LAPORAN KASUS
VERTIGO
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr.Istiqomah, Sp.S
Disusun Oleh :
Laela Apriliana
H2A012039
VERTIGO
Disusun Oleh:
Laela Apriliana
H2A012039
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. Ng
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Swasta
Alamat : karonsih baru semarang
Status : Menikah
Diruang : Bangsal Alamanda RSUD Tugurejo Semarang
Tanggal Masuk RS : 18 Juni 2017
Tanggal pemeriksaan : 21 Juni 2017
II. ANAMNESA
4
Keluhan pusing berputar tersebut disertai mual muntah. Pasien
muntah sebanyak lebih dari 5 kali dalam sehari, sebanyak makanan
yang dimakan. Pasien tidak meminum obat apapun selama mengalami
keluhan tersebut. Pasien juga mengeluhkan telinga berdenging (+),
pandangan kabur (+),pendengaran sedikit menuru (+), nafsu makan
turun (+). Pasien tidak memiliki gangguan penglihatan mata
double,demam, lemah anggota gerak dan tidak ada riwayat kepala
pasien tidak terbentur sebelum keluhan muncul. Pukul 15.00 WIB
pasien dibawa ke IGD RSUD Ambarawa oleh keluarganya karena
keadaan pasien sudah mulai lemah dan hanya bisa tiduran.
5
f) Riwayat Alergi obat : disangkal
g) Riwayat stroke : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga tidak ada yang mengeluhkan keluhan yang sama.
5. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan anaknya yang sudah berkeluarga. Biaya
pengobatan ditanggung BPJS.
Kebiasaan merokok (-), minum alkohol (-), minum obat-obatan (-).
Kesan ekonomi : cukup
6
Inspeksi : lesi (-), warna seperti kulit sekitar, simetris statis
dinamis
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
- Abdomen :
Inspeksi : datar, lesi (-), warna seperti kulit sekitar
Auskultasi :bising usus (+) N, bruit hepar (-), bruit lien (-),
bruit ginjal (-), bruit aorta abdominalis (-)
Perkusi :timpani seluruh lapang abdomen, pekak sisi (+) N,
pekak alih (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar (tidak teraba),
lien (tidak teraba), ginjal tidak teraba
- Ekstremitas
Superior Inferior
6. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk : mesosefal
Nyeri tekan :-
Simetris : simetris
B. Leher
Sikap : normal
Gerakan : normal
Kaku kuduk :-
C. Nervi Cranialis
7
Daya penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
8
Mendengar suara Normal Normal
Penurunan pendengaran Sdn Sdn
9
Reflek Patologi :
Hoffman
Tromer (-) (-)
(-) (-)
Inspeksi:
Drop foot Tidak ada Tidak ada
Claw foot Tidak ada Tidak ada
Pitchers foot Tidak ada Tidak ada
Kontraktur Tidak ada Tidak ada
Warna kulit Normal Normal
Sistem motorik
Gerakan Normal Normal
Kekuatan 5-5-5 5-5-5
Tonus Normal Normal
Klonus (-) (-)
Reflek fisiologik (patella) (+) normal (+) normal
Sensibilitas normal normal
Nyeri normal normal
Reflek Patologis
Babinski - -
Chaddock - -
Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk - -
Kernig sign - -
Rangsang Radikuler
Tes Lasegue - -
Tes Patrik - -
10
-Tes romberg dipertajam : jatuh ke kiri
-Tandem gait : jatuh ke kiri
-Unterbergers test : tidak dilakukan
- Tes telunjuk hidung : Normal
- Disdiadokhokinesis : pasien dapat melakukan dengan
gerakan cepat
- Tes dix-hallpike : jika dilakukan lebih sering pusing
berkurang
-Robound fenomen : (-)
-Nistagmus : (-)/(-)
GERAKAN-GERAKAN ABNORMAL
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Mioklonus : (-)
Chorea : (-)
V. RESUME:
11
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit
sedang , GCS E4M6V5, TD: 130/70 mmHg. Status generalis : nyeri tekan
tragus (+), telinga berdenging (+). Tes koordinasi dan keseimbangan : Tes
Romberg : jatuh kekiri saat mata tertutup, tes romberg dipertajam : pasien
terjatuh, Tes dix-hallpike (-), rebound fenomen (-)dan Nistagmus (-)/(-).
VI. DIAGNOSIS
VII. PLANNING
1. Ip.Dx
b. Konsul THT
2. Ip. Terapi
Medika mentosa
a. Infus RL 20 tpm
b. Inj. Omeprazole 2x1 amp
c. Betahistin 3 x 6 mg
d. Flunarizin 2 x 5 mg
e. Dimenhidrinat 3 x 50 mg
f. Paracetamol 3x500 mg (bila demam)
a. Bed rest
b. Terapi latihan fisik dan latihan mobilisasi
3. Ip. Monitoring :
a. Keadaan umum
12
b. Tanda vital
c. Defisit neurologi
Ip. Edukasi
PROGNOSA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
A. DEFINISI
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan
goyang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari diz-ziness yang secara
definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau
sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya,lingkungan
sekitar kita rasakan berputar.
B. ETIOLOGI
14
- Inti vestibuler: infeksi, CVA, tumor, multipel sclerosis
C. PATOFISIOLOGI
15
lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.
16
3. Teori neural mismatch.
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik.Menurut
teori ini otak mempunyai memori tentang pola gerakan tertentu, sehingga
jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang tidak sesuai dengan pola
gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf
otonom.Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang
akan terjadi mekanisme adaptasi, sehingga berangsur-angsur tidak lagi
timbul gejala.
4. Teori otonomik.
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebagai usaha adaptasi perubahan posisi.Gejala klinis timbul jika sistem
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistem parasimpatis
mulai berperan.
5. Teori neurohumoral.
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl), dan
teori serotonin (Lucat), yang masing-masing menekankan peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinaps.
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang
terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan
menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (Corticotropin
Releasing Factor). Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan
mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan
mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering
timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas
17
simpatis, kemudian berkembang menjadi mual, muntah, dan hipersalivasi
setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
D. KLASIFIKASI
1. VERTIGO VESTIBULAR
a. Perifer
18
kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan
pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthitis (radang di bagian
dalam pendengaran)
b. Sentral
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan
otak dan serebelum (otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya terjadi
secara bertahap, penderita akan mengalami hal-hal seperti:
- Penglihatan ganda
- Sukar menelan
- Kelumpuhan otot-otot wajah
- Sakit kepala yang parah
- Kesadaran terganggu
- Tidak mampu berkata-kata
- Hilangnya koordinasi
- Mual dan muntah-muntah
- Tubuh terasa lemah
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral
termasuk antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang
dan otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren, infeksi, kondisi
peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit akibat kemunduran
fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil. Penyebab dan
Gejala Keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti gejala klinis
tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor
penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik,
Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat SNOOP.
2. VERTIGO NON VESTIBULAR
19
disebabkan oleh gangguan saraf.Keluhan vertigo yang disebabkan oleh
gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo
ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya
fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain penyebab
dari segi fisik,penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang tak
teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga
stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut
vertigo psikogenik.
SENTRAL
BPPV
VERTIGO PATOLOGIK
MENIERE
PERIFER
INFEKSI TRAUMA
KETINGGIAN ISKEMIK
MABUK UDARA
Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular
Mual/muntah + Kontinu
20
Gejala otonom (mual, ++ +
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran + -
(tinitus, tuli)
Disartria - +
Nistagmus Spontan + -
Diplopia - +
21
perdarahan labirin multipel
sklerosis
E. GAMBARAN KLINIS
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
- Tanyakan bentuk vertigonya
- Keadaan yang memprovokasi
- Profil waktu: perlahan-lahan/ akut
22
- Keluhan yang menyertai : gangguan pendengaran, tinnitus, mual/
muntah
- Penggunaan obat-obatan : anti konvulsan, streptomisin, alkohol, dll.
- Adanya penyakit sistemik : DM, Hypothiroid, Hipertensi, Blok
jantung
- Ada/ tidak stress
2. Pemeriksaan fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan
sistemik, otologik atau neurologik vestibuler atau serebeler, dapat berupa
pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola
mata/nistagmus dan fungsi serebelum. Pendekatan klinis terhadap keluhan
vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral
yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat korteks serebri,
serebelum, batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler / otologik,
selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik / psikiatrik yang
dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang juga harus
dipikirkan / dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal
jantung kongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo,
pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan
kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan
terapi simtomatik yang sesuai.
3. Pemeriksaan neurologis
a. Uji Romberg
23
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik.Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka
maupun pada mata tertutup.
Uji Romberg
b. Tandem Gait
c. Tes Unterberger
24
d. Post Pointing Tes (Uji Tunjuk Barany)
25
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang.
4. Pemeriksaan neurootologi
26
b. Tes Kalori
27
perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukkan lesi sentral.
G. PENATALAKSANAAN
1. Medikasi
- Antihistamin
- Betahistin
28
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.
- Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena).Dapat diberikan
dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.Efek samping
ialah mengantuk.
- Antagonis kalsium
- Cinnarizine (Stugerone)
- Fenotiazine
29
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah).Namun tidak semua mempunyai sifat anti
vertigo.Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil)
sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi
namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
- Khlorpromazine (Largactil)
- Obat simpatomimetik
- Efedrin
30
dengan obat anti vertigo lainnya.Efek samping ialah insomnia,
jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah gugup.
- Lorazepam
- Diazepam
- Skopolamin
31
2. Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunya kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan.Namun kadang-kadang dijumpai beberapa
penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat
atau didapatkan deficit disistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-
kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik
vestibular.Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan ialah :
- Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau
disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara
lambat laun.
- Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
- Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
- Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
- Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi,
ekstensi, gerak miring).
- Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian
dengan mata tertutup.
- Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan
mata tertutup.
- Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
- Jalan menaiki dan menuruni lereng.
- Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
32
- Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan
juga memfiksasi pada objek yang diam.
Terapi Fisik Brand-Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-
Darrof.
Keterangan Gambar:
3. Terapi Spesifik
a. BPPV
Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi obat-obatan.
Vertigo dapat membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan
memindahkan deposit kalsium yang bebas ke belakang vestibule,.
Manuver ini meliputi reposisi kanalit berupa maneuver epley,
modifikasi maneuver epley. Pasien perlu tetap tegak selama 24 jam
setelah reposisi kanalit utnuk mencegah deposit kalsium kembali ke
kanalis semisirkularis
b. Vestibular neuronitis dan Labirynthis
Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang
mensipresi vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular.
33
Kompensasi vestibular terjasi lebih cepat dan lebih sempurna jika
pasien mulai 2 kali sehari latihan vestibular sesegera mungkin setelah
vertigo berkurang dengan obat-obatan.
c. Meniere disease
Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik.Walaupun diet
rendah garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini
kurang efektif dalam mengobati ketulian dan tinnitus. Pada kasus
yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan shunt
endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini
resisten terhadap pengobatan diuretic dan diet.
d. Iskemik Vascular
Terapi TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan
kejadian melalui control tekanan darah, menurunkan level kolesterol,
mengurangi merokok, menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin,
clopidogrel) dan terkadang antikoagulasi (warfarin). Vertigo akut yang
disebabkan oleh stroke pada batang otak atau cerebellum diobati
dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan meminimalisrir
pergerakan kepala pada hari pertama.Sesegera mungkin jika keluhan
dapat ditoleransi obat-oabatan harus di tapper off dan latihan
rehabilitasi vestibular harus segera dimulai. Penempatan stent
vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis arteri
vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis. Perdarahan pada
cerebellum dan batang otak member risiko kompresi sehingga
diperlukan dekompresi mellau neurosurgery.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
10. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American
Family Physician January 15, 2006. Volume 73, Number 2.
36