Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

SEORANG PRIA 58 TAHUN DENGAN KELUHAN SESAK NAFAS

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam


di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun oleh :
Millati Rahmatika
H2A013007

Pembimbing :
dr.Alvin Tonang, Sp.JP

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD TUGUREJO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Millati Rahmatika


NIM : H2A013007
Fakultas : Kedokteran Umum
Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Dalam
Pembimbing : dr. Alvin Tonang, Sp.JP

Telah dipresentasikan pada tanggal , 2017

Pembimbing

dr.Alvin Tonang, Sp.JP

2
DAFTAR MASALAH

Tanggal Masalah Aktif Masalah Pasif


6 Juni 2017 CHF NYHA III Riwayat merokok
IHD
Aortic Stenosis, Aortic
Regurgitation

3
BAB I
KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 58 Tahun
Alamat : Sodong RT 1 RW 2 Purwosari, Mijen, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
No. RM : 497693
Tanggal masuk : 05 Juni 2017
Tanggal periksa : 05 Juni 2017
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 05 Juni 2017 pukul 13.00 WIB di
bangsal Dahlia 4 RSUD Tugurejo secara autoanamnesis dan alloanamnesis
A. Keluhan utama : Sesak nafas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas
sudah dirasakan sejak ± 2 minggu SMRS (pada tanggal 2/6/2017).
Awalnya setelah pasien pulang dari sawah kemudian pasien merasa
pusing, jantung berdebar-debar serta nyeri dada sebelah kiri tembus ke
punggung. Setelah digunakan untuk istirahat pasien merasa lemas dan
muncul keluhan sesak nafas. Sesak nafas muncul terus menerus, lebih
nyaman jika digunakan untuk bersandar atau tidur diganjal dengan bantal
tinggi. Sesak memberat saat untuk aktifitas dan kadang mengganggu saat
pasien tidur. Keluhan belum pernah diberobatkan. Selain itu pasien
mengeluhkan batuk, batuk disertai dahak dan tidak ada darah. Kedua kaki
bengkak (+), dada berdebar-debar (+), nyeri dada (-), pusing (+), mual (-),
muntah (-), keringat dingin (+), lemas (+), pingsan sebelum masuk rumah
sakit (+).
4
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat pengobatan TB : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal

E. Riwayat Pribadi
Kebiasaan merokok : ada
Kebiasaan minum alkohol : disangkal
Kebiasaan konsumsi obat-obatan : disangkal
Kebiasaan olahraga : disangkal
Kebiasaan konsumsi makanan manis : disangkal
Kebiasaan konsumsi makanan asin : disangkal

5
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai petani. Tinggal di rumah bersama istrinya. Biaya
pengobatan menggunakan BPJS PBI.

G. Anamnesis Sistem
Keluhan utama Sesak nafas

Kepala Pusing (+), pusing berputar (-),leher kaku (-)

Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),pandangan


Mata berputar (-), berkunang-kunang (-), konjungtiva pucat (-/-),
sklera kuning (-)

Hidung pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

pendengaran berkurang (-), gembrebeg (-), keluar cairan (-),


Telinga
darah (-).

sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah- pecah (-),
Mulut
gusi berdarah (-), mulut kering (-).

Leher Pembesaran kelenjar limfe (-)

Tenggorokan Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).

Sistem respirasi Sesak nafas (+), batuk (+), mengi (-), tidur mendengkur (-)

Sistem Sesak nafas saat beraktivitas (+) (NYHA III), nyeri dada
kardiovaskuler (-), berdebar-debar (+), keringat dingin (+)

Mual (-), muntah (-), perut mules (-), diare (-), nyeri ulu hati
Sistem
(-), nafsu makan menurun (-),BB turun(-), BAB warna
gastrointestinal
coklat

6
Sistem Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-), lemas (+)
muskuloskeletal

Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-), keluar darah (-),
Sistem
berpasir (-), kencing nanah(-), sulit memulai kencing (-),
genitourinaria
anyang-anyangan (-), berwarna seperti teh (-)

Luka (-), kesemutan (-), kaku digerakan (-) bengkak (-),


Ekstremitas atas
sakit sendi (-) panas (-)

Ekstremitas Luka (-), kesemutan (-) kaku digerakan (-) bengkak (+)
bawah sakit sendi (-) panas (-)

Sistem Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-) mengigau (-), emosi
neuropsikiatri tidak stabil (-)

Sistem Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-)


Integumentum

III. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 6 Maret 2017 pukul 08.00 WIB
di bangsal Dahlia 2 RSUD Tugurejo.
A. Keadaan Umum : Tampak lemah
B. Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
C. Tanda vital
- TD : 120/89 mmHg
- Nadi : 90 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)
- RR : 26 x/menit
- Suhu : 36,5 0C (per axilla)
D. Status Gizi
BB : 50 kg
TB : 150 cm
BMI : 22,22 kg/m2
7
E. Skala nyeri : 3
F. Risiko Jatuh :
Morse Fall Score : 20 (risiko ringan )

No Resiko Nilai skor

1 Riwayat jatuh yang baru/dalam 3 bulan terakhir 0

2 Diagnosis sekunder 0

2 Alat bantu jalan 0

3 Terapi intravena 20

4 Gait/cara berjalan/berpindah 0

5 Status mental 0

Jumlah 20 (risiko ringan)

G. Status Internus
1. Kepala : kesan mesocephal
2. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek pupil
direct (+/+), reflek pupil indirect (+/+), edem palpebral
(-/-), pupil isokor (2,5 mm/ 2,5 mm)
3. Telinga : serumen (-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan
tragus (-/-)
4. Hidung : nafas cuping hidung (+), deformitas (-), secret (-)
5. Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)
6. Leher : pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan tragus (-), otot
bantu pernapasan (+), pembesaran tiroid (-), JVP R+3
7. Thoraks :
Jenis pernafasan : Abdominothorakal, normochest, simetris, retraksi
supraternal (+), retraksi intercostalis (-), sela iga melebar (-),
pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-)

8
a. Cor
Inspeksi : ictus cordis tampak di ICS V line midsternalis
Palpasi : ictus cordis kuat angkat, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrik (-), sternal lift (-)
Perkusi : konfigurasi jantung melebar kaudolateral
- Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra
- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah jantung : ICS V linea mid clavicula sinistra
- Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
Auskultasi : suara jantung I dan II murni, bising jantung fase
sistolik (+) crescendo-descrescendo derajat 3/6
terdengar paling keras di sela iga ke-2 tepi kanan
menjalar ke apeks dan daerah karotis frekuensi
tinggi.
b. Pulmo
Dextra Sinistra
Pulmo Depan

Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit sekitar Sama seperti kulit sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus kanan > kiri

Perkusi sonor sonor

Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (+) (+)

9
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (+) pada 1/3 paru bawah (+) pada 1/3 paru bawah
- Stridor (-) (-)
Pulmo Belakang

Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit sekitar Sama seperti kulit sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Kanan = kiri

Perkusi Sonor Sonor

Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (+) (+)
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (+) (+)
- Stridor (-) (-)

Tampak pulmo anterior Tampak pulmo posterior

Suara dasar
vesikuler. 1/3
paru bawah wh
+/+. RBH +/+

10
8. Abdomen
Inspeksi : permukaan datar, warna sama seperti kulit sekitar,
umbilicus cembung (-)
Auskultasi : bising usus (+), peristaltic 20 x /menit
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen, pekak sisi (-), pekak
alih (-), shifting dullness (-)
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepar, lien dan renal tidak
teraba
Ektremitas
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- +/+
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill <2 detik / <2 detik <2 detik / <2 detik
Gerak Dalam batas normal Dalam batas normal
5/5 5/5
5/5 5/5

H. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 10 Maret 2017
No. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Rutin (WB EDTA)
1. Lekosit 6,26 10x3/ul 3.8 – 11.0
2. Eritrosit 4,82 10x6/uL 4.4 - 5.9
3. Hemoglobin L 13,10 g/dL 13.2 - 17.3
4. Hematokrit 40,30 % 40 – 52
5. MCV L 81,00 fL 80 – 100
6. MCH L 26,50 Pg 26 – 34
7. MCHC 32,70 g/dL 32 – 36

11
8. Trombosit 219 10x3/ul 150 – 440
9. RDW 12,10 % 11.5 - 14.5
10. Eosinoil Absolute H 0,48 10x3/ul 0.045 - 0.44
11. Basofil Absolut 0.02 10x3/ul 0 - 0.2
12. Netrofil Absolute 4,91 10x3/ul 1.8 – 8
13. Limfosit Absolute 3,54 10x3/ul 0.9 - 5.2
14. Monosite absolute 0,95 10x3/ul 0.16 – 1
15. Eosinofil H 7,30 % 2–4
16. Basofil 0,30 % 0–1
17. Neutrofil 50,90 % 50 – 70
18. Limfosit 23,30 % 25 – 40
19. Monosit 7,10 % 2–8

Kimia Klinik (Serum) B


1. Kalium 3,62 mmol/L 3,5-5,0
2. Natrium 138,1 mmol/L 135-145
3. Klorida 99,5 mmol/L 95,0

No. Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


1. Glukosa Sewaktu 95 mg/dL <125
2. Ureum 33,1 mg/dl 10-50
3. Kreatinin 0,81 mg/dL 0,70-1,10

12
Pemeriksaan EKG (5 Juni 2017)

 Irama : Sinus  Komp. QRS : 0,12 s


 Frekuensi : 90x/menit S di V1 + R V6 = 36
 Axis : NAD  Segmen ST : ST depresi di V6
 Zona transisi : tidak ada  Gel T : T inverted di I,II,AVF,V6
 Gel P : 0,08 s
 Interval PR : 0,16 s

Kesan : Ischemic inferior


LVH

13
Pemeriksaan Radiologi X Foto Thorax AP (18 Mei 2017)
 Cor : Apek cordis bergeser ke latero caudal
 Pulmo : Corakan bronkovaskuler kasar,

Kesuraman kedua parahiler,


Bercak kesuraman (+) paracardial kanan
Cephalisasi
 Diafragma : baik
 Sinus costophrenicus : tumpul
Kesan :
 Cor : cardiomegali
 Pulmo : Suspect edem pulmo, efusi pleura kanan minimal
14
Pemeriksaan Echocardiografi (9 Juni 2017)
KESAN:
 LVH Konsentris
 Hipokinetik berat segmen anterolateral-anterior-anteroseptal-
inferoseptalbasal s.d apical segmen lain hipokinetik
 Fungsi sistolik LV global menurun dengan LVEF 34% (teich)
 Disfungsi diastolik gr I
 AS severe ec bicuspid AoV kalsifikasi (+), AR moderate, MR mild
Spectral Doppler:
 Tricuspid regurgitation
Measurement:
 Ejection Fraction : 34,55% (nilai normal: 53-77%)

IV. DAFTAR ABNORMALITAS


Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjung
1. Sesak nafas 9. Leher : bantu otot 15. Eosinofil absolut 0,48 (H)
2. Batuk berdahak pernafasan (+) 16. Eosinofil 7,30 (H)
3. Pusing 10. JVP R+3 17. EKG : Ischemia inferior,
4. Kaki bengkak 11. Thorax : Retraksi LVH
5. Berdebar-debar suprasternal (+) 18. X Foto Thorax :
6. Keringat dingin 12. Cor  ictus cordis kuat Cardiomegali, sup. Edem
7. NYHA III angkat pulmo, efusi pleura dextra
8. Riwayat merokok Auskultasi :bising minimal
(+) sitolik 19. ECG: LVEF 34,55%
13. Pulmo  stemfermitus 20. ECG: LVH, Regional wall
kanan>kiri motion abnormalities
Auskultasi : Wheezing (RWMA), AS severe
(+), ronki (+)
14. Edem tungkai

15
V. ANALISIS MASALAH
1. CHF NYHA III : 1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,17,18,19,20

2. IHD : 1,3,5,6,8,9,11,17

3. Aortic Stenosis-Aortic Regurgitation :

VI. RENCANA PEMECAHAN MASALAH


1. CHF
A. Ass. Etiologi
 IHD
 Aortic Stenosis-Aortic Regurgitation

B. Ass. Faktor Risiko


 Usia
 Merokok
 Arterosklerosis

C. Ass. Komplikasi
 Gagal ginjal
 Aritmia

D. Initial Plan Diagnosis


 GDS/GDP
 Elektrolit, ureum & kreatinin
 Profil lipid
 Enzim jantung (troponin I/T, CKMB)

E. Initial Plan Terapi


Medikamentosa
 O2 3L/menit
 Infus NaCl 10 tpm

16
o IWL : 15 cc x 50 kg = 625 cc
o OU : 50 x 24 jam = 1200 cc +
1825cc
o Intake : makan & minum : ± 900 cc -
925cc
Tpm = 925/(3x24) = 12,8 tpm
 restriksi cairan 10 tpm

 Inj. Furosemid 20 mg IV 3x1


 P/O Aspirin 8 mg 1x1

Non Medikamentosa
 Bed rest semi fowler

F. Initial Plan Monitoring


 Keadaan umum
 Vital sign
 EKG
 Urine Output

G. Initial Plan Edukasi


 Istirahat dulu, kurangi intake cairan
 Diet rendah garam

2. Ischemic Heart Disease

A. Ass. Etiologi
 Aterosklerosis
 DM
 Hipertensi

17
B. Ass. Faktor Risiko
 Usia
 Perokok

C. Ass. Komplikasi
 AMI
 CHF

D. Initial Plan Diagnosis


 EKG
 Troponin & CKMB
 Echocardiografi

E. Initial Plan Terapi


 Infus NaCl 10 tpm
 O2 3lt/mnt
 P/O ISDN 5 mg 3x1
 P/O ranitidin 150 2x1

F. Initial Plan Monitoring


 Keadaan Umum dan Tanda vital, EKG

G. Initial Plan Edukasi


 Berat badannya diturunkan
 Sementara istirahat dulu, kurangi akifitas

3. Aortic Stenosis-Aortic Regurgitation


A. Ass. Etiologi
 CHF
 Hipertensi
18
B. Ass. Faktor Risiko
 Usia
 Perokok

C. Ass. Komplikasi
 CHF
 Infektif endokarditis

D. Initial Plan Diagnosis


 EKG
 Troponin & CKMB
 Echocardiografi

E. Initial Plan Terapi


 Aortic valve replacement, preoperative coronary angiography

F. Initial Plan Monitoring


 Keadaan Umum dan Tanda vital, EKG, keseimbangan elektrolit

G.Initial Plan Edukasi


 Aktivitas dikurangi
 Menjelaskan pilihan terapi yang akan dilaksanakan

19
VII. PROGRESS NOTE
Tanggal Follow Up
7/6/17 S Batuk berkurang dan masih sesak nafas
O KU : baik
TD : 139/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 21 x/menit
T : 36,5oC

Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular, bising sitolik
SD Vesikuler (+/+)
WH (+/+) RH (+/+)
Abdomen : Datar, BU (+) normal, timpani, nyeri tekan (-),
turgor kulit <2’’
Ekstremitas : edem
EKG: Iskemik Inferior, LVH (5 Juni 2017)
A CHF et. IHD
P Medikamentosa
 O2 3L/menit
 Infus NaCl 10 tpm
 Injeksi
Inj. Furosemid 20 mg IV 3x1
Inj. ISDN 5 mg SP
 PO

20
PCT tab 500 mg 3 x 1
Aspilet tab 80 mg 1 x 1
Ketorolac 20 mg 3x1
Non Medikamentosa
 Bed rest semi fowler

Tanggal Follow Up
8/6/17 S Batuk berkurang dan masih sesak nafas, bengkak
berkurang
O KU : baik
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5oC

Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular, bising sitolik
SD Vesikuler (+/+)
WH (+/+) RH (+/+)
Abdomen : Datar, BU (+) normal, timpani, nyeri tekan (-),
turgor kulit <2’’
Ekstremitas : edem
Pemeriksaan Radiologi : Kesan Cardiomegali

21
A CHF et. IHD
P Medikamentosa
 O2 3L/menit
 Infus NaCl 10 tpm
 Injeksi
Inj. Furosemid 20 mg IV 3x1
Inj. ISDN 5 mg SP
 PO
PCT tab 500 mg 3 x 1
Aspilet tab 80 mg 1 x 1
Ketorolac 20 mg 3x1
Non Medikamentosa
 Bed rest semi fowler

Tanggal Follow Up
9/6/17 S Sesak (-), batuk berkurang, edem (-)
O KU : baik
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,5oC

Kepala : mecochepal
Mata : dbn
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular, bising sitolik

22
SD Vesikuler (+/+)
WH (-/-) RH (-/-)
Abdomen : Datar, BU (+) normal, timpani, nyeri tekan (-),
turgor kulit <2’’
Ekstremitas : edem -/-
Pemeriksaan echocardiography: LVEF 34,55%, LVH,
RWMA (+), LVEF, AS severe
A CHF et. IHD, Aortic Stenosis-Aortic regurgitation
P Medikamentosa
 O2 3L/menit
 Infus NaCl 10 tpm
 Injeksi
Inj. Furosemid 20 mg IV 3x1
Inj. ISDN 5 mg SP
 PO
PCT tab 500 mg 3 x 1
Aspilet tab 80 mg 1 x 1
Ketorolac 20 mg 3x1
Usulkan Aortic valve replacement, preoperative coronary
angiography

Non Medikamentosa
 Bed rest semi fowler

23
HOME VISIT

Daftar Masalah

Tanggal Masalah Aktif Masalah Pasif


6 Juni 2017 CHF NYHA III Riwayat merokok
IHD
Aortic Stenosis, Aortic
Regurgitation

24
Progress Note
CHF NYHA
III

S Sesak (+) kadang kadang jika melakukan aktivitas berat, keringat banyak (-
O KU : baik
TD:120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Auskultasi jantung:
suara jantung I dan II murni, bising jantung fase sistolik (+) crescendo-
descrescendo derajat 3/6 terdengar paling keras di sela iga ke-2 tepi kanan
menjalar ke apeks dan daerah karotis frekuensi tinggi
Status Internus : dalam batas normal
Status Abdomen : dalam batas normal

Extremitas : kesemutan (-/-) akral dingin (-)

Pemeriksaan neurologis :

Px.motorik

25
5 5

5 5

CHF NYHA II etc IHD AS,AR


A
EKG : -

Isosorbid dinitrate tab 5mg setiap 24 jam sublingual


P
L-Cartinine fumarate kap 100 mg setiap 24 jam PO
Digoxin tab 0,25 mg setiap 8 jam PO

IHD Nyeri (-), keringat dingin (-)


S KU : baik
O TD:120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Auskultasi jantung:
suara jantung I dan II murni, bising jantung fase sistolik (+) crescendo-
descrescendo derajat 3/6 terdengar paling keras di sela iga ke-2 tepi kanan
menjalar ke apeks dan daerah karotis frekuensi tinggi
Status Internus : dalam batas normal
Status Abdomen : dalam batas normal

Extremitas : kesemutan (-/-) akral dingin (-)

Pemeriksaan neurologis :

Px.motorik

5 5

5 5

26
CHF NYHA II etc IHD, AS-AR
A
Isosorbid dinitrate tab 5mg setiap 24 jam sublingual
P L-Cartinine fumarate kap 100 mg setiap 24 jam PO
Digoxin tab 0,25 mg setiap 8 jam PO
AS, AR
S Lemas (+), Pingsan diakui pasien setelah menimba air, tiba-tiba pasien
pingsan

O KU : baik
TD:120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Auskultasi jantung:
suara jantung I dan II murni, bising jantung fase sistolik (+) crescendo-
descrescendo derajat 3/6 terdengar paling keras di sela iga ke-2 tepi kanan
menjalar ke apeks dan daerah karotis frekuensi tinggi
Status Internus : dalam batas normal
Status Abdomen : dalam batas normal

Extremitas : kesemutan (-/-) akral dingin (-)

Pemeriksaan neurologis :

Px.motorik

5 5

5 5

A CHF NYHA II etc IHD, AS-AR

P Isosorbid dinitrate tab 5mg setiap 24 jam sublingual

27
L-Cartinine fumarate kap 100 mg setiap 24 jam PO
Digoxin tab 0,25 mg setiap 8 jam PO

28
TINJAUAN PUSTAKA

Regurgitasi Aorta Kronik


A. Definisi Regurgitasi Aorta Kronik
Regurgitasi aorta merupakan darah mengalir kembali ke ventrikel dari aorta
tepat setelah ventrikel memompakan darah ke aorta. Karena itu, pada kasus yang
mana pun, curah volume sekuncup netto jantung berkurang4. Regurgitasi karena
ketidakmampuan katup aorta atau gangguan aparat katup, mengakibatkan aliran
diastolik darah masuk ke dalam ruang ventrikel kiri. Biasanya regurgitasi aorta
kronik terjadi akibat proses kronik seperti penyakit jantung reumatik sehingga
artifisial kardiovaskular sempat melakukan mekanisme kompensasi2.

Gambar 7. Kegagalan katup aorta pada regurgitasi aorta kronik (dikutip dari
kepustakaan no.11)
29
asi aorta meningkat dengan usia, meskipun regurgitasi aorta kronik yang parah
jarang terjadi sebelum usia 70 tahun. Namun, ada banyak pengecualian untuk
pengamatan ini. Pasien dengan katup aorta bikuspid dan, terutama, orang-orang
dengan sindrom Marfan cenderung untuk menyajikan lebih awal2,7.
Tidak ada studi skala besar kontemporer dari pasien symptomatic dengan
gejala regurgitasi aorta kronik, karena terjadinya angina atau dyspnea yang
signifikan biasanya merupakan indikasi untuk penggantian katup. Angka
kematian yang lebih besar dari 10% per tahun telah dilaporkan pada pasien
dengan angina pectoris dan lebih besar dari 20% per tahun pada mereka dengan
gagal jantung10.
Tabel 1. Data pasien dengan gejala atau tidak pada regurgitasi aorta kronik
(dikutip dari sumber no. 9,10)
plikasi jantung kurang lebih pada 5% pasien, dan berpotensi ditemukannya
aortitis proksimal dengan regurgitasi aorta, serta penyakit arteri koroner2.
Giant cell arteritis adalah vaskulitis sistemik yang biasanya mempengaruhi
cabang ekstrakranial dari arteri karotis tetapi juga dapat menyebabkan peradangan
aorta dan regurgitasi aorta, serta penyakit arteri koroner dan disfungsi ventrikel
kiri6.
Rheumatoid arthritis penyebab jarang nodul granulomatosa pada daun katup
aorta. Dalam kasus yang jarang terjadi, ini dapat mengakibatkan regurgitasi aorta
klinis, meskipun lebih sering ditemukan secara tidak sengaja pada postmortem2.
Lupus eritematosus sistemik dapat menyebabkan fibrosis katup dan
mengakibatkan disfungsi, termasuk regurgitasi aorta2.
Menurut Leman, regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel dapat terjadi karena
adanya gangguan jaringan ikat yang meliputi:
 sindrom Marfan
 Ehlers-Danlos syndrome
 Aortic valve prolapse
 Sinus Valsalva aneurisma
 Aortic annular fistula1.

30
B. Patofisiologi Regurgitasi Aorta Kronik
Regurgitasi aorta kronik menyebabkan ventrikel kiri kelebihan volume
secara bertahap, yang mengarah ke serangkaian perubahan kompensasi, termasuk
pembesaran ventrikel kiri dan hipertrofi eksentrik. Pelebaran ventrikel kiri terjadi
melalui penambahan sarkomer, yang mengakibatkan penambahan serat miokard.
Akibatnya, ventrikel kiri menjadi lebih besar dan lebih sesuai dengan kapasitas
yang besar tersebut untuk menghasilkan stroke volume yang besar, sehingga dapat
mengimbangi volume regurgitasi. Hipertrofi yang dihasilkan diperlukan untuk
menyesuaikan peningkatan tegangan dinding dan tekanan yang dihasilkan dari
dilatasi ventrikel kiri (hukum Laplace)2.
Selama fase awal regurgitasi kronik, fraksi ejeksi (EF) ventikel kiri normal
atau bahkan meningkat, karena meningkatnya preload dan mekanisme Frank-
Starling. Pasien mungkin tetap asimtomatik selama periode ini. Dimana
regurgitasi aorta berlangsung, pembesaran ventrikel kiri melebihi cadangan
preload pada kurva Frank-Starling, dengan EF jatuh ke tingkat normal dan
kemudian di bawah normal. Volume end-sistolik ventrikel kiri naik dan
merupakan indikator yang sensitif dari disfungsi miokard progresif2.
Akhirnya, ventrikel kiri mencapai diameter maksimal dan tekanan diastolik
mulai meningkat, sehingga timbul gejala dyspnea, yang dapat memperburuk
selama latihan. Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri juga dapat
mengakibatkan rendahnya perfusi koroner, menyebabkan subendokard dan
miokard iskemia, nekrosis, dan apoptosis. Sehingga secara nyata, ventrikel kiri
secara bertahap berubah dari elips ke bentuk seperti bola2 Kadang-kadang
ditemukan juga bising sistolik dan thrill akibat curah sekuncup meningkat, yang
tidak selalu merupakan akibat stenosis aorta. Tabrakan antara regurgitasi aorta
yang besar dan alirah darah dari katup mitral menyebabkan penutupan dini daun
katup mitral, sehingga terdengar bising mid/late diastolik, yang dikenal dengan
murmur Austin Flint1,2.

Dalam banyak kasus, pemeriksaan fisik juga dapat mengungkapkan penyebab


dasar dari regurgitasi aorta. Misalnya, mungkin ada berbagai fenomena emboli

31
pada pasien dengan regurgitasi aorta karena endokarditis infektif, atau pasien
mungkin memiliki fitur skeletal sugestif dari sindrom Marfan atau
spondyloarthropathy jika regurgitasi aorta karena kondisi ini1.

Gambar 11. Strategi penegakan pada regurgitasi aorta (dikutip dari kepustakaan
no 12)
C. Terapi
Pengelolaan medik dilakukan dengan indikasi:
1. Regurgitasi aorta berat, kronik, asimtomatik, toleransi terhadap latihan
baik, EF >50%, tanpa dilatasi ventrikel kiri yang berat (diameter akhir
diastolik <70 mm dan akhir sistolik <50mm)
2. Menolak bedah atau inoperabel karena adanya komorbid.
3. Optimalisasi klinik prabedah13.
Pengelolaan medik meliputi :
a. Pengobatan terhadap etiologi.
b. Pencegahan sekunder demam reuma akut.

32
c. Pengobatan pencegahan terhadap endokarditis infektif (antibiotik
profilaksis). Pertimbangkan profilaksis antibiotik untuk pasien dengan
endokarditis saat melakukan prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia.
d. Antiaritmia. Mencegah dan terapi segera Fibrilasi Atrial (AF) dan
bradiaritmia oleh karena pada regurgitasi aorta toleransi terhadap gangguan irama
tersebut sangat rendah.
e. Bila ditemukan hipertensi diastolik arterial sistemik, berikan vasodilator
untuk mencegah peningkatan aliran regurgitasi (oral hidrazaline, nifedipine,
felodipin, ACE inhibitor).
f. Terapi agresif terhadap gagal jantung (ACE inhibitor, digoksin,
diuretik, restriksi garam).
g. Evaluasi klinis dan ekokardiografi setiap 12-24 bulan untuk regurgitasi
aorta asimtomatik dengan ukuran jantung yang normal atau meningkat ringan,
setiap 6 bulan untuk regurgitasi aorta berat, kronik asimtomatik dengan fungsi
ventrikel kiri yang normal13.

Dalam regurgitasi aorta kronik yang parah, terapi vasodilator dapat digunakan
dalam kondisi untuk mengurangi afterload pada pasien dengan hipertensi sistolik,
untuk meminimalkan tekanan dinding dan mengoptimalkan fungsi ventrikel kiri.
Pada pasien normotensive, bagaimanapun, terapi vasodilator tidak mungkin untuk
mengurangi volume regurgitasi (preload) secara signifikan dan dengan demikian
mungkin tidak bermanfaat secara klinis15.
Pedoman ACC / AHA tentang terapi vasodilator:
 Diindikasikan untuk pengobatan jangka panjang pada pasien yang memiliki
regurgitasi aorta kronik yang parah dan gejala disfungsi ventrikel kiri tetapi
yang tidak kandidat untuk operasi.
 Wajar untuk terapi jangka pendek pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri
dan gagal jantung gejala berat, dalam rangka meningkatkan profil
hemodinamik mereka sebelum operasi.
 Dapat diterima untuk terapi jangka panjang pada pasien asimtomatik dengan
regurgitasi aorta berat dan dilatasi ventrikel kiri dengan EF yang normal15.
33
Berdasarkan pedoman saat ini, terapi vasodilator tidak diindikasikan sebagai
berikut:
 Terapi jangka panjang pada pasien tanpa gejala dengan tidak begitu berat pada
regurgitasi aorta dan normal EF.
 Terapi jangka panjang pada pasien asimtomatik dengan disfungsi ventrikel
kiri yang adalah kandidat untuk operasi.
Terapi jangka panjang pada pasien dengan symptomatic tidak begitu berat
disfungsi ventrikel kiri yang adalah kandidat untuk operasi15.

DAFTAR PUSTAKA

34
1. Sudoyo, A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed. V. Jakarta :
InternaPublishing. Hal. 1688-92.
2. Wang, S. S. Aortic Regurgitation. Medscape (Online),
(http://emedicine.medscape.com/article/150490-overview, diakses 18 Agustus
2014).
3. http://www.abcmedika.com/2013/10/anatomi-fisiologi-jantung_8.htm
4. Guyton, A.C and Hallm E.J. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC.
5. Mancini, M.C. Heart Anatomy. Medscape (Online),
(http://emedicine.medscape.com/article/905502-overview#aw2aab6b6,
diakses 16 Agustus 2014).
6. Eberhardt RT, Dhadly M. Giant cell arteritis: diagnosis, management, and
cardiovascular implications. Cardiol Rev. Mar-Apr 2007;15(2):55-61.
7. Keane MG, Pyeritz RE. Medical management of Marfan syndrome.
Circulation. May 27 2008;117(21):2802-13.
8. Bonow RO, Carabello BA, Chatterjee K, de Leon AC Jr, Faxon DP, Freed MD. 2008
focused update incorporated into the ACC/AHA 2006 guidelines for the management
of patients with valvular heart disease: a report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Writing
Committee to revise the 1998 guidelines for the management of patients with
valvular heart disease). Endorsed by the Society of Cardiovascular Anesthesiologists,
Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, and Society of Thoracic
Surgeons. J Am Coll Cardiol. Sep 23 2008;52(13):e1-142.
9. Henry WL, Bonow RO, Rosing DR, Epstein SE. Observations on the optimum
time for operative intervention for aortic regurgitation, II: serial
echocardiographic evaluation of asymptomatic patients. Circulation. 1980;
61: 484–92.
10. Dujardin KS, Enriquez-Sarano M, Schaff HV, Bailey KR, Seward JB, Tajik
AJ. Mortality and morbidity of aortic regurgitation in clinical practice: a
long-term follow-up study. Circulation. 1999; 99: 1851–7.
11. http://midwifery-clinic.blogspot.com/2012/05/kelainan-jantung-stenosis-
insufisiensi.html.
12. ACC/AHA.Circulation,(Onnline),(http://circ.ahajournals.org/content/118/15/e
523.long#T4PDT, diakses 18 Agustus 2014).
13. Shivaram P, Ahmed MI, Kariyanna PT, Sabbineni H, Avula UM. Doppler
echocardiography imaging in detecting multi-valvular lesions: a clinical
evaluation in children with acute rheumatic Fever. PLoS One. Sep 17
2013;8(9):e74114.
14. Way, Stanley.S. Medscape, (Online),
(http://emedicine.medscape.com/article/150490-treatment, diakses 19 Agustus 2014).
Bonow RO, Carabello BA, Chatterjee K, de Leon AC Jr, Faxon DP, Freed MD.
2008 focused update incorporated into the ACC/AHA 2006 guidelines for the
management of patients with valvular heart disease: a report of the American
College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines (Writing Committee to revise the 1998 guidelines for the management of

35
patients with valvular heart disease). Endorsed by the Society of Cardiovascular
Anesthesiologists, Society for Cardiovascular Angiography and Interventions, and
Society of Thoracic Surgeons. J Am Coll Cardiol. Sep 23 2008;52(13):e1-142.

36

Anda mungkin juga menyukai