Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHN OKSIGENASI AKIBAT


PATOLOGIS SISTEM PERNAPASAN
PADA PASIEN ISPA

Disusununtukmemenuhi tugasmatakuliahKeperawatanMedikalBedah II yang dibimbingoleh


Ns. SyaifuddinKurnianto, M.Kep

Oleh:
1. FRENDY SITUMORANG NIM 172303101019
2. YURITA NUR FARISKA NIM 172303101031
3. RISMA ISROFIAH ANISAH NIM 172303101064
4. NISSA NABILA AZMI NIM 172303101073

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
Konsep Penyakit
A. Pengertian
ISPA (insfeksi saluran pernapasan akut) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebebkan
oleh virus, jamur dan bakteri. (Markamah. et al. 2012 dalam Murni, 2014).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluranpernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yangberlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA
mengenai struktur saluran di ataslaring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas danbawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).

B. Etiologi
ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) dapat disebabkan oleh:
1. Bakteri : escherichia coli, streptococcus pneumoniae, chlamidya trachomatis, clamidia
pneumonia, mycoplasma pneumoniae, dan beberapa bakteri lain.
2. Virus : miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus influenza, virus
parainfluenza, rhinovirus, respiratorik syncytial virus, dan beberapa virus lain.
Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang
biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang
lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan
aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya
asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat
mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut
mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen
yang sangat berbahaya bagi kesehatan(Depkes RI, 2002 dalam Murni, 2014).
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Murni (2014) yaitu faktor demografi yang terdiri dari
3 aspek meliputi:
1. Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki lakilah yang banyak
terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit ISPA. Hal ini
disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil menggendong
anaknya.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesehatan,
karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang
di masyarakat akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA
yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang
mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.

C. Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) dalam Murni (2014) adalah :
1. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.
2. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390C dan bila bernafas
mengeluarkan suara seperti mengorok.
3. ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,nafsu makan menurun, bibir
dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

D. Patofisiologi
Infeksi saluran pernapasan akut (akut) disebakna oleh virus atau kuman golongan A
streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma, dan
pneumococus yang menyerang dan menginflamasi saluran pernapasan (hidung, faring, laring)
dan memiliki manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, fomiting, diare
abdominal pain, sumbatan pada jalan napas, batuk, dan suara napas wheezing, stridor,
crekcles dan tidak terdapatnya suara pernapasan (WHO, 2007).
Perjalanan klinis penyakit ispa dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernapasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan ( kending dan chernick, 1983 dalam
WHO, 2007).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (jeliffe,
1974). Kerusankan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran napas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang melebihi tersebut
yang menimbulkan gejala batuk (kending dan chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal
gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk (WHO, 2007).
Virus yang menyerang saluran atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam
tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran napas
bawah (Tryll, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran napas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dala saluran napas atas,
sesudahnya infeksi virus dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pbeumonia
bakteria (shann, 1985dalamWHO, 2007).
PATHWAY
Bakteri

Inhalasi

Memasuki saluran
pernapasan

Kegagalan reflek silia / reflek


tanggap spasmus laring

Merusaklapisanmukosadanepitelsalur
annapas

ISPA

kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang


banyak terdapat pada dinding saluran napas

terjadi pengeluaran cairan


mukosa yang melebihi normal

Sumbatanjalannapas

Ketidakefektifanbersihanjalannapas
E. Manifestasi Klinis
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernapasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau
dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan ( kending dan chernick, 1983
dalam WHO, 2007).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (jeliffe,
1974). Kerusankan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan
aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran napas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang melebihi tersebut
yang menimbulkan gejala batuk (kending dan chernick, 1983dalamWHO, 2007).
Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang
kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan
nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut
membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat
komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari (WHO, 2007).

F. Pemeriksaan Penunjang
Slamet, dkk (2011) menjelaskan bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnostik ISPA meliputi:
1) Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman
(swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.
3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

G. Tatalaksana
Tatalaksana pada penyakit ISPA (Febri, 2017):
1. Pencegahan
Pencegagan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
b. Imunisasi
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
d. Mencegah perhubungan dengan penderita ISPA
2. Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan atau
tisu yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat
3. Pengobatan antara lain :
Pengobatan berdasarkan usia, kondisi klinis dan kondisi epidemiologi. Untuk
penderita ISPA yang masih ringan cukup dirawat di rumah dengan diberikan obat penurun
panas yang bisa dibeli ditoko obat/apotik seperti parasetamol, apabila disertai batuk bisa
diberikan obat tradisional berupa mengkonsumsi the hangat baik itu the hijau, the hitam atau
chamomile tea dapat meredakan gejala hidung tersumbat atau kongesti yang sangat
menganggu dari ISPA. Hal ini karena kandungan theophylline pada daun teh yang diseduh
akan membuka saluran nafas dan memudahkan proses bernafas. Jenis teh chamomile
merupakan jenis teh yang paling efektif disbanding jenis teh yang lainnya dalam meredakan
gejala ISPA dan dianjurkan untuk mengkonsumsi 5 cangkir the hangat tiap hari (Farmasetika
and Barat, 2016).
Penanganan yang dilakukan meliputi terapi suportif dan terapi etiologi. Terapi suportif
dengan memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan, mengoreksi ketidakseimbangan
asam basa dan elektrolit sesuai kebutuhan klien tersebut. Apabila penyebab ISPA belum
diketahui secara pasti dapat diberikan antibiotik secara empiris, tetapi kalau sudah
diketahui secara pasti, misalnya disebabkan oleh virus maka tidak perlu diberikan
antibiotik. Antibiotik yang bisa digunakan untuk mengatasi penyakit ISPA bawah ini
adalah kotrimoksasol, ampisilin, amoksisilin, gentamisin, sefotaksim dan eritromisin. (Murni,
2014)

H. Prognosis
Prognosis ponderosa ISPA padaumumnyaadalahbaik. Akan tetapi ISPA yang
berlangsunglebihdari 14 haricenderungmengarahpada pneumonia (Libianimgsih et al., 2014).

I. Kompliksi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5 sampai
6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan
pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan komplikasi seperti, (Ngastiyah,
2005):
1. Radang dalam selaput lendir
Sinusitis adalah kondisi peradangan akut dari satu atau lebih sinus paranasal. Infeksi
memainkan peran penting dalam penderitaan ini. Sinusitis sering terjadi akibat infeksi pada
situs lain dari saluran pernafasan karena sinus paranasal bersebelahan dengan, dan
berkomunikasi dengan, aluran pernapasan bagian atas.
2. Otitis
Infeksi telinga adalah peristiwa umum yang ditemui dalam praktik medis, terutama pada
anak kecil. Otitis externa adalah infeksi yang melibatkan kanal pendengaran eksternal
sementara otitis media menunjukkan radang pada telinga tengah.
3. Faringitis
Faringitis adalah radang faring yang melibatkan jaringan limfoid faring posterior dan lateral
faring. Etiologi dapat berupa infeksi bakteri, virus dan jamur serta etiologi non-infeksi
seperti merokok. Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi virus dan menyertai flu
biasa atau influenza.
4. Epiglotitis dan Laryngotracheitis
Peradangan pada jalan nafas atas diklasifikasikan sebagai epiglotitis atau laringotracheitis
(croup) berdasarkan lokasi, manifestasi klinis, dan patogen infeksi. Beberapa kasus
epiglotitis pada orang dewasa mungkin berasal dari virus. Sebagian besar kasus
laryngotracheitis disebabkan oleh virus yang menyebabkan ISPA.
5. Bronchitis dan Bronchiolitis
Bronkitis dan bronkiolitis melibatkan peradangan pada pohon bronkus. Bronkitis biasanya
didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau merupakan bagian dari sindrom
klinis pada penyakit seperti influenza, rubeola, rubella, pertusis, demam berdarah dan
demam tifoid. Bronkitis kronis dengan batuk terus-menerus dan produksi sputum
tampaknya disebabkan oleh kombinasi faktor lingkungan, seperti merokok, dan infeksi
bakteri dengan patogen seperti H influenzae dan S pneumoniae.
6. Pneumonia
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Konsolidasi jaringan paru-paru dapat
diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik dan rontgen dada. Dari sudut pandang anatomis,
pneumonia lobar menunjukkan proses alveolar yang melibatkan seluruh lobus paru-paru
sementara bronkopneumonia menggambarkan proses alveolar yang terjadi dalam distribusi
yang tidak rata tanpa mengisi seluruh lobus.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian (Menurut Khaidirmuhaj, 2008)
1. Identitas Pasien
a. Umur:Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah
3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih
lanjut(Anggana Rafika, 2009).
b. Jenis kelamin:Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara
Denmark (Anggana Rafika, 2009).
c. Alamat: Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al
(2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara
bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan
penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah
yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di `Negara
Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)
2. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama biasanya klien datang dengan keluhan batuk pilek serta panas.
b. Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
c. Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit sepertiyang
dialaminya sekarang)
d. Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernahmengalami sakit
seperti penyakit klien)
e. Riwyat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).
3. Pemeriksaan Persistem
a. B1 (Breath) :
Pada pemeriksaan InspeksiMembran mucosa hidung faring tampak kemerahan Tonsil
tanpak kemerahan dan edema Tampak batuk tidak produktif Tidak ada jaringna parut
pada leher Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping
hidung, tachypnea, dan hiperventilasi. Pada pemeriksaan Palpasi teraba adanya
pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid. Pada pemeriksaan perkusi Suara paru
normal (resonance) dan pada pemeriksaan AuskultasiSuara napas vesikuler / tidak
terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
b. B2 (Blood) :kardiovaskuler Hipertermi
c. B3 (Brain) :penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan
pada telinga, terjadi gangguan penciuman
d. B4 (Bladder) :perkemihan Tidak ada kelainan
e. B5 (Bowel) :pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak
habis Minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
f. B6 (Bone) :Warna kulit kemerahan.

B. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien ispa :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah sekret.
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas
Batasan karakteristik:
- tidak ada batuk
- suara napas tambahan
- perubahan pola napas
- perubahan frekuensi napas
- sianosis
- kesulitan verbalisasi
- penurunan bunyi napas
- dyspnea
- sputum dalam jumlah yang berlebih
- batuk yang tidakefektif
- ortopnea
-gelisah
- mata terbuka lebar
Factor yang berhubungan:
- mucusber lebih
- terpajan asap
- bendaasing dalam jalan napas
- sekresi yang tertahan
- perokok pasif
- perokok

C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosakeperawa Tujuankriteriahasil (NOC) Rencanakeperawat Rasional


tan an (NIC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1 Kaji tanda - tanda 1 beberapa derajat
bersihan jalan napas keperawatan jalan napas vital dan auskultasi spasme bronkus
berhubungan dengan menjadi efektif bunyi napas terjadi dengan
peningkatan jumlah Kriteriahasil : 2 Berikan pasien obstruksi jalan napas
sekret. - Menyatakan atau untuk posisi yang 2 peninggian
menunjukan hilangnya nyaman dengan kepala tempat
dyspnea posisi semi fowler tidur mempermudah
-Mempertahankan jalan napas 3 Pertahankan fungsi pernapasan
paten dengan bunyi napas Lingkungan yang 3 pencetus tipe
bersih nyaman reaksi alergi
-Mengeluarkan secret tanpa 4 Tingkatkan pernapasan yang
kesulitan masukan cairan, dapat mentriger
-Menunjukan perilaku untuk dengan memberi air episode akut
memperbaiki atau hangat 4 membantu
mempertahankan 5 Dorong atau bantu mempermudah
bersihan jalan napas latihan napas dalam pengeluaran secret
atau batuk efektif 5 memberikan cara
6 Kolaborasi untuk mengatasi
dalam pemberian dan mengontrol
obat & humidifikasi dispnea
seperti nebulizer mengeluarkan secret
6 menurunkan
kekentalan sekret
dan mengeluarkan
secret
D. Implementasi keperawatan
Pemberian posisi semi fowler pada pasien ISPA telah dilakukan sebagai salah satu
cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Keefektifan dari tindakan tersebut dapat
dilihat dari Respiratory Rates yang menunjukkanangka normal yaitu 16-24x per menit pada
usia dewasa (Ruth, 2002: 812). Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi
semi fowler itu sendiri dengan menggunakan tempat tidur orthopedic dan fasilitas bantal yang
cukup untuk menyangga daerah punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur
dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien ISPA(Ruanget al., 2011).
Batuk efektif merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru
agar tetap bersih, disamping dengan memberikan tindakan nebulizer dan postural drainage.
Batuk efektif dapat di berikan pada pasien dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar
pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan keperawatan
untuk pasien dengan gangguan pernapasan akut dan kronis (Kisner& Colby, 1999). Batuk
efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan
gangguan saluran pernafasan. Diharapkan perawat dapat melatih pasien dengan batuk efektif
sehingga pasien dapat mengerti pentingnya batuk efektif untuk mengeluarkan dahak (Rumah
et al., 2011).
Terapi alami yang biasa digunakan dengan cara mengkonsumsi teh hangat baik itu teh
hijau, teh hitam atau chamomile tea dapat meredakan gejala hidung tersumbat atau kongesti
yang sangat menganggu dari ISPA. Hal ini karena kandungan theophylline pada daun teh
yang diseduh akan membuka saluran nafas dan memudahkan proses bernafas. Jenis teh
chamomile merupakan jenis teh yang paling efektif dibanding jenis teh yang lainnya dalam
meredakan gejala ISPA dan dianjurkan untuk mengkonsumsi 5 cangkir the hangat tiap hari
(Farmasetika and Barat, 2016).

E. Evaluasi keperawatan
Menurut(Rahmawati et al., 2017) evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien ispa
harus sesuai dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan yaitu:
1. Jalan napas menjadi efektif
2. Tidak dijumpai obstruksi hidung
3. Mampu mengeluarkan secret
4. Sekret berkurang
DAFTAR PUSTAKA

A, S.P., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.


Ahern, R.N.&.W.J.M., 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 9th Ed. Jakarta: EGC.
Alsagaff, H..H.A., 2005. Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University
Press.
Amin Huda, K.H., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic Noc Jilid 2. Jakarta: EGC.
Bulechek, G., 2013. Nursing Intervention Classification (Nic). 6th Ed. Singapore: Elsevier.
Dharmage, C.R.L.F.D.N., 2009. Risk Factors Of Acute Lower Respiratory Tract Infections In
Children Under Five Years Of Age. Med Public Health, 1, Pp.107 - 110.
Febri, Y., 2017. Profil Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa). Jurnal Info
Kesehatan, 15(2), Pp.435-50.
Gaag, E.J.&.D.N., 2012. Upper Respiratory Tract Infections In Children. A Normal Stage Or
High Parental Concern Journal Pediatrics, 2, Pp.49-244.
Khaidirmuhaj, 2008. Pengertian Ispa Dan Pneumonia. Diakses : 01 Januari 2009.
Murni, 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Muttaqin, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan. Jakarta:
Salemba Medika.
Slamet, M. & Dkk, 2013. Pedoman Tatalaksana Klinis. Jakarta: Kenmenkes Ri.
Who, 2007. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa). Jakarta:
Trust Indonesia Partnet In Development.
Who, 2008. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa). Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Wijayaningsih, K., 2013. Standar Asuhan Keperawatan Cetak Pertama. Jakarta: Trans Info
Media.
Yaasmara, D.D., 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah-Diagnosa Nanda Nic
Noc. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai