BAB I
STATUS PASIEN
1.4 Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan bengkak pada tungkai
bawah hingga kaki kanan yang memberat sejak ±5 hari sebelum datang ke
puskesmas.
Jantung
Abdomen :
Perkusi Timpani
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis (-), edem (-)
Inferior
Sinistra : Akral hangat, sianosis (-), edem (-)
Dekstra :
Inspeksi : Akral hangat, sianosis (-), edem (+) kemerahan (+)
Palpasi : pitting edem (-) panas, konsistensi kenyal, fluktuasi
(-) permukaan kasar
SADT
1.13 Manajemen
a. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien
Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga imunitas tubuh pasien
dengan cukup beristirahat dan makan makanan bergizi
Menjelaskan kepada untuk menghindari berpergian ke daerah
endemik
Apabila ditemukan luka segera diberi antibiotik dan anti jamur
b. Preventif
Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan jentik nyamuk
Mencegah gigitan nyamuk
c. Kuratif
Non Farmakologi
Istirahat di tempat tidur, kaki ditempatkan lebih tinggi dan
dilakukan pengikatan pada daerah pembendungan
Edukasi cara membersihkan tungkai dengan air dan sabun terutama
di daerah lipatan kulit dan sela jari
Mencegah terjadinya gigitan nyamuk, dengan pemakaian lotion
anti nyamuk
6
Farmakologi :
Paracetamol 3x500 mg (p.o)
DEC 3 x 100 mg (p.o)
Rujuk spesialis bedah
Obat Tradisional
HERBAL UNTUK ANALGETIK-ANTIPIRETIK
1. Jambu mede
Anacardium occidentale L
Bagian yang digunakan: Daun
Efek Samping Dosis tinggi (ekstrak > 6 g/kg BB)
menunjukkan efek toksik berupa asthenia, anoreksia, diare, dan
sinkop
Posologi 1 x 1 sachet (10 g serbuk)/hari, rebus dengan 2 gelas
air sampai menjadi 1 gelas.
2. Sambiloto
Sambiloto Andrographis paniculata (Burm
Bagian yang digunakan Herba
Efek Samping: Alergi pada pasien yang peka terhadap
famili Acanthaceae. Dosis besar menimbulkan rasa tidak
enak di abdomen, vomitus dan anoreksia, mungkin karena
rasa pahit andrographolide.
Posologi 4 x 1 kapsul (300 mg ekstrak)/hari.
d. Rehabilitatif
Menaati nasihat dokter dan patuh mengkonsumsi obat.
Jika keluhan tidak membaik atau justru timbul penyulit seperti demam
tidak turun dalam 5 hari, timbul bintik kemerahan pada kulit atau
7
Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat: Alamat:
8
Pro :
Umur : Pro :
BB : BAB II Umur :
Alamat: BB :
Alamat:
TINJAUAN PUSTAKA
9
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
1. Onchorcercia spp
Penyebab penyakit ini adalah Onchocerca volvulus. Juga dikenal sebagai
hanging groins, leopard skin, river blindness, atau sowda. Gejala klinis
akibat adanya microfilaria di kulit dan termasuk pruritus, bengkak
subkutaneous, lymphadenitis, dan kebutaan
Cacing dewasa berukuran panjang 10-42 mm dengan diameter 130-210
mikrometer. Sedangkan cacing betina berukuran panjang 33,5-50 mm
dengan diameter 270-400 mikrometer.
Cacing dewasa berada dalam nodulus di jaringan subkutis atau lebih
dalam, biasanya timbul di daerah pelvis, temporal dan daerah occipital.
Mikrofilarianya dapat ditemukan didalam jaringan subkutis, darah tepi,
urine dan sputum.
2. Loaiasis
Penyababnya adalah cacing Loa loa. Cacing jantan memiliki panjang 30-
34 mm dan lebar 0,35-0,43 mm. Sedangkan cacing betina loa-loa
11
berukuran 40-70 mm dengan lebar 0,5 mm. Lalat buah mangga atau
deerflies dari Chrysops diduga sebagai vektor dari penyakit loaiasis.
2.3 EPIDEMIOLOGI
2.5 PATOFISIOLOGI
13
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang terinfektif yaitu nyamuk yang mengandung larva
infektif atau larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filaria
kecil(mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita yang mengandung
mikrofilaria atau binatang reservoar yang mengandung mikrofilaria.8,9,12
14
3. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung
(retrograde lymphangitis).
1. Masa prepaten
2. Masa inkubasi
16
4. Gejala menahun
2.7 DIAGNOSIS
Didaerah endemis, bila ditemukan adanya limfedema di daerah ekstremitas
disertai dengan kelainan genital laki-laki pada penderita dengan usia lebih dari 15
tahun, bila tidak ada sebab lain seperti trauma atau gagal jantung kongestif
kemungkinan filariasis sangat tinggi.13
Pemeriksaan laboratorium dapat berupa :6
1. Identifikasi mikrofilaria dari darah, cairan hidrokel atau walau sangat jarang
dari cairan tubuh lain. Bila sangat diperlukan dapat dilakukan
Diethylcarbamazine provocative test.
2. Identifikasi cacing dewasa pada pembuluh limfe skrotum dan dada wanita
dengan memakai high frequency ultrasound dan teknik Doppler, cacing
dewasa terlihat bergerak-gerak ( filaria dance sign ) dalam pembuluh limfe
yang berdilatasi. Pemeriksaan ini selain memerlukan peralatan canggih juga
sulit mengidentifikasi cacing dewasa di tempat lain.
3. Identifikasi antigen filaria (circulating filarial antigen / CFA) dengan
teknik : ELISA, Rapid Immu-nochromatography Card. Pemeriksaan ini
memberikan nilai sensitifitas dan spesifitas yang tinggi
4. Identifikasi DNA mikrofilaria melalui pemeriksaan PCR
5. Identifikasi antibodi spesifik terhadap filaria : sedang dikembangkan lebih
lanjut karena hasil dari penelitian awal menunjukkan nilai spesifitas yang
kurang. Penelitian mengenai deteksi antifilaria IgG4 memberi perbaikan
akan kinerja uji identiifikasi antibodi terhadap filaria karena reaksi silang
terhadap antigen cacing lain relatif kecil. Perbaikan kinerja juga
diperlihatkan bila reagen yang dipakai berupa antigen rekombinan yang
spesifik untuk filaria. Uji identifikasi antibodi ini penting untuk menapis
penderita filariasis yang disebabkan oleh Brugia spp. karena uji identifikasi
antigen untuk jenis cacing tersebut belum ada yang memuaskan.6
18
2.10 PENATALAKSANAAN
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan
penyakit. Obat antifilaria berupa Diethylcarbamazine citrate (DEC) dan
Ivermectine. DEC memiliki khasiat anti mikrofilaria dan mampu membunuh
cacing dewasa, Ivermectine merupakan anti mikrofilaria yang kuat tapi tidak
memiliki efek makrofilarisida. 6
reaksi terhadap DEC atau reaksi terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi
terhadap DEC dapat berupa sakit kepala,malaise,anoreksia,rasa
lemah,mual,muntah, dan pusing. Reaksi tubuh terhadap protein yang dilepaskan
pada saat cacing dewasa mati dapat terjadi beberapa jam setelah pengobatan,
didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal.4,5
Reaksi sistemik dapat berbentuk demam,sakit kepala, nyeri
badan,pusing,anoreksia,malaise dan muntah-muntah. Reaksi sistemik cenderung
berhubungan dengan intensitas infeksi. Reaksi lokal berbentuk
limfadenitis,abses,dan transien limfedema. Pada Bancroftian filariasis dapat
terjadi funikulitis, epididimitis, dan hidrokel. Perdarahan retina, bronkospame,
dan ensefalopati walaupun sangat jarang namun pernah dilaporkan. Reaksi lokal
terjadi lebih lambat namun berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik. Efek
samping DEC lebih berat pada penderita onchorcerciasis , sehingga obat tersebut
tidak diberikan dalam program pengobatan masal di daerah endemis filariasis
dengan ko-endemis Onchorcercia valvulus.6,15
Ivermectin.
Pemberian dosis tunggal ivermectine 150 ug/kg BB efektif terhadap
penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh Brugia spp.
penurunan tersebut bersifat gradual. Efek samping ivermectine sama dengan DEC,
ivermectine tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau anak anak yang berumur
kurang dari 5 tahun. Karena tidak memiliki efek terhadap cacing dewasa,
ivermectine harus diberikan setiap 6 bulan atau 12 bulan untuk menjaga agar
derajat mikrofilaremia tetap rendah.15
Pengobatan simtomatik
Pemeliharaan kebersihan kulit, dan bila perlu pemberian antibiotik dan
atau anti jamur akan mengurangi serangan berulang, sehingga mencegah
terjadinya limfedema kronis. Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita
limfedema kronis. Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi
efek samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.4,5
Pengobatan operatif
20
2.12 PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini tergantung dari jumlah cacing dewasa dan
mikrofilaria dalam tubuh penderita, potensi cacing untuk berkembang biak,
kesempatan untuk infeksi ulang dan aktivitas RES.Pada kasus-kasus dini dan
sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah endemik.
Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat,
serta pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema
pada tungkai, prognosis lebih buruk.16
BAB III
ANALISIS KASUS
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
26