MAKALAH
MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL
(MPKP)
Disusun Oleh :
Kelompok 9 dan 10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karuniaNya karya ini yang berupa kajian beberapa literatur tentang Metode
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) berhasil disusun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah managemen keperawatan.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungannya selama
penyusunan dan pengajuan karya ini kepada dosen pengajar mata kuliah
menagemen keperawatan beserta staff.
ii
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu
kritik dan saran membangun diharapkan dapat menjadi perbaikan untuk karya ini
selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini
dapat membantu membangun dunia keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
Konsep MPKP………………………………………………... 1
Tujuan MPKP ………………………………………………….... 1
Karakteristik MPKP..............…………………………………………... 4
Tingkatan MPKP……………… ……………………………..................... 15
Kegiatan dalam MPKP…………………………………………..………... 17
iii
DAFTAR PUSTAKA
1
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai
tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok
kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan sehingga kegiatan ini
merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen,
seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi
pendidikan. (Sitorus, 2011).
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini (Sitorus,
2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat
tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
ronde dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi
PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang
direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga.
5
(Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini
perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi
doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian
keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan keperawatan
sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan (Sitorus, 2011).
b) Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2014), metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga
pasien dinyatakan pulang ini merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantu oleh perawat asosiet. Perawat yang menggunakan metode keperawatan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse).
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan
bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan. Setiap perawat
primer biasanya mempunyai 4–6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama pasien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab
untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang pasien jika diperlukan.
Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Kelebihan:
• Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
• Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri.
• Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989 dalam Nursalam, 2014).
• Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan
kepuasan dengan model primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
Konsep Dasar Metode Primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b) Ada otonomi.
c) Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas Perawat Primer
a) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin ilmu lain maupun perawat lain.
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f) Menerima dan menyesuaikan rencana.
g) Meyiapkan penyuluhan untuk pulang.
13
Perawat
Primer
Pasien/pasien
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
Setiap pasien dalam ruangan MPKP memiliki perawat pada setiap jadwal
dinas yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut selama dirawat,
sehingga terwujud perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga
memberikan informasi kepada kolega kesehatan lain dan keluarga agar dapat
berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien
diruangan diisi oleh ketua tim yang bersangkutan sebelum operan dinas pagi
ke dinas sore. Alokasi pasien terhadap perawat yang berdinas pagi, sore atau
malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas.
c. Pengarahan
Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengarahan dalam
ruangan MPKP yaitu menciptakan budaya motivasi, melakukan komunikasi
efektif pada operan antar jadwal dinas, preconference dan postconference,
manajemen konflik, supervisi serta pendelegasian. Di dalam ruangan MPKP
penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
a. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif dengan
memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam
tim untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan.
b. Melakukan doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap
pergantian dinas. Hal ini bertujuan agar timbul kesadaran diri dan dorongan
spiritual.
c. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil
dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif dengan
semua staf baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk mempererat
hubungan.
d. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.
e. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah
dilakukan staf.
Seperti dalam semua organisasi, maka komunikasi juga berperan penting dalam
penerapan MPKP di dalam ruangan perawatan. Komunikasi yang tidak akan akan
membawa dampak yang tidak baik pula untuk kelangsungan organisasi dalam
mencapai tujuan. Komunikasi adalah tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat
dan saran yang terjadi antar dua manusia atau lebih yang bekerja sama. Terdapat
beberapa bentuk komunikasi di dalam ruangan MPKP yaitu operan,
preconference dan postconference.
1. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada
ketua tim (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan
lisan. Manfaat timbang terima yaitu:
Bagi perawat
• Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
• Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
• Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
16
PASIEN
TINDAKAN
PERKEMBANGAN/KEADAAN PASIEN
2. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah suatu cara atau standar untuk berkomunikasi yang
MASALAH: bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien karena
membantu individu 1. TERATASI berkomunikasi satu sama lain untuk mencap2.3.
BELUM TERATASITERATASI SEBAGIAN ai satu tujuan atau harapan (OHio
K epala Bidang
Keperawatan
Kepala Seksi
Keperawatan
Kepala Instalasi
Rawat Inap
PRA Menetapkan kegiatan dan tujuan serta Supervisi
instrumen/alat ukur
Kepala Ruangan
Langkah Supervisi
1) Pra Supervisi
• Menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
• Menetapkan tujuan.
2) Pelaksanaan Supervisi
21
Ruangan MPKP pun tidak terbebas dari konflik karena alasan-alasan tersebut.
Penangananan konflik dapat berupa melakukan kompetisi atau bersaing,
berkolaborasi, menghindar, akomodasi atau berkompromi. Tetapi penyelesaian
konflik yang dianjurkan adalah dengan melakukan kolaborasi, karena cara ini
dapat untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang mengalami konflik.
Pihak yang sedang mengalami konflik didorong untuk menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi dengan jalan mencari atau menemukan persamaan
kepentingan sehingga tidak ada salah satu pihakpun yang merasa dirugikan.
7. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Pendelegasian
sangat diperlukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan organisasi. Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam
bentuk pendelegasian kepala ruangan kepada perawat primer atau ketua tim,
dan perawat primer atau ketua tim kepada perawat pelaksana atau perawat
asosiet. Mekanisme pendelegasian ini adalah pelimpahan tugas dan
wewenang, dan dilakukan secara berjenjang. Dalam penerapannya,
pendelegasian terbagi atas pendelegasian terencana dan pendelegasian
insidental (sewaktu-waktu). Pendelegasian terencana adalah pendelegasian
yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang
diterapkan di ruang MPKP. Sedangkan pendelegasian insidental terjadi jika
salah satu personel dalam ruangan MPKP berhalangan hadir. Beberapa prinsip
yang dilakukan di dalam ruangan MPKP untuk pendelegasian adalah sebagai
berikut :
Pada pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas dan uraian tugas harus jelas dan terinci baik secara verbal
maupun tulisan.
1) Personil yang menerima pendelegasian tugas harus personil yang memiliki
kompetensi dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.
2) Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib mamantau pelaksanaan tugas
dan bersedia menjadi rujukan jika ditemukan adanya kesulitan dalam
pelaksanaannya.
3) Setelah pendelegasian selesai, maka dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan beserta hasilnya.
5. Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna
lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Fayol (1998) mendefinisikan
pengendalian sebagai pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya berjalan
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan
prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar
dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja,
menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan
korektif. Pengendalian atau controlling meliputi pengendalian dalam indikator
mutu umum, kondisi pasien dan kondisi sumber daya manusia (SDM). Dalam
indikator mutu umum maka harus diperhatikan angka untuk Bed Occupancy Ratio
(BOR), Average Lenght of Stay (ALOS), turn over interval (TOI) dan angka
terjadinya infeksi nosokomial. a. Bed Occupation Rate
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat tidur pada
waktu tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai
untuk perawatan pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang
23
Tahap Pra
Ketua Ti m
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien:
- Informed consent
- Hasil Pengkajian/Validasi Data
Tahap Pelaksanaan
diNurse Station
Validasi Data
28
Pasca Ronde
i) Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret
dan diganti dengan yang benar kemudian ditandatangani.
j) Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan
nama jelas penulis.
k) Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain
sebelum menulis data terakhir.
l) Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap Proses
Dokumentasi Keperawatan
a) Pengkajian
b) Diagnosa Keperawatan
c) Perencanaan/intervensi
d) Pelaksanaan/implementasi
e) Evaluasi
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR (Sources Oriented
Record) yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada lima komponen
(lembar penilaian berisi biodata, lembar order dokter, lembar riwayat
medis/penyakit, catatan perawat, catatan dan laporan khusus).
a. Uraian Tugas
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas serta tanggung jawab yang
dijabarkan ke dalam kegiatan pekerjaan. Pernyataan tertulis untuk semua
tingkat jabatan dalam satu unit yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab,
dan kualitas yang dibutuhkan.
1. Manfaat
a) Seleksi individu yang berkualitas
b) Menyediakan alat evaluasi
c) Menentukan budget
d) Penentuan fungsi departemen
e) Klasifikasi fungsi departemen
2. Lingkup Uraian Tugas
Uraian tugas dapat menjadi rintangan bila tidak akurat, tidak lengkap dan
kadaluarsa. Penulisan uraian tugas yang sempurna dapat menjadi aset dan
dapat menggambarkan organisasi kerja yang memberikan pandangan
operasional secara keseluruhan dan menunjukkan bahwa uraian tugas telah
dirancang dan dianalisa sebagai suatu bagian integral dari pelayanan
organisasi kerja. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
inovasi teknologi, uraian tugas adalah subyek perubahan. Perawat atau
bidang manajer harus memelihara agar pekerjaan tetap relevan dengan
uraian tugas melalui perbaikan secara periodik dan sistematis.
3. Klasifikasi Uraian Tugas
a) Administrasi: jadwal, permintaan dan pemeliharaan alat, uraian tugas
personil, klarifikasi tanggung jawab dan akuntabilitas.
b) Jaminan mutu: pengetahuan tentang standar, pengembangan staf,
peningkatan motivasi, membangun kerjasama tim, refleksi kasus.
c) Promosi: komunikasi, motivasi, pendidikan dan bimbingan.
d) Monitoring kinerja klinik: observasi, memeriksa
dokumen, diskusi/pecatatan.
e) Kepemimpinan: pengarahan, pelimpahan wewenang, dan advokasi.
4. Prinsip-prinsip Uraian Tugas
a) Mengidentifikasi fungsi dan tugas yang telah ditetapkan
b) Membuat urutan tugas secara logis dan jelas
c) Mulai dengan kalimat aktif
31
DAFTAR PUSTAKA
Douglass, L.M. (1992). The effective nurse: Leader and manager. St. Louis:
Mosby.
Gillies, D.A. (1996). Nursing management: A system approach . 3rd ed.
Philadelphia: W.B. Saunder Company.
Huber, D.L. (2010). Leaderhip and nursing care management, ed 4. Philadelphia:
W.B. Saunder Company.
32
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2009). Leadership Roles and management
functions in nursing: Theory and application. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan : Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta: EGC.
Potter , P.A., & Perry, A.G., (2005). Fundamental of nursing : Concepts, process
& practice, 4nd ed., Vol. 1. St. Louis: Mosby.
Sitorus, R. (2006) Model praktek keperawatan professional di Rumah Sakit:
Penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di
ruang rawat. Jakarta: EGC.
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses: an
interactive text. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan & manajemen keperawatan
untuk perawat klinis terjemahan. Alih bahasa Suharyati Samba, editor
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Sullivan, E.J. dan Phillip J.D. (2005). Effective leadership and management in
nursing. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Tomey, A. M. (2009). Nursing management and leadership, 8th ed. St. Louis:
Mosby.