Anda di halaman 1dari 14

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

KEPERAWATAN JIWA

KELOMPOK 6 :

1. Ayu Andira (200204006)


2. Aynul Mahendra (200204007)
3. Bernadet Sarni Telaumbanua (200204009)
4. Oktristita Selvin Laia (200204037)
5. Risfal Hidayat (200204090)
6. Rini R Sihombing (200204044)
7. Vitalia Analisa Sitompul (200204092)
8. Wildar Ofatriang Waruwu (200204054)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep,Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL KEPERAWATAN JIWA”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa S1 Keperawatan khususnya.

Medan, November 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................ 1

BAB II ISI........................................................................................................................... 2

A. Pengertian ............................................................................................................... 2
B. Tujuan MPKP.......................................................................................................... 2
C. Komponen MPKP.................................................................................................... 3
D. Pilar – Pilar MPKP.................................................................................................. 4
E. Karakteristik MPKP................................................................................................. 5
F. Metode Penugasan MPKP Dalam Keperawatan..................................................... 5
G. Tingkatan MPKP..................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan yang menjadi salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan
citra rumah sakit. Oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan
ditingkatkan seoptimal mungkin.
Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui
pengembangan model praktek keperawatan yang ilmiah dan biasa disebut Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP). Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga
keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penetapan dan
fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem peuigasan, dan
sistem penghargaan yang memadai.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya
terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang
dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan
dan pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu
bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara
teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu : model kasus, model fungsional,
model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada
pasien.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) pada keperawatan jiwa ?

C. Tujuan

Mengetahui Bagaimana Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) pada keperawatan


jiwa.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses,
nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut. (Hoffart & Woods, 1996
dalam Huber, 2010).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien.
Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah
perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk
melakukan tindakan keperawatan. Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan
PA, sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat
tanggung jawab yang jelas. Pada aspek strukltur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada
setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau
berdasarkan sistem tubuh. Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi
keperawatan primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer).

B. Tujuan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


Tujuan utama Model Praktek Keperawatan Profesional ini adalah untuk meningkatkan
mutu pelayana keperawatan. Sedangkan tujuan secara khusus dari MPKP adalah :
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan.
2
C. Komponen Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari lima komponen (sub sistem)
yaitu (Huber, 2010):

a. Nilai – nilai profesional (Profesional Values)


Nilai-nilai professional menjadi komponen utama pada praktik keperawatan
profesional. Nilai-nilai professional ini merupakan inti dari MPKP. Nilai-nilai seperti
penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk
klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.
b. Pendekatan manajemen (Management Approach)
Seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia harus melakukan pendekatan penyelesaian masalah, sehingga
dapat diidentifikasi masalah klien, dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan yang
tepat untuk masalah klien.
c. Hubungan profesional (Profesional Relationship)
Asuhan kesehatan yang diberikan kepada klien melibatkan beberapa anggota tim
kesehatan yang mana focus pemberian asuhan kesehatan adalah klien. Karena banyaknya
anggota tim kesehatan yang terlibat, maka perlu adanya kesepakatan mengenai hubungan
kolaborasi dalam pemberian asuhan kesehatan tersebut.
d. Sistem pemberian asuhan keperawatan (Care Delivery System)
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional, digunakan
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya metodekasus, fungsional, tim,
dan keperawatan primer, serta manajemen kasus. Dalam praktik keperawatan profesional,
metode yang paling memungkinkan pemberian asuhan keperawatan professional adalah
metode yang menggunakan the breath of keperawatan primer.
e. Kompensasi dan penghargaan (Compensation & Reward).
Pada suatu profesi, seorang professional mempunyai hak atas kompensasi dan
penghargaan. Kompensasi yang didapat merupakan imbalan dari kewajiban profesi yang
terlebih dahulu harus dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP

3
dapat disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa layanan
keperawatan adalah pelayanan profesional.

D. Pilar – Pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah

1. Pilar I : pendekatan manajemen keperawatan


Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen
terdiri dari :
a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi
(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan)
b. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien.
c. Pengarahan Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan
iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik
d. Pengawasan
e. Pengendalian.
2. Pilar II: sistem penghargaan pada tenaga keperawatan
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan dan
ditingkatkan melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga perawat mendapatkan
kompensasi berupa penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan (Nursalam, 2007).
Sistem penghargaan ini melalui proses rekruitmen, seleksi kerja, orientasi, penilaian
kinerja dan pengembangan staff perawat.
3. Pilar III: hubungan professional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam
penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan
professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan

4
lain – lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
4. Pilar IV : manajemen asuhan keperawatan Salah satu pilar praktik professional perawatan
adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

E. Karakteristik Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Penetapan jumlah tenaga keperawatan. Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan
jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien.
2. Penetapan jenis tenaga keperawatan. Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa
jenis tenaga yang memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),
Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut terdapat juga
seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab terhadap manajemen pelayanan
keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai
dengan kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian
asuhan keperawatan.
3. Penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra). Standar renpra perlu ditetapkan,
karena berdasarkan hasil obsevasi, penulisan renpra sangat menyita waktu karena
fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia
4. Penggunaan metode modifikasi keperwatan primer. Pada MPKP digunakan metode
modifikasi keperawatn primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang
disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas asuhan
keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang
mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan. CCM
diharapkan akan menjadi peran ners spesialis pada masa yang akan datang.

F. Metode Penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Dalam


Keperawatan.
Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan
secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki keuntungan dan

5
kerugian masing-masing. Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan primer.

1. Penugasan Keperawatan Fungsional : Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas


dinama fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya
seorang perawat ditugaskan khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain
untuk mengganti verband, penyuntikan, observasi tandatanda vital, dan sebagainya.
Tindakan ini didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat
pelaksana. Oleh karena itu kepala Ruangan terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat
kesulitan tindakan tersebut, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab
mengerjakan tindakan yang dimaksudkan. Setiap perawat pelaksana bertanggung jawab
langsung kepada kepala Ruangan. Tidak ada perawat pelaksana yang bertanggung jawab
penuh untuk asuhan keperawatan pada seorang pasien.
Keuntungan :
a. Menyelesaikan banyak pekerjaaan dalam waktu singkat.
b. Tepat metoda ini bila ruang rawat memiliki keterbatasan/kurang tenaga keperawatan
professional.
c. Perawat lebih terampil, karena orientasi pada tindakan langsung dan selalu berulang-
ulang dikerjakan.
Kerugian :
a. Memilah-milah asuhan keperawatan oleh masing-masing perawat.
b. Menurunkan tanggung gugat dan tanggung jawab.
c. Hubungan perawat-pasien sulit terbentuk.
d. Pelayanan tidak professional.
e. Pekerjaan monoton, kurang tantangan.
2. Penugasan Keperawatan Tim :
Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan, dimana
Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau tim, yang
diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini digunaklan bila
perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan
asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim. Tujuan metoda

6
penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang berpusat kepada
pasien. Ketua Tim melakukan pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada
setiap pasien, dan anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Oleh karena kegiatan
dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim seringkali melakukan
pertemuan bersama dengan anggota timnya (konferensi tim) guna membahas kejadian-
kejadian yang dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan.
Keuntungan :
a. Melibatkan semua anggota tim dalam asuhan keperawatan pasien.
b. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapaty dipertanggung
jawabkan.
c. Membutuhkan biaya lebih sedikit/murah, dibanding sistem penugasan lain.
d. Pelayanan yang diperoleh pasien adalah bentuk pelayanan professional.
Kerugian :
a. Dapat menimbulkan pragmentasi dalam keperawatan.
b. Sulit untuk menentukan kapan dapat diadakan pertemuan/konferensi, karena
anggotanya terbagi-bagi dalam shift.
c. Ketua tim lebih bertanggung jawab dan memiliki otoritas, dibandingkan dengan
anggota tim.
3. Penugasan Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien,
perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer
yang dibantu oleh perawat asosiet. Keperawat primer ini akan menciptakan kesepakatan
untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan
berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan
pasien di bawah tanggung jawab perawat primer , dan perawat asosiet yang akan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dalam timdakan keperawatan.
Keuntungan :

7
a. Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
meningkat.
b. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
c. Meningkatnya hubungan antara perawat dan pasien.
d. Terciptanya kolaborasi yang baik.
e. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan.
f. Metoda ini mendukung pelayanan professional.
g. Penguasaan pasien oleh seorang perawat primer.
Kerugian :
a. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
b. Biaya yang diperlukan banyak.

G. Tingkatan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional
tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam
keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para
perawat melakukan riset sera memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II.
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan
yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk
memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area
spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang
untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah
perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10).
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I.

8
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I
dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah
kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula.
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal
untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu:
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
asuhan keperawatan. (Sudarsono, 2000 dalam sitorus, 2006)

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan
jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan
klien.

B. Saran
Pemberian pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan
keperawatan dan pendidikan berkelanjutan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen keperawatan di ruang


rawat. Jakarta: Sagung Seto.

Dyzra Muna. (2014). Konsep Model Praktik Keperawatan Propesional Dan Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan. Universitas Diponegoro.

Wardani, I. Y., Keliat, B. A., & Mustikasari, M. (2010). Characteristics of Clients Nursed in
Professional Nursing Model, Psychiatric Unit, Dr. H. Marzuki Mahdi Hospital Bogor. Makara
Journal of Health Research, 1-6.

11

Anda mungkin juga menyukai