Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Promosi kesehatan menurut Soekidjo, 2005 adalah upaya untuk
memasarkan, menjual, memperkenalkan pesan-pesan atau program-program
kesehatan sehingga masyarakat menerima “membeli” mengenal pesan-pesan
kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat bersedia berperilaku hidup sehat.
WHO (1984) merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah
promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan
perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi
juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Lawrence Green (1984), Promkes adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan
organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk hidup sehat dengan mengembangakan upaya kesehatan yang
bersumberdaya masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Memberdayakan individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam
masyarakat baik melalui pendekatan individu dan keluarga maupun
melaui pengorganisasian dan pergerakan masyarakat.
b. Menbina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.
c. Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi
perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok, atau masyarakat sendiri.
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh
secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada
hubungannya dengan kesehatan perorangan, masyarakat dan bangsa.
Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara
sukarela perilaku yang akan meningkatkan atau memlihara kesehatan (Wood,
1992 dalam (Azwar 1983).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan
perseorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang
dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu
rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan
dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara
dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru,
sikap baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan hidup sehat
(Nyswander, 1947 dalam Azwar 1983).
Dari berbagai pengertian tentang pendidikan kesehatan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang pendidikan kesehatan seperti yang ditetapkan
oleh WHO (1945) bahwa pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah
perilaku seseorang dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu:
1. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
2. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan
sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar
3. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan manurut Undang-Undang
Kesehatan No.23 Tahun 1992 maupun WHO adalah “Meningkatkan
Kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program
kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi
masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya.”
Tujuan ini dapat diperinci sebagai berikut.
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat
2. Mendorong individu agar mampu secara mandiri/kelompok mengadakan
kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan
atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
1. Dimensi sasaran.
Pendidikan Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga dimensi
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat yang luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan.
Pendidikan Kesehatan dapat berlangsung di berbagai tempat dengan
sendirinya, dan sasarannya berbeda pula, misalnya:
a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid;
b. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan
sasaran pasien atau keluarga pasien, di puskesmas dan sebagainya
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan.
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
Pendidikan Kesehatan dapat dilakukan berdasarkan5 tingkat pencegahan
(five levels of prevention) menurut Leavel dan Clark adalah:
a. Peningkatan kesehatan (healt Promotion)
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan melalui beberapa
kegiatan berikut ini.
1) Pendidikan kesehatan (healt Education)
2) Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) seperti penyuluhan
tentang masalah gizi
3) Pengamatan tumbuh kembang (growth and development monitoring)
4) Pengadaan rumah sehat
5) Konsultasi perkawinan (marriage counseling)
6) Pendidikan sex (sex education)
7) Pengendalian lingkungan
8) Program P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) melalui kegiatan
imunisasi dan pemberantasan vector
9) Stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga dan asuhan
keperawatan pada anak atau balita serta penyuluhan tentang
pencegahan terhadap kecelakaan
10) Program kesehatan lingkungan dengan tujuan menjaga lingkungan
hidup manusia agar aman dari bibit penyakit seperti bakteri, virus,
dan jamur serta mencegah kemungkinan berkembangnya vector
11) Asuhan keperawatan pre-natal dan pelayanan keluarga berencana
12) Perlindungan gigi (dental prophylaxis)
13) Penyuluhan untuk pencegahan keracunan
Masalah kesehatan yang dicegah bukan hanya penyakit infeksi
yang menular, tetapi juga masalah kesehatan yang lainnya seperti
kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja, dan lain sebagainya.
Besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat diukur dengan
menghitung tingkat morbiditas (kejadian sakit), mortalitas (kematian),
fertilitas (tingkat kelahiran), dan disability (tingkat kecacatan) pada
kelompok-kelompok masyarakat.
b. Perlindungan umum dan khusus (general and specific protection).
Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan
untuk memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada
seseorang atau masyarakat. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang
pentingnya perlindungan umum dan khusus sebagai perlindungan
terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak - anaknya masih
rendah. Bentuk perlindungan tersebut sebagai berikut:
1) Imunisasi dan hygiene perseorangan (personal hygiene)
2) Perlindungan diri dari kecelakaan(accidental safety)
3) Perlindungan diri dari lingkungan (protectif self environment)
4) Kesehatan kerja (occupational health)
5) Perlindungan diri dari karsinogen, toksin dan allergen
6) Pengendalian sumber-sumber pencemaran dan lain-lain
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat (early diagnosis and
prompt treatment).
Usaha ini dilakukan karena rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, sehingga sering
kesulitan mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di dalam
masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau
diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat
tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Bentuk usaha
tersebut dapat dilakukan melalui:
1) Penemuan kasus secara dini (early case finding)
2) Pemeriksaan umum lengkap (general check up)
3) Pemeriksaan masal (mass screening)
4) Survey terhadap kontak, sekolah dan rumah (contact survey, scool
survey, household survey)
5) Penanganan kasus (case holding) dan pengobatan adekua (adekuate
treatment)
d. Pembatasan kecacatan (disability limitation).
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain, mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan cacat atau ketidakmampuan. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
Bentuk pendidikan kesehatan antara lain sebagai berikut.
1) Penyempurnaan dan intensifikasi terapi lanjutan
2) Pencegahan komplikasi
3) Perbaikan fasilitas kesehatan
4) Penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang
orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan
latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu, kurangnya pengertian dan
kesadaran membuat masyarakat tidak mau atau segan melakukan latihan-
latihan yang dianjurkan. Di samping itu orang yang cacat karena suatu
penyakit kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Masyarakat
sering tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang
normal. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan diperlukan tidak hanya
untuk orang yang cacat tetapi juga untuk masyarakat.
4. Sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam tiga kelompok sasaran.
a. Sasaran primer (primary target), sasaran langsung pada masyarakat
berupa segala upaya pendidikan / promosi kesehatan
b. Sasaran sekunder (secondary target), sasaran tditujukan pada tokoh
masyarakat adat, diharapkan kelompok ini pada umumnya akan
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya
Sasaran teriser (tersiery target), sasaran ditujukan pada pembuat
keputusasn penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah,
diharapkan dengan keputusan dari kelompok ini akan berdampak kepada
perilaku kelompok sasaran sekunder yang kemudian pada kelompok primer.

D. Pelaksanaan Program
1. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Kesehatan
Tujuan program pendidikan kesehatan adalah meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat termasuk dunia
usaha dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
(Dahroni, 1996).
Adapun sasaran program pendidikan kesehatan yang ditetapkan oleh
Depkes RI (1998) antara lain:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga
dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang
bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan terhadap
berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan
perilaku seperti AIDS, kanker, penyakit jantung, ketergantungan obat dan
miras sehingga angka kesakitan terhadap penyakit tersebut berkurang.
c. Meningkatnya peran swasta / dunia usaha dalam berbagai upaya
pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan yang selama ini masih dibiayai pemerintah
seperti imunisasi, foging untuk DBD, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman.
d. Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi muda
dalam mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan masyarakat.
e. Meningkatnya dan lebih rasionalnya pembiayaan kesehatan yang berasal
dari masyarakat termasuk swasta terutama melaui penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan masyarakat dan dikelola berdasarkan JPKM.
2. Metode Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan mempunyai beberapa unsur, yaitu: input adalah
sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku
pendidikan), proses (upaya yang dilakukan) dan output. Metode pendidikan
merupakan salah satu unsur input yang berpengaruh pada pelaksanaan
pendidikan kesehatan ( Soekidjo, 2003)
a. Metode Pendidikan Individu (perseorangan). Bentuk pendekatan ini
antara lain:
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling).
Cara ini memungkinkan kontak antara petugas dan klien lebih intensif,
sehingga petugas dapat membantu penyelesaian masalah klien.
2) Interview (wawancara).
Metode ini bertujuan untuk menggali informasi dari klien mengenai
perilaku klien.
b. Metode Pendidikan Kelompok
1) Ceramah
Metode ini diperuntukan untuk kelompok besar dan baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok ini dimungkinkan apabila peserta kegiatan kurang
dari 15 orang dan termasuk ke dalam metode kelompok kecil .
3) Curah Pendapat
Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok dan prinsip
yang sama dengan diskusi kelompok. Perbedaannya terletak pada
permulaannya, dimana peserta diberikan suatu masalah dan peserta
kemudian memberikan tanggapannya.
4) Bola Salju
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan dua orang)
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Kemudian tiap
2 pasang bergabung, mediskusikan masalah yang sama dan menarik
kesimpulan. Begitupun seterusnya sampaiterjadi suatu diskusi seluruh
peserta.
5) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
6) Memainkan peran (role playing)
Beberapa anggota kelompok memainkan suatu peran, kemudian
mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi/komunikasi
sehari-hari dalam menjalankan tugas.
7) Permainan stimulasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode diskusi kelompok dan
role play.
c. Metode Pendidikan Massa
1) Ceramah umum
Penyajian materi di depan khalayak publik yang berjumlah besar dan
terutama disampaikan secara lisan
2) Siaran Radio
Metodanya sama dengan ceramah, tetapi anak didik tidak berada di
dalam ruangan yang sama
3) Siaran TV
Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan gerakan
4) Media cetak
Penyajian materi disampaikan secara tulisan

3. Strategi Pendidikan Kesehatan


Menurut Soekidjo (2003) untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut:
a. Penyebarluasan Informasi Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan, sistem
komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan masyarakat.
Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan pendidikan
kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan menjadi bagian
yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional.
b. Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi
LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam pembudayaan hidup
sehat dan penyebarluasan metodologi pengembangan masyarakat melalui
ormas dan kelompok potensial lainnya. Pengembanagan kerja sama yang
paling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat berpenghasilan
tinggi guna menopang kesehatan masyarakat miskin serta
mengembangkan kelompok keluarga mandiri sebagai teladan.
c. Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan
Di selenggarakan melalui pengembanagan sikap, kemampuan dan
motivasi petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di bidang
penyuluhan, institusi pendidikan dan litbang serta pembentukan
kemitraan antara pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat dalam
penyelenggaraan penyuluhan.
4. Komponen Pendidikan Kesehatan
Azrul (1983) Pendidikan kesehatan adalah mendidik masyarakat
dengan cara berkomunikasi. Hal ini pada proses perencanaa informasi yang
akan dilakukan dalam rangka berkomunkasi dan mendidik masyarakat
adalah menentukan jenis media termasuk kombinasi media yang akan
digunakan dan dapat mencapai sasaran.
Menurut Azrul (1983) hal ini didasarkan pada prinsip komunikasi
yang baik yang sangat ditentukan oleh empat komponennya, yaitu : Sumber
informasi, isi pesan, media dan sasaran.
a. Komunikan / sasaran (Receiver)
Penetuan kelompok sasaran sangat penting karena sasaran yang satu akan
berbeda dengan sasaran lainnya, sehingga isi pesan yang sama mungkin
akan diinterpretasikan berbeda oleh masing-masing kelompok sasaran
yang berbeda.
b. Komunikator / Sumber Informasi (Source)
Umumnya masyarakat cenderung percaya terhadap informasi yang
diterima dari orang yang mereka percaya. Dalam KRR sumber informasi
terpercaya ini perlu dipelajari, apakah institusi pemerintah, tokoh
masyarakat, teman sebaya, orang tua atau para tenaga medis.
Menyarankan setidaknya empat faktor yang harus diperhitungkan dalam
memilih sumber informasi/komunikator, yaitu : kredibilitas komunikator,
terus menerus melakukan perubahan perilaku, jarak kelas sosial antara
komunikator dan sasaran, dan jenis sumber informasi.
c. Isi Pesan (Message)
Isi pesan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk memberikan informasi
kepada sasaran dan meyakinkan sasaran terhadap nilai suatu informasi
tersebut. Sedangkan mencatat berbagai karakteristik isi pesan yang
mempengaruhi proses komunikasi, yaitu:
1) Jumlah komunikasi, termasuk volume dan isi pesan yang disampaikan
kepada sasaran
2) Frekuensi komunikasi yang membahas topik yang spesifik
d. Saluran atau media (Channel or Media)
e. Mengacu kepada definisi komunikasi massa yaitu sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
melalui media cetak dan elektronis sehingga pesan dapat diterima secara
serentak dan sesaat, maka media massa berfungsi sebagai sumber
informasi, merubah sikap dan menstimulasi perubahan perilaku.Beberapa
kendala yang dijumpai dalam mengevaluasi media massa sebagiamana
diungkapkan oleh Kar (1997) yaitu kesulitan untuk menentukan antara
responden yang telah dan belum menerima informasi. Hal ini
dikarenakan media massa menjangkau banyak sasaran, juga disebabkan
karena masyarakat mungkin telah menerima informasi dari sumber lain.
Kendala yang lain adalah sulitnya mengukur dampak yang timbul pada
masyarakat tersebut karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya.
Hari/ Intervensi
No. Dx Kep Sasaran Program
Tgl Strategi Kegiatan
1. Jum’at, Kebutuhan nutrisi tidak Pend- Melatih ibu Primer: 1. Menjelaskan pada ibu mengenai pengertian
23 terpenuhi pada bayi dan Kesh dan balita di Ibu & balita kurang gizi pada balita.
Oktober balita di Dsn. Pandan dusun 2. Menjelaskan pada ibu tanda dan gejala kurang
2020 sari yang b/d Pandansari Sekunder: gizi pada balita.
kurangnya pengetahuan dalam Keluarga 3. Menjelaskan pada ibu penyebab kurang gizi pada
tentang gizi, sos-ek pemenuhan Suami balita.
kurang serta ketidak- nutrisi gizi 4. Menjelaskan pada ibu akibat kurang gizi pada
mauan bumil seimbang Tersier balita.
memeriksakan kehami pada - RT
lannya scra rutin balitanya - RW
(23%), shg terdapat - Lurah
44% bumil yg
mengalami anemia.
Akibatnya, bayi, balita
menderita kurang gizi
2. Jum’at, Pend- Melatih ibu 1. Menjelaskan pada penderita mengenai
23 Kesh dalam pengertian hipertensi
Oktober pemenuhan 2. Menjelaskan pada penderita mengenai penyebab
2020 nutrisi gizi hipertensi
seimbang 3. Menjelaskan pada penderita mengenai tanda dan
pada gejala hipertensi
balitanya di 4. Menjelaskan pada penderita mengenai klasifikasi
dusun hipertensi
Pandansari 5. Menjelaskan pada penderita mengenai
komplikasi hipertensi
6. Menjelaskan pada penderita mengenai
pencegahan hipertensi
7. Menjelaskan pada penderita mengenai
pengobatan hipertensi
5. Jum’at, Kurangnya penerapan Pend- Melatih ibu
23 PHBS dalam kehidupan Kesh dalam
Oktober sehari-hari b/d pemenuhan
2020 kurangnya kesadaran nutrisi gizi
masyarakat untuk seimbang
melaksanakan PHBS pada
balitanya di
dusun
Pandansari
PELAKSANAAN PENYULUHAN GIZI KURANG PADA BALITA

Hari : Jum’at
Tanggal : 23 Oktober 2020
Waktu :15.00 - selesai
Tempat : Balai dusun Pandansari

Pelaksanaan penyuluhan
No. Kegiatan/ Acara Petugas
1.  Posyandu
 Menyiapkan materi, SAP dan  Kader KIA dusun
pembagian leaflet Pandansari
 Pembukaan  Mahasiswa pokja KIA
 Memperkenalkan diri  Siti Nurfiyah
 Menentukan kontrak waktu materi  Septiyani Trixmita T.
dengan peserta

Pelaksanaan penyuluhan
 Menjelaskan pengertian gizi kurang  Rasfi Desta R.
 Menjelaskan penyebab gizi kurang  Rizkiyani A. F.
 Menjelaskan gejala gizi kurang  M. Muamar K.
 Menjelaskan nutrisi yang tepat bagi
penderita gizi kurang
 Menjelaskan cara pencegahan gizi
kurang
2.  Dewasa  Kader dusun Pandansari
 Menyiapkan materi, SAP dan  Mahasiswa pokja Kesh
pembagian leaflet  M. Muamar Kadhafi
 Pembukaan  Moses Pardjer
 Memperkenalkan diri
 Menentukan kontrak waktu materi
dengan peserta  Siti Nurfiyah
 Septiyani Trixmita T.
Pelaksanaan penyuluhan  Rasfi Desta R.
 Menjelaskan pengertian hipertensi
 Menjelaskan penyebab hipertensi
 Menjelaskan gejala hipertensi
 Menjelaskan komplikasi hipertensi
 Menjelaskan cara pencegahan
hipertensi
3.  Kesling  Kader Kesling dusun
 Menyiapkan materi, SAP dan Pandansari
pembagian leaflet  Mahasiswa pokja Kesling
 Pembukaan  Rasfi Desta R.
 Memperkenalkan diri  Rizkiyani A.F.
 Menentukan kontrak waktu materi
dengan peserta  Siti Nurfiyah
 Septiyani Trixmita T.
Pelaksanaan penyuluhan  Moses Pardjer
 Menjelaskan pengertian PHBS
 Menjelaskan tentang pentingnya
PHBS
Stra Rencana Wakt Standart
Masalah Sasaran Tujuan Sumber Tempat Kriteria Evaluator
tegi kegiatan u Evaluasi
KIA Seluruh Setelah Pend Penyuluhan Mahasiswa Posyandu 15.00 verbal Ibu Mahasiswa,
Kebutuhan nutrisi ibu dan dilakukan kesh tentang gizi pokja KIA / lily (balai mampu pokja KIA
tidak terpenuhi balita di tindakan kurang pada kader dusun menyebut masyarakat/
pada bayi dan dusun kep kom balita kumpulan Pandan kan cara kader
balita di Dsn. Pandan selama 1 materi sari) mena posyandu
Pandansari yg b/d sari minggu penyuluhan ngani gizi
kurangnya diharapkan kurang
pengetahuan ibu ibu yang pada
tentang gizi, sos- mempunyai balita
ek yg kurang balita
serta ketidak- mengerti
mauan bumil tentang gizi
memeriksakan pada balita
kehamilannya
secara rutin
Dewasa Seluruh Setelah Pend Penyuluhan Mahasiswa balai 15.00 verbal Penderita Mahasiswa,
Kurangnya penderita dilakukan kesh tentang pokja dusun mampu pokja
kesadaran hiper tindakan hipertensi Kesehatan / Pandan menyebut Keehatan
masyarakat untuk tensi di kep kom kader sari kan cara masyarakat/
melakukan check dusun selama 1 kumpulan mengenda kader Desa
up kesehatan, Pandan minggu materi likan Pandankrajan
terutama sari diharapkan penyuluhan penyakit
hipertensi Penderita hipertensi
(tekanan darah) hipertensi nya
mengerti
tentang cara
mengendali
kan
penyakit
hipertensi
nya
Kesling Masyara Setelah Pend Penyuluhan Mahasiswa balai 15.00 Verbal Masarakat Mahasiswa,
Kurangnya kat di dilakukan kesh tentang pokja dusun mampu pokja kesling
penerapan PHBS dusun tindakan PHBS Kesling / Pandan menyebut masyarakat/
dalam kehidupan Pandan kep kom kader sari kan kader Desa
sehari-hari b/d sari selama 1 kumpulan berPHBS Pandankrajan
kurangnya minggu materi yang
kesadaran diharapkan penyuluhan benar
masyarakat untuk masyarakat
melaksanakan mengerti
PHBS tentang cara
berPHBS
yang benar
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
GIZI KURANG PADA BALITA

Mata Ajar : Komunitas


Sub Topik : Kurang Gizi pada Balita
Sub Topik : Gizi pada Balita
Sasaran : Primer: Ibu & balita
Sekunder: Keluarga dan Suami
Tersier: RT, RW, Lurah
Target Hari/Tanggal Waktu Tempat
Keluarga & Ibu yang Jum’at, 23 Oktober 16.00 – 17.00 WIB Balai dusun
memiliki balita 2020 ( 1 jam ) Pandansari

A. LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin. Salah satu target dari tujuan tersebut adalah
kesehatan balita. Hal tersebut karena masa balita merupakan masa kritis dalam
tumbuh kembang anak, sebab pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini
akan mempengaruhi pertumbuhan - perkembangan pada masa berikutnya.
Agar anak dapat tumbuh sehat dan berkembang secara optimal,
diperlukan makanan bergizi seimbang yang berfungsi untuk menyediakan
energi untuk proses tumbuh kembang, memelihara daya tahan tubuh dari
berbagai serangan infeksi dan penyakit defisiensi, membangun persediaan zat
gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan pada masa pubertas dan
dewasa kelak. Berdasarkan hasil pengkajian, diketahui bahwa terdapat 1 orang
balita dengan berat badan di bawah garis merah.

B. TUJUAN UMUM
Setelah kegiatan penyuluhan, ibu dapat memahami pengertian, tanda-
tanda, penyebab, akibat, serta penatalaksanaan balita dengan kurang gizi dan
ibu dapat membuat modisco.  
C. TUJUAN KHUSUS
Setelah kegiatan penyuluhan ibu mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian kurang gizi
b. Mengetahui tanda – tanda balita dengan kurang gizi
c. Mengetahui penyebab balita dengan kurang gizi
d. Mengetahui akibat kurang gizi
e. Mengetahui penatalaksaan balita dengan kurang gizi
f. Mengetahui pembuatan dan pemberian modisco

D. MATERI (Terlampir)
Balita dengan kurang gizi
1. Pengertian kurang gizi
2. Tanda – tanda balita dengan kurang gizi
3. Penyebab balita dengan kurang gizi
4. Akibat kurang gizi

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

F. MEDIA
1. Flip Chart
2. Leaflet
3. Poster

Pelaksanaan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audient
1. 10 Menit Pembukaan
1. Sambutan dari Ketua RT serta 1. Memperhatikan
membuka acara penyuluhan
2. Penyuluh memulai penyuluhan
dengan mengucapkan salam 2. Menjawab salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Memperhatikan
5. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan 5. Memperhatikan
6. Membagikan leaflet
6. Menerima dan
membaca
2. 35 Menit 1. Memberikan penyuluhan 1. Mendengarkan dan
kesehatan mengenai gizi balita memperhatika
2. Memberi kesempatan untuk 2. Bertanya
bertanya
3. 10 Menit Berdoa dan menutup kegiatan Berdoa dan menjawab
dengan salam salam

EVALUASI
a. Ibu mampu menjelaskan pengertian kurang gizi
b. Ibu mampu menjelaskan tanda – tanda balita dengan kurang gizi
c. Ibu mampu menjelaskan penyebab kurang gizi
d. Ibu mampu menjelaskan akibat kurang gizi
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Kurang Gizi


Gizi kurang adalah kondisi dimana asupan nutrisi kurang dari
kebutuhan sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan balita.
Gizi kurang adalah keadaan kekurangan gizi tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi atau menderita sakit dalam waktu lama.

2. Tanda – tanda kurang gizi


a. Anak sangat kurus
b. Wajah seperti orang tua, bulat dan sembab
c. Anak sering cengeng dan rewel
d. Tidak bereaksi terhadap rangsangan (Apatis)
e. Rambut tipis, jarang, kusam, warna rambut seperti rambut jagung dan bila
di cabut tidak sakit
f. Kulit keriput
g. Tulang iga tampak jelas
h. Pantat kendur dan keriput
i. Perut cekung atau buncit
j. Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan (edema) dan bila di tekan
lama kembali
k. Bercak merah kehitaman di tungkai dan pantat

3. Penyebab kurang gizi


a. Balita tidak mendapatkan ASI Ekslusif atau mendapatkan makanan
tambahan sebelum usia 6 bulan
b. Balita yang disapih sebelum usia 2 tahun
c. Balita tidak mendapatkan makanan pendamping ASI (MP ASI) pada usia 6
bulan atau lebih
d. MP ASI kurang dan tidak bergizi
e. Setelah usia 6 bulan balita jarang disusui
f. Balita menderita dalam waktu lama seperti : diare, cacingan, campak, TBC,
Batuk pilek
g. Kebersihan kurang dan lingkungan kotor

4. Akibat kurang gizi


a. Proses tumbuh kembang anak jadi terganggu.
b. Terjadinya penurunan daya tahan tubuh.
c. Anak menjadi mudah terserang penyakit.
d. Perkembangan intelektual terganggu.
A. Kesimpulan
Pemenuhan Kebutuhan gizi balita yang mengalami gizi kurang yang
merupakan kasus dalam penelitian ini memang masih sangat minim. Motivasi
masyarakat terhadap pemenuhan gizi keluarga terutama pada anak usia balita
cukup tinggi, katidak berdayaan ekonomi keluarga menjadi penghambat
motivasi tersebut, bahkan menimbulkan budaya baru menyebabkan masyarakat
terbiasa dalam pemenuhan kebutuhan gizi balitanya sesuai apa adanya. Faktor
budaya yang melekat secara turun temurun masih dianut sebagian besar
responden. Kurangnya informasi secara akurat menyebabkan masyarakat suiit
untuk merubah kebiasaan dan kepercayaan tersebut kearah perilaku sehat yang
lebih produktif dan menguntungkan kesehatan keluarga terutama pada anak
usia balita Perilaku orang tua masih sangat minim dalam pemenuhan
kebutuhan.

B. Saran
Perlunya partisiaktif semua pihak dalam sosialisasi program Kadarsi
secara komprehensif di masyarakat dalam rangka meningkatkan perilaku hidup
sehat dalam memaksimalkan upaya pemenuhan gizi keluarga. Mengintensifkan
penyebaran informasi tentang cara yang efektif untuk memberikan makanan
yang memadai sesuai kebutuhan dalam keluarga melalui penyuluhan tentang
gizi.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ANEMIA PADA IBU HAMIL
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Hipertensi
Sub Topik : Kenali hipertensi dengan baik
Sasaran : Masyarakat Dusun Pandansari
Penyuluh : Mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto, Profesi Ners
Tempat : Balai Dusun Pandansari
Hari/ Tanggal : Rabu, 7 Oktober 2020
Waktu : 60 Menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, diharapkan Masyarakat Dusun Pandansari mampu memahami dengan baik
tentang penyakit hipertensi.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan penghuni lapas dapat :
1. Menjelaskan kembali mengenai pengertian dari hipertensi
2. Menyebutkan kembali penyebab-penyebab yang menimbulkan penyakit hipertensi
3. Menyebutkan kembali tanda dan gejala pada penderita hipertensi
4. Memahami tingkatan hipertensi menurut klasifikasinya
5. Menyebutkan kembali komplikasi-komplikasi yang akan timbul jika hipertensi tidak diobati
6. Menyebutkan kembali cara-cara mencegah terjadinya hipertensi
7. Menyebutkan kembali pengobatan-pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengobati penyakit hipertensi
III. SASARAN
1. Sasaran Langsung: Masyarakat Dusun Pandansari
2. Sasaran tidak langsung: Masyarakat Dusun Pandansari

IV. BENTUK KEGIATAN


a. Nama Kegiatan
Kegiatan yang kami selenggarakan bernama “Sebaiknya Anda tahu tentang Hipertensi”
b. Waktu danTempat Kegiatan
Balai Dusun Pandansari
Penyuluhan tentang hipertensi, 23 Oktober 2020
Jadwal terlampir
c. PenyelenggaraKegiatan
Mahasiswa STIKes PPNI BINA SEHAT PPNI Mojokerto, Profesi Ners
V. METODE
1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab

VI. MEDIA
1. Leaflet 3. Laptop
2. LCD

Kegiatan Responygdiharapkan Waktu


Pendahuluan 10 menit
1) Membuka acara dg mengucapkan salam kepada Masyarakat 1) Menjawab salam
Dusun Pandansari 2) Memperhatikan
2) Memperkenalkan diri 3) Mendengarkan penyuluh menyampaikan topik dan
3) Menyampaikan topik dan tujuan pendkesh kepada Masyarakat tujuan
Dusun Pandansari 4) Menyetujui kesepakatan waktu pelaksanaan pendkesh
4) Kontrak waktu untuk kesepakatan pelaksanaan pendkesh
dengan Masyarakat Dusun Pandansari
Kegiatan inti 45 menit
1) Memberikan penjelasan tentang 1) Mendengarkan dan memperhatikan pemateri
- Pengerian hipertensi
- Penyebab hipertensi
- Komplikasi hipertensi
- Pencegahan hipertensi
- Pengobatan hipertensi
2) Memberikan kesempatan kepada Masyarakat Dusun 2) Menanyakan hal-hal yang tidak mengerti dari materi
Pandansari utk bertanya 3) Menjawab hal-hal yang ditanyakan pemateri
3) Melakukan evaluasi
Penutup 5 menit
1) Menyimpulkan materi penyuluhan 1) Memperhatikan
2) Mengklarifikasi 2) Menyampaikan hal-hal yang perlu diklarifikasi
3) Menutup kegiatan acara penyuluhan 3) Memperhatikan dan menjawab salam
VIII. Biaya Kegiatan : Rp.
IX. Susunan Panitia
a. Penyaji :
b. Moderator :
c. Sie konsumsi :
d. Sie dokumentasi dan perlengkapan: 1.
e. Sie pencari data : 1.
Laporan Pendahuluan
Hipertensi

A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140
mm Hgatau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen,
1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman
Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic
90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997). Dari ketiga definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih
dari 90 mmHg.

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki
tekanan darah tinggi. Ada faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak
dapat dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa
mengatasi penyakit darah tinggi ini. Beberapa faktor tersebut antara lain:
1. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah
tekanan darah tinggi. Jadi jika seseorang memiliki orang tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia
menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan
bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik
daripada yang kembar tidak identik.
2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketika usia seseorang bertambah, maka tekanan darah pun akan
meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda
saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat
mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.
3. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Pada beberapa orang, khususnya bagi
penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan
mereka yang berkulit hitam, garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat. Untuk itu, bagi penderita-penderita tersebut diharapkan
tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung garam.
4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kolesterol akan tertimbun pada
dinding pembuluh darah jika kandungan lemak dalam darah berlebihan.
Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan
darah akan meningkat. Oleh karena itu, kendalikan kolesterol Anda sedini
mungkin.
5. Obesitas / Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di
atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar
menderita tekanan darah tinggi. Perhitungan berat badan ideal.
6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak
stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.
7. Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan
tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan
risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan
merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi,
merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-
penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
8. Kafein
Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi,
teh,maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9. Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan.
10. Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Dengan olahraga
secara teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi Anda. Namun,
jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah
tinggi.
C. Patofisiologi
Terlampir
D. Klasifikasi Hipertensi
 Normotensi<140 <90
 Hipertensi ringan 140-180 90-105
 Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
 Hipertensi sedang,berat >180 >105
 Hipertensi Sistolik terisolasi >140 <90
 Hipertensi Distolik perbatasan 140-160 <90
E. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung,
1995 )
1.      Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2.      Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

F. Komplikasi
1. Atherosclerosis, Seseorang dengan hipertensi biasanya mengarah ke
masalah pembuluh darah koroner karena tekanan darah yang tinggi
menekan dinding pembuluh darah. Dengan berjalannya waktu,
tekanan yang berlebihan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan dinding
pembuluh darah yang dikenal sebagai Atherosclerosis. Penyempitan
pembuluh darah membatasi atau bahkan menutupi aliran darah ke
jantung sehingga otot jantung kekurangan oksigen. Pengerasan
pembuluh darah menyebabkan terbentuknya gumpalan darah kecil.
2. Stroke yang juga disebut “Brain Attack” terjadi ketika aliran darah
pada otak terputus di suatu bagian. Akibatnya, sel-sel otak
mengalami kekurangan oksigen dan glukosa yang dibutuhkan dan
kemudian sel-sel tersebut mati. Dengan berjalannya waktu,
hipertensi menyebabkan pengerasan pembuluh darah. Hal ini ,
kemudian menyebabkan tertutupnya jalur aliran darah di dalam otak.
Hipertensi juga dapat menyebabkan lemahnya dinding pembuluh
darah dalam otak sehingga menggelembung seperti balon dan
sewaktu-waktu pecah. Hipertensi menyebabkan resiko mengalami
Stroke meningkat 4-6 kali lipat dari normal.
3. Jantung adalah penyakit paling mematikan no.1 yang berkaitan
dengan hipertensi diantaranya gagal jantung (otot jantung lemah dan
tidak elastis), penyakit jantung iskemik (otot jantung tidak mendapat
cukup darah karena sumbatan) dan ventricula hyperthrophy kiri
(dinding otot jantung menebal).
4. Sakit Ginjal dan gagal ginjal, utamanya disebabkan oleh hipertensi
yang merusak pembuluh darah dan filter di ginjal, menyebabkan
pembuangan sampah dalam tubuh sulit dilakukan.
5. Mata juga menjadi rusak ketika mengalami hipertensi karena
tekanan berlebihan menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina.
6. Diabetes dan Hipertensi membuat kondisi kesehatan seseorang
makin parah dan komplikasi serius. Diabetes memperlambat jaringan
tubuh yang rusak untuk memperbaiki diri. Sehingga munculnya
dengan hipertensi dapat menyebabkan masalah lebih serius dan sulit
diatasi seperti gagal jantung maupun serangan jantung, stroke dan
gagal ginjal.
7. Preeclampsia dan eclampsia (tekanan darah tinggi saat kehamilan)
berbahaya saat sedang hamil karena mempengaruhi plasenta untuk
mengirimkan oksigen dan nutrisi ke janin. Berat badan bayi yang
lahir mungkin tidak normal (kurang) dan menyebabkan masalah
kesehatan lainnya. Jika tekanan darah terlalu tinggi dapat
menyebabkan ibu hamil mengalami gagal ginjal, produksi darah
yang berkurang dan gangguan liver, dan meningkatkan resiko
pendarahan yang tidak terkendali. Jika tekanan darah terus naik dapat
menyebabkan kejang dan kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu dan
anak karena keduanya akan kekurangan oksigen.
8. Sindrom Metabolik adalah kelompok faktor resiko yang terdiri dari
insulin resistence, hipertensi, kolesterol abnormal dan meningkatnya
resiko penggumpalan darah. selengkapnya tentang Sindrom
Metabolik bisa dibaca disini.
9. Disfungsi Ereksi terjadi pada 49% orang pada usia 40-70 tahun
dengan masalah hipertensi. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah
tidak bisa melebar sehingga membuat otot-otot pada penis tidak bisa
rileks. Hal ini membuat darah tidak cukup aliran darah ke penis agar
mengalami ereksi. Selain itu hipertensi juga menurunkan tingkat
hormon testosteron yang berperan sangat penting pada organ seksual.

G. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan hipertensi termasuk mempertahankan berat badan yang
sehat secara fisik aktif; mengikuti rencana makan yang sehat dan
menekankan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah lemak, susu;
memilih dan menyiapkan makanan dengan garam sedikit dan natrium;
sampai pada mengubah kebiasaan seperti berhenti atau paling tidak
meminimalkan minum minuman berakohol. Pencegahan darah tinggi
memungkinkan seseorang untuk terhindar dari berbagai jenis komplikasi.
Pencegahan hipertensi langkah 1: pola makan sehat. Penelitian
telah menunjukkan bahwa mengikuti rencana makan sehat dapat
mengurangi resiko terjadinya tekanan darah tinggi dan menurunkan
tekanan darah sudah tinggi. langkah ini merupakan awal pencegahan
hipertensi yang baik.
Pencegahan hipertensi langkah 2: mengurangi garam dan sodium
ketika diet. Kunci untuk makan sehat adalah memilih makanan rendah
garam dan natrium. Kebanyakan orang mengkonsumsi garam lebih dari
yang mereka butuhkan. Rekomendasi saat ini adalah untuk mengkonsumsi
kurang dari 2,4 gram (2.400 miligram [mg]) sodium dalam sehari bukan
hanya pencegahan darah tinggi, tetapi juga menjaga tekanan darah tetap
normal. Perbandingan itu sama dengan 6 gram (sekitar 1 sendok teh)
garam meja sehari. Bagi seseorang dengan tekanan darah tinggi, dokter
mungkin menyarankan makan lebih sedikit garam dan sodium, karena
penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang diet mengkonsumsi 1.500
mg sodium bermanfaat menurunkan tekanan darah yang lebih baik.
Pencegahan hipertensi langkah 3: mempertahankan berat badan
normal. Kelebihan berat badan meningkatkan resiko terkena tekanan darah
tinggi. bahkan tekanan darah meningkat dengan meningkatnya berat
badan. Pencegahan hipertensi dini sangat efektif jika seseorang memiliki
berat badan ideal, lakukan diet menurunkan berat badan jika anda
kelebihan berat badan/ obesitas.
Pencegahan hipertensi langkah 4: menjadi lebih aktif
Menjadi aktif secara fisik merupakan salah satu langkah yang paling
penting yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertensi atau mengontrol
tekanan darah tinggi. hal ini juga membantu mengurangi resiko penyakit
jantung. Cukup dengan olah raga ringan dalam sehari.
Pencegahan hipertensi langkah 5: berhenti mengkonsumsi alkohol
Minum alkohol terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini
juga dapat membahayakan hati, otak, dan jantung. Minuman beralkohol
juga mengandung kalori. Yang masalah jika memiliki program untuk
menurunkan berat badan.
Pencegahan hipertensi langkah 6: berhenti merokok
Merokok melukai dinding pembuluh darah dan mempercepat proses
pengerasan pembuluh darah. Berhenti merokok merupakan salah satu
upaya dalam mengubah gaya hidup sehat demi pencegahan hipertensi.

H. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
6) Diet tinggi kalium
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan
rumus 220 – umur
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi
akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi ( Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan
1) Dosis obat pertama dinaikan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan
tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan
darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
g. Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi
h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita
atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal
1 x sehari atau S2 x sehari
j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis
atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan
efektifitas maksimal
l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih
sering
n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam
pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap
pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
Daftar Pustaka

http://www.kesehatan123.com/1222/pencegahan-hipertensi-secara-sederhana/
http://ners-asfi-ilmupengetahuan.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-
askep-hipertensi.html
http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/04/askep-hipertensi.html
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
REMATIK PADA LANSIA
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Pokok bahasan : Hidup Sehat


Sub pokok bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Sasaran : Masyarakat dusun Pandansari
Hari / tanggal : Selasa, 6 Oktober 2020
Tempat : Balai dusun Pandansari
Pukul : 15.00 – selesai
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners, STIKes Bina Sehat PPNI
Mojokerto

A. Tujuan
 Tujuan khusus :
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/ Kota
percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat.
b. Terlaksananya pengembangan Kabupaten/ Kota percontohan program
PHBS
c. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat
d. Meningkatnya Desa/ Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat

 Tujuan umum :
a. Acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan
b. Program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga
c. Berperilaku hidup bersih dan sehat secara bertahap dan berkesinambungan
d. Menuju Kabupaten/ Kota Sehat.

B. Materi ( terlampir )
1. Pengertian PHBS
2. Ciri-ciri Rumah Sehat
3. Indikator dalam Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
4. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Masyarakat
5. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

C. Media
 LCD
 Leaflet

D. Metode penyuluhan
 Diskusi
 Diskusi (Tanya jawab)

E. Setting Tempat

LCD

MODERAT
OR PRESENTER

AUDIENCE

OBS FASI
ERV LITA
ER TOR
F. Pengorganisasian :
1) Moderator : Ronny May Hanafi
2) Penyuluh : Rasfi Desta Rahmandar
3) Fasilitator : Muhammad Muamar Kadhafi
4) Observer : Muhammad Syahrul Ghofin

G. Rincian Tugas Pengorganisasian:

1. Moderator:
 Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan diberikan
 Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
 Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
 Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
 Mengatur waktu kegiatan penyuluhan

2. Penyuluh:
 Menggali pengetahuan keluarga tentang PHBS
 Menjelaskan materi mengenai PHBS
 Menjawab pertanyaan peserta

3. Fasilitator :
 Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
 Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
 Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
 Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
 Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
 Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan

4. Observer:
 Mengobservasi jalannya proses kegiatan
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan saat berlangsung

H. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No. Waktu
Pembicara Peserta
1. 5 menit Pembukaan
1. Memberi salam 1) Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2-5) Mendengarkan
3. Menyampaikan topik dan memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
5. Melakukan kontrak waktu
15 Isi
menit 1. Pengertian Pola Hidup
bersih dan Sehat (PHBS)
2. Ciri-ciri Rumah Sehat Mendengarkan dan
3. Indikator dalam Perilaku memperhatikan
Hidup Bersih Dan Sehat
4. Tujuan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Di
Masyarakat
5. Manfaat Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat
3. 10 Evaluasi
menit 1. Memberikan kesempatan 1) Bertanya
pada peserta untuk bertanya
2. Menanyakan kembali pada 2) Menjawab
peserta tentang materi yang
disampaikan
4. 5 menit Penutup
1) Menyimpulkan materi 1) Mendengarkan
2) Memberi salam 2) Menjawab salam

I. Evaluasi
Warga dusun Pandansari dapat menjawab beberapa petanyaan seperti berikut:
1. Apakah pengertian PHBS?
2. Apakah 10 indicator PHBS?
3. Bagaimana Klasifikasi PHBS?
4. Siapa saja yang menjadi sasaran PHBS?

 Evaluasi Pemograman
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu. yaitu jam 08.00 WIB
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di balai dusun Pandansari
3) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan satu minggu
sebelumnya (Satuan Acara Penyuluhan)
4) Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai
5) Masing-masing anggota tim bekerja sesuai dengan tugas
6) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
7) Hasil : Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh
penyuluh
Lampiran

A. Definisi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)


Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk
memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat
(Depkes, 2008).
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Depkes, 2008).
Perilaku Hidup Berih Dan Sehat (PBHS) adalah sebagai wujud
operasional promosi kesehatan merupakan dalam upaya mengajak, mendorong
kemandirian masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat (Ekasari, 2008).
Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk
mewujudkan kesehatan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu
melaksakan perilaku hidup bersih dan sehat.

B. Ciri-ciri Rumah Sehat


Ada 5 ciri-ciri rumah sehat menurut Notoadmodjo (2007) sebagai berikut:
5. Bahan bangunan
Bahan bangunan terbuat dari lantai ubin atau semen, dinding terbuat dari
tembok, atap rumah terbuat dari genteng atau seng.
6. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi yaitu untuk menjaga agar aliran
udara dalam rumah tersebut tetap segar, untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam
kelembaban yang optimum.
7. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak.
8. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya.
9. Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas yaitu penyediaan air
bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan air limbah, pembuangan
sampah, fasilitas dapur, ruang berkumpul keluarga.

C. Indikator dalam Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


Ada 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut Ekasari,
dkk (2008) sebagai berikut:
1. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan pada ibu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, bidan, paramedis lainnya) sebagai penolong pertama dalam proses
lahirnya janin bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya plasenta.
2. Bayi diberi ASI Sejak Lahir sampai berusia 6 bulan.
Bayi yang berumur 0-6 bulan yang mendapat ASI sejak lahir sampai umur 6
bulan tanpa makanan tambahan.
3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.
Setiap pendudukmempunyai jenis pembiayaan pra-upaya seperti Askes,
Jamsostek/Astek, Asuransi Perusahaan/Kantor, dan Dana Sehat.
4. Ketersediaan Air Bersih.
Sumber air minum rumah tangga yang berasal dari sumber air dalam
kemasan, leding, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung
minimal berjarak 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
5. Ketersediaaan Jamban
Rumah tangga menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau
lubang penampungan sebagai pembuangan akhir.
6. Kesesuaian Luas Lantai Dengan Jumlah Penghuni
Luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-
hari dibagi dengan jumlah penghuni minimal 9 m².
7. Lantai Rumah Bukan Dari Tanah
Lantai rumah yang digunakan dari permanen atau lantai papan (rumah
panggung).
8. Makan Buah Dan Sayur Setiap Hari
Anggota keluarga yangberumur 15 tahun keatas mengkonsumsi sayur dan
buah dengan perimbangan minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau
sebaliknya 3 porsi sayur dan 2 porsi buah selama 7 hari dalam seminggu.
9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari
Anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas yang melakukan aktivitas
seperti olahraga selama 10 menit setiap hari minimal 5 hari dalam seminggu
10. Tidak Merokok di Dalam Rumah.
Anggota keluarga yangberumur 15 tahun ke atas tidak ada yang merokok
didalam rumah setiap hari/kadang-kadang.

D. Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Di Masyarakat


Menurut Ekasari, dkk (2008) Tujuan perilaku hidup bersih dan sehat
di masyarakat sebagai berikut:
1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2. Masyarakat mampu mencegah dan mangatasi masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatannya.
4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat untuk pencapaian PHBS di rumah tangga, seperti
penyelenggaraan posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan ibu
bersalin dan sosial ibu bersalin, ambulan desa, kelompok pemakaian air dan
arisan jamban.
E. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Ekasari, dkk (2008) Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sebagai berikut:
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi
keluarga, biaya pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan
keluarga.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA MEROKOK
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA JAJAN SEMBARANGAN
Daftar Pustaka

Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta : Puspa Swara.
Hartono, Bambang. 2005. Profil Promosi Kesehatan 2005. Jakatrta.
Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Asuhan Hamil Normal. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai