OLEH :
TIWUK STYOWATI
202173043
Pengesahan laporan Asuhan Keperawatan Anak praktik profesi Ners (Anak) di Rumah Sakit
Umum Daerah Bangil, yang disusun oleh :
Nama : Tiwuk Styowati
NIM : 202173043
Mojokerto,
Mahasiswa
Tiwuk Styowati
202173043
NIP/NIK NIP/NIK
Linda Nur M
NIP/NIK
KONSEP ISPA
A. PENGERTIAN
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) adalah penyakit yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga
alveoli termasuk jaringan aneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura, infeksi akan terjadi jika ketahanan tubuh (imunologi) menurun (Marni,
2014). ISPA paling banyak ditemukan pada anak dibawah lima tahun karena mememiliki
sistem kekebalan tubuh masih rentan terhadap berbagai penyait, yang bersifat akut dengan
berbagai macam gejala (sindrom) (Hariani, dkk, 2014). ISPA merupakan infeksi
saluran pernafasan yang berlangsung kurang lebih 14 hari, mengenai struktur
saluran di atas laring tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran
atas dan bawah secara stimulan atau berurutan, jika masuk ke dalam paru paru
akan menyababkan pneumonia (Muttaqin, 2008).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung kurang lebih 14 hari.
B. ETIOLOGI
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dan
virus, bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Suhandayani, 2007).
1. Faktor Pencetus
a) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
b) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih
baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
c) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota
besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada
anak.
D. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri
dari genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella
dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk
didalamnya virus para influenza dan virus campak), adenoveirus,
koronavirus, pikornavirus, herpesvirus kedalam tubuh manusia melalui
partikel udara (droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel
hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut bisa
masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernapasan, yang mengakibatkan
demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya (Marni, 2014).
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah pharing atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua
lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur
lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar
mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang
berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kusumawati, 2010).
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut (Kusumawati, 2010).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan
juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus
pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak (Hariani, dkk, 2014). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya
hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi
virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia
bakteri (Kusumawati, 2010).
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Muttaqin (2008) tanda dan gejala penyakit ISPA dibedakan menjadi
tiga yaitu:
1. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala- gejala sebagai berikut :
a) Batuk
Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
b) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
c) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC
2. Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
a) Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu: untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih
dan kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun : frekuensi
nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 sampai kurang dari 12 bulan dan
40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan sampai kurang dari 5
tahun.
b) Suhu lebih dari 39oC (diukur dengan termometer)
c) Tenggorokan berwarna merah
d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
3. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a) Bibir atau kulit membiru
b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c) Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
d) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
f) Tenggorokan berwarna merah
F. KOMPLIKASI
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5 sampai 6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit
ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat
menimbulkan komplikasi seperti: sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi,
empiema, meningitis dan bronkopneumonia serta berlanjut pada kematian
karena adanya sepsis yang menular (Ngastiyah, 2014).
Sinusitis paranasal : hanya teradi pada anak besarkarena pada bayi dan anak
kecilsinus paranasal belum tumbuh.
Penutupan tuba eustachii : tuba yang bunt akan memberi gejala tuli dan
infeksi dapat menembus langsung telinga tengadan menyebabkan otitis
media akut (OMA), yang sering terjadi pada bayi dan anak karena eberapa
faktor yaitu : tuba eustachii pendek, posisi bayi dan anak selalu terlentang
merintangi penyaluran sekret, hipertropi kelenjarlimfod nasofaring
G. PENCEGAHAN ISPA
Mnurut Hastuti (2013) pencegahan ISPA dilakukan dengan :
1. Menyediakan makanan bergizi sesuai denganpreferensi anak dan kemampuan
untuk mengkonsumsimakanan untuk mendukung kekebalan tibuh alamiah.
2. Pemberian imunisasi lengkap pada anak.
3. Keadaan fisik rumah yang baik, seperti ventilasi di rumah dan kelembaban yang
memenuhi syarat.
4. Menjafga kbersihan rumah, tubuh makanan, dan lingkungan agar bebas kuman
penyakit.
5. Menghindarai pajanan asap rokok dan asap dapur.
6. Mencegah kontak dengan penderita ISPAdan isolasi penderitaISA untuk
mencegahpenyebaran penyakit.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DEFINISI NUTRISI
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah
zat-zat penting yang berasal dari makanan yang telah dicerna dan diolah oleh
tubuh menjadi zat yang berguna, zat makanan yang di perlukan oleh tubuh
untuk dapat hidup, untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel
tubuh, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas,
mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit,
memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan
kesembuhan, dan membentuk kekebalan.
Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah
faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi
seperti adanya enyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi (Dwipuji, 2016).
2. JENIS-JENIS NUTRISI
Menurut Tarwoto, Wartonah (2006), Elemen nutrient/zat gizi terdiri atas:
1. Karbohidrat.
2. Protein.
3. Lemak.
4. Vitamin.
5. Mineral.
Fungsi nutrisi adalah:
1) Mempertahankan kahidupan
2) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan
3) Mengganti unsur-unsur yang hilang
4) Menyediakan energi
5) Sebagai pelindung dan pengatur
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI:
1) Pengetahuan
2) Kebiasaan (misal: pantangan pada makanan tertentu)
3) Kesukaan, kurang variasimakanan sehingga tubuhtidak memperoleh zat-zat
gizi yang dibutuhkan secara cukup.
4) Ekonomi, menyebabkan kesulitan dalammenyediakan makanan yang bergizi
4. KEBUTUHAN NUTRISI ANAK TERGANTUNG DARI:
1) Jenis kelamin
2) Pertumbuhan dan perkembangan (sesuai umur).
3) Tingkat aktivitas
5. LANGKAH –LANGKAH PENGATURAN MAKANAN UNTUK BAYI
DAN ANAK:
1) Menentukan jumlah kebutuhan dar setiap nutrien
2) Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih
3) Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan menu yang
dikehendaki.
4) Menentukan jadwal waktu makan dan cara makan.
5) Memperhatikan masukan /input
6. CARA PEMBERIAN MAKANAN YANG BENAR:
Diberikan secara bertahap yaitu
1) Usia 0-6 bulan : ASI
2) Usia 6-12 bulan : MP-ASI
3) Usia 1-3 tahun : makanan lumat, lembek dan makanan keluarga
4) Usia pre scool : memotivasi pola makan dan jenis makanan baru,
menyediakan camilan.
5) Usia sekolah : makanan keluarga
6) Usia 13-18 tahun : makanan keluarga
ii. Pertumbuhan
1. Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-
2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun.
2. Kenaikan linkar kepala: 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
3. Tumbuh gigi 8 buah: tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 –
16 buah
4. Erupsi gigi: geraham perama menusul gigi taring.
iii. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Fase anal: Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido,
mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/egoistic,
mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan
kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru
dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:
1) Autonomy vs Shame and doundt
2) Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh
Dario kemam puannya untuk mandiri melalui dorongan orang
tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak
mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
3) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan
kecerdasan, bergaul dan mandiri: Umur 2-3 tahun :
a) berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan
sedikitpun
b) hitungan (GK)
c) Meniru membuat garis lurus (GH)
d) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
e) Melepas pakaian sendiri (BM)
1. Pelaksanaan DDST:
1) Tahap I : usia 3-6 bulan, usia 9-12 bulan, usia 18-24 bulan, usia 3 tahun, 4 tahun
dan 5 tahun
2) Tahap II : jika adanya curiga mengalami hambatan perkembangan
2. Tujuan DDST:
1) Menilai tingkat perkembanagan anak sesuai dengan usia
2) Menilai tingkat perkembanagan anak sehat
3) Menilai tingkat perkembanagan anak yang tidak menunjukkan gejala
kemungkinan adanya kelainan perkembagan
4) Memastikan dan memantau anak yang diduga mengalami perkembangan
3. Hasil penilaian DDST:
1) Normal : bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution
2) Suspect/ curiga : bila terdapat lebih dari atau 2 caution dan lebih dari 1
keterlambatan
3) Unstable/tidak dapat diuji : bila ada skor menolakpada lebih dari 1 uji coba
terletak di sebelah kiri garis umur atau menolak lebih dari 1 uji coba yang
ditembus garis umur pada daerah 75-90%
2. TUJUAN BERMAIN
1) Melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit
2) Mengekspresikan perasaan, keinginan, fantasi dan ide idenya.
3) Mengmbangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
4) Dapat beradaptasi secara efektifterhadap stress karena sakit dan di rawat di
RS.
3. FAKTOR YANG MEMPENGARUI BERMAIN
1) Tahap perkembanagan anak
2) Status kesehatan
3) Jenis kelamin
4) Lingkungan yang mendukung
5) Alat dan jenis permainan yang cocok
4. TAHAP PERKEMBANAGAN BERMAIN:
Harlock (1981), ada 4 tahapan yaitu:
1) Tahap penjelasan (exploratory stage) : kegiatan mengenai obyek/orang
lain,mencoba menjangkau/meraih benda di kelilingnya lalu megamatinya
2) Tahap mainan (toy stage) : mencapai puncak pada usia 5-6 tahun, anak
berfikir bahwa benda mainannya dapat berbicara, makan, merasa sakit dsb.
3) Tahap bermain (play stage) : terjadi pada saat anak mulai masuk sekolah
dasar, bermain dengan alat permainan yang alama kelamaan berkembang
menjadi game, olahrraga dan bentukpermaianan lain yang juga dilakukan
orang dewasa.
4) Tahap melamun (daydream stage): diawai saat anak mendekati pubertas,
banyak menghabiskan waktu untuk melamun/berkhayal.
5. TUJUAN BERMAIN DI RS:
1) Melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal
2) Mengembangkan kreatifitas anak
3) Beradaptasi secara lebih efektif terhadap stress.
6. PRINSIP BERMAIN DI RS :
1) Tidak banyak mengeluarkan energi, singat dan sederhana
2) Mempertimbangan keamanan dan infeksi silang
3) Kelompok umur yang sama
4) Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
5) Semuaa alat permainan dapat di cuci
6) Melibatkan orang tua
7. SASARAN TERAPI BERMAIN:
1) Anak gangguan mental dengan penyerta gangguan psikis, sosial, emosi dan
komunikasi, sasaran pada mental, psikolo sosial, emosional dan
komunikasinya
2) Anak berkesuliatan belajar dengan gangguan penyerta psikologs, gerak
kurang koordinasi,tremor, kelayuan atau kaku.
3) Anak gangguan prilaku atau emosi
4) Anak gangguan bahasa
5) Anak ganggun pendengaran
6) Anak gangguan penglihatan
7) Anak gangguan fisik dan kesehatananak cacat ganda penyerta majemuk
(penyimpangan perilaku)
8) Anak dengan kecerdasan luar biasa atau berbakat
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama,
alamat, dan lain-lain.
2. Keluhan utama
Adanya demam, kejang, sesak nafas, batuk produktif, tidak mau makan, anak rewel,
gelisah dan skit kepala.
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot
dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
- Riwayat penyakit dahulu
o Pengobatan terbaru
Riwayat penyakit infeksi, TBC, pneumonia dan ifeksi saluran nafas lainnya. Menurut
anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
- Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
4. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital
TB/BB : sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
Kuku : bagaimana kondisi kuku, apakah sianosis atau tidak apakah ada kelainan.
Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah
ada kelainan atau lesi pada kepala
Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik Cukup Cukup - Identifikasi skala nyeri
Memburuk Sedang Membaik
atau emosional yang Memburuk Membaik - Identifikasi respons nyeri non verbal
berkaitan dengan 1 Frekuensi nadi - Identifikasi faktor yang memperberat dan
kerusakan jaringan 1 2 3 4 5 memperingan nyeri
aktual atau fungsional, 2 Pola nafas - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
dengan onset mendadak 1 2 3 4 5 nyeri
atau lambat dan Cukup Cukup - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Meningkat Sedang Menurun
berintensitas ringan Meningkat Menurun - Monitor efek samping penggunaan analgetik
hingga berat yang 3 Keluhan nyeri Terapeutik :
berlangsung kurang 1 2 3 4 5 - Berikan teknik nonfarmakologi untuk
dari 3 bulan. 4 Meringis mengurangi rasa nyeri
1 2 3 4 5 - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
5 Gelisah nyeri
1 2 3 4 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
6 Kesulitan tidur - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
1 2 3 4 5 pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia
D.0130 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam Observasi:
diharapkan suhu tubuh tetap berada pada rentang normal - Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Pengertian : Kriteria Hasil: dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Suhu tubuh meningkat Cukup Cukup penggunaan inkubator)
Meningkat Sedang Menurun - Monitor suhu tubuh
di atas rentang normal Meningkat Menurun
1 Menggigil - Monitor kadar elektrolit
tubuh
1 2 3 4 5 - Monitor haluaran urine
Cukup Cukup - Monitor komplikasi akibat hipertermia
Memburuk Sedang Membaik Terapeutik:
Memburuk Membaik
- Sediakan lingkungan yang dingin
3 Suhu tubuh
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
1 2 3 4 5 - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4 Suhu kulit - Berikan cairan oral
1 2 3 4 5 - Hindari pemberian antipiretik atau asprin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian intravena, jika perlu
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
D.0056 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan toleransi aktivitas meningkat. - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Pengertian : Kriteria Hasil: mengakibatkan kelelahan
Ketidakcukupan energi Cukup Cukup - Monitor pola dan jam tidur
Menurun Sedang Meningkat
untuk melakukan Menurun Meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas sehari-hari 1 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari Edukasi
1 2 3 4 5 - Anjurkan tirah baring
2 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
1 2 3 4 5 Terapeutik:
Cukup Cukup - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun stimulus
3 Keluhan lelah - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau
1 2 3 4 5 aktif
4 Dispnea saat aktivitas - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
1 2 3 4 5 - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat ansietas menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil: - Identifikasi kemampuan mengambil
Kondisi emosi dan Cukup Cukup keputusan
Memburuk Sedang Menurun
pengalaman subjektif Memburuk Menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
individu terhadap objek 1 Konsentrasi Terapeutik:
yang tidak jelas dan 1 2 3 4 5 - Ciptakan suasana teraupetik untuk
spesifik akibat antisipasi 2 Pola tidur menumbuhkan kepercayaan
bahaya yang 1 2 3 4 5 - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
memungkinkan individu Cukup Cukup jika memungkinkan
Meningkat Sedang Menurun
melakukan tindakan Meningkat Menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas
untuk menghadapi 3 Perilaku gelisah - Dengarkan dengan penuh perhatian
ancaman 1 2 3 4 5 - Gunakan pendekatan yang tenang dan
4 Verbalisasi kebingungan meyakinkan
1 2 3 4 5 - Motivasi mengidentifikasi situasi yang
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi memicu kecemasan
1 2 3 4 5 Edukasi
6 Perilaku tegang
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
1 2 3 4 5
mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
D.0142 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam derajat Observasi:
infeksi menurun. - Monitor tanda gejala infeksi lokal
Pengertian : Kriteria Hasil: dan sistemik
Berisiko mengalami Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun Terapeutik
peningkatan terserang 1 Demam - Batasi jumlah pengunjung
oganisme patogenik 1 2 3 4 5 - Berikan perawatan kulit pada
2 Kemerahan daerah edema
1 2 3 4 5 - Cuci tangan sebelum dan sesudah
3 Nyeri kontak dengan pasien dan
1 2 3 4 5 lingkungan pasien
4 Bengkak - Pertahankan teknik aseptik pada
1 2 3 4 5 pasien berisiko tinggi
Memburuk Cukup Memburuk Sedang Cukup Membaik Membaik Edukasi
5 Kadar sel darah putih - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1 2 3 4 5 - Ajarkan cara memeriksa luka
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
Jika perlu
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan dalam fase intervensi yang telah
ditetapakan sebelumnya (Tarwoto & Wartonah, 2015). Implementasi terdiri dari
tindakan dan mendokumentasikan hasil. Implementasi adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan atau intervensi yang telah ditentukan
sebelumnya
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses
keperawatan dan pada kesimpulan (Herdman, 2015). Evaluasi keperawatan adalah tahap
terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat
disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua
tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi
respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap
perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi
formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang
segera timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang
digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O:
Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A: Analisys yaitu
kesimpulan dari objektif dan subjektif, P: Planningyaitu rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan analisis (Dinarti dkk, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Dewit, S. C., Stromberg, H., & Dallred, C. 2016. Medical Surgical Nursing : Concept and
Practice. Philadelphia: Elsevier. Philadelphia: Elsevier
Dinarti, R., Aryani, H., Nurhaeni, Chairani, & Tutiany. (2013). Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: CV Trans Info Media.
Firdausia, A. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gang Sehat Pontianak.
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak.
Hariani, dkk. (2014). Hubungan Status Imunisasi, Status Gizi, Dan Asap Rokok Dengan
Kejadian ISPA Pada Anak Dipuskesmas Segeri Pangkep. Jurnal ilmiah kesehatan
Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721. Poltekkes Kemenkes
Makassar dan STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
Herdman. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info Media
Kusumawati. (2010). Hubungan Antara Status Merokok Anggota Keluarga Dengan Lama
Pengobatan ISPA Balita Di Kecamatan Jenawi. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Maramis, dkk. (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang ISPA
Dengan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA Pada Balita Di Puskesmas Bahu Kota
Manado. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernapasan.
Mardi H, Addi & Rahayu,Sunarsih. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta, Salemba Medika
Ngastiyah. (2014). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis Dan NANDA NIC
NOC. Mediaction: Yogyakarta
Suhandayani, I. (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006. Skripsi IKMFIKUNNES.Semarang.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Tarwoto, Wartonah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
FORMAT ASUAHAN KEPERAWATAN
ANAK
A. PENGKAJIAN
1) PENGUMPULAN DATA
I. BIODATA
IDENTITAS ANAK IDENTITAS BAPAK
Nama : An. L Nama : Tn. S
No. Register : 00435xxx Umur : 46 tahun
Umur (bln, hr) : 2 tahun 0 bulan Jenis kelamin : Laki-laki
Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Malang
Alamat : Pasuruan Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Indonesia Pekerjaan : Swasta
Tanggal lahir/Umur : 18 Juni 2019 Suku bangsa : Indonesia
Tgl MRS : 15 Mei 2022 No. Tlp/HP
pkl : 03 15 wib
Tanggal pengkajian : 16 Mei 2022
pkl : 13.00 Wib
Yang merujuk : Datang sendiri IDENTITAS IBU
Diagnosa medis : ISPA Nama : Ny. Y
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Malang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Indonesia
No. Tlp/HP
4. RIWAYAT KELUARGA
Tidak ada riwayat penyakit menular dan ketururnan pada keluarga
5. GENOGRAM KELUARGA
Keterangan
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien/Pasien
= Meninggal
= Tinggal Serumah
4. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
Kemampuan motorik (motorik kasar, motorik halus)
PERNAFASAN
Keluhan saat melakukan aktifitas : tidak ada
Riwayat penyakit pernafasan : tidak ada
Riwayat peny. paru dalam keluarga: kakek mempunyai kencing manis
Kebutuhan oksigen : Pasien bernafas spontan, tidak ada alat
bantu nafas
Dosis oksigen : -
Cara pemberian: -
SIRKULASI
Keluhan saat melakukan aktifitas :-
Riwayat penyakit jantung :-
Riw. peny. Jantung dlm keluarga :-
Obat-obatan yang dipakai :-
6. POLA KOGNITIF-PERSEPTUAL
Pendengaran : normal
Alat bantu pendengaran : tidak ada
7. PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
9. SEKSUALITAS / REPRODUKSI
Tidak terkaji hanya jenis kelamin perempuan
10. KOPING /TOLERANSI STRESS
- Stressor pada tahun lalu : tidak ada
- Metode koping yang biasa digunakan : menangis
- Sistem pendukung : ayah dan ibu
- Penggunaan alkohol dan obat resep dokter
serta obat ilegal untuk mengatasi stres : tidak ada
- Efek penyakit terhadap tingkat stres : kadang menangis
n. Integumen
Warna kulit : sawo matang, bersih, tampak memerah
Kelembaban : baik, akral hangat, berkeringat
Turgor : baik < 2 detik
Lesi : tidak ada
Oedem : tidak ada
Warna kuku : merah muda
Reflek lutut :baik (bereakksi dengan ketukan hammer)
Kelainan : tidak ada kelainan
V. PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Berat badan : 10 Kg
Panjang/Tinggi badan : 81 cm
Lingkar kepala : 36,5 cm
Lingkar dada :-
Lingkar lengan Atas : 11,5cm
Kesimpulan Status gizi :gizi kurang (kuning), kurus, Sangat kurus, Gemuk, Sangat gemuk
(lingkari salah satu)
2. Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
15 – 05 2022 Imunoserologi negatif
Antigen SARS COV-2
3. Pemeriksaan Lainnya
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
XI. TERAPI
IVFD : KAEN 3B 1000 ml/24 jam
Injeksi : Ceftriaxone 2x400 mg
Oral : OMZ 1x 10 mg
Paracetamol K/p
Lacto B 1x1
Ketokenazole 1x 200 mg
Nebulizer (combivent) / 12 jam
2) ANALISA MASALAH
Hari/Tanggal
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
1 DS : Bersihan Jalan Napas Peradangan pada saluran
- Ny. Y mengatakan bahwa Tidak Efektif pernapasan
An. N sekarang ini sedang ↓
batuk dan pilek + 5 hari, Inflamasi
demam + 1 minggu ↓
- Ny. Y mengatakan An. N Peningkatan produksi
terlihat sesak bila bernafas, mucus disepanjang jalan
- Ny. Y mengatakan An. N napas
sudah diberikan obat dari ↓
Puskesmas namun belum Obstruksi jalan napas
juga sembuh ↓
- Ny. Y mengatakan sesak Bersihan jalan napas
nafas pada An. N bertambah tidak efektif
ketika terpapar dengan debu
DO:
- An. N tampak batuk dan
pilek
- Terlihat sesak saat bernafas
- Terdengar ronkhi pada
lapang paru kanan bagian
atas
- Tampak keluar ingus dari
hidung
- RR : 43 x/menit
- Nadi : 104 x/menit
- Suhu : 37,9oC
2 DS: Hipertermia Peradangan pada saluran
- Ny. Y mengatakan badan An. pernapasan
N terasa panas ↓
- Ny. Y mengatakan An. N Inflamasi
demam + 1 minggu ↓
DO: Kuman melepas
- Kulit An. N teraba hangat, endotoksin
- An. N terlihat gelisah ↓
- Mata An. N terlihat memerah Merangsang tubuh untuk
- Suhu : 37,9oC. melepas pirogen oleh
leukosit
↓
Suhu tubuh meningkat
↓
Hipertermia
3 DS : Risiko Deficit Nutrisi Peradangan pada saluran
- Ny. Y mengatakan An. N pernapasan
susah untuk makan
- Ny. Y mengatakan An. N ↓
jika makan tidak pernah Inflamasi
habis ↓
- Ny. Y mengatakan jika An. Rasa tidak nyaman pada
N sakit, nafsu makannya
mulut dan tenggorokan
berkurang,
- An. N mengatakan ia tidak ↓
nafsu makan. Anoreksia
DO : ↓
- An. N tampak main-main Risiko deficit nutrisi
ketika makan
- Habis ½ porssi
- Konjungtiva tampak anemis,
- TB : 81 cm
- BB : 10 kg
- LLA : 11,5, cm (kuning )
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD
1 16 Mei 2022 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan
napas d.d An. N batuk pilek ±5hari, terdengar ronkhi pada
lapang paru kanan atas, An. N tampak sesak, keluar ingus,
RR: 43x/menit, N: 98x/menit
2 16 Mei 2022 Hipertermi b.d agen infeksi d.d Ny. Y mengatakan An. N
demam ±1 minggu yang lalu, kulit tampak memerah,
sclera tampak memerah, kulit teraba hangat, An. N
tampak
gelisah, N: 98x/menit, S: 37,9 oC
3 16 Mei 2022 Risiko deficit nutrisi b.d anoreksia d,d nafsu makan
menurun, mukosa bibir kering, makanan habis ½ porsi,
konjuctiva anemis, BB: 15,5 kg, TB: 106 cm, IMT: 13,7
D. IMPLEMENTASI
No.
Hari/Tanggal Jam Tindakan Keperawatan TTD
DX
1 Selasa 14.00 1. Memonitor pola napas
16 Mei Pola napas dispnea
2022 2. Memonitor bunyi napas tambahan
Terdengar ronkhi pada lapang paru kanan
bagian atas
3. Memonitor sputum
(jumlah,warna,aroma) Tampak secret
bening dari hidung
4. Memonitor frekuensi dan kedalaman napas
RR: 43x/menit
5. Mempertahankan kepatenan jalan napas
6. Memposisikan semi fowler 30 – 45o
7. Melakukan fisioterapi dada
8. Mengajarkan cara batuk efektif
Ny. Y dan An. N mengerti dan dapat
mempraktekkan ulang
9. Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
10.Menyarankan control ke puskesmas jika
obat habis
2 Selasa 14.00 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia
16 Mei Adanya infeksi pada saluran napas atas
2022 2. Memonitor suhu tubuh
S: 37,9oC
3. Memonitor haluaran urine
±500cc
4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia
Tidak ada komplikasi
5. Menyediakan lingkungan yang dingin
6. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
Memberikan pakaian longgar dari katun
7. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
8. Memberikan cairan oral
9. Melakukan kompres hangat
10. Menganjurkan tirah baring
11. Menganjurkan ibu memberikan paracetamol
3 Selasa 14.00 1. Mengidentifikasi status nutrisi
16 Mei BB: 10 kg, TB: 81cm, LLA:
2022 11,5 cm
2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
makanan
Tidak ada alergi
3. Memonitor asupan dan keluarnya makanan
dan cairan
Makan 3x sehari habis ½ porsi, bab 1x
sehari
4. Menimbang berat badan secara rutin
5. Melakukan oral hygiene sebelum makan
6. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
7. Menganjurkan posisi duduk saat makan
8. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
1 Rabu 15.00 1. Memonitor pola napas
17 Mei Dipsnea berkurang
2022 2. Memonitor bunyi napas tambahan
Ronkhi berkurang
3. Memonitor sputum
(jumlah,warna,aroma) Tampak secret
bening dari hidung
4. Memonitor frekuensi dan kedalaman napas
RR: 38x/menit
5. Memposisikan semi fowler 30 – 45o
6. Melakukan fisioterapi dada
7. Mendampingi An. N saat batuk efektif
An. N dapat melakukan batuk efektif, keluar
secret sedikit
8. Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
9. Menyarankan mengkonsumsi obat secara
rutin
2 Rabu 15.00 1. Memonitor suhu tubuh
17 Mei S: 37,5oC
2022 2. Memonitor haluaran urine
±570cc
3. Memonitor komplikasi akibat
hipertermia Tidak ada komplikasi
4. Menyediakan lingkungan yang dingin
5. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
Memberikan pakaian longgar dari katun
6. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
7. Memberikan cairan oral
8. Melakukan kompres hangat
9. Menganjurkan tirah baring
10. Menganjurkan ibu memberikan paracetamol
3 Rabu 15.00 1. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
17 Mei makanan
2022 Tidak ada alergi
2. Memonitor asupan dan keluarnya makanan
dan cairan
Makan 3x sehari habis ¾ porsi, bab 1x
sehari
3. Menimbang berat badan secara rutin
4. Melakukan oral hygiene sebelum makan
5. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
6. Menganjurkan posisi duduk saat makan
7. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
1 Kamis 14.00 1. Memonitor pola napas
18 Mei Napas teratur
2022 2. Memonitor bunyi napas tambahan
Tidak ada suara napas tambahan
3. Memonitor sputum (jumlah,warna,aroma)
Terkadang keluar sputum bening dari hidung
4. Memonitor frekuensi dan kedalaman napas
RR: 30x/menit
5. Memposisikan semi fowler 30 – 45o
6. Mendampingi An. N saat batuk efektif
An. N dapat melakukan batuk efektif, tidak
ada secret yang keluar
7. Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
8. Menyarankan mengkonsumsi obat secara
rutin
2 Kamis 04.00 1. Memonitor suhu tubuh
18 Mei S: 37oC
2022 2. Memonitor haluaran urine
±590cc
3. Menyediakan lingkungan yang dingin
4. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
Memberikan pakaian longgar dari katun
5. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
6. Memberikan cairan oral
7. Melakukan kompres hangat
8. Menganjurkan tirah baring
9. Menganjurkan ibu memberikan paracetamol
3 Kamis 14.00 1. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
18 Mei makanan
2022 Tidak ada alergi
2. Memonitor asupan dan keluarnya makanan
dan cairan
Makan 3x sehari habis 1 porsi, bab 1x sehari
3. Melakukan oral hygiene sebelum makan
4. Menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
5. Menganjurkan posisi duduk saat makan
6. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
E. EVALUASI
TANGGAL
NO DX. KEP 18 Mei 2022 18 Mei 2022 18 Mei 2022
1 Bersihan jalan napas S: S: S:
tidak efektif b.d - Ny. Y mengatakan An. N batuk - Ny. Y mengatakan batuk pilek pada - Ny. Y mengatakan An.N sudah
hipersekresi jalan pilek semenjak 5 hari yang lalu dan An. N masih ada tapi sudah membaik, hanya terkadang masih
sesak berkurang daripada sebelumnya batuk kering
napas d.d An. N batuk
O: O: O:
pilek ±5hari, terdengar - An. N tampak batuk pilek - An. N tampak batuk pilek - Napas teratur
ronkhi pada lapang - Pola napas dipsnea - Dipsnea berkurang - Tidak ada ronkhi
paru kanan atas, An. N - Terdengar ronkhi pada lapang paru - Ronhki berkurang/tidak jelas - Sputum tidak ada
tampak sesak, keluar kanan bagian atas - Tampak keluar secret dari hidung - RR: 30x/menit
ingus, RR: 43x/menit, - Tampak keluar secret dari hidung - RR: 38x/menit
N: 98x/menit - RR: 43x/menit - An. N dapat mempraktekkan batuk A: Masalah Teratasi
- An. N dapat mempraktekkan batuk efektif, keluar secret sedikit
efektif P: Hentikan intervensi
A: Masalah Teratasi Sebagian
A: Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1 – 4, 7 – 10
P: Lanjutkan intervensi 1 – 4, 6 – 10
2 Hipertermi b.d agen S: S: S:
infeksi d.d Ny. Y - Ibu An. N mengatakan anaknya - An. N mengatakan badannya masih - Ibu An. N mengatakan demam
mengatakan An. N batuk pilek dan demam sejak 1 terasa hangat sudah turun
minggu yang lalu O: O:
demam ±1 minggu
O: - S: 37,5oC - S: 37oC
yang lalu, kulit tampak - S: 37,9 C
o
- Urine : ±570cc - Urine : ±590cc
memerah, sclera - Urine : ±500cc - Tidak ada komplikasi hipertermia - Dilakukan kompres hangat
tampak memerah, kulit - Tidak ada komplikasi hipertermia - Dilakukan kompres hangat
teraba hangat, An. N - Dilakukan kompres hangat A: Masalah Teratasi
tampak gelisah, N: A: Masalah Teratasi Sebagian
98x/menit, S: 37,9 oC A: Masalah Belum Teratasi P: Hentikan intervensi
P: Lanjutkan intervensi 2, 3, 5-11
P: Lanjutkan intervensi 2 – 11
3 Risiko deficit nutrisi S: S: S:
b.d anoreksia d,d nafsu - Ibu An. N mengatakan nafsu makan - Ibu An. N mengatakan nafsu makan - Ibu An. N mengatakan nafsu makan
anaknya menurun anaknya sedikit membaik anaknya meningkat
makan menurun, O: O: O:
mukosa bibir kering, - BB: 10 kg, TB: 81cm - BB: 10 kg, TB: 81cm - BB: 10 kg, TB: 81cm
makanan habis ½ - Tidak ada alergi - Tidak ada alergi - Tidak ada alergi
- Makan 3x sehari habis ½ porsi - Makan 3x sehari habis ¾ porsi - Makan 3x sehari habis 1 porsi
porsi, konjuctiva
- Bab 1x sehari - Bab 1x sehari - Bab 1x sehari
anemis, BB: 10 kg, - Nafsu makan menurun - Nafsu makan sedikit meningkat - Nafsu makan meningkat
TB: 81 cm, LLA: 11,5 - Mukosa bibir kering - Mukosa bibir lembab - Mukosa bibir lembab
cm (kuning) - Konjungtiva anemis
A: Masalah Teratasi Sebagian A: Masalah Teratasi
A: Masalah Belum Teratasi
P: Lanjutkan intervensi 2,3, 4-8 P: Hentikan intervensi
P: Lanjutkan intervensi 2-8