Oleh :
Vina Wahyuningrum, S. Farm., Apt
NIP. 19851016 201101 2 004
x
PENDAHULUAN
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus ,
rongga telinga tengah dan pleura (Irianto,2015). Menurut WHO (2007), ISPA
menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Kelompok yang paling berisiko
Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit deng
an angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam penangan
annya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun petugas, teruta
Dari hasil data rekapitulasi rekam medik rawat jalan di Puskesmas Kradenan I t
ahun 2017 tercatat 4951 kasus penderita ISPA . Kasus ini menempati urutan pertama
dari seluruh kasus pasien rawat jalan di Puskesmas Kradenan I. Dari seluruh jumlah
pasien ISPA tersebut sebanyak 1228 kasus terjadi pada anak usia 1-5 tahun.
adalah dengan upaya pengobatan ISPA. Penanganan pengobatan kasus infeksi saluran
pernafasan akut merupakan kunci keberhasilan dan akan mempercepat proses penyem
buhan. Dengan melihat data obat yang digunakan untuk penyembuhan penyakit ISPA
di Puskesmas Kradenan I Kabupaten Grobogan dari catatan rekap resep periode bulan
April, maka penulis menjadi tahu obat apa saja yang digunakan untuk mengobati pen
yakit ISPA.
Akut pada Balita di Puskesmas Kradenan I Kabupaten Grobogan periode April 2019,
gambaran pengobatan yang digunakan pada penderita Infeksi Saluran Pernafasan Aku
atan ISPA agar lebih rasional. Obat dikatakan jika penggunaannya tepat, efektif,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah istilah yang berasal dari bahasa
Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). ISPA terdiri dari tiga unsur, yaitu: infeksi,
saluran pernafasan dan infeksi akut dengan pengertian (Yudarmawan, 2012), sebagai
berikut:
2. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli organ
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang
ISPA disebabkan lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia (Depkes RI,
2005). ISPA bagian atas umumnya disebsbkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian
bawah dapat disebabkan oleh bakteri, umumnya mempunyai manifestasi klinis yang
Sebagian besar penyakit ISPA disebabkan oleh bakteri dan virus yang membuat
Penyebab tersebut membuat perjalanan penyakit dengan cara kontak antara virus atau
bakteri sehingga organ pada pernafasan akan terserang sehingga akan menimbulkan
repon inflamasi atau membuatinfeksi pada organ tersebut. Saat infeksi akan terjadi
perjalanan penyakit ISPA berawal dari saluran pernafasan yang dilapisi oleh mukosa
bersilia. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh rambut pada hidung,
partikel kecil dari udara akan menempel pada mukosa. Pada udara yang kotor ,
partikel udara akan tertahan pada mukosa sehingga pergerakan silia akan terjadi akan
menjadi lambat yang akan berakibat pada iritasi pada saluran pernafasan menjadi
sempit dan mikkrofage. Akibatnya benda asing akan tertarik dan bakteri atau virus
a. Batuk pilek
Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang
sering mengenai bayi dan anak. Penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat
kerena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah, dan nasofaring
disertai demam yang tinggi. Faktor predisposisinya antara lain kelelahan, gizi buruk,
anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu pergantian
OM adalah salah satu penyakit paling umum pada anak usia dini. Sekitar 80%
anak memiliki setidaknya satu episode dan hampir 50% telah memiliki tiga atau lebih
espidoe dalam waktu 3 tahun. Kejadian tertinggi pada anak usia 6 bulan sampai 2
tahun. Kemudian secara bertahap menurun sesuai dengan usia kecuali untuk
peningkatan kecil pada usia 5 atau 6 tahun saat masuk sekolah. Anak laki-laki usia
prasekolah lebih sering terkena dibanding anak perempuan usia prasekolah. Insiden
otitis media akut paling tinggi dimusim dingin (Hartono & Rahmawati, 2012).
c. Tonsilitis
Staphilokokus. Infeksi terjadi pada hidung menyebar melalui sistem limpa ke tonsil.
merah, sakit tenggorokn, sakit ketika menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna
putih keabuan pada tonsil, selain itu juga muncul abses pada tonsil (Reeves, dkk,
2001).
d. Faringitis
Faringitis adalah proses peradangan pada tenggorokan. Penyakit ini juga sering
dilihat sebagai inflamasi virus. Namun juga bisa disebabkan oleh bakteri, seperti
Hemolytic stretococcy, Staphylococci, atau bakteri lainnya (Reeves, dkk, 2001).
Tanda dan gejala faringitis antara lain membran mukosa dan tonsil merah, demam,
e. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada di sekitar hidung, dapat berupa sinusitis
maksilaris atau sinusitis frontalis. Biasanya paling 10 sering terjadi adalah sinusitis
maksilaris, disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas, dibantu
oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal,
a. Bronkitis
terjadi peradangan di daerah laring, trakhea dan bronkus. Disebabkan oleh virus,
yaitu: Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), virus influenzae, virus para
influenzae, dan Coxsackie virus. Dengan faktor predisposisi berupa alergi, perubahan
cuaca, dan polusi udara. Dengan tanda dan gejala batuk kering, suhu badan rendah
atau tidak ada demam, kejang, kehilangan nafsu makan, stridor, napas berbunyi, dan
b. Pneumonia
mengenai parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus
pneumonia dan Haemophillus influenza. Pada bayi dan anak kecil ditemukan
staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat dan sangat progresif
demam, menggigil, sakit kepala, dan nafsu makan hilang (Syair, 2009)
2.5.1 Antibiotik
Menurut Setiabudi (2017) terapi ISPA yang disebabkan oleh virus seperti
salesma dan influensa tidak berespon terhadap pemberian antbiotik dan dapat sembuh
dengan sendirinya, Sementara itu, ISPA yang disebabkan oleh bakteri seperti
faringitis atau tonsilitas akut karena streptokokus grup A harus diobati menggunakan
lanjutan.
yang tidak tepat, dapat menimbulkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Ini
mengubah sistem enzim atau dinding selnya menjadi resisten terhadap antibiotik
a) Analgesik-Antipirerik
Digunakan untuk mengurangi gejala demam terkait infeksi pernafasan, letergi
dan malaise (Depkes, 2006). Parasetamol merupakan contoh analgetik yang paling
banyak digunakan karena efektif mengurangi demam yang mempunyai aksi langsung
pengeluaran keringat. Dosis anak 1-5 tahun 120-250 mg, 6-12 tahun yaitu dosisnya
250-500 mg setiap 4-6 jam. Dosis maksimal 1-4 g/hari (IONI, 2008).
b) Antihistamin
histamin serta memblok migrasi sel (Depkes, 2006). Menurut Tjay dan Raharja
(2007), Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem
daya tangkis. Ada 2 kelompok antihistamin yaitu generasi pertama terdiri dari
pertama dapat mengontrol kantuk karena terjadi blokade neuron histaminergik sentral
selain itu juga memiliki efek sedasi yang dipengaruhi dosis (Depkes, 2006).
c) Kortikosteroid
respon inflamasi dengan cara menghambat aktivasi dan infiltrasi eosinofil, basofil dan
mast cell ke tempat inflamasi serta mengurangi produksi dan pelepasan faktor-faktor
dosis dewasa 0,75-9 mg/kg/hari dan 0,08-0,3 mg/kg/hari untuk anak terbagi dalam 2-
d) Dekongestan
sehingga mengurangi oedema pada mukosa hidung karena bekerja pada reseptor α
e) Bronkodilator
adrenoceptor agonist yang biasa diberikan secara inhalasi baik dalam bentuk uap
maupun serbuk kering. Metilxantin seperti aminofilin adalah derivat dari teofilin yang
beberapa kekurangan yaitu tidak dapat diberikan secara inhalasi (Depkes, 2006).
f) Mukolitik
pada mucoprotein sehingga menurunkan viskositas mukus, obat ini lebih sering
digunakan, serta dapat diberikan secara nebulisasi maupun oral (Depkes, 2006).
Semua obat-obat mukolitik harus dihentikan jika tidak ada manfaat setelah 4 minggu
Terapi non farmakologi untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun menurut
2. Jika bayi tidak dapatmenghisap dengan baik , ibu hendaknya memeras dan
3. Anak yang sering muntah dapat mengalami malnutrisi, ibu harus memberikan
sembuh.
5. Pemberian makanan setelah anak sembuh, usahakan pemberian makanan
tambahan setiap hari selama seminggu atau sampai berat badan anak mencapai
normal.
7. Berikan minum lebih banyak pada anak infeksi dengan infeksi terutama demam.
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka akan mencegah kita terhindar
dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsusi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air puth, olah raga
teratur, serta istirahat yang cukup, semua itu akan menjaga badan kita tetap sehat.
Karena dengan badan yang sehat maka kekebalan tubuh akan meningkat, sehingga
2. Imunisasi
untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak terserang penyakit yang disebabkan
virus/bakteri.
Membuat ventilasi udara serata pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di rumah, sehingga dapat mencegah
seseorang menghirup asap tersebut yang bias menyebabkan terkena penyakit ISPA.
Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Subjek Peneilitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2019 dengan mengambil rekap resep
bulan April 2019. Subjek pada penelitian ini adalah berdasarkan rekap resep pasien
rawat jalan penderita Insfeksi Saluran Pernafan Akut pada Balita (1-5 tahun) di
73 responden.
2. Objek Penelitian
Penelitian ini diambil dari data rekap resep, khususnya pada pasien anak usia
dari peneliti. Sesuai dengan namanya, pemilihan sampel didasarkan pada alasan atau
tujuan tertentu. Sampling Purposive bisa dipakai bila populasi sangat menyebar, dan
Sampel kasus diambil berdasarkan tanggal dimulai penelitian yaitu pada bulan
4. Kriteria Penelitian
Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa
penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada Balita seperti faringitis,
sinusitis, pneumonia, batuk pilek , bronkitis, pneumonia dan otitis dan memenuhi
Grobogan.
1. Pasien yang terdiagnosa infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yaitu: faringitis,
2. Pasien ISPA anak rawat jalan di Puskesmas Kradenan I Kabupaten Grobogan, usia
3. Data catatan rekap resep lengkap meliputi identitas pasien ( nomor CM, tanggal
berobat, nama pasien, jenis kelamin, berat badan, , nama obat dan dosis obat).
2. Pasien ISPA ,atau pasien selain penderita ISPA kurang dari 1 tahun atau lebih dari
usia 5 tahun.
Alur jalannya penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap pertama, mengurus pengajuan surat ijin penelitian dari ketua program D3
2. Tahap kedua, melakukan observasi di ruang Poli Umum dan ruang Apotek
3. Tahap ketiga, adalah pengumpulan data pasien dari rekap resep di Puskesmas
Kradenan I dengan mencatat nomor CM, nama pasien, jenis kelamin, berat badan
pasien, nama obat dan dosis obat, untuk kemudian dievaluasi.
Seluruh data hasil penelitian yang berupa karasteritik pasien ( nama pasien,
jenis kelamin, umur, berat badan), diagnosa utama, serta obat yang diberikan , durasi,
dan dosis akan dianalisis secara deskriptif. Ketepatan pemberian obat pada terapi
ISPA pada Balita ditentukan berdasarkan parameter penggolongan obat dan jenis
Berdasarkan hasil penelitian dari rekap resep diperoleh 73 kasus ISPA pada
periode April 2019 yang akan dianalisis , penggolongan obat dan jenis obat yang
penggolongan obat ISPA pada Balita adalah sebagai berikut : untuk obat saluran
(5,95 %).
Golongan obat saluran napas merupakan golongan obat ISPA dengan frekuensi
paling tinggi sebesar 40 %. Golongan obat ini menempati urutan pertama karena
mengalami keluhan sakit pada saluran napas. Terjadinya infeksi, virus dan flora
normal di saluran napas dapat merubah pola kolonisasi bakteri atau virus. Timbul
mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti reflek batuk, sesak napas dan
peradangan pada saluran napas. Karena menurunnya daya tahan tubuh pada
penderita, maka bakteri atau virus dapat melewati mekanisme sistem pertahanan
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita
yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Sebagian
karena imunitas tubuh menurun, makaperlu diberi vitamin agar daya tahan tubuh
Grobogan adalah Vitamin B complek, Curbion syr dan Vitamin C. Vitamin yang
Sedangkan Curbion syrup kandungan isinya sama dengan vitamin B complek hanya
kemasanya berbeda yaitu dalam bentuk syrup. Vitamin B Complek digunakan untuk
mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B Complek (Gunawan dkk, 2007).
persentase 17,30 %. Adanya infeksi virus atau bakteri yang masuk ke tubuh melalui
saluran pernapasan dapat menyebabkan rasa nyeri dan demam sebagai respon dari
keadaan tubuh yang tidak normal. Rasanyeri sebagai isyarat adanya gangguan di
jaringan tubuh seperti radang,demam atau panas. Dari data catatan resep ISPA di
Parasetamol bekerja dengan cara mengurangirasa sakit dan menurunkan suhu tubuh
diberi terapi antibiotik. Hal ini disebabkan karena tidak semua penyakit Infeksi
disebabkan oleh menurunnya sistem imun tubuh disebabkan oleh infeksi virus yang
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. Antibiotik yang paling banyak
sel (Anonim, 2005).ISPA dapat disebabkan karena cuaca, cuaca yang dingin
dapatmenyebabkan alergi bagi orang yang sensitif terhadap cuaca dingin atau waktu
respon inflamasi dengan caramenghambat aktivasi dan infiltrasi eosinofil, basofil, dan
mast cell ketempat inflamasi serta mengurangi produksi dan pelepasan faktor-
terdapat pada permukaan saluran napas bergerakke arah faring atau saluran napas
lainnya atau dengan suatu tangkapanrefleks spasmus oleh faring. Jika refleks tersebut
gagal maka virusmerusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
sehinggaakan terjadi inflamasi pada saluran napas seperti kemerahan, rasa sakit dan
dexamethason sejumlah 1.
Berdasarkan Jenis Obat ISPA yang digunakan dalam pengobatan ISPA pada
berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Obat ISPA Berdasarkan Jenisnya di Puskesmas Kradenan I periobe
April 2019.
No Jenis Obat Frekuensi obat Persentasi %
1. Betaflu 39 21,08%
2. Glyceril guaiacolat 34 18,38%
3. Vitamin B complek 33 17,84%
4. Curbion Syr 29 15,68%
5. Paracetamol 500 mg 28 15,14%
6. Amoksisilin syr 8 4,34%
7. Paracetamol syr 4 2,16%
8. Chlorfeniramin Maleat 4 2,16%
9. Amoksisilin 500mg 2 1,08%
10. Salbutamol 1 0,54%
11. Dexametason 1 0,54%
12. Vitamin C 1 0,54%
13. Kloramfenikol syr 1 0.54%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa enam persentase tertinggi
diasumsikan sebagai obat yang paling banyak digunakan pada penderita Infeksi
Berdasarkan jenis obat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Betaflu syr
hidroklorida 1 mg (sesak nafas), sesuai untuk indikasi gejala flu seperti demam, sakit
(Anonim, 2005).
pada pasien ISPA. Selain itu vitamin B Complek juga bermanfaat untuk
Curbion syrup menempati urutan keempat. Curbion syrup kandungan isi dan
kurkumanya vitamin B complek tida ada dan juga pada kemasannya, yaitu berbentuk
syrup dalam botol. Curbion syrup diresepkan untuk anak-anak, khususnya usia
Balita.
ke dalam golongan obat analgetik (meredakan nyeri) dan anti piretik (meredakan
pelebaran pembuluh darah tepi, aktifitas kelenjar keringat meningkat dan terjadi
pengeluaran keringat dan suhu tubuh lepas bersama keringat. Obat ini mampu
karena hanya sebagian kecil dari pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut di
Melainkan disebabkan oleh penurunan sistem imun yang disebabkan oleh infeksi
BAB V
5.1 Simpulan
(5,95 %). Berdasarkan jenis obat yang digunakan , Betaflu sejumlah 39 (21,08%),
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat prospektif untuk mengetahui
pengobatan rasional.
2. Perlu dilakukan tinjauan ulang mengenai pemberian antibiotik pada pasien ISPA
Balita , karena ada beberapa peresepan obat dengan diagnose batuk pilek masih
3. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan evaluasi dalam penatalaksanaan terapi
ISPA pada pasien Balita, sehingga kedepannya didapatkan pengobatan yang lebih
baik dan rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Arvin K, Behrman, 1999; Ilmu Kesehatan Anak; Edisi 15, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Anief, M., 2000, Apa Yang Diketahui Tentang Obat,Gajah Mada University Press:
Yogyakarta. Apa Yang Diketahui Tentang Obat,Gajah Mada
University ... Wardhani, W.I., Setiowulan, W., Jilid I, Edisi 3, hal. 580-589,
Media ... Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia pada Balita di Kecamatan
Stabat.
BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Nafas. Bina
kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Kurniawan dan Israr, 2009. Tinjauan Pustaka Infeksi Saluran Pernafasan –UMY
Refository,
Karch A.M, 2011. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan, 2nd ed., EGC, Jakarta.
Tjay T.H. dan Rahardja K., 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek- Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 63-89, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta
WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Interim WHO. Alih Bahasa: Trust Indonesia. Jakarta.
.
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Pengambilan Data Penelitian
Lampiran 3. Data Pengobatan penyakit ISPA pada Balita di Puskesmas Kradenan I perio
N Jenis
Tanggal Nama Usia No.RM Berat Badan Jenis obat
o kelamin
11/4/2019 -
Curbion syr
Curbion syr
27-4-2019 62 Adinda P 3 th 06.5422 12 kg Paracetamol syr
Gliceryl guaiacolat
Vit B komplek
Deksametason
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Interim WHO. Alih Bahasa: Trust Indonesia. Jakarta.
WHO, 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA )
yang cenderung menjadi Epidemi dan pandemic di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Intern WHO. Alih Bahasa: Trust Indonesia Jakarta,
2007.
Kurniawan dan Israr, 2009. Tinjauan Pustaka Infeksi Saluran Pernafasan –UMY
Refository,
Arvin K, Behrman, 1999; Ilmu Kesehatan Anak; Edisi 15, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Anief, M., 2000, Apa Yang Diketahui Tentang Obat,Gajah Mada University Press:
Yogyakarta. Apa Yang Diketahui Tentang Obat,Gajah Mada
University ... Wardhani, W.I., Setiowulan, W., Jilid I, Edisi 3, hal. 580-589,
Media ... Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia pada Balita di Kecamatan
Stabat.
Karch A.M, 2011. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan, 2nd ed., EGC, Jakarta.
Depkes RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Nafas. Bina
kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Nafas. Bina
kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Tjay T.H. dan Rahardja K., 2007. Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek- Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 63-89, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta
Depkes RI., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta : PT. Gramedia. h. 488-490.