Anda di halaman 1dari 26

1

Laporan Kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara, Juli 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering di derita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) atau Acute Respiratory Infection (ARI), baik yang disebabkan
oleh bakteri maupun virus. Infeksi akut dalam arti adalah infeksi yang berlangsung sampai
dengan 14 hari. Batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyakit pada saluran pernapasan merupakan sumber yang paling penting pada
status kesehatan yang buruk dan mortalitas di kalangan anak-anak kecil. ISPA merupakan
suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun
di negara maju. ISPA meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan bagian
bawah. Banyak kasus dilaporkan pada penyakit ISPA perlu perawatan di rumah sakit
karena penyakitnya cukup gawat. Adapun yang termasuk ISPA adalah tonsilitis, rhinitis,
faringitis, influenza, bronkitis akut, bronkiolitis, dan pneumonia.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60% dari
kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas
ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita
datang dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.


2

1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari kasus ini adalah:
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Adanya hubungan antara penyakit (ISPA) terhadap lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitar, mengingat ISPA merupakan penyakit menular
3. Melihat bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam
mendukung penyembuhan pasien
4. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan pasien

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus :
1. Mengetahui dan memahami betul tentang penyakit ISPA itu sendiri, sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan berdasarkan pendekatan
kedokteran keluarga, dengan mengiikutsertakan pasien dan keluarga.
2. Mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga (riwayat biologis, psikologis,
lingkungan/keadaan rumah, spiritual, sosial, kultural keluarga) terhadap penyakit
pasien (ISPA).
3. Mengetahui sikap, pengetahuan, serta pengobatan yang dilakukan keluarga terhadap
anak yang menderita ISPA
4. Untuk memenuhi tugas Skill Lab Family Folder pada blok community medicine.

1.4 Manfaat
1. Meningkatkan sikap, perilaku, dan pengetahuan pasien dan keluargannya terhadap
ISPA dan pengobatannya.
2. Mengenali gejala dini dan tanda-tanda bahaya dari penyakit tersebut, serta
memanfaatkan potensi pasien dan keluargannya dalam menanggulangi masalah yang
timbul.
3. Membantu dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas pada kasus penyakit menular
(contoh : ISPA) atau penyakit tidak menular.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan
yang berlangsung 14 hari.
1
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai
dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibatkan kematian.
1
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit
ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumoni dan yang bukan pneumoni. Pneumoni dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu pneumoni berat dan pneumoni tidak berat. Penyakit batuk
pilek seperti rhinitis, faringitis, tonsillitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumoni.
2
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas
bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
ISPA ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem
pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan fibro
kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatrik. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang
tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
4

infeksi silang, beban imunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
2.2 Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
a) Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
b) Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c) Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Klasifikasi ISPA ini dapat dibedakan sesuai dengan golongan umur, yaitu :
1. Golongan umur kurang 2 bulan :
a. Pneumonia berat : ditandai dengan nafas cepat dan tarikan dalam dan kuat
dinding dada bagian bawah. Batas napas cepat untuk golongan umur < 2
bulan yaitu 60kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagaian bawah atau napas cepat (frekuensi napas <
60x/menit).
2

2. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :
a. Pneumonia berat : bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta)
b. Pneumonia : tidak ada tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
adanya napas cepat :
- usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih
- usia 1-4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia : batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat :
- Usia 2-12 bulan adalah kurang dari 50 kali per menit
- Usia 1-4 tahun adalah kurang dari 40 kali per menit
5

2.3 Diagnosis ISPA
ISPA yang ringan umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis ISPA sering dilakukan secara klinis. Namun apabila terjadi komplikasi seperti
pneumonia berat, biasanya diperlukan pemeriksaan laboratorium dan roentgen. Pada
kondisi tertentu seperti demam yang berkepanjangan mungkin diperlukan pemeriksaan
laboratorium. Diskusikan dengan dokter anda mengenai pemeriksaan ISPA.
Berikut merupakan penyakit yang termasuk dalam golongan ISPA : commond cold,
influenza, sinusitis, otitis media akut, laringitis, bronkitis, pneumonia, dan lain-lain.
3

Gejala :
Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan
penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan yaitu :
1

a. Batuk
b. Pilek
c. Kesulitan bernapas
d. Demam (38-40C)
Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering mempunyai
gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-anak :
1,2

a. bersin-bersin
b. nyeri menelan
c. sakit kepala, nyeri sendi
d. lemah, lesu
e. frekuensi napas cepat
Pemeriksaan :
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak.
Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh
ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal,
6

mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada
bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Auskultasi dapat dilakukan untuk
mendengarkan apakah ada kelainan suara paru. Namun, untuk membedakan pneumonia
atau bukan pneumonia dapat dilihat dari adanya tarikan dinding dada dan napas cepat.
2.4 Tanda-Tanda Bahaya ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya
dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris.
4

Tanda-tanda klinis :
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium :
4

hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)


7

Tanda-tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai :
1. Anak golongan umur kurang dari 2 bulan :
a. Kurang bisa minum ( kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya)
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. Stridor
e. Wheezing
f. Demam atau dingin
2. Anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun :
a. tidak bisa minum
b. kejang
c. kesadaran menurun
d. stridor
e. gizi buruk
2.5 Etiologi dan Faktor Resiko ISPA
Infeksi saluran napas akut dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur. Sebagian besar
infeksi saluran napas atas disebabkan oleh virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.
Faktor Resiko
Kontak dekat (terutama pada anak-anak di sekolah atau playgroup)
Travelling
Merokok dan perokok pasif
Imunodefisiensi
Polip hidung, bentuk muka, traum ajalan nafas atas
Penderita carrier streptococcus group A
Pada ISPA dikenal 3 cara penyebaran infeksi ini :
1. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk
2. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi waktu batuk-batuk dan bersin-bersin.
8

3. Melalui kontak langsung / tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari
jasad renik (hand to hand transmission)
Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus, terutama melalui bahan
sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak dalam mukosa hidung
daripada mukosa faring.
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium, maupun di lapangan, diperoleh kesimpulan
bahwa sebenarnya kontak hand to hand (vide 3) merupakan modus yang terbesar
dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.
5

2.6 Penatalaksanaan ISPA
Pengobatan
Pengobatan pada penyakit ISPA dapat dibagi sesuai dengan klasifikasinya, yaitu :
4

1. Pneumonia berat :
Dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dsb.
2. Pneumonia :
Diberi obat antibiotik kortimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kortimoksasol atau ternyata dengan
pemberian kortimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat
antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan Pneumonia :
Pengobatan bersifat symptomatik
Tanpa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan di rumah, untuk batuk
dapat diberikan obat batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti
kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol
Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA :
3

9

1. Mengatasi panas (demam) :
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk :
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali
sehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu
tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat
antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan
dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
10

Pencegahan
Penyakit ISPA dapat dicegah penularannya dengan cara :
6

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
2. Immunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
5. Pemberian ASI eksklusif (antibodi)
6. Berhenti merokok atau hindari asap rokok
7. Nutrisi adekuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
8. Aktivitas fisik ditingkatkan
9. Hindari stress karena dapat menurunkan daya tahan tubuh
10. Istirahat yang cukup
2.7 Komplikasi
Komplikasi ISPA yang dapat terjadi diantaranya :
5

1. Sinusitis
2. Sesak napas
3. Pneumonia dan pneumonia berat
4. Otitis Media Akut
5. Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis, yang disebabkan
oleh radang tenggorokan karena infeksi Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep
Throat)
2.8 Prognosis
Prognosis untuk penyakit ISPA umunya baik bila ditangani dengan tepat serta didukung
dengan status gizi yang baik. Namun dapat menjadi buruk bahkan sampai menimbulkan
kematian bila pasien datang berobat dalam keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit
dan gizi yang buruk.


11

BAB III
MATERI dan METODE
3.1 Materi
Materi yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) yang terjadi pada anak berusia 5 tahun.

3.2 Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam laporan, yaitu :
1. Pengamatan atau observasi terhadap pasien, keluarga, serta lingkungan rumah dan
sekitarnya.
2. Wawancara/interview langsung dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.
Wawancara dilakukan kepada orangtua (ibu) pasien dikarenakan pasien masih anak-
anak berusia 5 tahun.
3. Dokumentasi dengan melampirkan foto sebagai bukti pelaksanaan kunjungan ke rumah
pasien.








12

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Data
Dari hasil wawancara dengan ibu pasien serta pengamatan pada saat melaksanakan
kunjungan ke rumah pasien di Puskesmas Tanjung Duren Utara, maka diperoleh data
sebagai berikut :

Puskesmas : Kelurahan Tanjung Duren Utara
Alamat : Jalan Tanjung Duren Utara IV No.7B, Jakarta Barat
No. Register : -

I. Identitas Pasien :
a. Nama : Siti Sarah
b. Umur : 5 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Pekerjaan : -
e. Pendidikan : -
f. Alamat : Jalan Tanjung Duren Timur RT 011/ RW 01 no. 29
: Telepon : 021-83697491

II. Riwayat Biologis Keluarga :
a. Keadaan kesehatan sekarang : sedang
b. Kebersihan perorangan : baik
c. Penyakit yang sering diderita : batuk, pilek, demam
d. Penyakit keturunan : kakek dan ayah :tekanan darah tinggi (hipertensi)
e. Penyakit kronis/menular : tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada
g. Pola makan : baik
h. Pola istirahat : baik
i. Jumlah anggota keluarga : 6 orang
13

III. Psikologis Keluarga :
a. Kebiasaan buruk : Ayah pasien merokok
b. Pengambilan keputusan : Ibu
c. Ketergantungan obat : -
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
e. Pola rekreasi : kurang

IV. Keadaan rumah/ lingkungan :
a. Jenis bangunan : permanen
b. Lantai rumah : keramik
c. Luas rumah : 30 m
2

d. Penerangan : baik
e. Kebersihan : sedang
f. Ventilasi : kurang
g. Dapur : ada
h. Jamban keluarga : ada
i. Sumber air minum : air galon aqua dan air tanah
j. Sumber pencemaran air : ada
k. Pemanfaatan pekarangan : tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : ada
m. Tempat pembuangan sampah : ada
n. Sanitasi lingkungan : baik

V. Spiritual Keluarga :
a. Ketaatan beribadah : baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : baik




14

VI. Keadaan Sosial Keluarga :
a. Tingkat pendidikan : rendah
b. Hubungan antara anggota keluarga : baik
c. Hubungan dengan orang lain : baik
d. Kegiatan organisasi sosial : baik
e. Keadaan ekonomi : sedang

VII. Kultural Keluarga :
a. Adat yang berpengaruh : Ayah : Batak , Ibu : Jawa ( tidak ada adat yang
berpengaruh dalam pengambilan keputusan keluarga)
b. Lain-lain : -

VIII. Daftar Anggota Keluarga :

No Nama Hub dgn
KK
Umur
(tahun)
Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan
kesehatan
Keadaan
gizi
Imunisasi KB
1. Budi Ari
Siregar
Suami 53 Tamat SD Pengemudi
ojek
Islam Tekanan
darah
tinggi
Baik Tidak
diketahui
-
2. Suwarni Isteri 44 Tamat SD Pedagang
warung dan
gado-gado
Islam Baik Baik Lengkap Suntik
3. Longgom
Siregar
Putri
pertama
25 Tamat
SMK
Karyawan Islam Baik Baik Lengkap -
4. Sutan
Siregar
Putra
pertama
22 Tamat
SMA
Karyawan Islam Baik Baik Lengkap -
5. Siti
Rahma
Putri
kedua
18 Tamat
SMP
Karyawan Islam Baik Baik Lengkap -
6. Siti Sarah Putri
ketiga
5 Belum
sekolah
- Islam Baik Baik Lengkap -
15

IX. Keluhan Utama : Batuk dan pilek disertai demam
X. Keluhan Tambahan : batuk kering, rasa nyeri dada, dan sedikit sulit
bernapas
XI. Riwayat Penyakit Sekarang : pada hari pertama (rabu) mengalami demam dan
pilek, kemudian pada malam harinya pasien batuk. Keesokan harinya pasien
merasa dada sakit dan sedikit sesak napas.
XII. Riwayat Penyakit Dahulu : batuk, pilek, dan demam
A. Riwayat alergi : disangkal
B. Riwayat penyakit jantung : disangkal
C. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
D. Riwayat penyakit paru : disangkal
E. Riwayat kencing manis : disangkal
XIII. Pemeriksaan Fisik : Kesadaran umum : baik (compos mentis)
Gizi : baik ( BB : 19 kg, TB : 144 cm)
Tanda-tanda vital : normal
Suhu : 37 C
Nadi : 80x/menit
Auskultasi : wheezing : -/-
XIV. Diagnosis Penyakit : Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) bukan
pneumoni, karena tidak ada tarikan dada bagian
bawah ke dalam dan tidak ada napas cepat
XV. Diagnosis Keluarga : ISPA, karena tertular dari teman bermain pasien
yang sakit dengan gejala yang sama (demam,
batuk, dan pilek).
XVI. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit :
a. Promotif : penyulahan dengan memberikan pengetahuan (edukasi)
kepada pasien dan keluarga pasien sehingga adanya
perubahan perilaku untuk kesembuhan dan kesehatan pasien.
16

Contoh : penyuluhan mengenai pengertian ISPA, faktor
resiko, tanda-tanda bahaya ISPA, penyuluhan perilaku hidup
bersih dan sehat, anjuran memakan makanan yang bersih dan
bergizi (gizi seimbang).
b. Preventif : Pencegahan yang dapat dilakukan :
- Menerapkan perilaku bersih dan sehat, misalnya dengan
cuci tangan sebelum makan, sesudah BAB, sesudah
bermain.
- Menjaga keadaan gizi dengan memakan makanan yang
bersih dan gizi seimbang dengan pola makan teratur (3 x
sehari).
Jangan jajan sembarang, hindari es, makan chiki, makan
makanan berminyak
- Istirahat yang cukup dan perbanyak serat, buah, vitamin,
dan olahraga untuk meningkatkan daya tahan tubuh
- Imunisasi dasar lengkap
- Hindari kontak dengan orang yang menderita ISPA atau
penyakit menular lainnya.
- Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar
- Langsung segera di bawa ke rumah sakit apabila ada tanda-
tanda bahaya ISPA untuk mencegah keadaan yang lebih
buruk.
c. Kuratif : memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang benar, waktu
pemberian yang adekuat, serta harga obat yang terjangkau.
Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien :
- Kortimoksasol syrup (antibiotik)
- Obat puyer ( untuk demam)

17

d. Rehabilitatif : suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas hidup
penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat.
- membawa anak ke puskesmas untuk mengetahui status gizi
anak dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan
lingkar lengan atas, tebal lemak.
- memperbaiki status gizi agar daya tahan tubuh meningkat
dan proses tumbuh kembang lebih baik. Perbaikan gizi
dapat dilakukan dengan menghindari anak untuk jajan
sembarangan sehingga anak makan makanan dirumah yang
lebih bersih dan bergizi.
- Minum obat yang teratur, terutama antibiotik harus
dihabiskan. Bila obat sudah habis dan penyakit belum
sembuh segera bawa pasien ke puskesmas kembali.
Atau bila ada tanda bahaya penyakit (ISPA) segera bawa ke
puskesmas atau rumah sakit terdekat.
XVII. Prognosis :
a. Penyakit : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berprognosis baik
(dubia et bonam). Oleh karena itu, pasien harus meminum
obat secara teratur dan antibiotik yang diberikan harus
dihabiskan. Pasien juga harus mendapat asupan gizi yang
cukup dan seimbang, istirahat yang cukup, hindari faktor
resiko serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
untuk membantu dalam proses penyembuhannya.
b. Keluarga : Adanya hubungan yang baik di dalam keluarga pasien dan
adanya dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien maka
prognosis baik.
Perlu diketahui ISPA merupakan penyakit menular.
Kemungkinan keluarga pasien terkena ISPA juga besar
dikarenakan keluarga merupakan komunitas yang
18

berhubungan erat dengan pasien. Perlunya daya tahan tubuh
yang baik untuk mencegah penularan, hal yang dapat
dilakukan nutrisi adekuat (makan makanan yang bersih dan
gizi seimbang), istirahat yang cukup, olahraga, menjaga
kebersihan rumah dan diri sendiri serta.
c. Masyarakat : Masyarakat juga komunitas yang dapat terkena ISPA,
sehingga perlunya menjaga kesehatan pribadi (olahraga,
perhatikan nutrisi adekuat, kebersihan lingkungan) dan
menghindari kontak dekat untuk mengurangi faktor resiko.
XVIII. Resume :
Telah diperiksa pasien anak perempuan berusia 5 tahun datang ke Puskesmas
dengan keluhan batuk, pilek, demam. Batuk dirasakan pasien kering dan adanya
kesulitan bernapas (sesak). Tidak adanya tanda tarikan dinding dada serta tidak
terdapat wheezing. Keluhan tambahan lainnya seperti pusing, sakit kepala, sakit
menelan disangkal. Nafsu makan pasien baik, pola istirahat juga baik, imunisasi
dasar lengkap. Pasien tertular penyakit ini dari teman bermainnya dengan gejala
yang sama. Faktor resiko lainnya yang diberitahukan ibunnya yakni pasien juga
sering jajan sembarangan, minum es. Riwayat penyakit terdahulu yang pernah
dialami batuk, pilek, dan demam.








19

4.2 ANALISA KASUS
Seorang pasien anak perempuan Nn.S umur 5 tahun datang ke Puskesmas Tanjung Duren
Utara dengan keluhan batuk, pilek, dan demam. Pasien datang ke Puskesmas diantar
ibunya pada hari Rabu tanggal 4 Juli 2012. Tanggal 6 Juli 2012 dilakukan kunjungan ke
rumah pasien untuk melakukan wawancara dan melihat kondisi pasien dan kondisi rumah
serta lingkungan sekitar. Dari situ didapatkan keterangan bahwa Nn.S menderita ISPA
karena tertular teman bermainnya.
4.3 ANALISA KUNJUNGAN RUMAH
A. Kondisi pasien : keadaan pasien sekarang tampak sedang. Pasien masih sedikit
lemah. Namun pasien sudah tidak demam dan sudah dapat bermain bersama teman-
temannya. Pasien terlihat bersih dan terawat.
B. Pendidikan : pasien belum bersekolah karena masih berumur 5 tahun
C. Keadaan rumah :
- Lokasi : Rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk. Jarak antara
rumah yang satu dengan yang lain hanya dipisahkan oleh jalan setapak dan letaknya
berdampingan antar rumah. Pasien tinggal mengontrak.
Dari sini dapat kita lihat bahwa kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor
resiko ISPA yang mana dapat ditularkan dari tetangga sekitar.

- Kondisi : Jenis bangunan rumah permanen karena ada pondasi rumah. Dinding dan
lantai terbuat dari bata, semen, dan atap genteng. Setiap ruangan (kamar mandi,
kamar tidur) rumah dibangun secara permanen. Lantai rumah menggunakan keramik.
Rumah tampak sedikit berantakan karena banyak pakaian yang bergantungan.
- Luas rumah : 30 m
2

D. Pembagian rumah :
Rumah terdiri dari : - lantai 1 : terdapat ruang untuk berjualan (warung) yang
digabung dengan dapur, 1 ruang kamar mandi.
20

- lantai 2 : 2 ruang kamar tidur, 1 ruang kamar mandi. Salah
satu ruang kamar tidur dipergunakan sebagai ruang keluarga
juga.
E. Ventilasi : Tidak terdapat ventilasi pada rumah pasien. Jendela rumah hanya
terbuat seluruhnya dari kaca permanen yang tidak dapat dibuka atau ditutup. Satu-
satunya jalan udara keluar masuk adalah melalui pintu masuk di lantai bawah, dan pintu
yang ada di setiap kamar.
Kurangnya pertukaran udara dalam rumah dapat mempengaruhi kesehatan anggota
keluarga tersebut.
F. Penerangan : Penerangan rumah pasien baik. Terdapat lampu disetiap ruangan
serta jendela yang lebar sehingga cahaya matahari dapat masuk di setiap ruangan.
G. Kebersihan : kebersihan dalam rumah sedang, banyak pakaian yang digantung.
Secara umum kebersihan ruang kamar, dapur, dan kamar mandi sedang.
H. Sanitasi dasar :
Sumber air minum yang digunakan untuk minum adalah air galon aqua dan air tanah
yang dimasak matang. Air tanah juga digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti
untuk mandi, cuci, dan lain-lain. Sampah dalam rumah ditampung petugas kebersihan
dan tempat pembuangan sampahnya jauh dari rumah.

4.4 ANALISA FUNGSI KELUARGA
A. Keadaan Biologis : pasien dan keluarga hanya memiliki riwayat penyakit batuk,
pilek, demam yang dapat sembuh dalam waktu yang singkat. Pasien dan keluarga tidak
memiliki penyakit kronis. Kecacatan dalam keluarga juga tidak ada. Pola makan teratur
dan cukup bergizi (seperti nasi, telur, ayam, sayur). Pola istirahat baik pasien biasanya
bangun jam 5 pagi dan tidur malam jam 8 malam.
Dari fungsi keadaan biologis dapat kita lihat bahwa tidak adanya pencetus ataupun
faktor resiko yang menyebabkan sakitnya pasien.

21

B. Keadaan Psikologis : hubungan didalam keluarga pasien terjalin dengan baik.
Anggota keluarga juga lebih percaya terhadap pengobatan yang dilakukan oleh dokter.
Dari fungsi ini dapat kita lihat adanya dukungan yang baik terhadap kesembuhan dan
kesehatan pasien. Namun terdapat kebiasaan buruk dari ayah pasien yaitu merokok.
Merokok dapat menjadi faktor resiko penyakit ISPA karena pasien dapat terpapar asap
rokok dan dapat merusak silia di tenggorokan.
C. Keadaan Spiritual : Semua anggota keluarga menjalankan ibadah sholat dengan
baik. Pasien juga diikutkan dalam kegiatan belajar mengaji.
D. Keadaan Sosial : Keadaan sosial pasien dan keluarga dinilai baik. Keluarga
pasien juga ikut serta dalam kegiatan pengajian, kerja bakti, arisan yang dilaksanakan
di lingkungan tempat tinggal. Pasien sendiri juga memiliki banyak teman bermain di
lingkungan rumahnya.
Dari keadaan sosial ini dapat menjadi faktor resiko timbulnya penyakit, karena pasien
sering bermain dengan temannya yang bisa menjadi sumber penularan penyakit ISPA.
E. Keadaan Ekonomi : Keadaan ekonomi keluarga pasien tergolong cukup.
Penghasilan dalam keluarga didapat dari orangtua dan kakak pasien. Ayah dan ibu
pasien bekerja sebagai wirausaha dengan berjualan di warung, menjual gado-gado, dan
mengojek. Serta kakak pasien sudah bekerja semua.








22

Lampiran :













Gambar 3 : pada Lt.1, terdapat dapur yang langsung terlihat Gambar 4 : terdapat 2 ruang kamar
ketika masuk ke dalam rumah mandi yang terletak di lantai 1 & 2









Gambar 5 : Lt.2, Kiri : foto ruang kamar anak dan ruang keluarga Kanan : Foto ruang kamar orangtua


23









Gambar 6 : Terlihat kondisi rumah pasien. Penerangan rumah yang baik karena terdapat jendela
yang cukup lebar. Namun, terlihat juga banyak pakaian yang tergantung sehingga kebersihannya
sedang.










24


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat dipicu oleh banyak faktor
resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien
ini dapat terjadi karena adanya faktor resiko, seperti : adanya kontak pasien dengan teman
bermain yang menderita gejala yang sama. Selain itu, faktor resiko lainnya yaitu pasien
juga sering jajan sembarang, minum es, dan adanya kebiasaan buruk dari ayah pasien yaitu
merokok. ISPA dapat sembuh dengan baik. Namun dapat juga berdampak buruk bila
penderita datang berobat dalam keadaan berat serta adanya penyulit-penyulit dan
kekurangan gizi.
Dalam mengatasi penyakit yang terjadi dalam masyarakat diperlukan tindakan yang
holostik, berkesinambungan, dan terpadu dengan menggunakan cara promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Diharapkan dengan cara tersebut dapat mengurangi angka
kesakitan dan kematian serta dapat meningkatkan kesehatan dalam masyarakat.
5.2 Saran
Saran yang dianjurkan untuk mengatasi penyakit ini, yaitu :
Pasien :
- Memberikan makanan di rumah yang bersih dan bergizi agar dapat meningkatkan daya
tahan tubuh, serta menghindari anak untuk tidak sering jajan karena dapat menimbulkan
rasa kenyang sebelum anak makan dirumah serta agar tidak terkena infeksi dari jajan
sembarangan.
- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan sebelum makan
- Pasien disarankan untuk istirahat dirumah sampai keadaan pasien sembuh karena ISPA
merupakan penyakit yang dapat menular dan dengan istirahat dapat meningkatkan daya
25

tahan tubuh. Hindari kontak erat dengan orang yang memiliki gejala penyakit yang sama
agar tidak tertular kembali.
- Meminum obat dengan teratur terutama antibiotik harus dihabiskan untuk tercapainya
kesembuhan yang optimal.
Pihak petugas kesehatan (puskesmas) :
- Melakukan penyuluhan mengenai ISPA kepada keluarga pasien dan masyarakat lainnya
- Dapat mendiagnosis penyakit ISPA dengan benar (antara pneumonia atau bukan
pneumonia), serta dapat memberikan pengobatan yang tepat sesuai penyebabnya.
















26


DAFTAR PUSTAKA
1. Djojodibroto RD. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta : EGC;2009.
2. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk
penanggulangan pneumonia balita. Jakarta : Depkes RI. 2002.
3. Supartini, Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC; 2004.
4. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton Wijawa.
Jakarta: EGC;2003.
5. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Anak. Jakarata; 1991.
6. Lokakarya dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut; 1992.

Anda mungkin juga menyukai