Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS NEUROLOGI

STROKE HEMORAGIK

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Saraf

Diajukan Kepada:
dr. Siti Istiqomah K, Sp.S
Disusun Oleh :
Lisan Gigih Prakoso H2A013027P

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT SARAF

Presentasi laporan kasus dengan judul :


“Stroke Hemoragik”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo

Disusun Oleh:
Lisan Gigih Prakoso H2A013027P

Telah disetujui oleh:


Pembimbing

dr. Siti Istiqomah K, Sp.S


BAB I
PENDAHULUAN

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang


diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Definisi Menurut WHO
(World Health Organization) stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.

Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling sering


setelah penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat. Angka kematiannya mencapai
160.000 per tahun dan biaya langsung sebesar 27 milyar dolar US setahun. Insiden
bervariasi 1,5-4 per 1000 populasi. Selain penyebab utama kematian juga
merupakan penyebab utama kecacatan. Dahulu memang penyakit ini di derita oleh
orang tua terutama yang berusia 60 tahun keatas, karena usia juga merupakan salah
satu faktor risiko penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada
kecenderungan diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi
karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan
modern. Sekitar 28,5% penderita stroke di Indonesia meninggal dunia. Penelitian
menunjukkan, stroke menyerang pria 30% lebih tinggi daripada wanita dan setiap
tahun di Amerika Serikat ada sekitar 15 ribu pria di bawah usia 45 tahun yang
terkena stroke.

Klasifikasi stroke dalam jenis yang hemoragik dan non hemoragik


memisahkan secara tegas kedua macam itu, seolah-olah dapat dibedakan
berdasarkan manifestasi klinis masing-masing. Walaupun tekanan intrakranial yang
serentak mengiringi stroke hemoragik cenderung menyebabkan sakit kepala dan
muntah-muntah beserta penurunan derajat kesadaran, namun demikian semua
gejala itu pun dapat dijumpai pada stroke hemoragik. Satu-satunya cara yang
mendiferensiasi stroke hemoragik dan non hemoragik adalah dengan bantuan CT
scan dan pungsi lumbal.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. Mj
2. Jenis kelamin : Laki-laki
3. Tanggal lahir : 9 April 1965
4. Usia : 53 tahun
5. Pekerjaan : Tidak Bekerja
6. Suku bangsa : Jawa
7. Agama : Islam
8. Alamat : Krobogan, Semarang
9. Nomor RM : 5727XXX

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnasis pada tanggal 10 Januari
2019 di Bangsal Alamanda RSUD Tugurejo Semarang
1. Keluhan Utama
Lemah anggota gerak kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : Anggota gerak kanan
Onset : Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Kronologis : Pasien datang dengan kelemahan anggota
gerak kanan sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan dirasakan mendadak
ketika pasien berjalan ingin tidur seusai
sholat malam (pukul 02.00). Kelemahan
anggota gerak kanan (atas dan bawah)
dirasakan bersamaan dan terus menerus
sehingga membuat pasien sulit untuk
berjalan. Keluhan disertai dengan mulut
merot, bicara pelo dan nyeri kepala.
Keluhan mual, muntah, penurunan
kesadaran disangkal. Pasien sempat ke
tukang urut untuk memijatkan tangan dan
kakinya yang mendadak lemah. Dirasa
tidak memberikan perbaikan, kemudian
keluarga mengantar pasien ke IGD RSUD
Tugurejo, dan dokter menyarankan untuk
rawat inap di Bangsal Alamanda.
Kuantitas : Kelemahan dirasakan pertamakali
Kualitas : Lemah dirasakan pasien mampu melawan
gravitasi, lalu anggota gerak terjatuh lemas
Faktor pengubah : -

Gejala penyerta : Pasien mengeluh mulut merot, bicara pelo


dan nyeri kepala. Tidak ada keluhan mual,
muntah, penurunan kesadaran, demam,
kejang, sulit menelan, gangguan
penglihatan, gangguan BAB maupun BAK.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : diakui, jarang konsumsi obat
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat stroke : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit sama : disangkal
b. Riwayat hipetensi : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat stroke : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Pasien tidak
merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak menggunakan obat-
obatan dalam jangka waktu yang lama. Biasa pengobatan di rumah
sakit menggunakan asuransi BPJS PBI. Kesan ekonomi kurang.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik dilakukan setelah 1 hari dirawat di Bangsal Alamanda
tanggal 10 Januari 2019.
1. Kesadaran : Compos mentis, GCS = E4M6V5
2. Tanda vital
a. Tekanan darah : 156/91 mmHg
b. Frek. Nadi : 78 x/menit
c. Frek. Nafas : 18 x/menit
d. Suhu : 36,8°C
3. Status generalisata
a. Kulit
a. Warna : sawo matang, ikterik (-)
b. Turgor : cukup
b. Kepala : mesocephal
c. Mata
a. Exophtalmus : (-)
b. Enophthalmus : (-)
c. Konjungtiva : anemis (-)
d. Sklera : ikterik (-)
e. Refleks pupil : langsung (+/+), tidak langsung
(+/+), isokor
f. Ukuran pupil : 3mm / 3mm (bulat, central reguler)
d. Hidung
a. Deformitas : (-)
b. Sekret : (-)
e. Telinga
a. Deformitas : (-)
b. Serumen : (-)
f. Mulut
a. Simetri : Asimetri, sudut mulut tertarik ke
kiri
b. Mulut kering : (-)
c. Bibir sianosis : (-)
d. Tonsil : susah dinilai
e. Lidah : Asimetri, deviasi ke kiri
g. Leher
a. Kelenjar tiroid : pembesaran (-)
b. Kelenjar limfe : pembesaran (-)
h. Pembesaran kelenjar getah bening
a. Submandibula : (-)
b. Leher : (-)
c. Supraklavikula: (-)
d. Ketiak : (-)
i. Paru-paru
Pemeriksaan Depan Belakang
Inspeksi Kanan Gerakan dada simetris kanan dan kiri,
Kiri tidak ada pernafasan tertinggal
Palpasi Kanan Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
Kiri ICS : tidak melebar / menyempit
Perkusi Kanan Sonor Sonor
Kiri Sonor Sonor
Auskultasi Kanan Suara dasar vesikuler
Kiri Ronki (-/-), wheezing (-/-)
j. Jantung Wh(-/-)
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea
: midclavicularis sinistra
c. Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas
: normal
d. Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular,
: murmur (-), gallop (-)
k. Abdomen
a. Inspeksi : perut tampak datar, ikterik (-)
b. Auskultasi : peristaltik (+) normal
c. Perkusi : Timpani pada region abdomen,
: pekak hepar (+)
d. Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
l. Ekstremitas superior
Kanan Kiri
Deformitas - -
Gerakan Terbatas Bebas
Kekuatan 3/3/3 5/5/5
Edema - -
Nyeri - -
Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Akral dingin - -
Ekstremitas inferior
Kanan Kiri
Deformitas - -
Gerakan Terbatas Bebas
Kekuatan 3/3/3 5/5/5
Edema - -
Nyeri - -
Capillary Refill Time < 2 detik < 2 detik
Akral dingin - -

4. Status neurologis
a. Kesadaran
a. Kualitatif : compos mentis
b. Kuantitatif : GCS 15, E4M6V5
b. Orientasi : Baik
c. Jalan pikiran : Baik / koheren
d. Kemampuan bicara : Disartria
e. Pemeriksaan motorik
a. Kekuatan
3,3,3 5, 5, 5

3,3,3 5, 5, 5

b. Tonus otot
N N

N N

c. Refleks fisiologis
KANAN KIRI

Biceps (+) (+)

Triceps (+) (+)

Radius (+) (+)

Ulna (+) (+)

Patella (+) (+)

Achiles (+) (+)


d. Refleks patologis
KANAN KIRI

Babinski (-) (-)

Chaddock (-) (-)

Gordon (-) (-)

Openheim (-) (-)

Schaeffer (-) (-)

Hoffman tromer (-) (-)

f. Pemeriksaan sensorik
a. Eksteroseptif : (+) normal
b. Proprioseptif : (+) normal
c. Diskriminatif : (+) normal
g. Pemeriksaan saraf kranialis
a. N. I (Olfactorius)
KANAN KIRI

Subjektif Normal Normal

Objektif Tidak dilakukan Tidak dilakukan

b. N. II (Opticus)
KANAN KIRI

Tajam >1/30
>1/30
penglihatan
Lapang Normal
Normal
pandang
Melihat warna Normal Normal

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

c. N. III (Okulomotorius), N. IV (Troklearis), dan


N. VI (Abducens)
KANAN KIRI

Pergerakan Normal
Normal
bulbus
Sikap bulbus Sentral Sentral
Strabismus (-) (-)

Nistagmus (-) (-)

Eksoftalmus (-) (-)

Ptosis (-) (-)

Ukuran pupil Diameter 3mm Diameter 3 mm

Bentuk pupil Bulat, isokor Bulat isokor

Refleks direk (+) (+)

Refleks indirek (+) (+)

Melihat kembar (-) (-)

d. N. V (Trigeminus)
KANAN KIRI

Membuka Pasien dapat membuka mulut


mulut
Mengunyah Tidak dilakukan

Menggigit Tidak dilakukan

Reflek kornea Reflek kornea baik

Sensibilitas Normal
Normal
muka

e. N. VII (Facialis)
KANAN KIRI

Mengerutkan dahi Simetris

Mengangkat alis Simetris

Menutup mata + +

Menyeringai Asimetris, ke kiri

Mencucu Asimetris, ke kiri

Menggembungkan pipi Lemah pada pipi kanan

Pengecapan lidah 2/3 Tidak dilakukan


anterior
Sensibilitas Normal
f. N. VIII (Vestibulokoklearis)
KANAN KIRI

Detik arloji + +

Suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Webber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

g. N. IX (Glossopharyngeus)
HASIL

Pengecapan lidah 1/3 Tidak dilakukan


posterior
Refleks muntah Tidak dilakukan

h. N. X (Vagus)
HASIL

Arcus faring Simetris, uvula ditengah

Menelan Normal

Refleks muntah Tidak dilakukan

i. N. XI (Accessorius)
KANAN KIRI

Mengangkat bahu (+) (+)

Memalingkan kepala (+) (+)

j. N. XII (Hipoglossus)
HASIL

Tremor lidah (-)

Kedudukan lidah Deviasi (+) ke kiri

Artikulasi Disartria
h. Pemeriksaan Rangsang Meningeal
a. Kaku kuduk : (-)
b. Kernig test : (-)
c. Brudzinski I : (-)
d. Brudzinski II : (-)
e. Brudzinski III : (-)
f. Brudzinski IV : (-)
D. DIAGNOSIS BANDING
Berdasarkan Siriraj Score:
= (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 1) + (0,1 x 91) – (3 x 1) – 12
= 0 + 0 + 2 + 10 – 3 – 12
= -4 ( < -1 : stroke non hemoragik)
Diagnosis banding : Susp. Stroke Non Hemoragik dd Stroke Hemoragik
Berdasarkan Skor Gajahmada:
Terdapat 2 dari 3 gejala khas yaitu:
-Nyeri kepala (+)
- Reflek Babinsky (-)
-Penurunan Kesadaran (-)
Maka Diagnosa Bandingnya adalah: Stroke Hemoragik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan kimia klinik
pada tanggal 8 Januari 2019 adalah sebagai berikut:
Leukosit : 7.31 x 103 /uL
Eritrosit : 4,82 x 106 /uL
Hemoglobin : 15.00 g/dL
Hematokrit : 43,20 g/dL
MCV : 81.00 fL
MCH : 26.30 Pg
MCHC : 32.40 g/dL
Trombosit : 325 /ul
Natrium : 141.6 mmol/L
Clorida : 95.9 mmol/L
Kalium : 3.60 mmol/L
SGOT : 30 U/L
SGPT : 22 U/L
GDS : 143 mg/dl
Ureum : 39.0 mg/dl
Kreatinin : 0.97 mg/dl
Kolesterol total : 173 mg/dl
Trigliserida : 115 mg/dl
Kolesterol HDL : 41.0 mg/dl (L)
Kolesterol LDL direk : 109 mg/dl

2. Hasil pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras pada tanggal 9


Januari 2019 adalah sebagai berikut:
Kesan :
- Perdarahan intracerebral dengan edema perifokal pada nukleus
lentiformis kiri.

F. DIAGNOSIS KERJA
I. Diagnosis Klinis : 1. Parese N.VII dextra sentral
2. Parese N. XII dextra sentral
3. Hemiparesis dextra spastik
Diagnosis Topis : Hemisphere cerebri dextra
Diagnosis Etiologis : Stroke Hemoragik
G. PLANNING
STROKE HEMORAGIK
1. Plan Diagnosis
a. Lab GD I/II, profil lipid, asam urat
b. Konsul rehabilitasi medik
2. Plan Terapi

Farmakoterapi

a. Infus RL 20 tpm
b. 02 3 lpm
c. Inj. Asam tranexamat 1 gr/8 jam
d. Inj. Citicolin 500 mg/12 jam
e. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
f. P.O. Vit. B1,B6,B12 1 tab/8 jam
3. Plan Monitoring
a. Keadaan umum
b. Tanda vital
c. Defisit Neurologis
4. Plan Edukasi

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit


yang sedang diderita dan tatalaksana selanjutnya

H. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : Ad bonam
2. Quo ad sanam : dubia ad bonam
3. Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

STROKE HEMORAGIK
A. DEFINISI
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVK) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.. Stroke
adalah gangguan atau disfungsi otak, yang terjadi secara mendadak, baik
fokal atau global, dikarenakan adanya suatu kelainan pembuluh darah otak
dengan defisit neurologis yang terjadi lebih dari 24 jam atau terjadi
kematian. Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir.

B. ETIOLOGI
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragik
serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam
jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak) akibatnya adalah penghentian
suplai darah ke otak. Hemoragi serebral dapat terjadi diberbagai tempat
yaitu hemoragi obstrudural, hemoragi subdural, hemoragi subakhranoid,
dan hemoragi intraserebral.
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit
jantung iskemik seperti usia, jenis kelamin: pada wanita premonophous
lebih rendah, tapi pada wanita post monophous sama resiko dengan pria,
hipertensi, DM, keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung,
koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain hiperfibrinogenia,
keturunan, hipovolemia dan syok.
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit serebrovaskuler mengacu pada abnormal fungsi susunan
syaraf pusat yang terjadi ketika suplai darah nornal ke otak terhenti. Patologi
ini melibatkan arteri, vena, atau keduanya. Sirkulasi serebral mengalami
kerusakan sebagai akibat sumbatan partial atau komplek pada pembuluh
darah atau hemoragi yang diakibatlan oleh robekan dinding pembuluh.
Penyakit vaskuler susunan syaraf pusat dapat diakibatkan oleh
arteriosklerosis ( paling umum ) perubahan hipertensif, malformasi,
arterivena, vasospasme, inflamasi arteritis atau embolisme. Sebagai akibat
penyakit vaskuler pembuluh darah kehilangan elastisitasnya menjadi keras
san mengalami deposit ateroma ,lumen pembuluh darah secara bertahap
tertutup menyebabkan kerusakan sirkulasi serebral dan iskemik otak. Bila
iskemik otak bersifat sementara seperti pada serangan iskemik sementara,
biasanya tidak terdapat defisit neurologi.Sumbatan pembuluh darah besar
menimbulkan infark serebral pembuluh ini,suplai dan menimbulkan
hemoragi.
Penurunan suplai darah ke otak dapat sering mengenai arteria
vertebro basilaris yang akan mempengaruhi N.XI (assesoris) sehingga akan
berpengaruh pada sisitem mukuloskeletal (s.motorik)sehingga terjadi
penurunan sistem motorik yang akan menyebabkan ataksia dan akhirnya
menyebabkan kelemahan pada satu atau empat alat gerak, selain itu juga
pada arteri vetebra basilaris akan mempengaruhi fungsi dari otot facial (oral
terutama ini diakibatkan kerusakan diakibatkan oleh kerusakan N.VII
(fasialis), N.IX (glossofaringeus) N.XII (hipoglakus),karena fungsi otot
fasial/oral tidak terkontrol maka akan terjadi kehilangan dari fungsi tonus
otot fasial/oral sehingga terjadi kehilangan kemampuan untuk berbicara
atau menyebut kata-kata dan berakhir dangan kerusakan artikulasi,tidak
dapat berbicara (disatria). Pada penurunan aliran darah ke arteri vertebra
basilaris akan mempengaruhi fuingsi N.X (vagus) dan N.IX
(glossofaringeus) akan mempengaruhi proses menelan kurang ,sehingga
akan mengalami refluk, disfagia dan pada akhirnya akan menyebabkan
anoreksia dan menyebabkan gangguan nutrisi. Keadaan yang terkait pada
arteri vertebralis yaitu trauma neurologis atau tepatnya defisit neurologis.
N.I (olfaktorius) , N.II (optikus),N.III (okulomotorik),N.IV (troklearis),
N.VII (hipoglosus) hal ini menyebabkan perubahan ketajaman pengecapan,
dan penglihatan, penghidungan.Pada kerusakan N.XI (assesori) pada
akhirnya akan mengganggu kemampuan gerak tubuh.

D. MANISFESTASI KLINIS
1. Kehilangan motorik
a. Hemiplegis,hemiparesis.
b. Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda
(gambaran lklinis awal ) .
2. Kehilangan komunikasi
a. Disartria
b. Difagia
c. Afasia
d. Apraksia
3. Gangguan konseptual
a. Hamonimus hemia hopia (kehilangan setengah dari lapang
pandang)
b. Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat
pada pasien hemiplagia kiri )
c. Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk
dengan piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil
dan auditori.
4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
a. Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami
kerusakan disfungsi tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang
perhatian terbatas, kesulitan dalam komperhensi,cepat lupa dan
kurang komperhensi.
b. Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan
emosional, bermusuhan, frustasi, menarik diri, dan kurang kerja
sama.
5. Disfungsi kandung kemih :
a. Inkontinansia urinarius transia
b. Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin
simtomatik dari kerusakan otak bilateral)
c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan
kerusakan neurologis ekstensif).

E. KLASIFIKASI
1. PSD (Perdarahan sub dural )
2. PSA (Perdarahan Sub Araknoid)
3. PIS (Perdarahan Intra Serebral)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah
satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum
dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.

G. PENATALAKSANAAN

Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :

1. Diagnostik seperti angiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan


aneurisme.

2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka


pengobatan yang diberikan yaitu :

a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi


edema acak dan timbulnya kejang

b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu


serta berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya lisis
bekuan darah atau perdarahan ulang.

3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)

4. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :

a. Diuretik : untuk menurunkan edema serebral

b. Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya


trombosis atau emboli dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler.

c. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit


memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan
trombus dan embolisasi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan kelemahan anggota gerak kanan sejak 24 jam SMRS.
Keluhan dirasakan mendadak ketika pasien berjalan ingin tidur seusai sholat
malam. Hal ini khas terjadi pada Stroke Hemoragik dimana timbul serangan ketika
beraktifitas. Paien juga mengeluhkan nyeri kepala, namun keluhan mual muntah,
kejang dan penurunan kesadaran disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS= E4M6V5disartria, Tekanan
darah:190/100 mmHg, reflek fisiologis normal, reflek patologis babinski (+),
Chaddok (+) nn. Cranialis = parese n.VII sudut mulut tertarik ke kiri dan paresis
n.XII lidah asimetris ke kiri

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pada kasus


ini apabila dimasukan dalam Siriraj score didapatkan total -4 yang kemungkinan ke
arah stroke non hemoragik. Namun Siriraj Score ini penilaiannya sangat subjektif.
Sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang CT Scan atau MRI untuk mengetahui
apakah terdapat perdarahan cerebral dan melihat seberapa luas infark.

Setelah hasil CT-Scan keluar hasilnya: Perdarahan intracerebral (vol. 2,98


cm) disertai Perdarahan intracerebral dengan edema perifokal pada nukleus
lentiformis kiri. Karena sifat Siriraj score sangat subyektif, dan Gold Standart
Stroke Hemoragik adalah CT Scan, sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini
terjadi stroke hemoragik walaupun Siriraj Score nya -4. Penatalaksanaan kasus ini
yaitu Infus RL 20 tpm, 02 3 lpm, Inj. Asam tranexamat 1 gr/8 jam, Inj. Citicolin 500
mg/12 jam, Vit. B1B6B12 1 tab/8 jam.

Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari hemoragik serebral


(pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak atau
seluruh ruang sekitar otak) akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak.
Penurunan suplai darah ke otak dapat sering mengenai arteria vertebro basilaris
yang akan mempengaruhi N.XI (assesoris) sehingga akan berpengaruh pada sistem
mukuloskeletal (motorik) sehingga terjadi penurunan sistem motorik yang akan
menyebabkan ataksia dan akhirnya menyebabkan kelemahan pada satu atau empat
alat gerak, selain itu juga pada arteri vetebra basilaris akan mempengaruhi fungsi
dari otot facial (oral terutama ini diakibatkan kerusakan diakibatkan oleh kerusakan
N.VII (fasialis), dan untuk nn.cranialis lainnya sulit unruk dinilai.
KESIMPULAN (SOAP)
S (Subyektif) Kelemahan anggota gerak kanan secara mendadak ketika beraktifitas,
mulut merot ke kiri, bicara pelo, nyeri kepala, mual muntah (-),
kejang (-), riwayat merokok (+), riwayat tensi tinggi (+) jarang
konsumsi obat.

O (Obyektif) 1. GCS 15 E4M6V5, Penurunan Kesadaran (-)


2. TD: 190/100 mmHg, Nadi: 85x/menit, RR: 18x/menit, Suhu:
36,5
3. Kekuatan otot
3,3,3 5, 5, 5

3,3,3 5, 5, 5

4. Tonus otot
N N

N N

5. Refleks fisiologis normal


6. Reflek Babinsky dan Chaddock Ekstrimitas Inferior Kanan (+)
7. Parese [n.VII] dan [n.XII] dextra sentral
8. Hemiparesis dextra spastik
9. Hipokalemi (Kalium: 3,06)
10. Siriraj Score -3 dd SNH
11. Gajahmada Score terdapat 2 gejala dari 3 gejala (dd: SH)
-Nyeri Kepala (+)
-Refleks Babinsky (+)
-Penurunan Kesadaran (-)
12. CT Scan : Perdarahan intracerebral (vol. 2,98 cm) disertai
perifokal edema pada ganglia basalis sampai corona radiata kiri
A (Assesment) Diagnosis Klinis :
1. Parese N.VII dextra sentral
2. Parese N. XII dextra sentral
3. Hemiparesis dextra spastik

Diagnosis Topis : Hemispherium cerebri sinistra


Diagnosis Etiologis : Stroke Hemoragik

Stroke Hemoragik e.c Intracerebral Hematoma,


Hipertensi Urgensi, Hipokalemia

P (Plan) 1) Infus RL 20 tpm


2) 02 3 lpm
3) Inj. Piracetam 3 gr/6 jam
4) Inj. Asam tranexamat 1 gr/8 jam
5) Inj. Citicolin 500 mg/12 jam
6) Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
7) P.O. Vit. B1B6B12 1 tab/8 jam
8) P.O. KSR 1 tab/8 jam
9) P.O. Amlodipine 10 mg/24 jam (pagi)
10) P.O. Candesartan 8 mg/24 jam (malam)
DAFTAR PUSTAKA

1. Setyopranoto, I. 2011. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. Jurnal IDI.


Yogyakarta :Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada,
2. Jusman Rau,M dan Firdaus K. 2011. Risiko Kejadian Stroke di RSUD
UNDATA Palu 2011. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tadulako

3. Mansoer A, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: Media


Aesculapius

4. Sudoyo, Aru W. Setyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Dkk. 2006.Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam . Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka FKUI

5. Dewanto,G dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit


Saraf. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai