Terima


Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
1) Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya
kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.
2) Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan
sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat.
Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan
kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai dukungan terhadap
teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
selanjutnya.

3) Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk


melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang
mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang
dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian
dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses timbang
terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.

4) Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu


memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk
membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya
(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab
antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien
secara komprehensif.

5) Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya,


pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat
menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan kepada pasien secara komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi
perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,
saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap.

3.4.4 Prinsip Timbang Terima


Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar
prinsip timbang terima pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam
kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk
mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki
pemahaman yang komprehensif dari proses timbang terima pasien dan
perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh
pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa
timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting
dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang terima pasien
yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk
memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang terima
pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk
memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka
dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien.
Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan
keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam
kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang terima
pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
4. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk
timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi
ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang
terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali
terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari
bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu
timbang terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di
sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain
harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien
berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan
bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan misalnya
kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
6. Proses timbang terima pasien
a. Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan
peran peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar
pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar belakang
yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan
yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan
yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan
risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

3.4.5 Jenis Timbang Terima


Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:
a) Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan
tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau
rekaman, nonverbal, dapat menggunakan laporan elektronik, cetakan
computer atau memori.
b) Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan
selama mereka tinggal di rumah sakit.
c) Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan
diagnostik.
Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan
diagnostik selama rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat
pemeriksaan diagnostik telah dianggap sebagai kontributor untuk
terjadinya kesalahan.
d) Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang
lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman
berlangsung antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat
perawatan yang berbeda.

e) Timbang terima pasien dan obat-obatan


Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah,
masalah tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer
pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum obat sebagai
faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan pengobatan dalam
organisasi perawatan kesehatan.

3.4.6 Macam-Macam Timbang Terima


Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:
1) Timbang terima secara verbal
Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk
membahas aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan.
2) Rekaman timbang terima
Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima
dapat merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini diungkapkan
pula oleh Kerr (2002) bahwa rekaman timbang terima membuat
rendahnya tingkat fungsipendukung.
3) Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya
adalah:
a. Persiapan (pasien dan informasi).
b. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,
pengamatan, dan penjelasan kepada pasien.
c. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
4) Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan bedside timbang terima adalah:
a. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang
tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses informasi.
b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu
disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan
anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa
yang tidak dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi
privasi pasien.
5) Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong
pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang
terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi
pertanyaan tertentu.

3.4.7 Langkah-langkah Pelaksanaan Timbang Terima


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan
timbang terima adalah:
1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkanhal-hal apa yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.

3.4.8 Pelaksanaan Timbang Terima yang Baik dan Benar


Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan
benar diantaranya:
1. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu
yang cukup panjang agar tidak terburu-buru.
2. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali
dalamkeadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
3. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan
untuk mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
4. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang
terima juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.
5. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas
penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan
dikerjakan.
6. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar
peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat
dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya
selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.

3.4.9 Pemilihan Tempat Untuk Pelaksanaan Timbang Terima


AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan
dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah:
1. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
2. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan
memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang
terima.
3. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan
informasi yang tidak tepat.
4. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.

3.4.10 Prosedur Timbang Terima


Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
perludiperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu:
1. Persiapan
a. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah
dalamkeadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan
dinassebaiknya menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
a. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
b. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi
untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif hal- hal yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah ada namun belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dibicarakan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diberikan
kepada perawat jaga berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
1) Identitas pasien dan diagnosis medis.
2) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan
laboratorium, atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan
secara rutin.
6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang dilakukan pada saat timbang terima dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.
7) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
8) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih
dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan terperinci.
9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
buku laporan ruangan oleh perawat primer.

3.4.11 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Timbang Terima


Lardner (2016) proses timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggung jawab meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
2. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya timbang
terima itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang
memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang dinas
sebelumnya kepada perawat yang datang.
3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung
jawab dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima timbang terima untuk melakukan pengecekan dan
informasipada medical record dan pada pasien langsung.

3.4.12 Hambatan dalam Pelaksanaan Timbang Terima


Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al.,
(2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menghambat dalam pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah:
1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima
2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang
keluar masuk pada saat pelaksanaan timbang terima
3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini

3.4.13 Efek Timbang Terima


Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi
diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek
dari timbang terima menurut Yasir (2009) adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus
kurang tidur selama kerja malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja
akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah menurunnya nafsu
makan dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkankemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah dan
pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita
diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja
(malam) dengan rata- rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industri terjadi pada dinas malam. Terdapat suatu kenyataan
bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama dinas pagi dan
lebih banyak terjadi pada dinas malam.
BAB III

ANALISA SITUASI RUANGAN MANAJEMEN KPERAWATAN


DI RUANG THT/MATA/NEUROLOGI
SDI RSUD M.NATSIR SOLOK

3.1 Profil / Gambaran Umum Ruang Rawat Inap


3.1.1 Kajian Situasi Manajemen Keperawatan RSUD M. Natsir Solok
RSUD M. Natsir Solok adalah rumah sakit milik Provinsi Sumatera
Barat yang terletak diwilayah administratif Kota Solok. Pada tahun 1984 lokasi
Rumah Sakit pindah ke Jl.Simpang Rumbio Solok, dan diresmikan oleh
Gubernur Provinsi Sumatera Barat pada saat itu Ir.Azwar Anas pada tanggal 7
April 1984. Sedangkan layanan rawat inap telah berkembang dengan tambahan
layanan rawat inap Anak, Penyakit Dalam dan Kebidanan. Pada saat tersebut
pelayanan rawat inap juga dilakukan oleh Klinik Pengobatan Korem 033
Wirayuda berubah status menjadi Rumah Sakit Tentara (RST). Dengan
pindahnya Rumah Sakit Umum ke jalan Simpang Rumbio yang lokasinya jauh
dari pusat kota, menyebabkan pasien khususnya kasus kecelakaan lebih banyak
dikirim ke RST.
RSUD M. Natsir Solok berada di kelurahan Simpang Rumbio Kecamatan
Lubuk Sikarah Kota Solok. Posisi ini terletak diarea strategis dengan dikelilingi
wilayah kota dan kabupaten sekitarnya. Sebelah utara, berbatasan dengan
kabupaten solok dan tanah datar. Sebelah selatan dengan kabupaten solok dan
solok selatan. Sebelah barat dengan kabupaten solok, kota sawah lunto,
kabupaten sijunjung dan dharmasraya. Dengan letak yang strategis ini RSUD M.
Natsir Solok banyak melayanai pasien dari luar kota solok seperti kabupaten
solok, kabupaten sijunjung, kabupaten darmasraya kota sawah lunto dan daerah
lainnya. Persentase kunjungan berdasarkan asal daerahnya dapat kita lihat dari
gambar dibawah.
. Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok adalah Rumah Sakit Unit
pelaksana Teknis dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dan milik
Pemerintahan Daerah Propinsi Sumatera Barat. Berdasarkan SK Gubernur
Propinsi Sumatera Barat Nomor : 36 Tahun 1986 dan SK MenKes RI
No:303/Men.Kes/SK/IV1987 ,RSU Solok di tetapkan sebagai RS kelas B ,yang
terletak di daerah Kota Solok ,yang pada Akhir tahun 2017. Mempunyai jumlah
tempat tidur sebanyak 258 TT dengan tingkat angka hunian (BOR) yang baik
yaitu 80,54 %.

Pada saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Solok kembali menjadi sumber
rujukan utama untuk daerah sekitar. Hal ini utamanya disebabkan oleh
pengembangan dari tahun ke tahun yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini
dapat dilihat denganbertambahnya sarana dan prasarana serta SDM baik tenaga
Spesialis, maupun tenaga kesehatan lainnya, sehingga tahun 1986 RSUD Solok
diusulkan perubahan status menjadi Type C, dan ini dapat terwujud dengan
ditetapkannya RSUD Solok sebagai Rumah Sakit Type C berdasarkan SK
Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor : 36 Tahun 1986 dan SK MenKes RI
No : 303/Men.Kes/SK/IV1987.

Pada tahun 2011 RSUD Solok berupaya menaikkan kelas RS menjadi


kelas B dengan dikeluarkannya SK MenKes RI No: HK 03.05/520/2011
dan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor : 440 – 343 / 2011,
status RSUD Solok dinaikkan dari kelas C menjadi kelas B.

Upaya peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan secara terus menerus


mampu meningkatkan status akreditasi rumah sakit. Misalnya, akreditasi
pada bulan September 2003, untuk 5 kelompok pelayanan yaitu : pelayanan
Gawat darurat, Rekam Medik, Admisnistrasi dan Manajemen, Pelayanan
Medik dan Keperawatan dan pada tanggal 25 Oktober 2010 RSUD Solok telah
diakui lagi dengan status penuh tingkat lanjut untuk 12 kelompok pelayanan
yakni :
1) Pelayanan Gawat darurat,
2) Rekam Medik,
3) Admisnistrasi dan Manajemen,
4) Pelayanan Medik,
5) Pelayanan Keperawatan,
6) Pelayanan farmasi
7) Pelayanan laboratorium,
8) Pelayanan radiologi,
9) Infeksi nosokomial,
10) Pelayanan perinatologi,
11) Pelayanan kamar operasi
12) Kebakaran keselamatan kerja dan kewaspadaan bencana

Pada tahun 2013 RSUD Solok mengurus perubahan menjadi Badan


Layanan Umum Daerah dengan dikeluarkanya SK BLUD oleh Gubernur pada
bulan Juli 2013. sehingga 2015 sudah efektif sebagai Badan layanan Umum
daerah (BLUD).

Pada tahun 2020 RSUD M.Natsir Solok dengan jenis Rumah Sakit umum
Daerah dengan kelas B dengan akreditasi Tingkat Peripurna dengan direktur drg.
Ernoviaba, M.Kes, dengan tanggal registrasi 13 Desember 2013 penyelenggara
pemerintah provinsi Sumatera Barat dengan Nomor Surat Izin 445-1053-2016
surat izin dari Gubernur Sumatera Barat. RSUD M,Natsir Solok telah dapat
melaksanakan perannya sebagai Rmah Sakit Tipe B dan Rumah Sakit Rujukan
Regional.

a. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


1) Pelayanan Poliklinik Rawat jalan

a) Poliklinik Bedah
b) Poliklinik Penyakit Dalam
c) Poliklinik Anak
d) Poliklinik Kebidanan
e) Poliklinik Kulit Kelamin
f) Poliklinik Paru
g) Poliklinik THT
h) Poliklinik Mata
i) Poliklinik Neurologi
j) Poliklinik Bedah/ orthopedi
k) Poliklinik Jiwa
l) Poliklinik Jantung
m) Poliklinik Gigi
n) Polklinik VCT
o) Poliklinik Bedah Digestiv (belum ada )

2) Pelayanan Rawat Inap

a) Rawat Inap Bedah/Orthopedi


b) Rawat Inap Penyakit Dalam
c) Rawat Inap Anak
d) Rawat Inap Kebidanan
e) Rawat Inap Perinatologi
f) Rawat Inap Paru
g) Rawat Inap THT/Mata
h) Rawat Inap VIP
i) Rawat Inap Neurologi
j) ICU
k) ICCU
l) Rawat Inap Psikiatri
m) Rawat Inap Sarunai (Kelas I dan VIP)

3) Pelayanan Penunjang
Pada Tahun 2018 Gedung Penunjang yang ada;

a) Instalasi Radiologi

b) Instalasi Laboratorium

c) Instaslasi Gizi
d) Instalasi Rekam Medik
e) Instalasi Rehabilitasi Medik
f) Instalasi Perbaikan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
g) Instalasi Farmasi
h) Instalasi Forensik dan Medikolegal
i) Loundry
j) CSSD
k) Bank Darah Rumah Sakit
l) Instalasi PKRS
b. Penampilan Kerja

Berdasarkan laporan indikator pelayanan rumah sakit, data triwulan dari


bulan Januari sampai dengan bulan September tahun 2020 yaitu:

1) Jumlah pasien yang dirawat 15.716 orang

2) BOR 80,52 %
3) LOS 6 hari
4) BTO 50,41 kali
5) TOI 3,46 hari

c. Visi dan Misi

Visi dan Misi RSUD Solok ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Sumatera

Barat Nomor 51 Tahun 2016

1) Visi RSUD M. Natsir Solok


Rumah Sakit Terbaik Di Provinsi Sumatera Barat
2) Misi RSUD M. Natsir Solok
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas dan
Paripurna
b. Menyelenggarakan Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian yang
Berkualitas

3.1.2 Kajian Situasi di Ruangan Perawatan THT/Mata


a. Karakteristik Unit
Ruangan Perawatan THT/Mata adalah salah satu dari ruangan rawat
yang ada di RSUD M.Natsir yang merawat pasien dengan gangguan pada
masalah yang berhubungan dengan Telinga, Hidung Tenggorokan dan
Mata. Ruangan Perawatan THT/Mata terletak bersebelahan dengan
ruangan Bedah, dan berhadapan dengan ruangan perawatan neurologi.
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan ruang perawatan
THT/Mata bahwa sejak masa pandemi Covid-19 ruangan perawatan
THT/Mata dari bulan Januari telah bergabung dengan ruang perawatan
Neurologi dan ruang perawatan Jantung dimana pada ruang perawatan
THT/Mata juga mengalami penurunan jumlah pasien selama masa
pandemi Covid-19.
Berdasarakan keputusan kepala ruangan perawatan THT/Mata
bahwa Mahasiswa Profesi Ners Universitas Dharmas Indonesia Tahun
2021 yang melaksanakan stase Manajemen Keperawatan melakukan
pengkajian dan melaksanakan tugas di ruang perawatan THT/Mata /
Neulrologi..
Ruangan Perawatan Neurologi terletak bersebelahan dengan Ruang
Anak Ruang Perawatan Neurologi terdiri dari ruang rawatan kelas 1, 2
(HCU), Ruangan Hawa dan Ruangan Adam. Disisi depan Nurse Station
Ruangan ganti Perawat Ruangan Karu. Disisi kiri terdapat Ruangan
Dokter dan disisi kanan terdapat ruangan perasat dan alat.

b. Pengkajian Manajemen Pelayanan Keperawatan

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan tanggal 06 April

2021, diketahui bahwa masih banyak permasalahan yang ditemui dalam

penerapan manajemen keperawatan, baik dalam pelaksanaan MAKP

diruangan, belum efektifnya pelaksanaan timbang terima secara komunikasi

SBAR dimana, pelaksanaan kegiatan tersebut belum dilaksanakan secara

optimal dan belum sesuai. Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 s/d 12

April 2021 yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan

dengan aspek manajemen keperawatan melalui pendekatan terhadap aspek

manajemen pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan. Pengkajian

manajemen meliputi fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi

pengawasan dan fungsi pengendalian. Metode yang digunakan untuk

memperoleh data adalah studi literatur dengan membaca laporan ruangan

dan laporan hasil praktek manajemen sebelumnya yang berkaitan dengan


manajemen, kemudian dikonfirmasi dengan masalah-masalah yang

dikemukakan oleh responden, konfirmasi dilakukan melalui observasi,

wawancara, penyebaran angket. Responden yang terlibat dalam pengisian

kuesioner sebanyak 23 orang perawat. Responden berasal dari ruang rawat

inap dengan jumlah 3 ruangan.

Observasi dilakukan dengan melihat ada tidaknya visi dan misi rumah

sakit, ruangan dan bidang keperawatan, struktur organisasi ruangan,

SOP/SAK, pelaksanaan MAKP Di ruangan, komunikasi SBAR dan timbang

terima.

c. Kapasitas Unit Ruangan


Ruang Perawatan Neurologi memiliki kapasitas tempat tidur 10 tempat
untuk pria dan 10 tempat tidur untuk wanita.
d. Denah Ruangan Neurologi

1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10
20
11 19

12 1 13 14 15 16 17 18

1. Kamar vip 01 12. Kamar 301


2. Kamar vip 02 13. Gudang
3. Ruang dokter 14. HCU
4. Ruang dokter 15. Ruang perawat
5. Ruang alat 16. Kamar 201
6. Ruang Karu 17. Kamar 302
7. Kamar 101 18. Kamar 202
8. Ruang Diskusi 19. Nurse station
9. Kamar 103 20. Pintu belakang
10. Kamar 103
11. Pintu masuk
e. Data Jumlah Perawat di Ruangan
1. Jumlah Perawat
Data tenaga ruang rawat THT/Mata, Neurologi dan Jantung RSUD M.Natsir
Solok berjumlah 23 orang perawat.
No NAMA JK JABATAN PENDIDIKAN
1. Ns. Amliza, S. Kep P KARU S1 + Ners
2. Ns. Indra Yeni, S. Kep P PPJP S1 + Ners
3. Ns. Mursidah Awaliyah, S. Kep P PPJP S1 + Ners

4. Ns. Huryati, S. Kep P PPJA S1 + Ners


5 Ns. Desi Sundari, Kep P PPJA S1 + Ners
6 Ns. Asdiyatul Rahmah, S Kep P PPJA S1 + Ners
7 Dwi Wulan Sari, Amd. Kep P PPJA DIII Kep
8 Nadia Prima Yesky, Amd . Kep P PPJA DIII Kep
9 Ns. Rahima Khairina, S. Kep P PPJA S1 + Ners
10 Ns. Melisa Novrika, S. Kep P PPJA S1 + Ners
11 Aklima Zikra, Amd. Kep P PPJA DIII Kep
12 Badri Wulida Kamsir, Amd. Kep L PPJA DIII Kep
13 Alisa Oktriwelvia, Amd. Kep P PPJA DIII Kep
14 Ns. Desmawati , S. Kep P PPJA S1 + Ners
15 Ns. Desmaryeni, S. Kep P PPJA S1 + Ners
16 Ns. Sulyantini, S. Kep P PPJA S1 + Ners
17 Ns. Elfi Syukriyah, S. Kep P PPJA S1 + Ners
18 Ikhsanike P, Amd. Kep P PPJA DIII Kep
19 Rina Syafnidawati , Amd. Kep P PPJA DIII Kep
20 Yurika Defanny, A.md. Kep P PPJA DIII Kep

21 Ns. Esti Idola, S. Kep P PPJA S1 + Ners


22 Ns. Sisri Handayani , S. Kep P PPJA S1 + Ners
2. Methode
Presentase Metode MAKP di ruang Neurologi

Metode MAKP TIM

2%

Metode Tim
Tidak Disebutkan

98 %

Dari diagram didapatkan bahwa hasil wawancara tentang MAKP


dengan metode tim sebesar 98% menjawab ya dan 2% menjawab tidak
menyebutkan, Artinya sebagian besar perawat di Ruang neurologi sudah
mengetahui metode penerapan asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode Tim.

1) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan dan 6 orang
perwakilan perawat ruangan neurologi pada hari Rabu, 07 April 2021
didapatkan bahwa 98 % mengatakan jenis metode asuhan keperawatan
yang digunakan di ruangan adalah metode tim. Metode ini dianggap
sebagai metode yang paling efektif dilaksanakan di ruangan.

2) Observasi
Bedasarkan hasil observasi ditemukan bahwa pelaksanaan metode tim
sudah terlaksana, namun ada beberapa yang belum sesuai seperti belum
berjalan semestinya. Ruangan terbagi menjadi dua yaitu zaal pria dan zaal
wanita. Pelaksanaan metode tim di ruang THT / mata menggunakan dua tim
yang dikoordinasikan oleh 1 orang ppjp, adapun tugas dari ppjp yaitu
melakukan pembagian tugas dalam kelompok, bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien, serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.

f. Unsur Proses
1. Planning
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan data
bahwa visi misi ruangan tidak dirumuskan melainkan hanya menyesuaikan
dengan visi misi rumah sakit.

a. Perencanaan SDM
1) Wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kepala ruangan
mengatakan bahwa jumlah tenaga perawat yang ada di ruangan dirasa
sudah cukup dengan jumah pasien di ruangan. Pada suatu pelayanan
profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah
pasien dan tingkat ketergantungan pasien, menurut Douglas (1984),
Loveridge, dan Cumming (1996), klasifikasi dan tingkat ketergantungan
pasien dibagi tiga kategori. karu menggunakan rumus Douglas dalam
membagikan jadwal dinas.

Ruang rawat inap Neurorogi merupakan ruang rawat inap yang


terdiri dari 9 ruangan pasien. Saat ini ruang rawat inap dipimpin oleh
seorang Karu dan dua orang Katim dan staf perawat berjumlah 22 orang.
Terdapat beberapa cara/ metode perhitungan jumlah tenaga perawat.
Jumlah tenaga perawat disuatu ruanmg rawat di tetapkan dari klasifikasi
tingkat ketergantungan. Menurut douglas (1992), klasifikasi derajat
ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori.

1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam


a) Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan, observasi tanda-tanda vital
dilakukan setiap jaga (shif)
d) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil

2) Perawatan partial memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam kriteria:


a) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu pengobatan lebih dari sekali
d) Pasien dengan kateter urine
e) Pemasukan intake output cairan dicatat/dihitung
f) Pasien dengan infus persiapan pengobatan yang memerlikan
prosedur

3) Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam, kriteria :


a) Semua keperluan pasien dibantu, perubahan posisi, observasi
tanda-tanda vital setiap 2 jam
b) Makan melalui selang (NGT), terapi intravena
c) Dilakukan penghisapan lendir (Gelisah/ disorientasi)
2. Organizing
1) Struktur Organisasi

Skema. Struktur Organisasi Ruang THT/Mata / Neurologi / Jantung

RSUD M.Natsir Solok

KABID KEPERAWATAN

Salmawati, S.Kep, MM

KA INSTALASI THT/MATA, NEUROLOGI, JANTUNG

dr. Reno Sari Caniago, Sp.S,M. Biomed

KOORDINATOR DAN KEPALA RUANGAN NEUROLOGI

Ns. Amliza, S.Kep

KEPALA RUANGAN THT/MATA KEPALA RUANGAN JANTUNG

Ns. INDRA YENI, S.Kep Ns. MURSIDAH AWALIYAH, S.Kep

1. Ns. Huryati, S.Kep 1. Ns. Desi SUndari, S.Kep


2. Ns. Asdiyatul Rahmah, S.Kep 2. Ns. Rahima Khairina, S.Kep
3. Dwi Wulan Asari, Amd, Kep 3. Ns. Melisa Novria, S.Kep
4. Nadia Prima Yeski, Amd, Kep 4. Aklima Zikra, Amd, Kep
5. Ikhsanike Putri, A.md.Kep 5. Badri Wulida Kamsir, Amd, Kep
6. Ns. Desmaryeni, S.Kep 6. Alisa Oktriwelvia, Amd, Kep
7. Ns. Desmawati, S.Kep 7. Yurika Defanny, Amd, Kep
8. Ns. Sulyantini, S.Kep 8. Ns. Esti Idola, S. Kep
2) Uraian
9. Ns. Elfi Sukriyah, S.Kep 9. Ns. Sisri Handayani, S. Kep
10. Rina Syafnidawati, Amd, Kep
3) Tugas
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan tugas yang
dijalankan sudah sesuai dengan tupoksi masing masing perawat. Tupoksi
tertulis tidak ada terlampir dan hanya perawat saja yang memahami masing-
masing tupoksinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat diruangan
pembagian tugas pada perawat sudah ideal dalam artian sesuai dengan
tupoksi masing masing di ruang neurologi.

3. Actuating
1) Pre dan Post Conference
a) Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa pelaksanaan pre
conference sudah telaksana namun belum optimal. Pre conference
adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai overan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua
tim atau penanggung jawab tim (Amalia, dkk, 2015). Pada saat
observasi perawat langsung melakukan tindakan setelah overan ke
ruangan tanpa berdiskusi lagi sebelum tindakan.
b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa
Karu sudah mengawasi dan mengarahkan pada saat kegiatan pre dan
post conference kecuali jika Karu berhalangan hadir, libur atau pada
saat tugas kontrol.
2) Overan secara Komunikasi SBAR
a) Observasi Dari hasil observasi didapatkan bahwa overan sudah
dilakukan saat pergantian shift dinas dengan menggunakan metode
SBAR namun belum begitu optimal dan dalam pelaksanaannya
perawat di ruangan belum lengkap dalam melakukan overran dengan
cara menggunakan komunikasi SBAR lebih fokus ke terapi medis.
b) Wawancara
Dari hasil wawancara Katim mengatakan bahwa SBAR sudah
dilakukan diruangan tetapi tidak dibuat rician SBAR di status.
3) Ronde keperawatan
a) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang didapat ronde
keperawatan yang dilakukan sudah optimal.
b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara Karu mengatakan sudah maksimal
pelaksanaannya.
4 Controlling
a) Observasi
Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa di ruangan
neurologi adanya blanko pendokumentasian asuhan keperawatan, blanko
intake output, format pengkajian, format evaluasi, dan pengisiannya
sudah optimal. Namun untuk format pengkajian ada beberapa yang tidak
di isi oleh perawat.
Tabel Hasil Observasi Dokumentasi

No Hari/ Tgl Hasil observasi dokumentasi Presentase

1 Selasa / 6 Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian


April didapatkan:
2021 a. Pengkajian a. Pengkajian
Berupa pemeriksaan fisik dari 5 status Lengkap 90%
didapatkan 1 status terisi lengkap
b. Diagnosa keperawatan b. Diagnosa
Dari 5 status didapatkan 1 status diisi diagnosa keperawatan Ada :
keperawatan. 100 %
c. Intervensi
Dari 5 status didapatkan bahwa status sudah diisi c. Intervensi
intervensi keperawatan Keperawatan ada :
d. Implementasi 100%
Dari 5 status lengkap diisi implementasi
keperawatan d. Implementasi
e. Evaluasi Ada: 100%
Dari 5 status didapatkan status ada diisi evaluasi
keperawatan. e. Evaluasi
Ada: 100%

b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan mengatakan bahwa bahwa
semua blangko pendokumentasian asuhan keperawatan, blanko intake output, format
pengkajian, format evaluasi, dan pengisiannya sudah optimal.
3.1.2 Analisa Data dan Perencanaan

3.1.2.1 Prioritas Masalah dengan Analisis SWOT


Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Pengisisan Item Internal Factor (IFAS) dan External Factors (EFAS). Cara
pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam
pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh pengumpulan
data pada bagian lain didalam buku ini). Data tersebut dibedakan menjadi 2
yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength)
dan EFAS meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman (threatened).

2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1.0 (paling penting) sampai
dengan 0.0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
strategi perusahaan.
3. Peringkat (Rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara, pemgukuran langsung. Faktor
kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor
kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang negatif.
Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk mendapatkan nilai masing-
masing faktor.
a. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk mendapatkan
nilai IFAS adalah : kekuatan dikurangi kelemahan ( S – W ) dan EFAS
adalah peluang dikurangi ancaman ( O – T ). Hasil dari nilai IFAS dan
EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (kit kuadran) untuk
mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak kuadran.
Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/ turn around
dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk mendapatkan
kesempatan (peluang).
b. Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan
mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluang
yang lebih dalam menghadapi eprsaingan.
c. Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan tujuan
merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman
dari luar.
d. Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan tujuan
mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankannya
A. ANALISIS SWOT

Analisa SWOT

Faktor internal Faktor eksternal

Strength/Kekuatan Weakness/Kelemahan Opportunity/ Kesempatan Threat/Ancaman


Rumah Sakit memiliki Masing-masing instalasi Adanya program akreditasi 1. Adanya tuntutan tinggi
visi, misi dan tujuan dan ruangan belum RS merupakan salah satu dari masyarakat terhadap
yang jelas. memiliki visi dan misi penilaian. peningkatan pelayanan
yang mendukung visi dan keperawatan yang lebih
misi Rumah Sakit. professional.

Status RSUD Kesempatan bagi SDM Lokasi RSUD mudah Makin tingginya
M.Natsir Solok yang Keperawatan untuk dijangkau. kesadaran masyarakat
sudah menjadi BLUD, melanjutkan pendidikan akan kesehatan dan
menjadikan RSUD kejenjang yang lebih hukum.
meningkatkan tinggi masih kurang.
pelayanan kepada
masyarakat menjadi
lebih baik dan bisa
mengatur sendiri
pengelolaan
keuangan.

Adanya kerjasama Program pengendalian Sebagai RSUD satu-satunya Adanya UU


langsung dengan mutu yang belum milik pemerintah Kabupaten perlindungan konsumen
berbagai institusi berjalan. Solok yang menjadi daya dan RS, serta malpraktek.
pendidikan. tarik bagi masyarakat.
Memiliki struktur SAK diruangan ada dan Digunakannya RSUD 2. Rumah Sakit / tempat
organisasi RS secara belum optimal, struktur M.Natsir Solok sebagai pelayanan kesehatan
structural dan organisasi ruangan belum lahan praktek oleh berbagai pesaing.
fungsional. ada institusi pendidikan (S1
Keperawatan, D3
Kebidanan, S1 gizi. S1
analis, Kedokteran dll ).
Mempunyai ruangan SOP belum lengkap di Program jaminan kesehatan Kecendrungan beralih ke
dan fasilitas yang semua ruangan tetapi pemerintah (BPJS). alternatif dan pengobatan
cukup dengan kerja sesuai dengan SOP tradisional.
pengembangan dan
pembangunan yang
terus menerus
dilakukan
Memiliki tim medis Supervise belum optimal. RSUD sudah memiliki tim 3. Persaingan dengan
spesialis untuk pengendali mutu. rumah sakit lain.
pelayanan
B. ANALISA DATA KAJIAN SITUASI RUANG THT/MATA

Tabel. Analisa Data

No Observasi Wawancara Masalah


1 • Pelaksanaan MAKP di ruangan  Tidak semua perawat Belum sesuainya pelaksanaan
ada, namun masih belum sesuai mengerti dan memahami MAKP di ruangan THT/Mata
• Perawat di ruangan menggunakan penerapan MAKP di
model asuhan keperawatan ruangan
professional model Tim
• Kurangnya kemampuan perawat
dalam pelaksanaan model yang
telah ada.
2 • Perawat di ruangan sudah • Tidak semua perawat Belum efektif pelaksanaan
menggunakan medode SBAR menggunakan metode timbang terima secara
namun belum efektif SBAR komunikasi SBAR di ruang
• Perawat kurang lengkap THT/Mata
menyebutkan data pasien pada
saat overan dengan menggunakan
metode komunikasi SBAR
3 • Dalam penerapan timbang terima di • Kedepannya perawat akan Belum sesuainya pelaksanaan
ruangan ada namum belum sesuai lebih menerapkan timbang terima di ruangan
• Pelaksanaan timbang terima yang pelaksanaan timbang THT/Mata
terdiri dari pre conference dan post terima yang sesuai dan
conference ada namun belum tepat waktu
sesuai. Dalam kegiatan timbang
terima di ruangan di lakukan tidak
tepat waktu
C. PLANNING OF ACTION DI RUANG THT/MATA RSUD M.NATSIR SOLOK

No Masalah Rencana Tujuan Sasaran Waktu Tempat Target PJ


Kegiatan
1 Belum Diseminasi Meningkatkan Karu dan Selasa, Ruang Perawat Ns.Indra
sesuainya ilmu pengetahuan ketua tim 20 April THT / dapat Yeni,
pelaksanaan mengenai perawat tentang dan staf 2021 Mata melakuka S.Kep
MAKP pelaksanaan pengkajian dan perawat n MAKP
diruangan MAKP operan/ timang metode
THT/Mata metode tim terima secara tim
RSUD M. yang sesuai SBAR dengan
Natsir Solok baik dan
sesuai
Role play Mengingatkan
perawat untuk
Target
melaksanakan
80%
MAKP metode
Tim yang sesuai

Evaluasi Terlaksananya
MAKP metode
tim dengan baik
dan sesuai.
2 Belum Diseminasi Meningkatkan Karu dan Selasa, Ruang Perawat Ns.Indra
optimalnya ilmu dan pengetahuan ketua tim 20 April THT / disiplin Yeni,
pelaksanaan merancang perawat tentang dan staf 2021 Mata dalam S.Kep
timbang SOP pengkajian dan perawat melakuka
terima mengenai operan/ timbang n operan
secara pelaksanaan terima secara secara
komunikasi operan SBAR SBAR SBAR
SBAR di di ruangan
ruang Role play Mengingatkan
Target
THT/Mata perawat untuk
80%
melakukan
operan SBAR

Evaluasi Terlaksananya
operan dengan
metode SBAR.

3 Belum Diseminasi Meningkatkan Karu dan 20 April Ruang Perawat Ns.Indra


sesuainya ilmu dan pengetahuan ketua tim 2021 THT / dapat Yeni,
pelaksanaan merancang perawat tentang dan staf Mata menerapk S.Kep
timbang SOP pelaksaan perawat an
terima di mengenai timbang terima timbang
ruangan pelaksanaan yang baik dan terima
THT/Mata dalam sesuai yang
RSUD M. penerapan sesuai
Natsir Solok timbang Target
terima di 80%
ruangan
Role play Mengingatkan
perawat untuk
melaksanakan
timbang terima
yang sesuai

Evaluasi Terlaksananya
kegiatan timang
terima yang
sesuai

D. DAFTAR MASALAH YANG ADA DI RUANGAN THT/MATA


1. Belum sesuainya pelaksanaan MAKP di ruangan THT/Mata RSUD M. Natsir
Solok
2. Belum efektif pelaksanaan timbang terima secara komunikasi SBAR di ruang
THT/Mata RSUD M. Natsir Solok
3. Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan THT/Mata RSUD M.
Natsir Solok
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait MAKP dan

Konsep Kasus Terkait

Pengkajian manajemen keperawatan telah dilakukan pada tanggal 06-

12 April di ruang THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Pengkajian dilakukan

dengan melakukan survei awal dan pengumpulan data melalui hasil

observasi, wawancara dan kuesioner. Pengkajian dilakukan pada 22 perawat

di ruang THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Pengkajian yang dilakukan yaitu

mengenai data umum dan masalah yang berhubungan dengan manajemen

keperawatan di Ruangan THT/Mat yang berkaitan dengan Efektivitas

Pelaksanaan komunikasi SBAR dalam kegiatan timbang terima.

Berdasarkan teori, data hasil pengkajian melalui observasi, wawancara

dan kuesioner harus sinkron (Kuntoro, 2010). Karena bertujuan untuk

memperkuat data sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan. Namun

kenyataan yang di dapat dari hasil observasi menunjukan bahwa belum

optimalnya pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam kegiatan timbang terima..

Dan dari 22 orang perawat hasil observasi di ruangan THT/Mata sebelum

dilakukan implementasi ditemukan bahwa pelaksanaan komunikasi SBAR

dalam kegiatan timbang terima di ruang rawat THT/Mata sebesar 54,5 %

cukup melakukan komunikasi SBAR, dan 13,6% kurang melaksanakan

komunikasi SBAR di karenakan beberapa faktor yang menyebabkan tidak

melaksanakan komunikasi SBAR


dikarenakan Faktor intelektual yaitu Tingkat Pendidikan maupun

pengetahuan yang dimiliki oleh perawat. Menurut hasil jurnal (Suardana IK,

dkk, 2018) tentang pengaruh metode komunikasi efektif SBAR terhadap

efektifitas pelaksanaan timbang terima pasien bahwa perawat dengan

pendidikan yang lebih tinggi (Sarjana/S1) maupun masa kerja yang lebih

lama memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik dibandingan diploma

(D III) maupun masa kerja yang pendek. Hal ini juga sesuai dengan hasil

jurnal oleh Schermerhorn dkk dalam Konsil Kedokteran Indonesia (2006)

yaitu komunikasi akan berjalan efektif atau dapat saja terjadi kesenjangan

antara maksud pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan

karena beberapa hambatan seperti pengetahuan dan pengalaman, perbedaan

sudut pandang, budaya, bahasa dan lainnya sehingga usia yang relatif lebih

muda dan dengan pengalaman yang masih terbatas akan berefek terhadap

kemampuan komunikasi seseorang.

4.2 Analisis Intervensi

Berdasarkan hasil identifikasi dari tanggal 9-12 April 2021 terdapat

permasalahan belum optimalnya penerapan Komunikasi efektif SBAR bahwa

alternatif pemecahan masalahnya adalah :

Desiminasi Ilmu tentang penerapan Komunikasi SBAR

Pada tanggal 19 April 2021 sudah dilakukan desiminasi ilmu tentang

pelaksanaan komunikasi SBAR dalam kegiatan timbang terima pada Perawat

di ruangan THT/Mata. Desiminasi ilmu adalah suatu metode pembelajaran

untuk menyebarkan informasi tentang suatu ilmu yang


bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan merubah perilaku sasaran (Roger,

2010). Perubahan diharapkan menuju ke arah yang sesuai dengan konsep dan

cara yang benar atau seharusnya. Mahasiswa Universitas Dharmas Indonesia

telah memfasilitasi desiminasi ilmu tentang pelaksanaan komunikasi SBAR

dalam kegiatan timbang terima secara langsung melalui presentasi. Setelah

dilakukan desiminasi ilmu akan terlihat adanya peningkatan motivasi perawat

dalam melaksanakan komunikasi SBAR dalam kegiatan timbang terima oleh

perawat di ruang THT/Mata.

Hasil observasi setelah dilakukan implementasi Pada tanggal 19-25 April

2021 didapat bahwa ada peningkatan dalam pelaksanaan komunikasi SBAR

diruangan THT/Mata yaitu 81,8% baik dalam melakukan komunikasi SBAR,

9,1% cukup dan 9,1% masih kurang dalam melaksanakan komunikasi SBAR,

maka dari itu diharapkan kepada kepala bidang keperawatan, kepala ruangan

dan seluruh perawat diruangan penyakit dalam untuk selalu konsisten

melaksanakan komunikasi SBAR dalam setiap melakukan operan antara shift

sehingga kesalahan dalam komunikasi yang berakibatkan fatal pada pasien tidak

terjadi.

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dilakukan

Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan untuk mengoptimalkan

pelaksanaan komunikasi SBAR dalam kegiatan timbang terima yaitu dengan

melaksanakan role play selama beberapa hari dari tanggal 19-25 April 2021. Dari

hasil observasi setelah dilakukan role play beberapa hari didapatkan pelaksanaan
Komunikasi SBAR dalam kegiatan timbang terima meningkat dari sebelumnya

31,8 % menjadi 90,9 % yang sesuai dalam pelaksanaan timbang terima

menggunakan komunikasi SBAR. Ini sesuai dengan studi eksperimen yang

dilakukan oleh Kesten (2011) bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara

kemampuan komunikasi SBAR yang hanya dengan pemberian teori dibandingkan

dengan pemberian teori ditambah role play karena dengan pemnberian teori ditambah

role play menunjukkan hasil yang lebih baik.


BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A. IMPLEMENTASI
Setelah dilakukan Diseminasi pada tanggal 19-25 April 2021 masalah yang
disepakati untuk diangkat dan ditindaklanjuti di ruang rawat inap THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok adalah belum sesuainya pelaksanaan MAKP di ruangan THT/Mata.
Belum efektif pelaksanaan timbang terima secara komunikasi SBAR di ruang
THT/Mata. Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan THT/Mata.
Adapun pemecahan dari ketiga masalah sesuai dengan Planning of Action yang
telah dibuat antara lain :
1. Belum Sesuainya pelaksanaan MAKP di Ruang Inap THT/Mata
1) Kegiatan
a. Diseminasi
Kegiatan mulai dilakukan pada tanggal 19 April 2021 di ruang rawat
inap THT/Mata, RSUD M.Natsir Solok pukul 08.00 WIB. Kegiatan dihadiri
oleh kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang THT/Mata. Pemaparan
materi tentang pelaksanaan MAKP disampaikan oleh mahasiswa Universitas
Dharmas Indonesia. Materi yang disampaikan mencakup pengertian MAKP,
Sistem atau model, peran dan tanggung jawab berdasarkan fungsi serta
bagaimana pelaksanan dan penerapan model atau metode dalam MAKP di
ruang inap THT/Mata.

2. Belum efektif pelaksanaan timbang terima secara komunikasi SBAR di ruang


THT/Mata
1) Kegiatan

a. Diseminasi
Kegiatan mulai dilakukan pada tanggal 19 April 2021 di ruang rawat
inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok pukul 08.00 WIB. Kegiatan
dihadiri oleh kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang THT/Mata /
Neurologi / Jantung. Pemaparan materi tentang pelaksanaan timbang
terima secara SBAR disampaikan oleh mahasiswa Universitas Dharmas
Indonesia. Materi yang disampaikan mencakup pengertian SBAR, waktu
pelaksanaan SBAR, individu yang dalam pelaksanaan timbang terima
secara SBAR serta teknik pelaksanaan timbang terima secara SBAR
dengan baik, benar dan efektif sesuai prosedur.

b. Role Play
Role play tentang pelaksanaan timbang terima secara SBAR awalnya
dilaksanakan dengan setingan teatrikal yang dimainkan di hadapan para
peserta desiminasi ilmu pada waktu dan tempat yang sama dengan
kegiatan desiminasi ilmu tentang pelaksanaan timbang terima secara
SBAR. Dengan memainkan peran dalam teatrikal tersebut yaitu semua
mahasiswa kelompok manajemen di ruangan THT/Mata RSUD M.Natsir
Solok. Selanjutnya role play tentang pelaksanaan timbang terima secara
SBAR dilaksanakan setiap harinya di ruangan THT.Mata / Neurologi
yaitu mulai tanggal 19 - 25 April 2021, dimana setiap harinya ada
mahasiswa yang berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim serta perawat
pelaksana. Masing-masing mahasiswa berperan sesuai dengan peran yang
dimainkannya termasuk melakukan pelaksanaan timbang terima secara
SBAR setiap harinya. Diamana sebelumnya kelompok manajemen
mahasiswa Universitas Dharmas Indonesia pada minggu pertama telah
melakukan obsevasi mengenai bagaimana pelaksanaan kegiatan timbang
terima di ruangan THT/Mata dan Pada minggu kedua langsung dengan
melaksanakan simulasi bermain peran di depan semua staf perawat di
ruang inap THT/Mata. Pada minggu ketiga langsung melaksanakan
penerapan mengenai kegiatan timbang terima secara komunikasi SBAR
dengan baik, benar dan efektif langsung di depan semua staf keperawatan
di ruang inap THT/Mata/ Neurologi.
2) Evaluasi
Belum efektifnya pelaksanaan timbang terima secara SBAR di ruang
inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Tetapi setelah dilakukan desimasi
ilmu timang terima secara SBAR dilakukan walaupun belum efektif
dikarenakan masih penyesuaian dengan metode baru dan karu lebih aktif
dalam menerapkan SBAR sesuai SOP di ruang ianap THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok.

3) Rencana Tindak Lanjut


Agar lebih efektifnya pelaksanaan timbang terima secara SBAR
diruangan, sehingga meningkatnya mutu pelayanan maka dijadikan
format khusus SBAR yang ditetapkan oleh ruangan THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok

3. Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan THT/Mata.


1) Kegiatan
a. Desiminasi

Kegiatan mulai dilakukan pada tanggal 19 April 2021 di ruang rawat


inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok pukul 08.30 WIB. Kegiatan
dihadiri oleh kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang THT/Mata.
Pemaparan materi tentang Pelaksanaan timbang terima disampaikan oleh
mahasiswa Universitas Dharmas Indonesia. Materi yang disampaikan
mencakup pengertian timbang terima, tujuan dari pelaksanan tinbang
terima, siapa dan bagaimana prodesur dalam melakukan tibang terima
yang benar dan sesuai.

b. Role Play
Role play tentang pelaksanaan timbang terima yang tujuan akhirnya
nanti ialah tercapainya pelaksanaan ronde keperawatan yang sesuai dengan
ketetapan dan SOP nya, pelaksanaan kegiatan awalnya dilaksanakan
dengan setingan teatrikal yang dimainkan di hadapan para peserta
desiminasi ilmu pada waktu dan tempat yang sama dengan kegiatan
desiminasi ilmu tentang pelaksanaan timbang terima. Dengan memainkan
peran dalam teatrikal tersebut yaitu semua mahasiswa kelompok
manajemen di ruangan THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Selanjutnya role
play tentang pelaksanaan timbang terima dilaksanakan setiap harinya di
ruangan THT.Mata / Neurologi yaitu mulai tanggal 19 - 25 April 2021,
dimana setiap harinya ada mahasiswa yang berperan sebagai kepala
ruangan, ketua tim serta perawat pelaksana. Masing-masing mahasiswa
berperan sesuai dengan peran yang dimainkannya termasuk melakukan
pelaksanaan timbang terima secara SBAR setiap harinya. Diamana
sebelumnya kelompok manajemen mahasiswa Universitas Dharmas
Indonesia pada minggu pertama telah melakukan obsevasi mengenai
bagaimana pelaksanaan kegiatan timbang terima di ruangan THT/Mata dan
Pada minggu kedua langsung dengan melaksanakan simulasi bermain
peran di depan semua staf perawat di ruang inap THT/Mata. Pada minggu
ketiga langsung melaksanakan penerapan mengenai kegiatan timbang
terima (Ronde keperawatan) dengan baik, benar dan sesuai dengan
ketetapan atau SOP langsung di depan semua staf keperawatan di ruang
inap THT/Mata/ Neurologi.

2) Evaluasi
Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima (ronde keperawatan) di
ruang inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok. Tetapi setelah dilakukan
desimasi ilmu timang terima dilakukan walaupun belum efektif dikarenakan
masih penyesuaian dengan metode baru dan karu lebih aktif dalam
menerapkan SBAR sesuai SOP di ruang ianap THT/Mata RSUD M.Natsir
Solok.
3) Rencana Tindak Lanjut
Agar lebih efektifnya pelaksanaan timbang terima (ronde keperawatan)
diruangan, sehingga meningkatnya mutu pelayanan maka dijadikan format
khusus timbang terima yang ditetapkan oleh ruangan THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok.

B. EVALUASI

Setelah melakukan implementasi dari tanggal 19 – 25 April 2021 hasil evaluasi


yang kami peroleh antara lain :
1. Belum Sesuainya pelaksanaan MAKP di ruang inap THT/mata dan Belum
Optimalnya Pelaksanaan Timbang Terima Secara SBAR

Setelah dilakukan kegiatan desimasi dan Role Play tentang belum optimalnya
pelaksanaan timbang terima dengan metode komunikasi efektif secara SBAR di
ruang inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok, hasil evaluasi yang diperoleh melalui
observasi yaitu pelaksanaan overan secara SBAR di ruang THT/Mata RSUD
M.Natsir Solok sudah mulai diupayakan penerapannya meskipun belum efektif.
Penerapan SBAR ini belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan
perawat lebih terfokus pada terapi medis.
Forum khusus untuk membahas hasil asuhan yang telah dilakukan, pelaporan
hasil tindakan yang telah dilakukan oleh PP dan penyampaian kesulitan yang
ditemui oleh PP selama mengimplementasikan rencana perawatan dan pemberian
solusi oleh Katim pada PP atas masalah yang ditemui PP tampak belum diadakan
secara rutin. Dari hasil observasi, sebelum adanya desimasi ilmu kepada 22 orang
perawat hanya 7 orang (32%) yang
terpapar dengan metode SBAR dengan baik, 12 orang (55%) perawat cukup
terpapar dengan metode SBAR, dan 3 orang (14%) perawat kurang terpapar dengan
metode SBAR. Namun, setelah dilakukannya role play dan desiminasi ilmu 18
orang (81%) dari 22 orang perawat sudah menggunakan metode SBAR dengan
baik, pelaksanaan penerapan metode SBAR sesuai dengan standar sudah dilakukan
di ruangan THT/Mata. Dan selebihnya 2 orang (9%) perawat masih kurang terpapar
dengan motoe SBAR dan ada 2 orang (9%) perawat masih cukup terpapar dalam
pelaksaan metode komunikasi SBAR di ruang inap THT/Mata dalam terpenuhi dan
tercapainya MAKP (Model asuhan keperawatan professional) yang baik dan efektif
di ruang inap THT/Mata.

Pre Implementasi Post Implementasi Target Pencapaian


Target
Pelaksanaan metode SBAR, Pelaksanaan post metode Dilaksanakannya Sudah tercapai
sebelum adanya desiminasi SBAR, setelah timbang terima
ilmu kepada 22 orang dilakukannya role play dan dengan
perawat hanya 7 (32%) orang desiminasi ilmu kepada menggunakan
yang terpapar dengan metode 22 orang perawat dan di metode
komunikasi SBAR dengan dapatkan 18 orang (81%) komunikasi
baik, 12 orang (55%) perawat perawat sudah terpapar SBAR efektif
cukup terpapar dengan dan efektif dalam (80%)
metode komunikasi SBAR pelaksanaan metode
dan 3 orang (14%) perawat komunikasi SBAR, dan 2
kurang terpapar dengan (9%) orang masih kurang
pelaksanaan metode dan cukup efektif untuk
komunikasi SBAR yang terpapar dalam pelaksaan
efektif dalam melakukan metode komunikasi secara
kegiatan timbang terima di SBAR dalam melakukan
ruang inap THT/Mata kegiatan timbang terima di
ruang inap THT/Mata
2. Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan THT/Mata.

Setelah dilakukan kegiatan desimasi dan Role Play tentang belum sesuainya
pelaksanaan timbang terima pada setiap pergantian shift dinas di ruang inap
THT/Mata RSUD M.Natsir Solok, hasil evaluasi yang diperoleh melalui observasi
yaitu pelaksanaan timbang terima pada setiap pergantian shift dinas di ruang
THT/Mata RSUD M.Natsir Solok sudah mulai diupayakan penerapannya meskipun
belum efektif dan belum sesuai. Penerapan tibang terima yang sesuai dan benar ini
belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya dikarenakan perawat berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi dan pengetahuan yaitu tentang cara dan
metode bagaimana melakukan pelaksanaan tibang terima yang sesuai dan benar
pada setiap pergantian shif di ruang inap THT/Mata.
Forum khusus untuk membahas hasil asuhan yang telah dilakukan, pelaporan
hasil tindakan yang telah dilakukan oleh PP dan penyampaian kesulitan yang
ditemui oleh PP selama mengimplementasikan rencana perawatan dan pemberian
solusi oleh Katim pada PP atas masalah yang ditemui PP tampak belum diadakan
secara rutin. Dari hasil observasi, sebelum adanya desimasi ilmu kepada 22 orang
perawat hanya 7 orang (32%) perawat yang sesuai melakukan pelaksaan kegitan
timbang terima di ruangan, dan 12 orang (68%) perawat tidak sesuai dalam
melaksanakan kegiatan timbang terima yang benar di ruang inap. Namun, setelah
dilakukannya role play dan desiminasi ilmu, 20 orang (90%) sudah sesuai dalam
melakukan pelaksanaan timbang terima (ronde keperawatan) dengan baik dan benar
pada setiap pergantian shif dinas sesuai dengan standar sudah dilakukan di ruangan
THT/Mata. Dan selebihnya 2 orang (9%) perawat masih belum sesuai dalam
melakukan pelaksanaan kegiatan timbang terima (ronde keperawatan) di ruang inap
THT/Mata.
Pre Implementasi Post Implementasi Target Pencapaian Target
Pelaksanaan timbang Pelaksanaan post Dilaksanakann Sudah tercapai
terima (ronde timbang terima, ya timbang
keperawatan), setelah terima yang
sebelum adanya dilakukannya role sesuai dan
desiminasi ilmu play dan benar
kepada 22 orang desiminasi ilmu (90%)
perawat hanya 7 kepada 22 orang
(32%) orang yang perawat dan di
sesuai dalam dapatkan 20 orang
melaksanakan (90%) perawat
penerapan timbang sudah sesuai dalam
terima yang benar, pelaksanaan
dan 15 orang (68%) penerapan kegiatan
perawat tidak sesuai timbang terima,
dalam melakukan dan 2 (9%) orang
penerapan timbang perawat masih
terima di ruang inap belum sesuai
THT/Mata dalam
melaksanakan
penerapan kegiatan
timbang terima
(ronde
keperawatan) di
ruang inap
THT/Mata
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa masalah diperoleh 3 masalah terkait manajemen
di ruangan rawat inap THT/Mata RSUD M.Natsir Solok, setelah dilakukan Diseminasi
masalah yang diangkat dan ditindak lanjuti ada 3 antara lain :
a. Belum sesuainya pelaksanaan MAKP di ruangan THT/Mata RSUD M. Natsir Solok
b. Belum efektif pelaksanaan timbang terima secara komunikasi SBAR di ruang
THT/Mata RSUD M. Natsir Solok
c. Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan THT/Mata RSUD M. Natsir
Solok
2. Tindak lanjut untuk ketiga masalah yang telah ditetapkan dalam Diseminasi antara lain :
a. Diseminasi ilmu tentang pelaksanaan MAKP di ruang inap
b. Diseminasi Ilmu tentang pelaksanaan timbang terima secara SBAR.
c. Pemberian format SBAR
d. Role Play tentang timbang terima secara SBAR dalam pelaksaan MAKP.
e. Diseminasi ilmu tentang timbang terima yang sesuai standar
f. Role Play tentang pelaksanaan penerapan timbang terima yang sesuai standar
3. Setelah dilakukan implementasi selama 6 hari hasil evaluasi yang diperoleh antara lain :
a. Target untuk masalah “Belum sesuainya pelaksanaan MAKP di ruangan dan Target
untuk masalah “Belum efektifnya pelaksanaan metode komunikasi secara komunikasi
SBAR” : Dilaksanakan ketika malakukan penerapan timbang terima secara komunikasi
SBAR (tercapai 80%).
b. Target untuk masalah ” Belum sesuainya pelaksanaan timbang terima di ruangan
RSUD M.Natsir solok : Dilaksanakan penerapan pelaksanaan kegiatan timang terima
yang sesuai dengan standar (tercapai 90%).
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit lebih memperhatikan koordinasi dengan
kepala-kepala ruangan tentang kebijakan-kebijakan yang mendukung untuk
terlaksananya metode pemberian asuhan keperawatan professional yang diterapkan
di ruangan rawat inap. agar terpenuhinya dan tercapainya asuhan keperawatan yang
terstruktur dan sesaui dengan standar baku.Selain itu pastikan staf ruangan
mendapatkan penghargaan atau reward yang sesuai agar meningkatkan motivasi
kerja perawat.
2. Bagi Ruang Rawat Inap
Tingkatkan motivasi pada staf untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi dan motivasi mereka untuk ikut seminar dan pelatihan-pelatihan untuk
mengupdate ilmu salah satunya penerapan pelaksanaan timbang terima dengan
menggunakan metode komunikasi efektif secara SBAR, serta pelaksanaan timbang
terima (ronde keperawatan) yang sesuai dengan standar baku. Jalin komunikasi yang
persuasive agar perawat diruangan mau melakukan perubahan.
3. Bagi Perawat
Diharakan perawat yang berada diruang rawat inap THT/Mata untuk
meningkatkan penerapan metode komunikasi efektif secara SBAR, serta
melaksanakan kegiatam timbang teria (ronde keperawatan) yang baik dan sesuai
dengan standar baku atau sesuai SOP.
4. Bagi Mahasiswa
Saat melakukan praktek manajemen keperawatan pastikan melakukan
pengkajian masalah manajemen secara lebih komprehensif. Dan jalin komunikasi
efektif dengan semua staf diruangan agar dapat optimal dalam melakukan perbaikan
manajerial diruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2014). Manajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar Ruzz

Media.

Afrizal. (2016). Analisis Fungsi Kepala Ruang Menurut Perspektif Staf Keperawatan

Di RSJD

Achmad et all. (2011). Fungsi Pengarahan Kepala Ruang dan Ketua Tim

Meningkatkan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana. Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia.

Bararah, T dan Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap

MenjadiPerawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakara

Mardiana, D. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Tingkat

Kepatuhann Perawat Dalam Menggunakan Alat Pelindung Diri Guna Pencegahan

Dan Pengurangan Resiko Infeksi Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gombong. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gombong.

Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan

professional (edisi 1). Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2013). Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan

professional (edisi ). Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan

professional (edisi 4). Jakarta : Salemba Medika


Nursalam. (2015). Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan

professional (edisi 5). Jakarta : Salemba Medika

Profil RSUD M.Natsir Solok. (2016). Daftar Data Penyakit. Solok: RSUD M.Natsir
LAMPIRAN
PRE IMPLEMENTASI PADA TGL 9-12 April 2021

POST IMPLEMENTASI PADA TGL : 19-25 April 2021


HASIL SPSS

PRE IMPLEMENTASI

TANGGAL 9-12 April 2021

Frequency Table

KOMUNIKASI SBAR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BAIK 7 31.8 31.8 31.8

CUKUP 12 54.5 54.5 86.4


Valid
KURANG 3 13.6 13.6 100.0

Total 22 100.0 100.0

TIMBANG TERIMA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SESUAI 7 31.8 31.8 31.8

Valid TIDAK SESUAI 15 68.2 68.2 100.0

Total 22 100.0 100.0


POST IMPLEMENTASI

TANGGAL 19-25 April 2021

Frequency Table

KOMUNIKASI SBAR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BAIK 18 81.8 81.8 81.8

CUKUP 2 9.1 9.1 90.9


Valid
KURANG 2 9.1 9.1 100.0

Total 22 100.0 100.0

TIMBANG TERIMA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SESUAI 20 90.9 90.9 90.9

TIDAK
Valid 2 9.1 9.1 100.0
SESUAI

Total 22 100.0 100.0


DOKUMENTASI
JADWAL DINAS
MINGGU 1

MINGGU 2
MINGGU 3

MINGGU 4

Anda mungkin juga menyukai