Oleh :
dr. Eka Nur Sejati
Pendamping :
Dr. Erna Astuty
PUSKESMAS RAKIT 2
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJARNEGARA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
F5 – UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
MENULAR DAN TIDAK MENULAR
Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping
A. Latar Belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran
pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA
ditandai dengan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran
pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Infeksi saluran
pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,
yang disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, serta jamur. Virus
penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus yang meliputi virus
influensa, virus pra-influensa dan virus campak.
Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005
menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan
persentase 22,30% dari seluruh kematian. Bukti bahwa ISPA merupakan
penyebab utama kematian adalah banyaknya penderita ISPA yang terus
meningkat. Menurut WHO, ISPA merupakan peringkat keempat dari 15 juta
penyebab pada setiap tahunnya. Jumlah tiap tahun kejadian ISPA di Indonesia
150.000 kasus atau dapat dikatakan seorang meninggal tiap 5 menitnya.
Berdasarkan Depkes (2006) juga menemukan bahwa 20-30% kematian
disebabkan oleh ISPA.
Faktor penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan
pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara menyebabkan ISPA
memiliki angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan
penyakit lainnya. Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit
ISPA juga dikarenakan oleh perubahan iklim serta rendahnya kesadaran
perilaku hidup bersih dan sehat dalam masyarakat.
B. Permasalahan
Penyakit ISPA di Puskesmas Rakit 2 pada tahun 2017 menempati
urutan pertama pada 10 besar daftar penyakit di wilayah kerja Puskesmas
Rakit 2. Penderita pneumonia di Puskesmas Rakit 2 tahun 2017 sebanyak
166 kasus dari perkiraan kasus 158, semua kasus pneumonia terjadi pada
balita. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai
penyebab pneumonia masih tergolong rendah sehingga banyak balita yang
terkena pneumonia, bahkan kasus penemuan pneumonia melebihi target yang
ada.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pembinaan serta memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rakit 2 dengan berusaha
meningkatkan kesadaran masyarakat dengan menurunkan angka kejadian
ISPA.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai ISPA baik dari
segi definisi, gejala, faktor resiko, penyebab dan pengobatan.
b. Meningkatkan peran masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan mengenai ISPA.
D. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada ibu balita di posyandu
Puskesmas Rakit 2. Pada penyuluhan ini akan dijelaskan mengenai ISPA baik
dari segi definisi, gejala, faktor resiko, penyebab dan pengobatan.
1. Narasumber
Narasumber adalah dr. Eka Nur Sejati, dokter internsip
Banjarnegara, yang bertugas di Puskesmas Rakit 2.
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Selasa, 11 Desember 2018
Tempat : Posyandu Desa Tanjunganom RW 1
3. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan adalah ibu balita di Posyandu Desa Tanjunganom
RW 1, Kecamatan Rakit.
4. Metode
Metode yang digunakan adaah metode ceramah dan tanya jawab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,
fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis,
bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14
hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit
tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli
beserta organ seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura.
B. Etiologi Penyakit ISPA
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi
lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah
frekuensinya lebih kecil. Penyakit ISPA bagian atas mulai dari hidung,
nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan
oleh viral, sedangkan ISPA bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh
bakteri. Saat ini telah diketahui bahwa penyakit ISPA melibatkan lebih dari
300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut. WHO (1986), juga
mengemukakan bahwa kebanyakan penyebab ISPA disebabkan oleh virus
dan mikoplasma, dengan pengecualian epiglotitis akut dan pneumonia dengan
distribusi lobular. Adapun virus-virus (agen non bakterial) yang banyak
ditemukan pada ISPA bagian bawah pada bayi dan anak-anak adalah
Respiratory Syncytial Virus (RSV), adenovirus, parainfluenza, dan virus
influenza A & B.
C. Penularan ISPA
Pada umumnya ISPA termasuk ke dalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita ISPA yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk
droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab ISPA
ke dalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping itu
terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di
sekitar penderita, trasmisi langsung dapat juga melalui ciuman,
memegang/menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran
pernapasan penderita.
D. Gejala dan Tanda Penyakit serta Cara Diagnosis ISPA
1. Gejala dan Tanda Penyakit ISPA
Penyakit ISPA meliputi hidung, telinga, tenggorokan (pharinx),
trachea, bronchioli dan paru. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak
bermacam-macam seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan,
pilek, demam dan sakit telinga.
Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk dan pilek tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Namun sebagian anak akan menderita radang paru (pneumonia) bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik akan menyebabkan
kematian.
a. Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan umur
2 bulan sampai 5 tahun dan golongan umur kurang dari 2 bulan
Bagan 1. Klasifikasi Balita Batuk dan atau Kesukaran Bernapas
A. Kesimpulan
1. Penyakit ISPA bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis
sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan ISPA
bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh bakteri.
2. Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak seperti batuk, kesulitan
bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga.
3. Diagnosis ISPA karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan lab
terhadap jasad renik itu sendiri. Sedangkan diagnosis ISPA karena bakteri
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
4. Transmisi penyakit ISPA dapat melalui udara dan melalui kontak
langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik (hand to
hand transmission).
5. Pengobatan ISPA oleh virus belum ditemukan sedangkan pengobatan bagi
ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional dengan mendapatkan
antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab.
6. Faktor yang berpengaruh terhadap ISPA antara lain faktor Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), umur, jenis kelamin, vitamin, gangguan gizi
(malnutrisi), status imunisasi, status sosioekonomi, pemberian Air Susu
Ibu (ASI), pencemaran udara dalam lingkungan dan ventilasi.
7. Cara pencegahan ISPA dengan memperhatikan apabila timbul gejala
pneumonia dan supaya tidak bertambah parah maka membawa anak pada
petugas kesehatan dan pemberian perawatan yang spesifik di rumah
dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering memberikan ASI.
B. Saran
ISPA merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang siapa saja.
Oleh karena itu dalam rangka menghindari ISPA, upaya inti seperti perbaikan
kualitas lingkungan sangat perlu dilakukan. Selain itu, hal-hal lain yang
terkait upaya pencegahan ISPA juga perlu dilakukan agar proteksi terhadap
penularan ISPA semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA