Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMENT KEPERAWATAN

“METODE PENUGASAN DAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN”

Di Susun oleh Kelompok 6 :

1. Vinta Putri Henema (20334125)


2. Yola Zahratul Akhiarni (20334131)
3. Yuni Oktaviani (20334136)
4. Monika Yolanda (20334139)
5. Sinta Amellia (20334142)

Dosen Pengampu

Mariza Elvira, M. Kep

KELAS 2E

DIPLOMA KEPERAWATAN

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemet
Keperawatan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
Mariza Elvira, M. Kep Pada mata kuliah Manjement Keperawatan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ibu Mariza Elvira,
M. Kep dosen mata kuliah Manajemet Keperawatan. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pariaman, 15 Februari 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengorganisasian Layanan Asuhan Keperawatan ................................................
B. Konsep Metode Penugasan ..................................................................................
C. Prinsip Metoda Penugasan ...................................................................................
D. Macam-Macam Metode Penugasan Pelayanan Keperawatan .............................
1. Model Penugasan
Fungsional .........................................................................
2. Model Penugasan Alokasi Pasien ...................................................................
3. Model Penugasan Tim
Keperawatan ..............................................................
4. Model Penugasan Keperawatan Primer .........................................................
5. Model Penugasan Modular ............................................................................
6. Model Penugasan Manajemen Kasus .............................................................
7. Model Penugasan Praktik Keperawatan Profesional ......................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan
untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan
dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah
pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35
tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim,
keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit
keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan
kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan pasien, usia, diagnosa atau masalah kesehatan
yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang
profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart
asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok
keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode
penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien
tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam
macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer,
model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep metoda penugasan dalam pelayanan keperawatan
2. Mengetahui prinsip metode penugasan dalam pelayanan keperawatan
3. Mengetahui macam – macam metoda penugasan dalm pelayanan
keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengorganisasian Layanan Asuhan Keperawatan


Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai
dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk
memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki serta kebutuhan klien. Pengorgaanisasian perawat
ini disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien
dalam melakukan aktivitas untuk dirinya dalam upaya mencapai derajad
kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada
pencapaian tujuan dan merupakan tugas manajer keperwatan untuk selalu
mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengendalikan proses pencapaian tujuan
melalui interaksi, komunikasi integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan
yang terlibat. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, manajer keperawatan
dalam hal ini kepala ruangan bertanggun jawab mengkoordinasi tenaga
keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu
mengategorikan klien yang ada di unut kerjanya.
Menurut Korn (1987), kategori klien didasarkan pada tingkat pelayanan
keperawatan yang diperlukan klien (mis; keperawatan mandiri, minimal,
sebagian, total atau intensif); usia (mis; anak, dewasa, usia lanjut); diagnosis
atau masalah keperawatan yang dialami klien (mis; perawatan medical bedah
ortopedik, kulit); terapi yang dilakukan (mis; rehabilitas, kemoterapi).
Beberapa rumah sakit mengelompokan klien berdasarkan kombinasi
kategori tersebut. Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan
metode penyusunan keperawatan yang tepat untuk digunakan di unit kerjanya
untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah kategori tenaga yang ada di
ruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Konsep Metode Penugasan


Metode Penugasan (Assign Problem) adalah suatu metode kuantitatif
untuk mengalokasikan sumberdaya kepada tugas atau pekerjaan atas dasar
satu-satu (one-to-one basis). Setiap sumberdaya (assignee) ditugasi secara
khusus kepada suatu tugas atau kegiatan, misalnya orang ke tugas, tenaga
penjualan ke lokasi, tim ke proyek, atau mesin ke pekerjaan.
Metode penugasan tersebut di desain untuk mewujudkan pelayanan
keperawatan yang aman, efektif dan efesien. Hal ini merupakan peran penting
dari seorang menejer keparawatan karena akan berhubungan dengan biaya
pelayanan keperawatan. Pemilihan metode penugasan merefleksikan falsafah
organisasi, struktur, staffing dan populasi pasien yang disesuiakan dengan
budget, jumlah dan kualifikasi perawat serta tujuan dari organisasi.
C. Prinsip Metoda Penugasan
Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih dan
disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, kategori pendidikan dan
pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005).
Kepala ruangan atau menejer keperawatan menentukan bagaimana jalan
terbaik dalam merencanakan kegiatan kerja sehingga sasaran organisasi dapat
tercapai secara efektif dan efisien (Marquis, B.L. & Huston, C.J, 2000).
Dalam hal ini termasuk penggunaan sumber daya secara bijak dan koordinasi
pekerjaan dengan bagian lainnya. Pemilihan model penugasan yang tepat
dalam pemberian pelayanan kesehatan pada tiap unit kerja atau organisasi
bergantung kepada keterampilan dan keahlian staf, keberadaan perawat
professional yang teregister, sumber daya ekonomi organisasi, karakteristik
pasien, dan kompleksitas tugas-tugas yang harus diselesaikan.
Berdasarkan uraian tersebut, terdapat beberapa prinsip dalam pemilihan
metode penugasan dalam asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan :
1. Jumlah Sumber Daya Manusia
2. Kualifikasi Perawat
3. Klasifikasi Pasien
4. Anggaran

D. Macam-Macam Metode Penugasan Pelayanan Keperawatan


1. Model Penugasan Fungsional
Pengorganisasian layanan asuhan keperawatan dengan model
penugasan fungsional merupakan fungsi pengorganisasian dalam tugas
pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut
jenis pekerjaan yang dilakukan. Pada model fungsional, pemberian asuhan
keperawatan ditekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur
keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas unruk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Prioritas
utama yang dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan fisik sesuai kebutuhan
pasien dan kurang menekankan kepada pemenuhan kebutuhan pasien
secara holistic, sehingga dalam penerapannya kualitas asuhan keperawatan
sering terabaikan karena pemberian asuhan yang terfragmentasi.
Komunikasi diantara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali
mungkin kepala ruangan. Kepala ruangan menentukan tugas setiap
perawat dalam suatu ruangan dan perawat akan melaporkan tugas-tugas
yang dikerjakan kepada kepala ruangan. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam membuat laporan pasien.
Orientasi model ini hanya pada penyelesaian tugas, bukan kualitas,
sehingga pendekatan holistik sukar dicapai. Model fungsional mungkin
efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas bila jumlah staf sedikit, namun
pasien selalu tidak dapat kepuasan dari asuhan keperawatan yang
diberikan.

Change Nurse

RN Nursing
Medication Assistants
nurse RN Bedside care
Treatmet
giver
nurse

Patient

Model Penugasan Fungsional Pasien dalam Pemberian Asuhan


Keperawatan
Kelebihan :
1. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
baik
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
kerja.
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
1. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
2. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
4. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

2. Model Penugasan Alokasi Pasien atau Keperawatan Total


Merupakan pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan untuk
satu atau beberapa pasien oleh satu orang perawat pada satu tugas atau
jaga selama periode tertentu atau sampai pasien pulang. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan pasien.
Keuntungannya adalah bahwa fokus keperawatan sesuai dengan
kebutuhan pasien, memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan
yang komprehensif; memotivasi perawat untuk selalu bersama pasien
selama bertugas. Pekerjaan nonkeperawatan dapat dilakukan oleh staf
bukan perawat, mendukung penerapan proses keperawatan, kepuasan
tugas secara keseluruhan dapat dicapai. Kerugiannya adalah beban kerja
tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan, peserta didik sulit melatih keterampilan perawatan
besar, misalnya menyuntik, mengukur suhu, pendelegasian perawatan
klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab pasien bertugas.

Pasien A

Perawat
Pasien C
Pasien B

Model Penugasan Alokasi Pasien dalam Pemberian Asuhan


Keperawatan

3. Model Penugasan Tim Keperawatan atau Keperawatan Berkelompok


Ketika individu bekerja dalam kelompok, terdapat dua isu yang
muncul. Pertama adalah adanya tugas dan masalah yang berhubngan
dengan pelaksanaan pekerjaan. Kedua adalah proses yang terjadi di dalam
teamwork itu sendiri, misalnya bagaimana mekanisme kerja atau aturan
main sebuah tim sebagai unit suatu kerja dari perusaan, proses interaksi di
dalam tim dan lain-lain.
Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam
mengabungkan berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif
suatu pendekatan yang mapan. Selain itu, keterampilan dan pengetahuan
yang dimikili oleh anggota kelompok juga merupakan nilai tambah yang
membuat teamwork lebih menguntungkan jika dibandingkan individu yang
brilian. Ketika ada suatu masalah yang melibatkan teamwork maka akan
memberikan beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut adalah pertama,
keputusan yang dibuat secara bersama-sama akan memotivasi tim dalam
pelaksanaannya. Kedua, keputusan bersama akan lebih mudah dipahami
oleh tim jika hanya mengandalkan keputusan dari satu orang. Hal ini
terjadi karena tim mendorong setiap anggotanya untuk memiliki
wewenang dan tanggung jawab sehingga meningkatkan harga diri setiap
perawat.
Secara umum, perkembangan suatu tim dapat dibagi ke dalam
empat tahap :
1. Forming adalah tahapan ketika para anggota setuju untuk
bergabung dalam suatu tim. Konflik jarang terjadi, setiap orang
masih sungkan, malu-malu bahkan seringkali ada anggota yang
merasa gugup
2. Storming adalah tahapan timbulnya kekacauan dalam tim,
Pemimpin yang telah terpilih sering kali dipertanyakan
kemampuannya dan anggota kelompoknya tidak ragu-ragu
mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu.
3. Norming adalah tahapan ketika individu dan subkelompok yang
ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja sama dan
berjuang untuk menghindari tim tersebut dari kehancuran.
Karena semangat kerja sudah mulai timbul, setiap anggota mulai
merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya
kepada seluruh anggota tim.
4. Performing adalah tahapan ini merupakan titik kulminasi ketika
tim telah berhasil membangun sistem yang memungkinkan
untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien.
Pada tahun 1950 dikembangkan model tim merupakan suatu model
pemberian asuhan keperawatan ketika perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan didalam memberikan asuhan keperawatan
pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaborasi. Konsep
model ini didasarkan falsafah bahwa sekelompok tenaga keperawatan
bekerja secara bersama-sama secara terkoordinasi dan kooperatif sehingga
dapat berfungsi secara menyeluruh dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada setiap pasien.
Head Nursing

Nursing Staf Nursing Staf Nursing Staf

Nursing Staf Nursing Staf


Nursing Staf

(4-6) pasien (4-6) pasien (4-6) pasien

Model Penugasan Tim dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Kelebihan :
1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara
komprehensif.
2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif
untuk belajar.
4. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan
interpersonal.
5. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda secara efektif.
6. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan
7. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien
selama bertugas Kelemahan :
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan
supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang
tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
4. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
Tanggung Jawab Kepala Ruang
1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan.
2. Mengorganisir pembagian tim dan pasien
3. Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
4. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya,
5. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya,
6. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan
yang lainnya,
7. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset
keperawatan.
8. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung jawab ketua tim :


1. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan
kepala ruangan,
2. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya
yang didelegasikan oleh kepala ruangan.
3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya,
4. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan
medik.
5. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferens.
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
7. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan,
8. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
Tanggung jawab anggota tim
1. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.
2. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon klien.
3. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan
4. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
5. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
6. Memberikan laporan
Pada dasarnya di dalam model tim menurut Kron & Gray (1987)
terkandung dua konsep utama yang harus ada yaitu kepemimpinan dan
komunikasi efektif. Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan
adanya kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam
memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya dalam
mengatasi masalah. Keuntungannya adalah memfasilitasi pelayanan
keperawatan yang komprehensif dan memungkinkan pencapaian proses
keperawatan. Selain itu, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat
ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar. Kerugiannya
adalah rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk, rapat tim
ditiadakan atau pelaksanaanya terburu-buru sehingga mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antara anggota tim sehingga kelancaran tugas
terhambat.

4. Model Penugasan keperawatan Primer atau utama


Para pakar keperawatan mengembangkan model pemberian asuhan
keperawatan terbaru yaitu model primer ( Primary nursing). Tujuan dari
model primer adalah terdapatnya kontinuitas keperawatan yang dilakukan
secara komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penugasan yang diberikan kepada primary nurse atas pasien yang
dirawat adalah dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan
kepada kebutuhan pasien atau masalah keperawatan dan disesuaikan
dengan kemampuan primary nurse. Setiap primery nurse mempunyai 4-6
pasien dan bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan, namun
mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial
masyarakat, kontak dengan lembaga sosial masyarakat, membuat jadwal
perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lainlain.Primary
nurse berperan sebagai advocat pasien sebagai birokrasi rumah sakit.
Kepuasan yang dirasakan pasien dalam model primer ini adalah bahwa
manusia merasa dimanusiakan karena pasien terpenuhi kebutuhannya
secara individual dengan asuhan keperawatan yang bermutu dan
tercapainya pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Untuk pihak
rumah sakit, keuntungan yang dapat diperoleh rumah sakit tidak perlu
memperkerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga yang
ada harus berkualitas tinggi.
Associate Nurse
(night)
Associate Nurse Associate Nurse
(Evenings) (Days)
Primary Nurse

Patient/klien
Physician Hospital Resources

Charge Nurse

Model Penugasan Keperawatan Primer


Kelebihan :
1. Perawat primer mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan
perawatan sepanjang hospitalisasi.
3. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
4. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan
asuhan keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan
oleh perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri
melalui penerapan ilmu pengetahuan.
Kelemahan :
1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kemampuan mengambil keputusan yang tepat.
2. Biaya besar

Ketenagaan metode primer


1. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
non professional sebagai perawat asisten

5. Model Penugasan Modular


Model penugasan modular merupakan penugasan pengorganisasian
pelayanan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat profesional dan
nonprofesional untuk sekelompok klien. Hal ini dilakukan perawat mulai
dari pasien masuk sampai pasien pulang sehingga juga disebut
tanggungjawab total atau keseluruhan. Model modular mirip dengan
keperawatan tim karena perawat profesinal dan nonprofesional bekerja
sama dalam pemberian asuhan keperawatan dengan arahan kepemimpinan
perawat profesional.
Model modular mirip dengan keprawatan primer karena setiap 2-3
perawat memiliki tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan beberapa
pasien. Motode modular merupakan gabungan dari model tim dan priamry
model. Untuk metote ini diperlukan perawat yang berpengetahuan,
terampil, dan memiliki kemapuan dalam kepemimpinan pada metode ini.
Metode ini idealnya diterapkan 2-3 perawat untuk 812 orang klien.

6. Model Penugasan Manajemen Kasus


Model penugasan manajemen kasus merupakan generasi kedua dari
primary nursing. Model ini melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan pandangan bahwa untuk menyelesaikan kasus keperawatan
secara tuntas berdasarkan sumber daya yang ada. Tujuan dari manajemnen
kasus adalah untuk menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan
yang diharapkan sesuai standard, memfasilitasi ketergantungan pasien
sesingkat mungkin, memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan
keperawatan melalui kalaborasi dengan tim kesehatan lainya,
pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja, dan memfasilitasi
alih ilmu pengetahuan.
Kerangka kerja dari model manajemen kasus adalah bahwa pasien
masuk melalui agency kesehatan, dan manajer mempunyai kewenangan
tanggung jawab dalam perencanaan samapi dengan evaluasi.
Manajemen kasus ada dengan dua cara yaitu
a. Case Managemen Plan (CPM) yaitu perencanaan bersama dari
masing-masing profesi kesehatan
b. Critical Path Diagram (CPD) yaitu penjabaran dari CPM dan
mempunyai target waktu.
Model ini perawat memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh sesuai yang dibutuhkan pasien, sehingga pasien merasa puas
dan merasa aman karena pasien mengetahui perawat yang bertanggung
jawab dengan dirinya. Model ini sangat sesuai digunakan di ruang
rawatan khusus seperti ruangan intensif, misalnya ICCU,ICU,HCU,
hemodialisa, dll.

7. Model Keperawat Praktek Profesional


Model keperawatan praktek profesional (MPKP) adalah suatu
sistem yang memunginkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang mendukung asuhan
keperawatan. Pada aspek struktur, jumlah tenaga keperawatan
berdasarakan jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan klien, jenis
tenaga di suatu ruangan yaitu kepala ruangan, clinical care managemen,
perawat primer, perawat asosiate, dan standar rencana perawatan. Metode
perawatan ini merupakan kombinasi dari metode tim dan metode primer.
Lima subtansi dalam pengembanga MPKP :
a. Nilai-nilai profesional sebagai inti dari model ini.
Pada model ini PP dan PA membagun kontrak dengan keluarga dan
pasien, menjadi mitra, dan memberikan asuhan keperawatan. PP
mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan yang diberikan
termasuk tindakan dari PA.
b. Pendekatan manajemen
Model ini diberlakukan manajemen SDM ada garis koordinasi antar
PP dan PA. Performa PA dalam satu tim menjadi tanggungjawab PP.
Dalam metoda ini, PP merupakan seorang manajer asuhan
keperawatan yang memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode yang digunakan adalah modifikasi motode primer sehingga
keputusan tenaga renpra di tetapkan oleh PP.
d. Hubungan profesional
Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. Karena PP yang lebih
mengetahui perkembangan kondisi klien dan mampu memberikan
informasi kepada profesional kesehatan lain.
e. Sisten kompensasi dan penghargaan
PP dan timnya berhak dalam kompensasi dan penghargaan untuk
asuhan keperawatan yang dilakukan secara profesional. Kompensasi
dan penghargaan bukan bagian dari asuhan medis atau kompenasi
penghargaan berdasarkan prosedur.

E. MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN

Model praktik keperawatan adalah suatu sistem(struktur, proses, dan


nilai-nilai profesional) ygmemungkinkan perawatan professional mengatur
pemberian asuhan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut (hoffart & woods, 1996).
Model praktik keperawatan adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhankeperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan (Ratna sitorus & yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dannilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberianasuhan keperawatan, termasuk
lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan
Keperawatan profesional Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan yang profesional merupakan praktik keperawatan
yang dilandasi oleh nilai-nilai profesional, yaitu Mempunyai otonomi
dalam pekerjaannya, bertanggung jawab dan bertanggung gugat,
pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi dengan disiplin lain,
pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien. Tuntutan
terhadap kualitas pelayanan keperawatan mendorong perubahan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam
memberikan asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebuah
pendekatan manajemen yang memungkinkan diterapkannya metode
penugasan yang dapat mendukung penerapan perawatan yang profesional
di rumah sakit (Marquis,2010).

F. TUJUAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan menentukan kebijakan dan keputusan
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan

G. PILAR – PILAR DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN


Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah
1.Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen
sebagai pilar praktik perawatan profesional yang pertama. Pada pilar 5
yaitu pendekatan manajemen terdiri dari:
a. perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana
jangka : harian ,bulanan, dan tahunan). Perencanaan adalah
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan ( Siagian,1990). Perencanaan dapat juga
diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu
dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
1. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
2. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai tahun.
3. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.

b. Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas


dan daftar alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang
tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga
perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan
modifikasi Keperawatan tim-Primer. Secara vertikal ada kepala
ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. &setiap tim bertanggung
jawab terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di ruang MPK
terdiri dari:
1. struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen
dalam suatu organisasi(Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur
organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan
menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. struktur
organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan. Struktur
organisasi ruang MPK menggunakan sistem penugasan tim-
primer keperawatan. Ruang MPK dipimpin oleh Kepala
ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua tim. Ketua tim
berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa Perawat
Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh kepada sekelompok pasien.
2. Daftar dinas
Ruangan daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang
bertugas, penanggung jawab dinas/ shift. Daftar dinas disusun
berdasarkan tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat
sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan
oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk
jadwal dinas pada minggu yang selanjutnya bekerja sama
dengan Ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang
berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas
(libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.
3. Daftar dinas ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas,
penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun
berdasarkan tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat
sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk
melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan
oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk
jadwal dinas pada minggu yang selanjutnya bekerja sama
dengan Ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang
berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas
(libur)terutama yang telah berdinas pada malam hari.
c. Pengarahan, dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, super6ise,
menciptakan iklim motivasi, manajemen waktu, komunikasi efektif
yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik.
Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang
digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengoordinasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang
bermuara pada melaksanakanv kegiatan yang telah direncanakan
sebelumnya(Marquis & houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan
diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan
pendelegasian. untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf,
seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & houston,
1998) sebagai berikut:
1. Menciptakan iklim motivasi
2. Mengelola waktu sevara efisien
3. Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
4. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
5. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
6. Negosiasi

2.pilar II sistem Penghargaan (compensatory reward)


Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan profesional
berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat. proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap
ada penambahan perawatan baru. compensatory reward (kompensasi penghargaan
) menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya
manusia
(SDM) Keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan
tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi
dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan
paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di
rumah sakit. &seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja
diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun
tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPK berfokus pada proses rekruitmen, seleksi,
kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses
ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPK dan setiap ada penambahan
perawat baru.
3 .Pilar III Hubungan Profesional
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan)
dalam penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan
nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara
pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan profesional
secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.
4.Pilar IV Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat
denganmengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhankeperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan

H. KOMPONEN-KOMPONEN dalam MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN


Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional,
yaitu sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan

1. Ketenagaan Keperawatan
Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien
dibagi 3 kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam yang terdiri atas :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam yang terdiri atas
:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Voley kateter/intake output dicatat
5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan
prosedur
c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 – 6 jam/24 jam :
1) Segala diberikan/dibantu
2) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan
perpasien untuk dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal partial 0.17 0.14 0.10
Total 0.27 0.15 0.07
0.36 0.30 0.20

2. Metoda pemberian asuhan keperawatan :


Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan
keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.
Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan,
yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.
a. Penugasan Keperawatan Fungsional :
Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu
ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan
khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti
verband, penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya. Tindakan ini
didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat
pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi
tingkat kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan
bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat
pelaksana bertanggung jawab langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada
perawat pelaksana yang bertanggung jawab penuh untuk asuhan keperawatan
pada seorang pasien.
Keuntungan :
1) Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
2) Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga
keperawatan professional.
3) Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu
berulang-ulang dikerjakan.

Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metode penugasan dalam keperawatan ada tujuh macam, yaitu: model


fungsional, model alokasi pasien, model tim, model primer, model modular,
model kasus dan model praktik keperawatan. Berbagai metode pemberian
asuhan keperawatan dapat dipilih oleh kepala ruangan atau manajer
keperawatan dan disesuaikan dengan jumlah pasien, jumlah dan klasifikasi
perawat di suatu unit pelayanan tersebut. Secara keseluruhan model-model
penugasan tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.

B. SARAN
Diharapkan kedepannya kepala ruangan atau manajer keperawatan dalam
menentukan model penugasan memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pemilihan model penugasan asuhan keperawatan. Kepada mahasiswa
keperawatan agar nantinya pada saat dilapangan juga diharapkan menerapkan
model-model penugasan yang telah didapat serta memberikan informasi
kepada sejawat perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang
model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Makalah :
tidak dipublikasikan

Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah. Bogor: tidak
dipublikasi

Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses, 124 Cases
Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB Lippincott

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Proffesional. Jakarta : Salemba Medika

Simamora, Roymond H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tappen, R.M., (l995). Nursing Leadership and Management. Concepts and Practice. (3 rd
edition). Philadelpia: F.A. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai