Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN DESEMINASI AKHIR

MANAGEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Keperawatan Manajemen Keperawatan Profesional
oleh Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Surabaya telah
dilaksanakan dengan baik.

Kami berterimakasih kepada Ibu Hepta Nur Anugrahini, S.Kep., Ns., M.


Kep. selaku dosen pembimbing kelompok kami dan juga rekan-rekan mahasiswa
serta semua orang yang telah membantu dan terlibat dalam pelaksanan kegiatan
manajemen keperawatan professional.

Kami selaku tim praktik menyadari bahwa laporan yang telah kami buat
ini belum sempurna, baik dari segi isi maupun penulisannya. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca. Semoga Laporan Kegiatan
Manajemen Keperawatan dapat berguna dan bermanfaat bagi pelayanan dan
akademik.

Surabaya, 13 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Tujuan ..................................................................................................2

1.3 Manfaat ................................................................................................3

BAB 2 PENGKAJIAN

2.1 Pengumpulan Data .............................................................................6

2.2 Ketenagaan (M1-Man) .......................................................................7

2.3 Sarana dan Prasarana (M2-Matherials) ..............................................23

2.4 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3- Methode)..................30

2.5 Pembiayaan dan Billing (M4 - Money)................................................35

2.6 Mutu (M5- Mutu) ................................................................................40

2.7 Analisis SWOT ..................................................................................52

BAB 3 RENCANA KEGIATAN

3.1 Pengorganisasian ................................................................................ 72

3.2 Strategi Pelaksanaan ...........................................................................73

BAB 4 PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Ketenagaan (M1-Man) .......................................................................117

4.2 Sarana dan Prasarana (M2-Matherials) ..............................................118

4.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3- Methode) .................119


4.4 Pembiayaan dan Billing (M4 - Money) ...............................................131

4.5 Mutu (M5- Mutu) ................................................................................132

BAB 5 EVALUASI

5.1 Ketenagaan (M1-Man) .......................................................................142

5.2 Sarana dan Prasarana (M2-Matherials) ..............................................143

5.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3- Methode) .................144

5.4 Pembiayaan dan Billing (M4 - Money) ...............................................158

5.5 Mutu (M5- Mutu) ................................................................................159

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan .........................................................................................167

6.2 Saran ...................................................................................................170


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan kesehatan telah memiliki
otonomi, sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya dengan manajemen yang efektif. Salah satu upaya untuk menunjang
pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah dengan melakukan perubahan pelayanan.
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu mereka
melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan dan
situasi. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era global akan
terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus
mengalami perubahan (Nursalam, 2014).
Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai
bentuk asuhan profesional kepada masyarakat, keperawatan sebagai ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK), serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat ilmuwan dan
kelompok masyarakat profesional (Nursalam, 2011). Tenaga keperawatan di era global
hendaknya mempersiapkan secara benar dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek
keadaan dan kejadian atau peristiwa yang telah, sedang, dan akan berlangsung pada era
tersebut. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan professional bersifat humanistis,
menggunakan pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi pada kebutuhan objektif pasien, mengacu pada standar profesional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam,
2014).
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen keperawatan di Indonesia perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan pada masa mendatang.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara professional, dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan
keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang
(Gillies, 1986), dalam Nursalam 2014). Sebagaimana proses keperawatan, dalam
manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan
mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai, maka
setiap tahapan didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses
keperawatan. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan,
konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis melalui
pendekatan: pengumpulan data, analisis SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan
pengendalian (Nursalam, 2014).
Model Asuhan Keperawatan Profesional saat ini yang sering digunakan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah metode Primary Nursing. Metode
Primary Nursing merupakan suatu metode yang memberikan tugas kepada satu orang
perawat untuk bertanggung jawab penuh sampai keluar Rumah Sakit. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat (Nursalam, 2014). Langkah konkret pengelolaan yang dapat
digunakan dalam peningkatan pelayanan keperawatan profesional berupa penataan
sistem MAKP yang meliputi ketenagaan atau pasien, penetapan sistem MAKP dan
perbaikan dokumentasi keperawatan dengan menerapkan prinsip SME (sesuai standar,
mudah dilaksanakan, efektif dan efisien). Model keperawatan profesional ini mampu
mendorong keperawatan dalam memperjelas deskripsi kerja, meningkatkan kemampuan
keperawatan dalam mendiskusikan masalah dengan tenaga kesehatan yang lain dan
membantu keperawatan untuk lebih bertanggung gugat secara profesional terhadap
tindakannya (Nursalam, 2012).
Berdasarkan uraian di atas, maka mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan
mencoba menerapkan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode
Primer di Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Diharapkan model
asuhan keperawatan ini mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan profesional sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan.

1.2 Tujuan

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam
melaksana- kan MAKP Modular di tatanan rumah sakit.
1.1.2 Tujuan Khusus
Dalam program profesi Manajemen Keperawatan diharapkan mahasiswa mampu:
1) Melaksanakan pengkajian situasi ruangan di Ruang Bedah Herbra
2) Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisis SWOT
3) Menentukan prioritas masalah
4) Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian dan
masalah yang ditemukan pada pelaksanaan manajemen keperawatan meliputi:
a) Menyusun rencana strategis operasional untuk ketenagaan (M1)
b) Menyusun rencana strategis operasional untuk sarana prasarana (M2)
c) Menyusun rencana strategis operasional untuk metode (M3) yang terdiri dari:
(1) Menyusun rencana operasional strategis untuk menyelesaikan masalah
yang ditemukan pada pelaksanaan MAKP.
(2) Menyusun rencana operasional strategis pada timbang terima.
(3) Menyusun rencana operasional strategis pada penerimaan pasien baru.
(4) Menyusun rencana operasional strategis pada pengelolaan obat.
(5) Menyusun rencana operasional strategis pada ronde keperawatan.
(6) Menyusun rencana operasional strategis pada supervisi keperawatan
(7) Menyusun rencana operasional strategi pada discharge planning
(8) Menyusun rencana operasional strategi pada dokumentasi keperawatan
d) Menyusun rencana strategis operasional untuk keuangan (M4)
e) Menyusun rencana strategis operasional untuk mutu (M5)

1.2 Manfaat
1.2.1 Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan pasien secara optimal selama perawatan di ruang Bedah
Herbra RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2.2 Bagi Rumah Sakit
1) M1 (Man)
Setelah dilakukan praktik manajemen keperawatan, ruang Bedah Herbra dapat
meningkatkan profesionalitas dengan menerapkan metode MAKP yang efektif,
kebutuhan jumlah tenaga perawat yang proporsional untuk melakukan perawatan
pasien serta adanya perhitungan BOR per shift.
2) M2 (Material)
Membantu mengajukan peralatan yang kurang dan membantu administrasi
pengelolaan material sesuai standard SNARS.
3) M3 (Method)
a) Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara menyeluruh
b) Menurunkan hari perawatan
c) Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen,
khususnya manajemen keperawatan yang berimplikasi pada pendokumentasian
asuhan keperawatan yang terkait dengan perencanaan pulang di rumah sakit.
4) M4 (Money)
Mendapatkan perawat yang memiliki loyalitas untuk rumah sakit dikarenakan
gaji yang diberikan sudah sesuai dengan beban kerja yang diberikan serta perhitungan
remunerasi yang transparan.
5) M5 (Mutu)
Meningkatkan kualitas keselamatan pasien sesuai standart SNARS dan
meningkatkan mutu kepuasan pelayanan pasien di Ruang Bedah Herbra.

1.2.3 Bagi Perawat


1) Perawat dapat mengetahui masalah yang ada di ruangan berkaitan dengan
pelaksanaan manajemen keperawatan dan mempelajari penerapan model asuhan
keperawatan profesional
2) Meningkatkan profesionalisme dalam menerapkan asuhan keperawatan profesional
3) Terjalin hubungan antar perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat
dengan pasien serta keluarga pasien
4) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri dari perawat.
5) Transfer ilmu tentang manajemen keperawatan
1.2.4 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan model asuhan keperawatan
profesional modular yang mencakup timbang terima, ronde keperawatan,
pengelolaan obat, supervisi keperawatan, discharge planning, dan
dokumentasi keperawatan.
BAB II
PENGKAJIAN

2.1 Ketenagaan (M1-Man)


2.1.1. Struktur Organisasi
Ruang X dipimpin oleh seorang kepala ruangan dan dibantu oleh satu
wakil kepala ruangan, 3 perawat primer, 25 perawat associate, 2 petugas rekam
medis, 7 pramu bakti, 2 pekarya rumah tangga, serta 2 orang cleaning service
(CS).
2.1.2. Tugas Masing-masing Jabatan
A. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi
tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan
kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap. Berikut ini
adalah tugas seorang kepala ruangan.
1. Menyusun rencana kerja pelayanan di ruang rawat inap.
2. Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan sesuai
kebutuhan.
3. Menyusun rencana kebutuhan perawatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan.
4. Menyusun dan membuat jadwal dinas.
5. Mengikuti timbang terima pasien dan memimpin doa sebelum
bekerja.
6. Melaksanakan orientasi pada perawat baru.
7. Melaksanakan program bimbingan mahasiswa.
8. Mengatur dan mengoordinasikan alat agar dalam keadaan siap
pakai.
9. Mengatur dan mengendalikan pemberian asuhan keperawatan.
10. Meningkatkan kolaborasi dengan tim lain.
11. Melakukan program bimbingan para staf yang mengalami
kesulitan.
12. Mendelegasikan tugas pada katim pada saat karu tidak ada.
13. Mengatur penugasan Pramu Bakti.
14. Mengadakan pertemuan berkala dengan staf.
15. Mengecek kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan.
16. Mengendalikan mutu pelayanan keperawatan dengan pemantauan
angka flebitis dan angka dekubitus.
17. Mengadakan diskusi dengan staf apabila ada masalah.
18. Membuat penilaian kinerja karyawan.
19. Merencanakan dan mengevaluasi mutu asuhan keperawatan
dengan instrument A, B, C.
20. Membuat laporan tahunan/ akuntabilitas kinerja.
B. Perawat Primer
Perawat primer adalah seorang perawat yang diberi wewenang
dan tanggung jawab dalam mengelola satu tim pelayan keperawatan
pada setiap shift jaga. Berikut ini adalah tugas seorang perawat primer.
1. Perawat bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan shift
jaga.
2. Bersama kepala ruangan melakukan timbang terima pasien.
3. Membagi tugas tingkat ketergantungan pasien.
4. Menyusun rencana asuhan keperawatan.
5. Mengikuti visite dokter.
6. Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota
tim.
7. Mengorientasi pasien baru.
8. Menjelaskan rencana keperawatan yang telah ditetapkan pada
perawat pelaksana.
9. Memonitor pendokumentasian askep yang dilakukan perawat
pelaksana.
10. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat pelaksana.
11. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh
perawat pelaksana.
12. Mengatur pelakssanaan konsul dan pemeriksaan laporan.
13. Melakukan evaluasi perkembangan pasien pada setiap shift jaga.
14. Memberi health education pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
15. Membuat rencana pasien pulang.
16. Menyelenggarakan diskusi apabila ada masalah pasien setiap shift
jaga.
17. Membuiat laporan kerja.
18. Melaksanakan tugas limpah yang diberikan oleh kepala ruangan.
C. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang tenanga keperawatan yang
diberi wewenang untuk melaksanankan asuhan keperawatan di ruang
perawatan. Berikut ini adalah tugas seorang perawat pelaksana.
1. Mengikuti timbang terima pasien dengan katim dan karu.
2. Membaca rencana keperawatan yang telah ditetapkan.
3. Menerima pasien baru dan memberikan informasi tentang pasien
dan keluarga.
4. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang akan dilakukan.
5. Melakukan tindakan keperawatan sesuai perencanaan.
6. Mengikuti visite dokter.
7. Mengecek kerapian dan kelengkapan status pasien.
8. Mengkomunikasikan kepada katim apabila ada masalah.
9. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium, pengobatan,
dan tindakan.
10. Berperan serta dalam pendidikan kesehatan.
11. Melakukan inventaris fasilitas yang dilakukan dalam pelayanan.
12. Membantu tim lain apabila diperlukan.
13. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien.
14. Melaksanakan tugas yang didelegasikan oleh katim atau karu.
D. Pramu Bakti
Pramu bakti adalah seorang tenaga non-keperawatan yang
diberikan wewenang untuk melaksanakan administrasi di ruangan dan
membantu keperawatan di ruang perawatan.Berikut ini adalah tugas
seorang Pramu Bakti.
1. Melakukan timbang terima dengan pramu bakti jaga sebelumnya.
2. Memantau kebersihan dan melakukan perkerjaan yang tidak
menjadi tugas cleaning service.
3. Memantau pemberian makanan pada pasien.
4. Mengantar dan mengambil cucian di laundry.
5. Mengantar bahan dan mengambil hasil pemeriksaan laboratorium.
6. Mengantar pasien dan mengambil hasil untuk pemeriksaan
radiologi.
7. Mengantar blangko bon dan mengambil permintaan obat atau
alkes, O2, ATK, alat kebersihan, alat rumah tangga, alat linen,
meubeleir blanko-blanko yang diperlukan.
8. Melakukan inventaris alat rumah tangga, alat linen ke dan dari
laundry.
9. Melaksanakan tugas administrasi di ruangan.
10. Mengantarkan pasien ke ruangan lain untuk tindakan, konsul, dan
pindah ruangan.
11. Mengambil pasien dari OK, dan ICU.
12. Mengantarkan pasien menuju kendaraan saat pulang sesuai
permintaan.
13. Mengantar dan mengambil alat-alat yang perlu diperbaiki.
14. Melaksanakan tugas lain yang diberikan perawat dan karu.
2.1.3. Tenaga Ruang
Merupakan keterangan berupa dokter umum atau spesialistik yang
biasanya terkait ruang keperawatan. Seperti berapa jumlah supervisor, dokter
PPDS, perawat serta jumlah mahasiswa yang sedang praktik di ruangan tersebut.
2.1.4. Kebutuhan Tenaga Keperawatan

Menurut Douglas
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) penerapan sistem
klasifikasi klien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:
A. Kategori I: perawatan mandiri

Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat


melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan,
minum, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional.
Klien perlu dilakukan diawasi ketika melakukan ambulasi atau
gerakan. Klien perlu dilakukan observasi setiap shift, pengobatan
minimal, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
B. Kategori II: Perawatan intermediet

Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah memerlukan bantuan


untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur posisi
waktu makan, memberi dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi
dan kebersihan diri, tindakan keperawatan untuk memonitor tanda-
tanda vital, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase,
bantuan dalam pendidikan kesehatan serta kesiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
C. Kategori III: Perawatan total

Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah tidak dapat melakukan


sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh
perawat, penampilan klien sakit berat, klien memerlukan observasi
tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang nasogastrik (NGT),
menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap (suction) dan
kadang klien dalam kondisi gelisah/ disoriented.
Menurut Douglas (1984) dalam Nursalam (2014) menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai
standar per shift.
2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Matherials)
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang
ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi
sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan,
tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. Beberapa standart
tentang sarana prasarana antara lain:
a. Standart ruangan keperawatan
b. Standar Alat Keperawatan
c. Standar Keperawatan
d. Standart Alat Tenun
e. Standary Alat Rumah Tangga 
f. Standart Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap
2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3- Methode)
2.3.1 Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional ;(MAKP)
Model MAKP modular atau modifikasi merupakan kombinasi MAKP
tim dan primer. Model ini digunakan karena perawat primer harus mempunyai
latar belakang S1 atau setara, tanggung jawab keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim. Dengan melalui kombinasi kedua model ini diharapkan kedua
asuhan keperawatan terdapat pada primer, selain itu saat ini kebanyakan pegawai
rumah sakit merupakan lulusan D3. Manajemen keperawatan merupakan suatu
proses bekerja dengan melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Profesional.
Pemberian pelayanan keperawatan secara profesional diharapkan mampu
menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien menuju ke arah kesehatan yang optimal
(Nursalam, 2015)
2.3.2 Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan


pasien baru (pasien dan keluarga) di ruang pelayanan keperawatan, khususnya
pada rawat inap atau keperawatan intensif. Perlu disampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan perawat medis dan tata tertib
ruang serta penyakit.
Perawat yang menerima pasien baru merupakan perawat yang shift
pada waktu tersebut, penerima pasien baru tidak harus ketua tim. Adanya
keinginan perawat dalam peningkatan pelayanan. Alur penerimaan pasien baru
sesuai standart. Penerimaan pasien baru dilakukan bila ada pasien datang,
perawat akan menyiapkan tempat tidur pasien, memperkenalkan diri,
memberitahukan aturan rumah sakit dan memberikan petujuk untuk
pengambilan obat. Pasien baru yang datang diorientasikan berdasarkan format
penerimaan pasien baru yang berisi idetitas pasien, dokter yang bertanggung
jawab, perawat yang bertanggung jawab. Namun tak jarang tidak semua pasien
baru dapat di orientasi mengenai ruangan dan segala tindakan keperawatan yang
akan dilakukan karena keterbatasan waktu. Observasi mengenai pengisian
dokumen telah diisi antara lain lembar onformed consent kesediaan dirawat,
pengkajian awal dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Observasi mengenai
pengisian dokumen penerimaan pasien baru, didapatkan hasil bahwa beberapa
dokumen telah diisi antara lai lembar informed consent kesediaan dirawat,
pengkajian awal dan edukasi kepada pasien dan keluarga.
2.3.3 Timbang Terima

Menurut Nursalam (2015) timbang terima dilakukan oleh kepala ruangan


dan staf keperawatan pada pergantian shif. Timbang terima dipimpin oleh kepala
ruangan dan perawat primer sebagai penanggung jawab shif. Timbang terima
diikuti oleh perawat dan mahasiswa yang berdinas atau akan berdinas. Timbang
terima dilaksanakan di nurse station paling lama 15 menit dan 3 menit di setiap
pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa, timbang terima
dilakukan pada pagi hari, siang dan malam yang dihadiri oleh perawat yang
bertugas dan juga keala ruang kecuali untuk shif sore dan malam. Serta
mahasiswa yang berdinas dan akan berdinas. Timbang terima dibacakan oleh
perawat primer yang bertanggung jawab disetiap ruangan. Timbang terima
dilakukan ± 45 menit. Laporan yang dibacakan pada timbang terima berupa
identitas pasien, nomor berpasien, diagnose medis, keadaan umum, keluhan
utama, data obyektif maupun subyektif, masalah keperawatan, intervensi baik
mandiri maupun kolaborasi. Pada saat timbang terima antara PP kepada PA
kepada PA membahas setiap masalah keperawatan yang ada pada pasien,
kemudian dilanjutkan validasi ke pasien secara bersama-sama. Pelaksanaan
timbang terima terdokumentasikan di buku timbang terima.
Mekanisme komunikasi menggunakan sistem SBAR (Situation,
Background, Assesment, Recommendation). Data situation merupakan hasil dari
nama, umur, tanggal MRS, hari perawatan, dokter yang bertanggung jawab ,
diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum teratasi. Background
meliputi kondisi pasien, riwayat alergi, pembedahan alat invasif, obat-obatan,
pengetahuan pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan, pemeriksaan
diagnostik. Assesment merupakan hasil pengkajian terkini, tanda vital,pain
score, tingkat kesadaran risiko jatuh, status nutrisi, hal-hal yang kritis.

Recommendation meliputi intervensi asuhan keperawatan yang perlu


dilanjutkan termasuk discharge planning. Pelaksanaan timbang terima
didokumentasikan di buku timbang terima yang sudah disediakan diruangan. Di
buku catatan timbang terima disertakan jumlah pasien, yang ditandatangani oleh
kepala ruangan serta perawat yang telah berdinas, dan pada laporan dinas malam
disertakan pula nilai jumlah pasien yang dirawat dan nilai BOR.

2.3.4 Sentralisasi Obat

Obat oral maupun obat injeksi telah dilakukan sistem sentralisasi


obat dengan program yang disebut UDD (Unit Dose Dispending). Alur
sentralisasi obat adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan
kepada keluarga untuk mengambil resep ke farmasi (BPJS dan Askes) disertakan
dengan peryaratan pengambilan obat. Setelah itu farmasi akan menyiapkan
kemasan perdosis pemberian lalu diberikan kepada perawat dan melampirkan
tanda bukti lembar serah terima obat. Terdapat formet pencactatan jenis obat,
jadwal pemberian ke pasien dan nama perawat yang bertugas memberikan obat
sehingga pemberian obat dapat tedokumentasikan. Adanya kerja sama yang baik
antara petugas kesehatan dan partisipasi keluarga dalam pelaksanaan sentralisasi
obat. Pemberian obat injeksi dari farmasi didistribusikan ke perawat, sedangkan
obat oral diberikan oleh perawat langsung ke pasien setiap hari dengan etiket
pemberian, jenis obat, dan nama pasien, manajemen pemberian obat oral hanya
mengingatkan jam pemberian.
2.3.5 Supervisi Keperawatan

Supervisi keperawatan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang


dilaksdewasaan untuk menilai kinerja perawat secara umum. Supervisi secara
langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan
atau permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan.
Supervisi yang dilakukan bersifat on the spot, yaitu melakukan
pengawasan terhadap kinerja perawat secara langsung dan dilakukan setiap saat
oleh Kepala Ruangan. Kepala ruang akan melakukan cross check kepada pasien
mengenai kinerja perawat misalnya Karu akan menanyakan kepada pasien
apakah pasien sudah kenal dengan perawat dan dokter yang merawat,
menanyakan apakah sudah dijelaskan mengenai pemasangan gelang identitas,
apakah pasien sudah dijelaskan cara menindak lanjuti perawat yang
bersangkutan yang belum melakukan tugas secara maksimal. Supervisi juga
dapat dilakukan oleh Kepala Ruangan saat timbang terima dengan melihat
beberapa aspek misalnya dalam pendokumentasian askep serta laporan
pendokumentasian. Supervisi dilakukan lebih detail pada masing-masing
perawat. Terdapat format penilaian yang baku, terstruktur, dan dokumentasi
supervisi.
2.3.6 Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi


masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat yang melibatkan
pasien untuk membahas dan melakasanakan keperawatan. Pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat
associate dan melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
2.3.7 Discharge Planning
Kartu DP sudah ada dengan isi sesuai dengan standart. Identitas pasien,
tanggal control, aturan diit, obat aktivitas dan istirahat, perawatan umum dan
hasil pemeriksaan yang dibawa pulang. Pada ruangan ini tidak semua pasien
diberikan leaflet sebagai media edukasi, penyampaian hanya dilakukan secara
lisan. DP dilakukan oleh PP tepat sebelum akan pulang. Leaflet sebagai media
penjelasan penyakit dan penanganannya tersedia namun belum maksimal
dilakukan padasaat discharge planning serta tidak semua dibagikan pada setiap
pasien saat discharge planning. Sudah dilakukan discharge planning pada setiap
pasien yang akan pulang tetapi tidak semua pasien mendapatkan leaflet karena
kurangnya persediaan leaflet diruangan.
2.3.8 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari media komunikasi


antara perawat yang melakukan asuhan keperawatan dengan perawat lain atau
dengan tenaga kesehatan lain, dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dan
ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan. Menggunakan system
SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan,
misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Berdasarkan hasil obervasi
terhadap seluruh status klien yang ada didapatkan :
Pendokumentasian dilakukan satu kali pada setiap shift dan
pendokumetasian mencakup asuhan keperawatan mulai dari keluhan utama,
data obyektif, data obyektif dan tindakan keperawatan.
a. Pendokumentasian perawat pada daftar tersendiri yang terdiri dari lembar
penerimaan klien baru, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan
implementasi keperawatan.
b. Pelaksanaan pendokumentasian di ruangan kurang lengkap di bagian waktu
pendokumentasian.
2.4 Pembiayaan dan Billing (M4 - Money)
2.4.1 Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan pegawai ruangan
berasal dari rumah sakit yang diperoleh dari APBD provinsi Jawa Timur dan
IRNA Bedah.Sedangkan pembiayaan klien sebagian besar dari BPJS baik BPJS
PBI (Penerimaan Biaya Iuran) maupun BPJS Non-PBI dan biaya sendiri
(umum).
2.4.2 Jenis Pembiayaan
1. BPJS
Peserta BPJS terdiri dari:
1) PBI (Penerimaan Biaya Iuran)
Peserta PBI antara lain adalah klien yang mendapatkan jaminan
dari pemerintah seperti, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan
Jamkesmas
2) Non-PBI
Peserta BPJS non-PBI adalah klien yang menggunakan BPJS
peserta umum atau mandiri dimana setiap bulan membayar iuran
sesuai dengan kelas yang dikehendaki.
3) Biaya Umum

Klien membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah


diterima tanpa menggunakan surat apapun.
2. Billing System

Pelaksanaan billing klien di dilakukan oleh petugas rekam medis


yang merangkap sebagai petugas administrasi. Adanya petugas yang
melaksdewasaan billing dapat mengurangi beban kerja perawat.
Petugas administrasi merekap semua jenis pelayanan yang diterima
klien kemudian disajikan dalam bentuk Rincian Biaya Klien.
3. Tarif Rawat Inap
Tarif tindakan keperawatan di suatu ruang rawat inap berdasarkan
paket perawatan penyakit yang diderita oleh klien. Tarif pelayanan
hanya diketahui oleh pihak BPJS. Tarif rawat inap biasanya
dibedakan menjadi kelas I, II dan III sesuai dengan fasilitasnya.
4. Gaji Perawat
Gaji pegawai dengan status kepegawaian PNS mendapatkan gaji dari
negara, sedangkan Pegawai Non PNS mendapatkan Gaji dari rumah
sakit sesuai surat keputusan suatu rumah sakit yang terdiri dari gaji
pokok, remunerasi, serta tunjangan daerah.
2.4.3 Remunerasi

Remunerasi merupakan pengganti dari jasa pelayanan yang diberikan


setiap 1 bulan sekali. Ada dua jenis remunerasi, remunerasi performance dan
umum. Remunerasi performance berdasarkan golongan dan masa kerja.
Sedangkan remunerasi umum dihitung berdasarkan poin, poin diperoleh dari
jabatan (perawat pelaksana, kepala ruang, atau perawat penanggung jawab).
Setiap perawat yang telah memberikan pelayanan menulis pada form yang
sudah disediakan kemudian dimasukkan ke dalam log book dan di rekap oleh
kepala ruangan. Remunerasi diberikan berdasarkan penilaian kinerja perawat
oleh tim mutu Rumah Sakit.
2.5 Market (M5-Market)
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat
penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi
barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab
itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor
menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan
harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.
a. Indeks Kepuasan Masyarakat
2.6 Mutu (M5- Mutu)

Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat


memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasaan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode
etik profesi (Azwar, 1996).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan
dimata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok
profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan
penderitaan, kesakitan, kesengsaraan yang di alami pasien dan keluarganya.
Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah
pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak.
Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang di
dapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2004).
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses, dan outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum
aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2015). Menurut Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018)
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan
pasien maka rumah sakit perlu mempunyai program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien (PMKP) yang menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah
sakit.
BAB 3
PELAKSANAAN
2.1 M1 (Man / Ketenagaan)
1. Penetapan Keterangan

Perhitungan ketenagaan yang digunakan kelompok adalah perhitungan


menurut Douglas didapatkan bahwa dalam sehari dibutuhkan 9 orang perawat dan
1 orang perawat lepas dinas. Perhitungan ini didapatkan dengan rumus
perbandingan ideal ketenagaan. Perhitungan ini disesuaikan dengan tingkat
ketergantungan pasien dan dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, sore dan malam.

2. Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan kelompok adalah:


a. Menyiapakan format pencatatan jumlah pasien setiap hari serta tingkat
ketergantungannya.
b. Menyiapkan format klarifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan
pasien berdasarkan teori
c. Menyiapkan konsep perhitungan kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
3. Pelaksanaan
a. Mengumpulkan data mengenai jumlah pasien serta tingkat
ketergantungan
b. Melakukan tabulasi data dan melaksanakan perhitungan jumlah
kebutuhan tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
4. Hambatan

Selama pelaksanaan MAKP yang telah dilakukan tidak ditemukan adanya


hambatan yang berarti.

5. Dukungan

Diperoleh dari seluruh staff Ruang Bedah dan pembimbing akademik


2.2 M2 (Material / Sarana)
1. Persiapan
Mengamati kondisi , jumlah sarana dan prasarana yang berada di ruang
seperti struktur organisasi MAKP dan umum yang berada di ruangan
2. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan Dalam kegiatan ditemukan alat oksimetri yang penting
dalam mengukur vital sign in melalui EWS
3. Hambatan
Hambatan tidak ada hambatan besar yang mempengaruhi dalam kegiatan
pelaksanaan
4. Dukungan
Diperoleh dari seluruh staff yang berada di ruang bedah flamboyan serta
rekan rekan yang ikut dalam terkait pelaksanaan
2.3 M3 (Methode)
2.3.1. MAKP
1. Persiapan
a. Persiapan anggota dalam kegiatan model asuhan keperawatan
profesional terutama yang akan menyampaikan materi model asuhan
keperawatan professional
b. Pembukaan acara dilakukan oleh kepala ruangan dan penyampaian
materi dilakukan oleh kepala ruangan selaku penanggung jawab
c. Diskusi mengenai penjelasan mengenai model asuhan keperawatan
antar anggota tim
d. Menyimpulkan hasil dari diskusi model asuhan keperawatan
profesiaonal yang telah disampaikan
2. Penatalaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dilaksanakan mulai
pada yang terdiri dari penerimaan pasien baru, discharge planning, timbang
terima, sentralisasi obat, ronde keperawatan, dan supervisi keperawatan
3. Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Dalam Kegiatan MAKP belum terlaksana pada tahun ini
b. Dukungan
Adanya Dukungan dari pembimbing akademik dalam memberikan
arahan terkait penyusunan proposal hingga laporan MAKP dapat
dipahami dan sudah cukup jelas
2.3.2. Penerimaan Pasien Baru
1. Persiapan
a. Menetapkan penanggung jawab antara lain ada yang sebagai Perawat
Primer, Perawat Asosiate, Kepala Ruangan.
b. Menyusun skenario pelaksanaan penerimaan pasien baru
c. Menyiapkan pelaksanaan penerimaan pasien baru
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penerimaan pasien baru dilakukan secara daring dan
membuat video roleplay, mahasiswa melakukan satu kali role play
penerimaan pasien baru, perawat primer dan perawat Asosiate menerima
pasien baru dan menerima limpahan wewenang dari perawat sebelumnya.
Kemudian perawat primer mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan
tanda tangan persetujuan dirawat dan perawat primer mengorientasi
ruangan terhadap keluarga pasien dan mengedukasi keluarga pasien
mengenai alur sentralisasi obat. Kegiatan penerimaan pasien baru berjalan
dengan lancar dan tertib sesuai yang diharapkan. Susunan acara runtut
dimulai dari persiapan, pelaksanaan menerima pasien baru penyampaian
alur dan orientasi ruangan, hingga penutup.
3. Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan langsung di lapangan namun
digantikan dengan roleplay yang dilakukan di laboratorium Kampus
keperawatan soetomo Poltekkes Kemenkes Surabaya..
b. Dukungan
Dukungan dari pembimbing kampus mulai dari memfasilitasi
disusunnya proposal hingga terselenggaranya roleplay Penerimaan
Pasien baru sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2.3.3. Sentralisasi Obat
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan antara lain :
a. Setelah dibentuk penanggung jawab dari pelaksanaan sentralisasi obat
kemudian mulai disusun proposal sentralisasi obat.
b. Menyusun skenario pelaksanaan sentralisasi obat
c. Menyiapkan pelaksanaan sentralisasi obat.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan roleplay sentalisasi obat sudah dilaksanakan dengan
lancar. Kegiatan role play didukung dengan kehadiran dari kepala ruangan,
perawat primer, perawat associate , dokter, perawat IGD, apoteker,
keluarga pasien, dan pasien. Kegiatan sentralisasi obat berjalan dengan
lancar dan tertib sesuai yang diharapkan. Susunan acara runtut dari mulai
pembukaan, menerima pasien baru, hingga penyampaian alur dan aplikasi
dari alur senralisasi obat
3. Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaannya
b. Dukungan

Pembimbing mengikuti alur sentralisasi obat dan memberikan


masukan
pada mahasiswa apabila ada hal yang dirasa kurang tepat dan perlu
diperbaiki.
2.3.4. Timbang Terima Pasien
1. Persiapan
a. Membentuk penanggung jawab dari timbang Terima
b. Menyusun proposal timbang Terima dan skenario dari timbang terima
c. Berlatih roleplay sesuai dengan peran masing-masing
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan pada shif pagi ke shif
siang oleh perawat primer. Dalam penyampaian laporan timbang terima
menggunakan metode SBAR dengan singkat dan jelas. Kemudian
dilanjutkan dengan sesi tanda tangan pada laporan timbang terima yang
telah disampaikan, yaitu sesi tanda tangan oleh perawat primer shif pagi,
perawat primer shif siang dan kepala ruangan.
3. Hambatan dan Dukuungan
a. Hambatan
Saat pelaksanaan timbang terima, mahasiswa yang berperan sebagai
perawat primer (dinas siang) kurang aktif untuk bertanya mengenai
kondisi klien yang disampaikan. Mahasiswa juga masih terbata-bata
saat menyampaikan kondisi pasien karena belum terbiasa untuk
melakukan timbang terima.
b. Dukungan
Pembimbing mengikuti alur timbang terima dan memberikan masukan
pada mahasiswa apabila ada hal yang dirasa kurang tepat dan perlu
diperbaiki.
2.3.5. Supervisi
1. Persiapan
a. Menetapkan penanggung jawab antara lain ada yang sebagai Perawat
Primer, Perawat Asosiate, Kepala Ruangan.
b. Menyusun skenario pelaksanaan supervisi keperawatanc. Menyiapkan
pelaksanaan supervisi keperawatan
1. Pelaksanaan
Dilakukan secara daring dan membuat video roleplay, mahasiswa
melakukan satu kali role play penerimaan pasien baru yang dilakukan pada
Rabu, 17 Januari 2023 pada pukul 11.20-11.25 yang dilaksanakan di ruang
Laboratorium Kampus keperawatan soetomo, roleplay dimulai dan dibuka
oleh moderator. kemudian perawat primer dan perawat Asosiate
melaksanakan supervisi keperawatan dan menerima arahan dari perawat
primer sebelumnya. Perawat primer mencatat setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat assosiate sudah sesuai atau tidak dengan standart
operasional prosedur. Kegiatan supervisi keperawatan berjalan dengan
lancar dan tertib sesuai yang diharapkan. Susunan acara runtut dari mulai
pembukaan, melakukan supervisi kepada pasien, hingga penyampaian
hasil evaluasi oleh kepala ruangan. Penjelasan pelaksanaan kegiatan secara
jelas terlampir dalam lampiran kegiatan role play supervisi keperawatan..
2. Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan langsung di lapangan
namun digantikan dengan roleplay yang dilakukan di laboratorium
Kampus keperawatan soetomo Poltekkes Kemenkes Surabaya.
b. Dukungan
Dukungan dari pembimbing kampus mulai dari memfasilitasi
disusunnya proposal hingga terselenggaranya roleplay supervisi
keperawatan sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar..
2.3.6. Ronde Keperawatan
1. Persiapan
Persiapan ronde keperawatan yang dilaksanakan antara lain:
a. Menentukan penanggung jawab kegiatan menyusun proposal ronde
keperawatan
b. Menetapkan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan dengan
persetujuan pembimbing
c. Menyiapkan materi dan skenario pelaksanaan ronde keperawatan.
2. Pelaksanaan
Kegiatan ronde keperawatan diikuti kepala ruangan bedah,
pembimbing klinik, pembibing pendidikan, perawat primer, perawat
associate, dokter, ahli gizi, farmasi serta mahasiswa sarjana terapan
keperawatan.
Ronde keperawatan dilaksanakan secara daring melalui Google
Meet, dibuka oleh kepala ruangan dilanjutkan oleh mahasiswa lain sebagai
PP dan PA yaitu menyampaikan masalah keperawatan pasien yang sulit
diatasi berikut rencana tindakan dan tindakan yang sudah dilakukan dan
data – data yang mendukung masalah tersebut patut dirondekan. Kemudian
dilanjutkan dengan diskusi antara PP dan disimak oleh tim kesehatan
untuk membahas masalah yang terjadi pada pasien dan mendengarkan
masukan dari kepala ruangan,PP, PA, dokter, farmasi dan ahli gizi.
Beberapa saran yang disampaikan antara lain:
a. lakukan diet TKTP
b. Dokter : melakukan CT SCAN untuk mengetahui cairan, setelah
cairan habis lakukan proses pelepasan WSD
c. Kolaborasi untuk pemberian obat analgetik
d. Kolaborasi untuk menambahkan obat Ventolin diberikan pada
nebulizer
3. Kolaborasi untuk Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Dalam pelaksanaan ronde keperawatan pada pasien kelolaan
mahasiswa praktik manajemen, kurangnya anggota kelompok karena
dalam roleplay ronde keperawatan memerlukan banyak peran, maka
dari itu kami meminta bantuan dari kelompok lain untuk menjadi
pasien dan salah satu anggota kelompok kami ada yang berperan
ganda, kemudian kami tidak bisa melihat kondisi pasien secara
langsung/ detail karena roleplaynya menggunakan kasus semu.
b. Dukungan
Dukungan yang diperoleh mahasiswa dalam pelaksanaan role play
ronde keperawatan di Ruang Bedah Flamboyan yaitu berupa
partisipasi Kepala Ruangan, PP, PA, Dokter, farmasi, ahli gizi,
fisioterapi dan dosen pembimbing akademik yang mau ikut terlibat
dalam pelaksanaan ronde keperawatan, dan kami sebisa mungkin
memahami kasus semu yang telah diberikan untuk bisa diroleplaykan
dengan baik
2.3.7. Discharge Planing
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan antara lain:
a. Menetapkan penanggung jawab discharge planning kemudian menyusun
format discharge planning
b. Menyusun skenario pelaksanaan discharge planning.
c. Menyiapkan pelaksanaan discharge planning.
2. Pelaksanaan
Selama proses pelaksanaan MAKP, dilaksanakan satu kali role play
kegiatan discharge planning yang diadakan pada tanggal 17 Januaari 2023.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh pembimbing kampus secara daring.
Rekomendasi untuk kegiatan tersebut yakni sebelum perawat melakukan
discharge planning sebaiknya perawat memberikan informasi lebih jelas
dalam hal penjelasan tentang pengobatan dan perawatan di rumah, diet,
mobilisasi, dan alur. Penjelasan pelaksanaan kegiatan secara jelas
terlampir dalam lampiran kegiatan role play discharge planning. Pada
pasien Ny. S dengan Pnemothorax post op pemasangan WSD. Dalam
pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan sesuai alur yang berada pada
proposal. Berawal dari pengkajian , Penyelesaian administrasi kepulangan,
persiapan , pelaksanaan dan penutup.
3. Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan langsung namun digantikan
dengan roleplay yang dilakukan secara daring melalui Goggle
Meeting..
b. Dukungan
Dukungan dari pembimbing kampus mulai dari memberi arahan terkait
disusunnya proposal hingga terselenggaranya roleplay discharge
planning sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2.3.8. Dokumentai Keperawatan
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan diantaranya menyiapkan kelengkapan format
pendokumentasian keperawatan
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan MAKP Dokumentasi Keperawatan terdapat 5 pasien.
Mahasiswa melakukan pendokumentasian setiap hari dengan baik. Proses
pendokumentasian dilakukan bersama oleh perawat primer dan perawat
associate sesuai dengan struktur organisasi MAKP dan jadwal praktik. 5
pasien:
- Tn. A dengan kasus Pneumothoraks. MRS : 21 Februari 2022, KRS : 26
Februari 2022
- Tn. R dengan kasus Close Fraktur Radius Ulna 1/3 Distal. MRS : 23
Februari 2022, KRS : 25 Februari 2022
- Tn. B dengan kasus Close Fraktur Femur. MRS : 24 Februari 2022, KRS :
27 Februari 2022
- Tn. T dengan kasus Close Fraktur Tibia. MRS : 25 Februari 2022, KRS :
28 Februari 2022- Tn. D dengan kasus Hemathoraks. MRS : 25 Februari
2022, KRS : 03 Maret 2022
3. Hambatan dan Dukungan
a. Hambatan
Kegiatan tersebut tidak dapat di laksanakan langsung di lapangan
sehingga data yang kami input adalah data semu, namun kami mengisi
semua dokumen sesuai dengan kasus yang telah di dapat
b. Dukungan
Dukungan dari pembimbing yang senantiasa memberikan kami selalu
arahan, dan rekan-rekan yang telah membatu dalam penyusunan rekam
medis atau dokumen yang dibutuhkan sehingga dapat berjalan dengan
baik dan lancar
2.4 M4 (Money)
1. Persiapan
Mengamati cara pendataan dengan status pembayaran JKN (BPJS PBI dan
Non-PBI/Mandiri/Asuransi)
2. Pelaksanaan Kegiatan
Perihal pembiayaan pasien merupakan wewenang dan tugas bagian
administrasi Rumah Sakit. Hal yang terkait unsur M4 pada perawat adalah
proses billing system yang merupakan klaim atas kegiatan tindakan
keperawatan secara mandiri, delegatif atau kolaborasi.
3. Hambatan dan Dukungan
Pada saat melakukan observasi jenis status pembiayaan klien tidak
terdapat hambatan. Dukungan pada saat observasi diperoleh dari dokumen
rekam medis klien yang lengkap dengan surat pernyataan jenis
pembiayaan klien selama di rumah sakit.
2.5 M5 (Mutu)

1. Persiapan

Adapun persiapan pelaksanaan peningkatan mutu (M5) yang akan


dilaksdewasaan pada ruang IRNA Bedah Flamboyan antara lain:
a. Pembuatan lembar balik untuk penerimaan pasien baru yang berisi visi
misi ruang Bedah Flamboyan, hak dan kewajiban pasien, tata tertib
ruangan serta denah ruang Bedah Flamboyan.
b. Pembuatan poster langkah cuci tangan dan 5 moments yang
ditempatkan di setiap ruang klien, dekat wastafel dan ruang tindakan
perawat.
c. Pembuatan poster IPSG (International Patient Safety Goals) yang
ditempatkan di setiap ruang tindakan perawat
d. Pembuatan doa untuk kesehatan pasien dan keselamatan kerja
ditempatkan di setiap ruang tindakan perawat
e. Pembuatan tanda untuk risiko tinggi jatuh (gelang dan tanda segitiga di
bed pasien).
f. Melakukan pengkajian resiko jatuh, skor nyeri, dekubitus, plebitis
setiap hari dan mendokumentasikannya di status pasien.
g. Meningkatkan kembali edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
pentingnya kegunaan gelang identitas dan memastikan apakah semua
pasien sudah memakai gelang idenitas untuk keselamatan pasien.
h. Meningkatkan kembali edukasi pada perawat tentang pentingnya
mengkonfirmasi identitas pasien dalam melakukan tindakan baik
tindakan invasif maupun noninvasif untuk memastikan ketepatan dalam
melakukan tindakan sehingga medication error dapat dicegah.
i. Meningkatkan kembali edukasi pada perawat tentang pentingnya
melakukan double cross check untuk pemberian obat apapun.

j. Berdiskusi bersama kepala ruangan Bedah Flamboyan terkait


penyediaan handscrub di setiap ruang klien, dekat wastafel dan ruang
tindakan perawat.
k. Memberikan penyuluhan terkait pencegahan infeksi (cuci tangan, etika
batuk, sampah medis dan tata tertib ruangan) sehingga tingkat infeksi
dapat di kontrol.
2. Pelaksanaan Kegiatan

Proses pelaksanaan peningkatan mutu di ruangan dilakukan dengan


mengisi secara lengkap stempel mutu yang terdiri dari phlebitis, dekubitus,
pasien jatuh, skor nyeri, medikal eror, salah ambil darah, dan kepuasan.
Semua penilaian tentang mutu dituliskan dalam buku handover
ruangan dan dioverkan ke shif selanjutnya kemudian direkapitulasi setiap
hari oleh PJ mutu ruangaan. Untuk penjelasan identifikasi pasien pada
pasien atau keluarga masih jarang dilakukan oleh perawat ruangan yang
merupakan salah satu sasaran keselamatan pasien. Penilaian tentang risiko
jatuh sudah dikaji setiap hari, namun perawatan dan tingkat
ketergantungan pasien juga tidak didokumentasikan oleh perawat ruangan.
Mereka hanya mendokumentasikan 6 penilaian mutu yang dituliskan
setiap timbang terima di buku timbang terima. Kuisioner kepuasan
diberikan saat pasien sudah discharge plannning dan benar-benar
dilakukan oleh perawat. Kuisioner kecemasan tidak penah dilakukan dan
tidak pernah didokumentasikan oleh perawat ruangan.
Proses pelaksanaan peningkatan mutu oleh mahasiswa
didokumentasikan dalam bentuk form penilaian untuk mutu pelayanan
antara lain : risiko jatuh dewasa, survei kepuasan pasien, perawatan diri,
nyeri dewasa, phlebitis, dekubitus, ISK, ILO, pneumonia serta format
pendokumentasian untuk BOR dan LOS yang diisi setiap pasien dan setiap
harinya. Pengisian form dilakukan perawat primer shift pagi dan di cek
kembali oleh PP shift sore dan PP shift malam. PP shift malam akan
menuliskan hasil rekapitulasi semua form penilaian sebagai akumulasi
selama 24 jam pasien dan melaporkannya kepada Kepala Ruangan pada
keesokan harinya. Kepala ruangan bertugas mengevaluasi dan hasil
rekapitulasi peningkatan mutu.

Penilaian nyeri dilakukan oleh perawat pada saat pasien datang dan
penerimaan pasien baru dan dilanjutkan dengan evaluasi
berkesinambungan setiap hari dengan melanjutkan pengisian form nyeri.
Form kepuasan diberikan ketika Discharge Planning pasien pulang.
Adapun pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan asuhan diberikan
beberapa format mutu disetiap ada pasien baru antara lain:
(1)Pasien Jatuh

Format risiko pasien jatuh diruangan ada dua dan telah diisi oleh
perawat ruangan. Format risiko pasien jatuh mahasiswa praktika
manajemen ada 1 untuk dewasa pada RM 05b Asesmen Risiko jatuh untuk
penilaian risiko jatuh dewasa yang terdiri dari 5 poin. Selama dilakukan
praktik manajemen di ruang Flamboyan tidak ada pasien jatuh tetapi
semua pasien (100%) resiko tinggi jatuh.
(2)Kepuasan Pasien

Format kepuasan pasien diruangan diisi oleh pasien atau keluarga


yang diberikan oleh perawat ruangan saat pasien sudah ada discharge
planning. Format kepuasan pasien mahasiswa praktika manajemen ada
pada RM 13. Penilaian kepuasan diisi oleh pasien saat pasien sudah di
discharge planning dan poin penilaiannya terdiri dari penilaian tenaga
kesehatan, dokter, dan fasilitas. Untuk meningkatkan kepuasan pasien,
kelompok membuat lembar balik penerimaan pasien baru dan hak
kewajiban pasien, jam berkunjung, fasilitas, sentralisasi obat, poster dan
cuci tangan Lembar balik. Lembar balik ini diletakkan di nurse station
yang bertujuan agar perawat ruangan tidak lupa akan memberikan edukasi
atau informasi pada pasien baru dan keluarga. Selama dilakukan praktik
manajemen di ruang Flamboyan hampir seluruh pasien puas dengan
pelayanan yang telah diberikan namun terdapat 1 pasien (6,6%) yang tidak
puas terhadap pelayanan yang diberikan.
(3)Nyeri

Skala nyeri pasien di ruangan dikaji saat penerimaan pasien baru


sampai pasien pulang oleh perawat ruangan. Dan didokumentasikan oleh
perawat setiap pergantian shift. Format pengkajian nyeri mahasiswa
praktika manajemen ada pada RM 05a Wong Baker Face Scale untuk
pasien dewasa dang menggunakan VAS (Visual Analog Scale) untuk
pengisian catatan integrasi pasien. Penilaian nyeri dinilai setiap hari jika
ada pasien yang mengeluh nyeri. Selama dilakukan praktik manajemen di
ruang Flamboyan terdapat 8 nyeri berat dari 14 pasien.
(4)Restrain

Penilaian restrain tidak pernah dilakukan dikarenakan dari 14


pasien tidak ada yang mengalami gelisah beras sehingga tidak ada kejadian
resrain pada pasien.
(5)Phlebitis

Penilaian phlebitis sudah ada format mutu yang ada di ruangan dan
didokumentasikan setiap pergantian shift. Format penilaian phlebitis
mahasiswa praktika manajemen ada di lampiran rekam medik. Penilaian
phlebitis ada 6 poin yang diisi setiap harinya oleh perawat dan ada untuk
setiap hari pertama pasien yang terpasang infus sampai infus dilepas.
Selama dilakukan praktik manajemen di ruang Flamboyan tidak ada
mengalami phlebitis.
(6)Dekubitus

Penilaian dekubitus sudah ada stampel mutu yang ada di ruangan


dan didokumentasikan setiap pergantian shift. Nilai dekubitus di ruang
Bedah Flamboyan adalah rendah karena pasien dapat mobilisasi minimal
ROM exercises, miring kanan kiri, dan duduk.
(7)ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Penilaian ISK sudah ada lembar mutu yang ada di ruangan dan
didokumentasikan setiap pergantian shift. Format penilaian mahasiswa
praktik manajemen ISK ada pada lampiran rekam medik. Penilaian ISK
jarang dilakukan karena jarang ada pasien yang terpasang kateter. Saat
mahasiswa majemen terdapat 5 pasien yang terpasang kateter post operasi
namun tidak ada pasien yang terindikasi mengalami ISK.
(8)ILO (Infeksi Luka Operasi)

Penilaian ILO sudah ada lembar mutu yang ada di ruangan dan
didokumentasikan setiap pergantian shift. Format penilaian ILO
mahasiswa praktika manajemen ada pada lampiran rekam medik. Penilaian
ILO sering dilakukan karena hampir semua pasien di ruangan F3 adalah
pasien post op. Selama dilakukan praktik manajemen di ruang Flamboyan
tidak ada pasien dengan infeksi luka operasi.
(9)BOR (Bed Occupacy Rate)

Penilaian BOR dilakukan setiap shift pada lembar dokumentasi


(buku Timbang Terima) yang sudah disediakan oleh perawat yang
bertugas setiap shift. Pendokumentasian BOR pasien kelolaan mahasiswa
praktika manajemen dilakukan berdasarkan jumlah kapastitas tempat tidur
yang ada yaitu 8 TT untuk pasien kelolaan. Selama dilakukan praktik
manajemen di ruang Flamboyan rata- rata BOR ruangan pasien kelolaan
adalah 87,5%.
(10) Variasi Pasien
Pendokumentasian variasi pasien ada pada buku discharge
planning yang diisi bersamaan dengan diagnosa medis, perawatan pasien,
LOS dan tanggal MRS KRS. Selama dilakukan praktik manajemen di
ruang Flamboyan variasi pasien diantaranya kasus peritonitis, batu buli
dan urosepsis, dan pakreatitis akut.
(11) Length Of Stay (LOS)

Format pendokumentasian LOS ada bersamaan dengan discharge


planning. LOS dituliskan saat pasien sudah KRS. Selama dilakukan
praktik manajemen di ruang Flamboyan pasien kelolaan mahasiswa paling
lama dirawat 25-30 hari perawatan (20%).
(12) Penyakit

Karakteristik penyakit terbanyak dituliskan bersamaan dengan


discharge planning. Selama dilakukan praktik manajemen di ruang
Flamboyan kasus terbanyak kelolaan mahasiswa antara lain open fracture,
close fracture ekstremitas atas maupun bawah. Sedangkan kasus terbanyak
dari ruangan adalah kasus orthopedic.

(13) Patient Safety

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel


untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang
berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien
adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan
(KTD) yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di rumah sakit.
Adapun pelaksanaan sasaran keselamatan pasien (SKP) di ruang Bedah
Flamboyan sesuai dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) Kemenkes Edisi 1 tahun 2017 dan JCI Acreditation antara lain:
a. Ketepatan identifikasi pasien

Identifikasi pasien dilakukan untuk menghindari kesalahan


pasien.Identifikasi dilakukan dengan menggunakan gelang untuk
identitas pasien di pasang saat pasien dilakukan penilaian resiko mulai
dari IGD atau di ruang perawatan.Gelang terdiri dari 4 warna yang
memiliki definisi tersendiri pada masing-masing warna.
 Gelang pink digunakan untuk pasien perempuan;

 Gelang kuning digunakan untuk pasien resiko jatuh; dan

 Gelang merah digunakan untuk pasien alergi.

Pada gelang identitas berwarna pink atau biru berisi identitas pasen
meliputi nama lengkap pasien, nomor rekam medik, jenis kelamin pasien,
tanggal lahir dan usia pasien. Identifikasi pasien dilakukan dengan
mencocokan gelang identitas yang dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu
dikonfirmasi anatara lain nama pasien, nomor register, alamat, dan usia.
Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan pasien baru, pemberian
obat, pemberian terapi sebelum melakukan prosedur/tindakan dan
discharge planning. Saat pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan setiap
ada tindakan kepada pasien.
b. Peningkatan komunikasi yang efektif

Komunkasi efektif yang digunakan yaitu menggunakan metode


SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation).

SBAR digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan


yang lain, tmbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi
pasien, dan melaksdewasaan informed concent. SBAR juga digunakan
pada saat komunikasi atau perintah secara verbal ataupun telepon, staf
yang menerima pesan harus menuliskan dan membacakan kembali kepada
pemberi pesan dan dalam pemeberi pesan harus menandatangani dalam
waktu 1x 24 jam. Kolom comunicator yang ditandatangani oleh perawat
yang menerima dan kolom advisor yang ditandatangani oleh dokter yang
memberikan advice. Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan, komunikasi
efektif yang sudah diterapkan di ruang Bedah Flamboyan yaitu
menggunakan metode SBAR. Pada stempel readback, juga sudah
ditandatangani oleh perawat yang menerima. Situation dituliskan nama
pasien/usia/dokter yang merawat/diagnosa medis/kelas/hari perawatan
ke-/masalah keperawatan. Background dituliskan hal yang sudah
diimplementasikan dari tindakan mandiri dan kolaboratif perawat serta
hasil laborat yang ada. Asessment dituliskan berdasarkan pegkajian
terakhir pada pasien sebelum handover. Recommendation dituliskan
rekomendasi dari dokter dan implementasi keperawatan yang belum
dilaksdewasaan atau yang dipertahankan.
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadan tinggi,


terdaftar dalam kategori obat beresiko tinggi, dapat meneyebbakan cedera
serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
Kewaspadaan terhadap obat high alert sudah dilakukan dengan
memisahkan tempat obat high alert (obat-obat Look alike, Soundalike),
cairan pekat seperti KCl. MgSO4, Nabic, dll) dengan obat lainnya.
Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan
label khusus, setiap penerapan obat menerapkan prinsip 7 benar. Untuk
obat LASA, belum ada pemberian label tambahan dan tidak ada tempat
yang membedakan high alert dan LASA. Salah satu cara untuk
mewaspadai pemberian obat, perawat menggunakan double crosscheck
mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien. Berdasarkan
hasilpelaksanaan, didapatkan kewaspadaan tentang obat yang perlu
diwaspadai sudah dilakukan dengan memisahkan obat-obat high alert pada
tempat yang telah disediakan.Pemberian labeling dan double crosscheck
juga sudah dilakukan di Bedah Flamboyan.
d. Kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur

Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu


tepatlokasi, tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan
tepat lokasi yang yang dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian
marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan oleh dokter operator
menggunakan spidol permanen. Proses untuk memastikan tepat pasien
yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan spidol permanen. Proses
untuk memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu
menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi sedangkan tepat
prosedur dilakukan di ruang operasi menggunakan beberapa check list
untuk mencegah kesalahan prosedur. Prosedur pembedahan dilakukan
melalui tiga tahap yaitu:
 Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke
pasien, keluarga dan tim anestesi
 Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi,
dikonfirmasikan kepada tim bedah
 Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi.

Berdasarkan pelaksanaan di Bedah Flamboyan sudah terdapat form check


list pre operasi. Penandaan lokasi operasi dengan menggunakan spidol
permanen sebelum operasi.
e. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di RSDS telah terbentuk tim
Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial meliputi
phlebitis, dekubitus, ISK, ILO. Selain tim PPI terdapat tim

surveillance untuk mengetahui kejadian infeksi setiap hari.


Pendataan infeksi setiap hari dilakukan di masing-masing ruangan oleh
NDM kemudian dijadikan satu setiap bulannya oleh NDM.
f.Pengurangan resiko jatuh

Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan selama 3


minggu di Bedah Flamboyan, tidak ditemukan kejadian pasien jatuh.
Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien
masuk ke ruangan rawat inap menggunakan form sesuai dengan usia
dewasa. Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria
rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada. Salah satu
contoh intervensi penangulangan pasien resiko jatuh yaitu harus ada satu
penunggu pasien dan side rail harus selalu ditutup dan memastikan ke
keluarga untuk selalu menutupnya ,menganjurkan keluarga pasien untuk
minta bantuan perawat dalam tindakan apapun. Pada kejadian nyaris
cedera, kejadian tidak diinginkan perawat langsung membawa Root Cause
Analysis (RCA). Berdasarkan pelaksanaan yang sudah dilaksdewasaan
selama 2 minggu mahasiswa memberikan tanda fall risk pada gelang saja.
3. Hambatan dan Dukungan

a. Hambatan

Peraturan tertulis untuk pasien dan keluarga pasien belum tersedia


di setiap kamar pasien sehingga keluarga dan pasien terkadang tidak
mematuhi peraturan yang ada di ruangan yang bisa mengganggu
kecemasan maupun kepuasan pasien lain. Tidak adanya informasi dari
perawat tentang leaflet yang ada di nursing station membuat keluarga atau
pasien selalu bertanya tentang masalah atau kasus yang sedang dialami
membuat keluarga merasa kurang diberikan informasi yang akan
mengakibatkan kepuasan berkurang dan kecemasan meningkat. Selain itu,
kurangnya tenaga keperawatan dalam shift pagi untuk melakukan doa
kesehatan pasien dan langkah cuci tangan.

b. Dukungan

Terbentuknya lembaran balik yang berisi peraturan hak kewajiban


pasien dan tenaga kesehatan, denah ruangan, klasifikasi sampah pada
Welcome Book yang dapat digunakan saat PPB.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Man (M1)
Jumlah tenaga keperawatan di ruangan sudah sesuai dengan standar.
3.1.2 Material (M2)
Sarana dan prasarana yang ada di ruangan Herbra sudah cukup memadai
dalam menunjang pelaksanaan MAKP.
3.1.3 Method (M3)
1. MAKP
Mahasiswa manajemen keperawatan telah melaksanakan model MAKP
Keperawatan sesuai dengan model MAKP Modular.
2. Timbang terima
Timbang terima M1-M5 selama pelaksanaan praktik menejemen
keperawatan sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan alur. Membuat
dokumentasi timbang terima mulai dari M1-M5 . Timbang terima pasien
sudah menggunakan metode SBAR.
3. Penerimaan pasien baru
Selama pelaksanaan penerimaan pasien baru pada 6 pasien kelolaan telah
dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi sesuai dengan alur penerimaan
pasien baru dan dilakukan dengan media welcome book baik berupa QR-
code maupun cetak.
4. Pengelolaan obat
Pengelolaan obat selama pelaksanaan praktik manajemen keperawatan
sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
5. Discharge planning
Selama pelaksanaan discharge planning pada pasien kelolaan telah
dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi sesuai dengan alur discharge

350
planning. Mahasiswa juga telah memberikan kuesioner kepuasan
terhadapat peserta didik, health education mengenai nutris, perawatan
dirumah dan protokol kesehatan.
6. Supervisi
Supervisi keperawatan sudah dilakukan oleh mahasiswa yang berperan
sebagai kepala ruang dan perwat primer sesuai dengan prosedur yang ada.

7. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan pada pelaksanaan pertama terdapat perbaikan yang
kemudian diperbaiki pada pelaksanaan kedua dan dapat dilaksanakan oleh
mahasiswa praktik manajemen keperawatan sesuai dengan alur dan SPO
8. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan oleh mahasiswa manajemen telah dilakukan
dengan lengkap sesuai dengan panduan asuhan keperawatan
3.1.4 Money (M4) Tidak ada
3.1.5 Mutu (M5)

1. Angka kejadian phlebitis 0 ‰


2. Angka kejadian CAUTI 0 ‰
3. Angka kejadian IADP 0 ‰
4. Kelengkapan rekam medis 99%
5. Angka kejadian pasien jatuh 0%
6. Kepatuhan pemasangan gelang identitas 100%
7. Kepatuhan pemantauan visual phlebitis 100%
8. Rata-rata kepuasan pasien terhadap peserta didik 97%

3.2 Saran
3.2.1 Man (M1)
Mempertahankan kekompakan tim dan melakukan pelayanan sesuai
standar serta meningkatkan kompetensi perawat

350
3.2.2 Material (M2)
Meningkatkan perawatan sarana dan prasaran yang sudah tersedia di
ruangan.
3.2.3 Method (M3)
1. MAKP
Pelatihan MAKP (manajemen) bagi perawat yang belum pernah mengikuti
pelatihan MAKP (manajemen).

2. Timbang terima
Pelaksanaan timbang terima di ruangan sudah baik dan sesuai SPO dan
alur yang ada.
3. Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru sesuai alur penerimaan pasien baru.
4. Pengelolaan obat
Peningkatan penjelasan sentralisasi obat pada saat penerimaan pasien baru.
5. Discharge planning
Melaukan discharge panning pada saat pasien baru masuk dan selama
perawatan dan menggunakan media yang telah tersedia di ruangan yang
ada pada welcome book.
6. Supervisi
Kegiatan supervisi sudah baik.
7. Ronde Keperawatan
Pembentukan tim ronde dan pelaksanaan ronde keperawatan jika
ditemukan kasus baru/langka atau pasien degan masalah keperawatan yang
tidak terselesaikan dan dapat menggunakan juga diskusi refleksi
kelompok.
8. Dokumentasi
Pengisian dokumentasi sudah baik.

3.2.4 Money (M4) Tidak ada

350
3.2.5 Mutu (M5)
1. Pemberian tanda pada pasien risiko jatuh sudah baik.
2. Peningkatan pengisian dokumentasi sesuai kaidah 3s

350
DAFTAR PUSTAKA

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan kepemimpinan dalam Praktek


Keperawatan. Pusdik SDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Nursalam, N. (2018). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Salemba Medika

350
SKENARIO

Role Play Supervisi Discharge Planning

NUM akan melakukan supervisi terhadap PN tentang discharge


planning. 2 hari sebelumnya, sudah diberitahukan bahwa akan
diadakan supervisi di ruangan tsb. Pagi hari NUM sudah berada di
ruangan dan siap melakukan supervisi.

NUM : Selamat pagi ners Devy PN : Selamat pagi ners Nungky

NUM : Seperti yang sudah saya beritahu 2 hari yang lalu bahwa akan
diadakan supervisi kepada anda selaku perawat primer tentang
discharge planning pagi ini, saya harapkan hasilnya akan lebih
baik. Bagaimana ners apakah anda sudah siap?

PN: Saya siap ners

NUM :Adapun tujuan dari pelaksanaan supervisi ini adalah


pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga
yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan
perawat dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kerja. Apa anda mengerti ners?

PN: Yaa, saya mengerti ners

NUM : Saya akan menjelaskan yang mana yang akan diperhatikan


dalam supervisidischarge planning. Item-item yang akan saya nilai
adalah bagaimana persiapan dan pelaksanaan yang anda lakukan,
apakah sudah sesuai dengan SPO yang ada atau belum? (NUM
memperlihatkan format penilaian Supervisi kepada PP)

350
PN: Baik ners, saya mengerti

NUM : Baiklah, sekarang silahkan anda persiapkan apa saja yang


anda perlukan untuk melakukan DP

PN keluar dari ruangan untuk mempersiapkan yang diperlukan untuk


supervisi. PN mempersiapkan instrumen yang diperlukan untuk
discharge planning.

PN :Ners Nungky, saya sudah mempersiapkan semua instrumen


untuk DP, ada status pasien,lembar dokumentasi discharge
planning intra perawatan, lembar balik, dan leaflet.

NUM : Baiklah akan saya cek terlebih dahulu. Oke,semuanya sudah


lengkap, sekarang silahkan anda ke pasien untuk melakukan
discharge planning.

PN : Siap ners.

NUM : (mengetuk pintu ruangan pasien).. selamat pagi?, Bagaimana


kabarnya hari ini? Rencananya hari ini Tn.M mau diberikan
pengetahuan tentang perawatan dirumah. Biar nanti dijelaskan
oleh Ns.Devy

Kemudian NUM dan PN ke pasien untuk melakukan discharge


planning (DP). NUM mengawasi PN saat pelaksanaan DP. Setelah
DP, NUM melakukan evaluasi tentang DP yang telah dilakukan.

NUM : Ners Nungky tolong tunggu di luar sebentar, saya akan


merekap semua hasil penilaian, nanti saya akan memanggil anda

PN : Baik ners.

350
NUM : Ners Novi silahkan masuk ke ruangan saya NP : Baik ners

NUM : Bagaimana ners Novi perasaan anda saat saya lakukan


supervisi? NP : Saya agak grogi

NUM : Baiklah sebelum saya melakukan evaluasi, menurut anda


apa kelebihan dan kekurangan saat melakukan DP tadi?

PN : Saya rasa instrumen untuk DP sudah saya persiapkan dengan


baik, dan semua edukasi sudah saya sampaikan kepada pasien,
untuk kekurangannya mungkin saya agak grogi

NUM : Baiklah saya akan melakukan evaluasi. Ini adalah skor


penilaian supervisi DP ynag sudah ners novi lakukan. Skor yang
anda dapatkan adalah 90 dan masuk ke kategori baik. 2 item yang
belum anda lakukan selama DP tadi adalah lupa menanyakan
kembali tentang apa yang sudah anda jelaskan dan belum
memberikan reward kepada keluarga dan pasien.

PN: Ya ners, saya lupa, saya minta maaf

NUM : Anda seharusnya menanyakan kembalikepada pasien dan


keluarga agar kita bisa mengetahui apakah pasien dan keluarga
sudah mengerti apa yang telah anda sampaikan. Bagaimana ners
apakah ada klarifikasi?

PN; Ya, ners, saya setuju. Terima kasih atas evaluasi dan masukannya.
Saya akan berusaha melakukan lebih baik lagi

NUM ; Ya sama-sama, secara keseluruhan anda telah melakukan


DP dengan baik. PN : Terima kasih ners Iin.

350
NUM : Baiklah supervisi sudah terlaksana pagi ini, saya ucapkan
selamat, kerja yang bagus, dan sekarang anda dapat melanjutkan
pekerjaan anda. Terima kasih atas kerjasamanya.

PN: Sama-sama ners, terima kasih.

350

Anda mungkin juga menyukai